• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

3.3. Prinsip-prinsip Pemngembangan Tipe Layout 5

3.5.3. Metode Dasar Group Technology 8

Metode dasar dalam group technology dapat dilihat pada Gambar 3.3.

8

1. Metode klasifikasi

Metode ini digunakan untuk mengelompokkan part menjadi part family

berdasarkan ciri-ciri desainnya. Metode ini terbagi atas: a. Metode visual (visual method)

Metode visual adalah suatu prosedur semi sistematis, dimana komponen dikelompokkan berdasarkan kemiripan dari bentuk geometrisnya. Pengelompokan dengan metode ini tergantung kepada preferensi personal. Oleh karena itu, metode ini bisa dipakai pada kasus dimana jumlah komponen lebih sedikit.

b. Metode kode (coding method)

Metode ini merupakan suatu proses yang sistematis dalam menentukan suatu nilai alphanumerik untuk setiap komponen berdasarkan ciri-ciri tertentu dari suatu komponen. Tiap digitnya menandakan ciri part tersebut, yang dapat mengelompokkan part, yaitu: (a) bentuk dnan kompleksitas geometris, (b) dimensi, (c) jenis material, (d) bentuk bahan baku, (e) keakuratan.

Jadi apabila digunakan sistem sandi atau kode, masing-masing komponen diberi kode yang terdiri dari angka atau huruf, masing-masing kode menunjukkan kelompok komponen. Sistem pengkodean yang dipakai tergantung pada sejauh mana tingkat informasi yang akan ditonjolkan pada kelima pengelompokan tadi. Misalnya, sistem pengkodean bisa hanya bentuk dan ukuran yang dicantumkan, apabila penekanan pada kedua poin tersebut yang diperlukan. Ada tiga tipe dasar yang dapat digunakan, yaitu9:

Monocode

Pengkodean monocode merupakan sebuah struktur pohon yang memberikan informasi tentang digit yang terikat, dimana setiap urutan symbol bergantung pada simbol yang mendahuluinya. Pengkodean seperti ini dapat dilihat pada Gambar 3.4. Metode Group Technology A. Classification B. Clustering Analysis Visual Method Coding Method Mathematical Programming Formulation

Geveralize P- median model P- median

Quadratic Programming Model

Biparte Graph Transition Graph Boundary Graph Graph Formulation Matrix

Formulation Cluster Identification Algorithm Cost Based Method

Extended Cluster Algorithm Sort Based Algorithm Similiarity Coefficient Method

` `

Gambar 3.3. Metode Group Technology

Polycode, artinya bahwa nilai digit tertentu selalu mengindikasikan fitur yang sama dan sangat mudah membacanya. Pengkodean ini tidak tergantung pada nilai simbol yang mendahuluinya, seperti pada Gambar 3.5.

Hybrid, merupakan perpaduan di antara kedua pengkodean monocode dan

polycode, seperti pada Gambar 3.6.

Untuk membedakan antara monocode dan polycode, dipertimbangkan dari 2 digit angka kode dari suatu part. Misalnya angka 15 dan 25. Di dalam

monocode, angka 1 berarti angka yang menunjukkan part berbentuk silinder sedangkan angka 2 menunjukkan part berbentuk persegi. Digit kedua, yaitu angka 5 tergantung pada nilai dari digit yang pertama. Jika digit sebelumnya 1, maka angka 5 menunjukkan rasio diameter part. Jika digit sebelumnya 2, maka angka 5 menunjukkan panjang part. Dalam polycode, angka 5 memiliki arti yang sama tanpa bergantung pada angka 1 dan angka 2. Misalnya, angka 5 menunjukkan panjang part. Hybrid merupakan perpaduan antara monocode dan polycode.

1. Steel 2. Copper 3. Bronze

1. 5 m < Diameter ≤ 10 m 2. 10 m < Diameter ≤ 15 m 3. 15 m < Diameter ≤ 20 m

1. center tidak punya lubang 2. center tidak punya lubang 1. center memiliki satu lubang 2. center memiliki dua lubang 1. center tidak punya lubang 2. center memiliki 3 lubang

Gambar 3.4. Sistem Monocode Lubang

Dari Gambar 3.4, misalkan kode part yang diberikan adalah 312. Maka arti dari kode tersebut adalah part tersebut terbuat dari bahan bronze, dengan 5m< Diameter ≤ 10m dengan memiliki satu lubang pada centernya. Artinya bahwa digit kedua mempengaruhi digit ketiga.

Jika diberikan kode sebuah part 312, dari Gambar 3.5 dapat diartikan bahwa part tersebut terbuat dari bahan bronze, 5m< Diameter ≤ 10 m, dan

memiliki satu lubang pada pusatnya. Dari sini bisa dilihat, bahwa setiap digit tidak mempengaruhi digit selanjutnya karena untuk semua part. Misalnya, digit kedua

tidak akan berpengaruh ke digit ketiga. Karena untuk setiap part arti simbol dalam digit tersebut memiliki arti yang sama.

1. Steel 2. Copper 3. Bronze 1. 5 m < Diameter ≤ 10 m 2. 10 m < Diameter ≤ 15 m 3. 15 m < Diameter ≤ 20 m

1. center tidak punya lubang 2. center memiliki 1 lubang 3. center memiliki 2 lubang Gambar 3.5. Sistem Polycode

Dalam sistem hybrid, kode part menunjukkan penggabungan pengkodean dengan monocode dan polycode, seperti pada Gambar 3.6. Misalkan kode part

3123, maka part terbuat dari bahan bronze, 5m< Diameter ≤ 10m, memiliki satu

lubang pada centernya serta 15m < Tinggi ≤ 20m. 2. Metode analisis cluster (cluster analysis method)

Dasar pengelompokan pekerjaan pada metode analisis cluster adalah bobot dari objek, yakni pengelompokan objek menjadi kelompok yang homogen berdasarkan pada ciri-ciri objek.

Penerapan analisis cluster pada group technology adalah pengelompokan

part menjadi part family dan mesin-mesin ke dalam sel-sel mesin. Untuk memodelkan masalah teknologi kelompok dapat digunakan salah satu dari tiga formulasi berikut, yaitu: (a) formulasi matriks, (b) formulasi matematis, (c) formulasi grafik.

1. Steel 2. Copper 3. Bronze

1. 5 m < Diameter ≤ 10 m 2. 10 m < Diameter ≤ 15 m 3. 15 m < Diameter ≤ 20 m

1. center tidak punya lubang 2. center tidak punya lubang 1. center memiliki satu lubang 2. center memiliki dua lubang 1. center tidak punya lubang 2. center memiliki 3 lubang 1. 5 m < Diameter ≤ 10 m 2. 10 m < Diameter ≤ 15 m 3. 15 m < Diameter ≤ 20 m 4. 20 m < Diameter ≤ 25 m

Gambar 3.6. Sistem Hybrid

Dalam formulasi matriks dihasilkan matriks mesin-part (matriks insiden, aij) yang berisi elemen bernilai 1 dan 0, yang diartikan sebagai berikut:

1 : bila mesin i digunakan untuk mengerjakan part j. 0 : bila mesin i tidak digunakan untuk menghasilkan part j. Hasil analisis cluster memberi dua kemungkinan, di antaranya: a. Cluster yang terpisah sempurna atau mutually separable cluster (MSC)

MSC merupakan hasil pengelompokan yang ideal. Analisis cluster yang dilakukan menghasilkan blok MC (machine cell) dan PF (part family) yang benar-benar terpisah. Artinya, sebuah sel mesin benar-benar hanya dipakai untuk mengerjakan satu part family, seperti pada Gambar 3.7. Demikian juga sebuah part family hanya dikerjakan di dalam satu sel mesin. Part family

merupakan kelompok part-part yang sejenis, dikarenakan kemiripan ukurannya, bentuk geometrisnya atau juga karena langkah-langkah

produksinya. Sedangkan machine cell merupakan kelompok mesin-mesin yang dilalui part-part yang sama. Namun hal ini sangat jarang bisa didapat, karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki.

Gambar 3.7. Mutually Separable Cluster (MSC)

b. Cluster yang terpisah sebagian atau partially separable cluster (PSC)

PSC menandakan bahwa sistem produksi yang akan diterapkan group technology tidak dapat didekomposisikan secara murni, seperti pada Gambar 3.8.

Gambar 3.8. Partially Separable Cluster (PSC)

Dari gambar di atas terlihat bahwa part 5 membutuhkan pengerjaan di mesin 1 dan mesin 3 yang terletak di mesin yang berbeda, yaitu MC-1 dan MC-2. Part

4 disebut dengan exceptional part, yaitu part yang dikerjakan lebih dari satu sel. Mesin 1 disebut sebagai bottleneck machine, yaitu mesin yang dibutuhkan untuk pengerjaan part yang terletak di sel yang lain atau mesin yang dibutuhkan untuk pengerjaan lebih dari satu part family.

Dokumen terkait