• Tidak ada hasil yang ditemukan

Total 65 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon, 2006

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.6. Prosedur Pembelian Bahan Baku

5.7.2. Industri Menengah

5.7.2.4. Metode EOQ

5.7.2.4. Metode EOQ

Metode EOQ merupakan metode yang digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimalkan biaya penyimpanan persediaan dan pemesanan persediaan. Selain itu dengan metode EOQ dapat pula diketahui titik pemesanan kembali (reorder point) yang bertujuan untuk menjaga agar persediaan tetap tersedia dalam jumlah yang optimal. Titik ini akan menunjukkan keadaan untuk mengadakan pemesanan kembali untuk menggantikan persediaan yang telah digunakan.

Metode yang digunakan perusahaan dalam melakukan pengadaan persediaan bahan baku memiliki perbedaan dengan hasil yang diperoleh berdasarkan metode EOQ. Perbandingan antar metode yang diterapkan CV. Pesona Rattan Nusantara dengan metode EOQ meliputi perbandingan frekuensi pemesanan, kuantitas pesanan, biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan perbandingan biaya persediaan.

a) Analisis Pengendalian Persediaan Industri Menengah

Pengendalian persediaan bahan baku berdasarkan metode EOQ dapat digunakan untuk menentukan jumlah frekuensi dan kuantitas pesanan persediaan bahan baku sehingga dapat meminimalkan biaya penyimpanan dan pemesanan persediaan bahan baku. Untuk mengetahui perbandingan frekuensi dan kuantitas pemesanan bahan baku antara metode perusahaan dan metode EOQ dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Perbandingan Frekuensi dan Kuantitas Pemesanan Bahan Baku

Pengendalian Persediaan Rotan

Perusahaan EOQ Jumlah Kuantitas

Jenis Rotan Unit

Frekuensi Frekuensi Perusahaan EOQ

Batang Poles

(28 – 30 mm) Kg 17 11 13.190 13.678,72 Core

(15 mm) Kg

Tabel 17 (Lanjutan) Fitrit (3,5 mm) Kg 14 17 20.045,5 20.244,45 Asalan Semambu (26 – 28 mm) Kg 16 2 1.155 1.390,82

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa frekuensi pemesanan pada metode EOQ relatif lebih kecil dibandingkan dengan metode yang dilakukan CV. Pesona Rattan Nusantara. Kecuali untuk fitrit (3,5 mm), memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan metode perusahaan, hal ini dikarenakan jumlah permintaan fitrit yang tinggi selama tahun 2006.

Perhitungan dengan metode EOQ memperoleh hasil yaitu kuantitas pemesanan persediaan bahan baku yang optimal untuk rotan batang poles (28 – 30 mm) adalah sebesar 1.243,51 Kg, dan frekuensi pemesanan dilakukan sebanyak sebelas kali dengan jumlah pesanan lebih tinggi dibandingkan dengan metode yang diterapkan perusahaan yaitu sebesar 13.678,72 Kg. Untuk mengetahui tingkat pengendalian persediaan rotan batang poles (28 – 30 mm) dapat dilihat pada Gambar 9.

L=3 L=3 L=3 L=3 L=3 L=3 L=3 L=3 L=3 L=3

Metode EOQ Metode Perusahaan

Gambar 9 Tingkat Persediaan Rotan Jenis Batang Poles (28 – 30 mm) Vs Waktu Bagi EOQ dan metode perusahaan

Pada saat persediaan batang poles (28 – 30 mm) mencapai garis R (titik pemesanan kembali) sebesar 147,09 Kg, maka bagian pembelian akan memesan bahan baku jenis tersebut dengan pesanan sebesar Q (1.243,51Kg).

Pada Gambar 10 menunjukkan pengaruh tingkat persediaan rotan jenis core (15 mm) terhadap waktu. Gambar ini memperlihatkan bahwa untuk meminimumkan besarnya biaya persediaan, maka jumlah pesanan bahan baku yang optimal berdasarkan perhitungan dengan metode EOQ adalah sebesar 175,43 Kg, dengan frekuensi pemesanan sebanyak dua kali. Jumlah pesanan lebih tinggi dari metode perusahaan yaitu sebesar 350,86 Kg. Pada saat persediaan core (15 mm) mencapai garis R (3,03 Kg), maka bagian pembelian akan memesan bahan baku jenis tersebut dengan pesanan sebesar Q (175,43 Kg).

R=3,03

Metode EOQ

Metode Perusahaan

Gambar 10 Tingkat Persediaan Rotan Jenis Core (15 mm) Vs Waktu Bagi EOQ

Pada Gambar 11 dapat dilihat bahwa jumlah pesanan bahan baku rotan jenis fitrit (3,5 mm) yang optimal berdasarkan metode EOQ adalah sebesar 1.190,85 Kg dan pemesanan dilakukan sebanyak tujuh belas kali dengan jumlah pesanan lebih tinggi dibandingkan dengan metode yang diterapkan perusahaan yaitu sebesar 20.244,45 Kg, serta dapat melakukan pembelian kembali sebesar Q (1.190,85 Kg) apabila jumlah persediaan di gudang telah mencapai garis R (223,56 Kg).

Gambar 11 Tingkat Persediaan Rotan Jenis Fitrit (3,5 mm) Vs Waktu Bagi EOQ

Untuk rotan jenis asalan semambu (26 – 28 mm), jumlah pemesanan optimal berdasarkan metode EOQ adalah sebesar 695,41 Kg dan pemesanan dilakukan sebanyak dua kali.Jumlah pesanan lebih tinggi dari metode perusahaan yaitu sebesar 1.390,82 Kg. Tingkat persediaan rotan jenis asalan semambu (26 – 28 mm) disajikan pada Gambar 12.

1

Metode EOQ Metode Perusahaan

Metode Perusahaan

Metode EOQ

Gambar 12 Tingkat Persediaan Rotan Jenis Asalan Semambu (26 – 28 mm) Vs Waktu Bagi EOQ

Pada saat persediaan asalan semambu (26 – 28 mm) mencapai garis R (titik pemesanan kembali) sebesar 12,87 Kg, maka bagian pembelian akan memesan bahan baku jenis tersebut dengan pesanan sebesar Q (695,41 Kg).

b) Analisis Biaya Persediaan Bahan Baku

Biaya pemesanan berkaitan dengan frekuensi pemesanan, sehingga biaya pemesanan tertinggi pada tiap jenis rotan terdapat pada metode perusahaan. Pada tabel di bawah ini dapat dilihat perbandingan besarnya biaya persediaan berdasarkan metode EOQ dengan metode perusahaan pada CV. Pesona Rattan Nusantara untuk keempat jenis bahan baku.

Tabel 18 Perbandingan Biaya Persediaan Bahan Baku

Biaya Pemesanan Biaya Penyimpanan Biaya Persediaan Bahan Baku

Perusahaan EOQ Perusahaan EOQ Perusahaan EOQ Batang Poles (28 – 30 mm) 1.351.500 874.500 13.786.281,25 9.275.882 15.137.781,25 10.150.382 Core (15 mm) 397.500 159.000 844.184,25 247.444,01 1.241.684,25 406.444,01 Fitrit (3,5 mm) 1.113.000 1.351.500 61.298.876,88 22.749.700,69 62.411.876,88 24.101.200,69 Asalan Semambu (26 – 28 mm) 1.272.000 159.000 374.053,75 264.081,92 1.646.053,75 423.081,95 Total 4.134.000 2.544.000 76.303.396,13 32.537.108,65 80.437.396,13 35.081.108,65

Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa biaya pemesanan tertinggi terdapat pada rotan batang poles (28 – 30 mm) pada metode perusahaan dan fitrit (3,5 mm) pada metode EOQ masing – masing sebesar Rp. 1.351.500, sedangkan biaya pemesanan terendah terdapat pada rotan core (15 mm) dan asalan semambu (26 – 28 mm) masing–masing sebesar Rp. 159.000 dengan metode EOQ. Selisih biaya pemesanan yang dapat dilakukan pada biaya pemesanan berdasarkan metode EOQ adalah sebesar Rp. 1.590.000 yang terdiri dari Rp. 477.000 untuk rotan batang poles (28 – 30 mm), Rp. 238.500 untuk rotan core (15 mm) dan sebesar Rp. 1.113.000 untuk rotan asalan semambu (26 – 28 mm), sedangkan untuk fitrit (3,5 mm) memiliki nilai sebesar – Rp. 238.500. Hal ini dikarenakan jumlah frekuensi pemesanan untuk fitrit (3,5 mm) pada metode EOQ lebih besar dari jumlah frekuensi pemesanan yang dilakukan berdasarkan metode perusahaan. Semakin banyak frekuensi pemesanan yang dilakukan semakin besar biaya pemesanan.

Pada biaya penyimpanan diperoleh hasil yaitu biaya penyimpanan tertinggi terdapat pada metode perusahaan yaitu pada rotan fitrit (3,5 mm) sebesar Rp. 61.298.876,88 dan biaya penyimpanan terendah terdapat pada rotan core (15 mm) dengan metode EOQ yaitu sebesar Rp. 247.444,01. Biaya penyimpanan berhubungan dengan banyaknya jumlah persediaan bahan baku yang disimpan di gudang, apabila terdapat sisa persediaan yang tinggi akan menimbulkan biaya penyimpanan yang tinggi pula. Selisih biaya penyimpanan yang diperoleh berdasarkan metode EOQ adalah sebesar Rp. 43.766.287,48 yang terdiri dari Rp. 4.510.399,25 untuk rotan batang poles (28 – 30 mm), Rp. 596.740,24 untuk rotan core (15 mm), Rp. 38.549.176,19 untuk rotan fitrit (3,5 mm), dan sebesar Rp. 

109.971,8 untuk rotan asalan semambu (26 – 28 mm).

Perbandingan biaya persediaan tiap jenis rotan untuk kedua metode menunjukkan bahwa secara keseluruhan biaya persediaan bahan baku tahunan dengan menggunakan metode perusahaan memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode EOQ. Selisih total biaya persediaan bahan baku tahunan antara kedua metode adalah sebesar Rp. 45.356.287,48. Selisih biaya persediaan yang didapat apabila menggunakan metode EOQ untuk rotan batang poles (28–30 mm) adalah sebesar Rp. 4.987.399,25, rotan core (15 mm) sebesar Rp. 835.240,24, rotan fitrit (3,5 mm) sebesar Rp. 38.310.676,19 dan rotan asalan semambu adalah sebesar Rp. 1.222.971,8. 

Pada industri ini tidak diperlukan adanya safety stock atau persediaan pengaman untuk bahan baku rotan dikarenakan penggunaan bahan baku utama bukan pada bahan baku rotan melainkan bahan baku lain.

Dokumen terkait