• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Penentuan Harga Air

2.5.6 Metode Cost Recovery

Metode penentuan harga air sektor pertanian oleh pengelola yang banyak

digunakan dan dianggap memenuhi kriteria ekonomi yaitu full cost recovery yaitu penentuan harga air irigasi berdasarkan pada pengembalian biaya-biaya yang

dikeluarkan pengelola untuk penyaluran air irigasi sampai kepada pengguna.

Metode cost recovery dapat mengatasi biaya pengelolaan air dan bukan hanya sekedar penetapan harga yang tinggi atau penyimpanan dana yang lebih

banyak. Ketika biaya air dapat diatasi dengan mekanisme yang digunakan untuk

mengatasinya metode ini mempunyai spesifikasi sesuai dengan kondisi yang ada

di wilayah tersebut. Secara umum, biaya penyaluran air irigasi dapat dibagi dalam

tiga ketegori, yaitu (1) biaya proyek langsung, (2) biaya lingkungan, dan (3) biaya

marjinal pengguna.

Biaya proyek langsung merupakan pengukuran termudah dibandingkan

kategori lainnya dan banyak proyek menggunakan cara ini. Biaya langsung

cenderung digunakan dalam penentuan biaya, mulai dari proses sampai

penyaluran air irigasi yang dapat dipisahkan dalam biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya tetap termasuk seluruh investasi sarana irigasi seperti pembangunan waduk

dan saluran serta pemasangan meter dan pompa, ditambah depresiasi, dan tingkat

bunga investasi.

Biaya administrasi dan biaya operasi serta pemeliharaan tidak termasuk

dalam biaya penyaluran air, tetapi dimasukkan dalam biaya tetap karena tidak

bervariasi sesuai jumlah air yang disalurkan. Biaya variabel terdiri dari biaya

operasi dan pemeliharaan dalam penyaluran air, biaya tenaga kerja, dan biaya

biaya hilangnya air. Biaya-biaya ini bervariasi, metode penyaluran air, teknologi

irigasi, dan musim (Massarutto, 2002).

Biaya lingkungan meliputi erosi tanah dan kerusakan ekosistem selama

dan sesudah pembangunan suatu proyek irigasi. Sejauh ini, hanya sebagian kecil

proyek irigasi yang memasukkan biaya lingkungan sebagai bagian keseluruhan

biaya yang akan dikembalikan. Biaya lingkungan secara substansial akan

meningkatkan total biaya pembangunan proyek irigasi.

Di Afrika Selatan telah dikembangkan suatu sistem pembayaran yang

merefleksikan dan menutupi biaya langsung dan tidak langsung dengan

memasukkan biaya pembuangan limbah. Biaya pembuangan limbah ini

berhubungan dengan salinitas, nitrase, dan phospor dalam air pembuangan. Suatu pembayaran ekstra akan dibebankan kepada pembuang limbah, jika limbah yang

dibuang melebihi batas maksimum yang diijinkan. Dan sebaliknya jika limbah

yang dibuang kualitasnya lebih tinggi dibandingkan pada waktu pengambilan

akan diberikan insentip berupa pengurangan pembayaran limbah (Republic of

South Afrika, 2004).

Pemerintah Australia Selatan sepakat membiayai pengelolaan salinitas

yang diakibatkan oleh pembangunan irigasi sebelum 1988, petani menyanggupi

menanggung biaya pembangunan irigasi sesudah tahun 1988. Struktur biaya dua

bagian (two part tariff) dapat dipilih untuk mengakomodasi eksternalitas. Ketika infrastruktur dibangun atau diperbaiki untuk mengurangi hubungan kualitas air

dengan eksternalitas, biaya tetap dapat dimasukkan sebagai bagian tetap dari

harga dua sisi, untuk kuantitas yang dihubungkan dengan eksternalitas

ketika pemerintah meninjau kembali pembayaran air di tahun 2004, banyak

masyarakat yang menolak ide pengenalan biaya eksternalitas. Masyarakat

berpendapat bahwa banyak pengguna air telah siap dengan infrastruktur yang

mencegah eksternalitas, serta melakukan beberapa perbaikan regulasi

(Queensland Government, 2004).

Marginal User Cost didefinisikan sebagai nilai sekarang dari kelangkaan sumberdaya di masa mendatang sebagai implikasi penggunaan sumberdaya saat

ini (Howe et al. 1979). Akibatnya, biaya pengadaan pasokan air di masa

mendatang lebih tinggi karena pengambilan sumberdaya pada masa sekarang.

Kondisi ini sangat relevan untuk sumberdaya air tanah, terutama jika tidak ada

pengisian kembali (recharge) atau tingkat rechargenya kecil. Ketika harga air tanah tidak dimasukkan ke marginal user cost, akan mengakibatkan eksploitasi yang berlebihan terhadap sumberdaya tersebut.

Proyek sumberdaya air biasanya memiliki multitujuan, yaitu (1) memasok

air irigasi, (2) memasok rumah tangga dan industri, (3) sebagai pengendali

banjir, dan (4) pembangkit listrik tenaga listrik. Sekitar 90 persen waduk yang ada

di Asia memiliki multitujuan, pengguna yang berbeda akan memberikan

kontribusi biaya yang berbeda, sesuai dengan jasa layanan yang diterimanya.

Terdapat tiga metode yang biasa digunakan untuk mengalokasikan kontribusi

kepada setiap pengguna, yaitu (1) metode penggunaan fasilitas (use of facilities

atau UOF), (2) penyesuaian pengeluaran (alternative justifiable expenditures atau AJE), dan (3) biaya terpisah dan sisa benefit (separate costs, remaining benefits

Pendekatan use of facilities mengalokasikan biaya pada setiap pengguna yang menggunakan fasilitas yang sama sesuai dengan proporsi air yang disalurkan

(sebagai contoh irigasi dan domestik). Pendekatan alternative justifiable

expenditures mengalokasikan biaya bersama didasarkan sisa benefit setelah dikurangi dengan biaya spesifik, yaitu biaya langsung dari setiap pengguna

(sebagai contoh irigasi), tidak memasukkan biaya perubahan rancangan proyek

apabila terjadi penambahan tujuan. Pendekatan yang terakhir adalah pendekatan

SCRB mirip dengan pendekatan alternative justifiable expenditures, yaitu

pendekatan ini menetapkan biaya sebagai tujuan tunggal untuk mencapai manfaat

ekonomi, dan biaya perubahan rancangan sehubungan dengan penambahan tujuan

dimasukkan dalam total biaya. Sisanya merupakan biaya bersama sesudah

dikurangi dengan biaya tiap-tiap pengguna. Biaya bersama ini akan dibebankan

pada pengguna dengan proporsi sesuai dengan besarnya biaya untuk tiap-tiap

pengguna. Proyek yang menggunakan pendekatan ini terdapat di Anda Pradesh

India, dimana proyek dengan multi tujuan dapat mengalokasikan biaya yang

berbeda sesuai dengan tipe pengguna.

Proyek dengan benefit tidak langsung yang besar, ada beberapa biaya

dapat dialokasikan menjadi benefit. Sebagai contoh, negara dengan kebijakan

harga pangan rendah, ketika sarana irigasi diperbaiki, perusahaan pengolah

makanan dan konsumen lebih diuntungkan bila dibandingkan dengan petani.

Dalam berbagai kasus, pemberian subsidi terhadap proyek melalui penerimaan

pajak dari konsumen yang menghasilkan benefit, dan pajak yang dibayarkan oleh

Proyek pengelolaan air di Daerah Aliran Sungai Sana’a Yemen,

memberikan suatu ide kontribusi biaya oleh pemerintah, dimana program

perbaikan irigasi yang bertujuan untuk mengurangi tingkat eksploitasi air tanah,

sehingga keberlanjutan akuifer dapat dipertahankan serta memberikan waktu pada

pemerintah untuk menemukan solusi jangka panjang. Jika strategi kelestarian

yang dipilih, pencapaian benefit secara ekonomi bukan merupakan prioritas

utama. Strategi ini juga mendorong pengalihan irigasi dari irigasi air tanah

menjadi irigasi dengan menggunakan teknologi lainnya, seperti teknologi drip dan gelembung yang menggunakan pipa sebagai saluran distribusi. Teknolgi drip dan gelembung terbukti dapat meningkatkan efisiensi irigasi dari 35 persen menjadi

60 persen. Biaya ditanggung oleh pemerintah dan petani, dengan kontribusi

pemerintah sebesar 75 persen dari biaya investasi dan 90 persen dari biaya

instalasi, dan petani menanggung sisanya. Biaya operasi dan pemeliharaan

seluruhnya ditanggung oleh petani. Selain untuk pembiayaan, petani juga

memberikan kontribusi melalui pengurangan jumlah air yang digunakan per

hektar (World Bank, 2003a).

Ahli pengelolaan air MF. Abu Taleb dari World Bank melaporkan bahwa

water user allocation yang termasuk dalam implementasi proyek menanggapinya dengan sangat positif. Hal ini terbukti dengan kesepakatan pengguna untuk

membayar dan memasang instalasi konservasi air.

Dokumen terkait