• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI

E. Metode Demonstrasi

1. Pengertian Demonstrasi

Metode yang dipergunakan oleh guru dalam mengelola pembelajaran merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan apakah pembelajaran berhasil atau tidak. Sangat penting bagi guru untuk memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang sesuai , sehingga siswa secara aktif berperan dalam proses pembelajaran. Salah satu metode yang dapat mengikutsertakan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran adalah metode demonstrasi.

Metode demonstrasi merupakan suatu metode di mana guru memainkan peranan yang sangat penting karena kejelasan dari sesuatu yang dipertunjukkan dan diterangkan sangat bergantung dari cara guru menyampaikannya.

Menurut Sund (dalam Kartika Budi, 1991:15) demonstrasi diartikan sebagai proses menunjukkan sesuatu. Sesuatu yang

ditunjukkan itu dapat berupa obyek, proses, cara merangkai percobaan, cara melakukan percobaan, cara membaca skala pada alat-alat ukur dan sebagainya; sedang menurut Jusuf Djajadisastra (1982:93) yang dimaksud dengan demonstrasi adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung obyeknya, atau caranya melakukan sesuatu atau mempertunjukkan prosesnya.

Agar pembelajaran dengan metode demonstrasi dapat berjalan dengan lancar diperlukan suatu persiapan. Maka guru harus (1) mengkaji kesesuaian metode terhadap tujuan yang akan dicapai, (2) menganalisis kebutuhan peralatan yang akan digunakan untuk demonstrasi, (3) mencoba peralatan dan menganalisis kebutuhan waktu, (4) merancang garis-garis besar demonstrasi.

2. Fungsi Demonstrasi

Dalam proses pembelajaran, demonstrasi dapat berfungsi untuk (1) membangkitkan masalah, (2) membangun konsep, dan (3) menguji kebenaran konsep.

2.1. Demonstrasi untuk Membangkitkan Masalah

Baik sekali kalau pembelajaran dimulai dengan masalah yang relevan, yaitu masalah yang sesuai dengan materi dan konsep yang akan dibangun. Dengan adanya masalah secara tersirat tujuan diinformasikan. Dengan adanya masalah diharapkan rasa ingin tahu siswa dibangkitkan, karena ada sesuatu yang ingin dicari,

dijawab, atau dipecahkan. Bila dimulai dengan masalah, proses pembelajaran selanjutnya merupakan proses untuk memecahkan masalah tersebut. Sebagai pembangkit masalah harus dipilih demonstrasi yang memberi peluang munculnya pertanyaan (Kartika Budi, handout).

2.2. Demonstrasi untuk Membangun Konsep

Untuk membangun konsep, fungsi pokok demonstrasi adalah untuk memperoleh data. Proses selanjutnya adalah mengolah data agar sampai pada kesimpulan yang berupa konsep atau hukum. Untuk menganalisis data perlu langkah-langkah kegiatan yang jelas. Tidak cukup kalau guru hanya meminta dengan mengatakan “analisislah data yang anda peroleh, dan apa kesimpulannya”. Siswa perlu dibantu melalui pertanyaan-pertanyaan panduan bertahap yang harus dijawab siswa. LKS dapat dipakai sebagai alat bantu.

Dengan pertanyaan panduan dengan menggunakan LKS seperti itu diharapkan siswa sungguh terlibat dalam proses berfikir, menjawab pertanyaan, dan merumuskan sendiri pengertian suatu konsep. LKS dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, dengan prinsip LKS yang baik adalah yang membantu siswa berproses untuk membangun konsep (Kartika Budi, handout).

2.3. Demonstrasi untuk Menguji Kebenaran Konsep

Konsep-konsep kualitatif dapat diuji kebenarannya melalui demonstrasi . Misalnya setelah dibangun konsep aturan genggaman tangan kanan untuk menentukan arah gaya Lorenz, kemudian dengan demonstrasi kebenaran aturan itu diuji. Dengan aturan yang baru saja dibangun, yaitu aturan genggaman tangan kanan, siswa diminta untuk menganalisis. Setelah dijawab, dengan analisis yang benar, kemudian dicoba. Kalau ternyata jawabannya sesuai dengan analisis, maka dapat disimpulkan bahwa aturannya benar. Sebaliknya kalau ada jawaban yang salah, tidak boleh cepat-cepat menyatakan bahwa aturannya yang salah. Mungkin analisisnya yang salah. Bila terjadi demikian, maka analisisnya yang harus dikoreksi (Kartika Budi, handout).

3. Merancang Demonstrasi

Agar demonstrasi berhasil dan berdaya guna, perlu dipersiapkan dan direncanakan sebaik-baiknya. Langkah-langkah perencanaannya adalah (1) mengidentifikasi konsep-konsep yang akan dibangun, (2) menentukan/memilih alat-alat yang akan digunakan, (3) menetapkan langkah-langkah percobaan, (4) menetapkan langkah-langkah analisis agar dapat menentukan dan mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan panduan bila diperlukan, (5) menentukan kapan dan di mana demonstrasi dilaksanakan dan siapa yang melaksanakan, dan (6) mencoba sendiri sebelumnya.

Pentingnya langkah-langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Konsep yang akan dibangun harus jelas, karena konsep yang akan dibangun menentukan percobaan yang akan dilakukan, data yang diperlukan, proses analisis yang harus dilakukan. Pemilihan alat sangat penting untuk menjaga kelancaran percobaan. Alat yang kurang baik dapat menyebabkan percobaan tidak lancar, bahkan gagal. Demonstrasi yang gagal membuang waktu dan menimbulkan kesan kurang baik pada siswa.

Tempat melakukan demonstrasi sangat penting. Demonstrasi yang dilakukan di tempat yang tidak dapat diamati oleh sebagian besar siswa, dapat mengundang keributan siswa. Demonstrasi yang dilakukan di meja guru, sehingga hanya sebagian kecil siswa yang duduk di depan saja yang dapat melihat, tidak efektif. Lakukan demonstrasi di tempat yang sebagian besar siswa dapat melihatnya.

Rencana analisis sangat menentukan kualitas proses pasca demonstrasi. Data yang diperoleh sungguh bermanfaat hanya bila diolah dengan proses yang benar dan menghasilkan kesimpulan yang benar.

Untuk percobaan-percobaan yang cukup rumit dan memiliki kemungkinan gagal, perlu dicoba dulu sebelumnya untuk memastikan apakah demonstrasi sungguh dapat dilaksanakan dan untuk mengantisipasi kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul. Juga untuk membangkitkan kepercayaan diri. Sebaiknya demonstrasi tidak

dilaksanakan kalau guru tidak yakin akan keberhasilannya. Sebaiknya demonstrasi tidak dilakukan secara sepontan, coba-coba, dan untung-untungan. Keuntungan lain dari percobaan yang telah dilakukan sebelumnya adalah dapat diperoleh data yang dapat dianalisis manakala demonstrasi tidak berhasil. Dengan demikian kegagalan demonstrasi tidak membuat proses ilmiah selanjutnya berhenti (Kartika Budi, handout).

4. Melaksanakan Demonstrasi

Waktu yang tersedia untuk pembelajaran terbatas. Efisiensi penggunaan waktu penting. Oleh karena itu bila demonstrasi memerlukan waktu untuk merangkai alat, maka sebaiknya rangkaian alat tidak disusun saat demonstrasi berlangsung. Rangkaian sudah dipersiapkan sebelumnya, sehingga pada saat demonstrasi tinggal melaksanakan percobaannya. Ini juga merupakan salah satu cara untuk mengurangi resiko gagal.

Dalam melaksanakan demonstrasi sedapat mungkin melibatkan siswa secara bergiliran untuk hal-hal yang dapat dilakukan siswa. Makain banyak siswa dilibatkan, makin banyak mereka berperan, diharapkan pembelajaran menjadi semakin hidup, menarik, dan menyenangkan (Kartika Budi, handout).

5. Kekuatan dan Kelemahan Demonstrasi 5.1. Kekuatan Demonstrasi

Menurut Muhibbin Syah (1995:210-211) penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran mempunyai beberapa kekuatan, antara lain (a) perhatian siswa lebih dapat dipusatkan, (b) proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari, (3) pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.

Sedangkan menurut Moedjiono dan Muh. Dimyati (1992:74-75) kekuatan penggunaan metode demonstrasi antara lain (a) memperkecil kemungkinan kesalahan konsep siswa bila dibandingkan kalau siswa hanya membaca atau mendengar penjelasan, (b) memungkinkan siswa terlibat secara langsung dalam kegiatan demonstrasi, sehingga memberikan kesempatan yang benar bagi siswa untuk memperoleh pengalaman, (c) memudahkan memusatkan perhatian siswa pada hal-hal yang dianggap penting, sehingga para siswa benar-benar memberikan perhatian khusus pada hal tersebut. Dengan kata lain perhatian siswa lebih mudah dipusatkan pada proses belajar mengajar dan tidak tertuju pada yang lain, (d) memungkinkan siswa mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang belum mereka ketahui selama demonstrasi berlangsung.

Menurut Jusuf Djajadisastra (1982:101-103) kekuatan penggunaan metode demonstrasi antara lain (a) cara yang wajar atau alamiah sesuai dengan perkembangan jiwa anak untuk belajar memahami suatu obyek atau perbuatan (Tanggapan-tanggapan dalam jiwa murid dan pengertian-pengertian yang terbentuk akan diperoleh melalui proses yang wajar dan menjadi lebih jelas dibandingkan jika hanya diterangkan secara lisan saja yang sifatnya abstrak), (b) Menanamkan, memupuk dan mengembangkan hasrat untuk ingin mengetahui sesuatu, (c) menanamkan keyakinan akan kepastian sesuatu.

5.2. Kelemahan Demonstrasi

Menurut Jusuf Djajadisastra (1982: 103-104) penggunaan metode demonstrasi mempunyai kelemahan, antara lain (a) menyebabkan murid tertahan perkembangan berfikirnya sehingga menetap pada taraf berfikir konkrit saja dan tidak meningkat ke taraf abstrak (Berfikir dengan hanya menggunakan benda-benda kongkrit dan tanggapan-tanggapan hanya akan membuat berfikir menjadi lamban, kebiasaan untuk selalu melihat sendiri suatu obyek untuk kemudian baru memahaminya dan menyebabkan terhambatnya kemampuan pembentukan pengertian-pengertian yang sifatnya abstrak) , (b) Mengamati sesuatu dengan cermat, bukan merupakan pekerjaan yang mudah bagi murid-murid, (c) tidak semua hal yang didemonstrasikan guru dapat diulang

berkali-kali, (d) apabila jumlah murid terlalu besar maka akan sangat sulit untuk mengatur tempat duduk atau berdiri murid agar semuanya dapat melihat dengan jelas, (e) mahalnya biaya yang harus dikeluarkan terutama untuk alat-alat modern, (f) untuk membangun suatu konsep memerlukan waktu yang relatif lama.

Dokumen terkait