• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data

Setelah semua data dikumpulkan, diadakan analisis terhadap data untuk menyelesaikan permasalahan penelitian yang telah ditetapkan. Metode yang digunakan dalam teknik analisis data ini adalah metode padan. Metode padan adalah sebuah metode yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan (Sudaryanto,1993:21). Metode ini digunakan untuk menyeleksi serangkaian iklan produk kosmetik di televisi yang menggunakan implikatur percakapan.

Teknik dasar untuk mengkaji data tersebut adalah teknik pilah unsur penentu yang memiliki daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh peneliti. Sesuai dengan jenis penentu yang akan dipisah-pisahkan atau dibagi menjadi berbagai unsur itu maka daya pilah itu dapat disebut daya pilah referensial, daya pilah ortografis, dan daya pilah pragmatis (Sudaryanto,1993:21). Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan teknik refensial dan teknik pragmatik. Teknik referensial digunakan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk implikatur dan teknik pragmatis digunakan untuk menjelaskan implikasi dan mengetahui faktor yang menyebabkan pemakaian implikatur.

Contoh :

Iklan (1) Wardah- versi pernikahan

Simak pertuturan antara X seorang kakak dengan Y seorang adik perempuannya. (1) X: Kalau pakai Wardah teratur bedakan hasilnya. Yuuk….

(2) Y: Kak, makasih ya semuanya.

(3) X: Dari awal kamu sudah memilih yang terbaik. Y: Ya.

Iklan (1) dianalisis dengan menggunakan teori implikatur dan tindak tutur yang dijadikan landasan teori pada penelitian ini. Tuturan pada iklan (1) akan dianalisis sebagai berikut:

Percakapan tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu antara X dan Y. Percakapan di atas terjadi saat peristiwa pernikahan Y. Tuturan X menginformasikan kelebihan produk Wardah kepada Y bahwa wajah Y tampak berbeda setelah memakai Wardah secara teratur. Kemudian, Y mengucapkan terima kasih atas pemberitahuan X mengenai produk Wardah, berkat Wardah wajah Y tampak cantik di hari pernikahannya.

Situasi tutur yang terjadi bahwa Y terharu dan mengungkapkan terima kasih kepada X yang sudah memberitahu memakai Wardah sebagai kosmetik pilihannya sehingga wajahnya tampak berbeda saat acara pernikahan.

1) Bentuk Implikatur Percakapan

Pertuturan akan berlangsung dengan baik apabila penutur dan lawan tutur dalam pertuturan itu menaati prinsip-prinsip kerjasama seperti yang dikemukakan oleh Grice (1975). Untuk dapat menemukan implikatur tuturan pada iklan tersebut, terlebih dahulu harus dianalisis apakah tuturan pada iklan itu mematuhi empat maksim percakapan yang dikemukakan Grice. Tuturan iklan itu memiliki implikatur apabila melanggar salah satu dari empat maksim yang dikemukakan Grice.

Empat maksim percakapan tersebut adalah:

a) Maksim kuantitas menghendaki setiap peserta tutur hanya memberikan kontribusi yang secukupnya saja atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawannya. Misal,

(1) X : Kalau pakai Wardah teratur bedakan hasilnya. Yuuk….

Pertuturan (1) sudah menaati maksim kuantitas karena telah memberikan kontribusi yang memadai. Pertuturan tersebut tidak menaati maksim kuantitas apabila:

X: Kalau pakai kosmetik Wardah secara teratur bedakan hasilnya. Yuuk… Pertuturan tersebut tidak menaati maksim kuantitas karena adanya kata kosmetik yang tidak perlu. Wardah merupakan merek kosmetik . Jadi, kata kosmetik pada tuturan ini memberikan informasi yang tidak perlu. b) Maksim kualitas menghendaki agar peserta pertuturan itu mengatakan hal

yang sebenarnya; hal yang sesuai dengan data dan fakta. Misal, pada percakapan X dan Y:

(1) X : Kalau pakai Wardah teratur bedakan hasilnya. Yuuk…. (2) Y : Kak, makasih ya semuanya.

Pertuturan (2) melanggar maksim kualitas dengan mengatakan makasih ya semuanya. Tuturan (2) tidak menaati maksim kualitas karena tidak menuturkan hal yang sebenarnya. Pertuturan (2) dapat menaati maksim kualitas bila Y mengatakan makasih ya atas Wardahnya.

c) Maksim relevansi mengharuskan setiap peserta pertuturan memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah atau tajuk pertuturan. Pertuturan X dan Y:

(1) X : Kalau pakai Wardah teratur bedakan hasilnya. Yuuk…. (2) Y : Kak, makasih ya semuanya.

Pertuturan (2) melanggar maksim relevansi. Komentar Y terhadap pernyataan X tidak ada relevansinya, sebab pemakaian Wardah teratur akan tampak hasilnya yang diutarakan X seharusnya dijawab dengan pernyataan “ya benar “oleh Y sebagai pembuktian pemakaian Wardah secara teratur benar adanya, bukan pernyataan “makasih ya semuanya”. d) Maksim cara mengharuskan penutur dan lawan tutur berbicara secara

langsung, tidak kabur, tidak ambigu, tidak berlebih-lebihan dan runtut. Berikut pertuturan X dan Y yang belum menaati maksim cara ini.

(1) X : Kalau pakai Wardah teratur bedakan hasilnya. Yuuk…. (2) Y : Kak, makasih ya semuanya.

(3) X : Dari awal kamu sudah memilih yang terbaik. Y : Ya.

Penuturan (3) tidak menaati maksim cara karena bersifat ambigu. Kata “dari awal” dapat berarti dari awal tahun, awal bulan, ataupun awal minggu. Pernyataan “ sudah memilih yang terbaik” tidak menaati maksim cara karena informasi “sudah memilih yang terbaik” bersifat ambigu. Pernyataan “sudah memilih yang terbaik” dapat mengacu pada pilihan jodoh atau pada pilihan hidupnya.

Berdasarkan empat maksim percakapan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tuturan pada iklan memiliki implikatur karena telah melanggar tiga dari empat maksim percakapan tersebut, yaitu maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim cara.

2) Menentukan Jenis Implikatur

Pertuturan pada iklan (1) memiliki implikatur, yaitu adanya keterkaitan antara ujaran dari seorang penutur dan lawan tuturnya. Namun, keterkaitan itu tidak tampak secara literal, tetapi dapat dipahami secara tersirat. Untuk mengetahui jenis implikatur percakapan pada iklan (1) maka diperlukan analisis pada iklan tersebut berdasarkan teori Grice tentang jenis implikatur.

a) Implikatur konvensional, yaitu implikatur yang dihasilkan dari penalaran logika.

(1) X: Kalau pakai Wardah teratur bedakan hasilnya. Yuuk….

Secara logika dari ujaran X dapat dipahami bahwa pemakaian Wardah secara tidak teratur tidak akan menghasilkan hasil yang berbeda dari sebelumnya.

Dari tuturan tersebut secara logika dapat dipahami bahwa tuturan X mengajak kaum perempuan untuk memilih produk terbaik sejak awal. Tuturan tersebut mengandung arti Wardah sebagai pilihan terbaik untuk wanita.

b) Implikatur Konversasional merupakan implikatur yang dihasilkan karena tuntutan konteks tertentu.

(3)X: Dari awal kamu sudah memilih yang terbaik.

Berdasarkan konteks atau peristiwa tutur yang telah dikemukakan di awal bahwa pertuturan (3) membicarakan Wardah dalam acara pernikahan. Dari tuturan X tersebut berdasarkan konteks yang ada dapat bermakna ‘dari awal kamu sudah memilih Wardah sebagai pilihan terbaik’ bukan ‘dari awal kamu sudah memilih jodoh yang terbaik’.

Berdasarkan dua jenis implikatur di atas, tuturan (1) merupakan jenis implikatur konvensional dan tuturan (3) merupakan jenis implikatur konversasional. Maka dapat disimpulkan bahwa iklan (1) memiliki jenis implikatur konvensional dan implikatur konversasional secara bersamaan yaitu dapat dianalisis berdasarkan logika dan konteks.

3) Menentukan Tindak Tutur Ilokusi

J.L Austin mengatakan bahwa ada tiga macam tindak tutur yang terjadi secara bersamaan dalam sebuah tuturan. Demikian pula halnya dengan tuturan pada iklan (1) telah terjadi secara serentak tiga macam tindak tutur seperti yang diungkapkan Austin, yaitu:

1) Tindak Tutur Lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu sebagaimana adanya atau The Act Saying Something tindakan untuk menyatakan sesuatu.

(1) X: Kalau pakai Wardah teratur bedakan hasilnya. Yuuk….

Tuturan (1) dituturkan oleh seorang penutur semata-mata hanya untuk memberi informasi bahwa memakai Wardah secara teratur akan tampak hasil yang berbeda.

(3)X: Dari awal kamu sudah memilih yang terbaik.

Tuturan (3) dituturkan untuk memberi informasi bahwa ‘kamu tidak salah pilih’.

2) Tindak Tutur Ilokusi selain menyatakan sesuatu juga menyatakan tindakan melakukan sesuatu. Oleh sebab itu, tindak tutur ilokusi ini disebut The Act of Doing Something (tindakan melakukan sesuatu).

(1) X: Kalau pakai Wardah teratur bedakan hasilnya. Yuuk…. (2) Y: Kak, makasih ya semuanya.

Tuturan (1) mempunyai daya ilokusi yaitu memuji, menyuruh, mengusulkan Y untuk memakai Wardah secara teratur. Tindakan Y pada tuturan (2) adalah melaksanakan apa yang diperintahkan kepadanya dan Y mengucapkan terima kasih.

3) Tindak Tutur Perlokusi adalah tindak tutur yang mempunyai pengaruh atau efek terhadap lawan tutur atau orang yang mendengar tuturan itu. Maka tindak tutur perlokusi sering disebut sebagai The Act of Affective Someone (tindak yang memberi efek pada orang lain).

(1) X: Kalau pakai Wardah teratur bedakan hasilnya. Yuuk…. (2) Y: Kak, makasih ya semuanya.

(3) X: Dari awal kamu sudah memilih yang terbaik. Y: Ya.

Tuturan (2) merupakan efek atau pengaruh dari tuturan (1) . Tuturan (1) merupakan tindak tutur ilokusi memuji, menyuruh, mengusulkan dan efek terhadap orang yang mendengar tuturan itu merupakan perlokusi dari menyuruh yaitu menaati/menerima saran.

Searle mendeskripsikan tindak ilokusi ke dalam lima kategori, yaitu:1) Representatif (disebut juga asertif), yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas apa yang dikatakannya. Misalnya mengatakan, melaporkan, menyebutkan, mengusulkan, mengeluh, membual, dan mengemukakan pendapat. 2) Direktif yaitu tindak tutur yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar lawan tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. Misalnya memesan, menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan,memberi nasihat, dan menantang. 3) Ekspresif yaitu tindak tutur yang dilakukan dengan maksud agar tuturannya diartikan sebagai evaluasi mengenai hal yang disebutkan di dalam tuturan itu. Misalnya memuji, mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, mengecam, menuduh, mengucapkan bela sungkawa, mengkritik, dan mengelak. 4) Komisif yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturannya. Misalnya menawarkan, berjanji, bersumpah, dan mengancam. 5) Deklarasi yaitu tindak tutur yang dilakukan si penutur dengan maksud untuk

menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru. Misalnya, mengundurkan diri, membaptis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengangkat (pegawai), mengucilkan atau membuang, memutuskan, membatalkan, melarang, memberi maaf, dan mengizinkan.

Berdasarkan lima kategori yang dikemukakan Searle tersebut, dapat dikatakan bahwa implikatur yang terkandung dalam tuturan (1) yaitu “Kalau pakai Wardah teratur bedakan hasilnya. Yuuk….” termasuk ke dalam ilokusi ekspresif jenis memuji, representatif jenis mengusulkan ,komisif jenis menawarkan, dan direktif jenis menyuruh. Dapat disimpulkan bahwa iklan (1) mengandung tindak tutur ilokusi ekspresif, representatif, komisif, dan direktif yang terdapat pada tuturan (1) yaitu “Kalau pakai Wardah teratur bedakan hasilnya. Yuuk….”.

BAB IV

Dokumen terkait