• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKB Metode Harga Pokok Pesanan  –   Full Costing (Contoh Kasus) Contoh:

Dalam dokumen Contoh Soal Jawab Akuntansi (Halaman 31-37)

PT. Accorner merupakan perusahaan yang bergerak di bidang percetakan. Semua pesanan diproduksi berdasarkan spesifikasi yang diminta oleh pemesan dan biaya produksi

dikumpulkan menurut pesanan yang diterima. Perusahaan menggunakan pendekatan full costing dalam penentuan harga pokok produksi. Dalam mencatat biaya produksi, setiap  pesanan diberikan nomor pesanan dan setiap dokumen sumber dan dokumen pendukung

diberi indentitas nomor pesanan yang bersangkutan. Pada bulan november 20X2, PT Accorner mendapat pesanan untuk mencetak undangan sebanyak 1500 lembar dari PT Rimendi dengan harga Rp 3.000 per lembar. Dalam bulan yang sama perusahaan juga menerima pesanan untuk mencetak pamflet iklan sebanyak 20.000 lembar dari PT. Oki dengan harga Rp 1.000 per lembar. Pesanan dari PT Rimendi diberi nomor 101 dan pesanan dari PT Oki diberi nomor 102. Kegiatan produksi dan kegiatan lain untuk memenuhi pesanan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pembelian bahan baku dan bahan penolong

Bahan baku dan bahan penolong yang dibeli pada t anggal 3 November untuk keperluan  produksi adalah sebagai berikut:

Perusahaan membeli bahan baku dan bahan penolong secara kredit. Bahan baku dan bahan  penolong dibeli oleh bagian pembelian. Bahan tersebut disimpan didalam gudang menanti

hingga saatnya digunakan dalam proses produksi. Perusahaan menggunakan dua rekening kontrol untuk mencatat persediaan bahan: Persediaan Bahan Baku dan Persediaan Bahan Penolong. Pembelian bahan baku dan bahan penolong di atas dicatat sebagai berikut:

2. Pemakaian bahan baku dan bahan penolong dalam proses produksi

Untuk dapat mencatat bahan baku dan bahan penolong dalam tiap pesanan, perusahaan menggunakan dokumen yang disebut bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang. Dokumen ini diisi oleh bagian produksi dan diserahkan ke bagian gudang untuk meminta  bahan baku yang dibutuhkan untuk memenuhi pesanan. Kemudian, bagian gudang akan

mengisi jumlah bahan baku yang diserahkan ke bagian produksi pada dokumen tersebut. Dokumen tersebut selanjutnya digunakan sebagai dokumen sumber untuk dasar pencatatan  pemakaian bahan. Untuk memproses pesanan 101 dan 102 digunakan bahan sebagai berikut:

Jumlah bahan baku yang dipakai (Rp 1.350.000 + Rp 4.125.000) = Rp 5.475.000

Sementara itu, bahan penolong yang digunakan untuk memproses kedua pesanan tersebut adalah sebagai berikut:

Atas dasar bukti permintaan dan pengeluaran gudang tersebut, jurnal yang diperlukan adalah sebagai berikut:

Karena dalam metode harga pokok pesanan harus dipisahkan antara biaya langsung dengan  biaya tidak langsung maka pemakaian bahan penolong yang merupakan biaya tidak langsung

dicatat dengan mendebet rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya dan mengkredit Persediaan Bahan Penolong.

 Kenapa bukan dengan mendebet rekening Barang Dalam Proses

 – 

 Biaya Overhead Pabrik? Rekening Barang Dalam Proses –  Biaya Overhead  Pabrik hanya didebet untuk mencatat  biaya overhead  pabrik berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka. Jadi pemakaian bahan baku

3. Pencatatan biaya tenaga kerja

Untuk mencatat biaya tenaga kerja, terlebih dahulu dipisahkan antara upah l angsung dan upah tidak langsung. Upah langsung dicatat dengan mendebet rekening Barang Dalam Proses  –  Biaya Tenaga Kerja Lansung sedangkan upah tidak langsung dicatat dengan menggunakan

rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya. Misalkan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh departemen produksi adalah sebagai berikut:

Pencatatan biaya tenaga kerja dilakukan dengan tahap-tahap berikut: a. Pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan

b. Pencatatan distribusi biaya tenaga kerja

Karena biaya tenaga kerja terdiri dari beberapa unsur biaya yakni biaya tenaga kerja lansung,  biaya tenaga kerja tidak langsung, dan biaya non produksi (gaji karyawan bagian adm dan  bagian pemasaran) maka diperlukan adanya distribusi biaya tenaga kerja sehingga jurnal

untuk mencatat transaksi biaya tersebut adalah sebagai berikut:

c. Pencatatan pembayaran gaji dan upah

4. Pencatatan biaya

overhead 

 pabrik 

Pencatatan biaya overhead pabrik dibagi menjadi dua yakni biaya overhead pabrik

 berdasarkan tarif yang ditentukan di muka dan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi. Biaya overhead pabrik berdasarkan tarif yang ditentukan di muka adalah biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk pesanan. Tarif biaya overhead pabrik ini umumnya dihitung di awal tahun anggaran berdasarkan angka anggaran biaya overhead  pabrik. Biaya overhead pabrik berdasarkan tarif yang ditentukan di muka di catat mendebet

rekening Barang Dalam Proses –  Biaya Overhead Pabrik dan mengkredit rekening Biaya Overhead yang Dibebankan. Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi merupakan  biaya overhead pabrik yang benar-benar terjadi pada saat proses produksi dan dicatat dengan

mendebet rekening kontrol Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya. Secara periodik (biasanya akhir bulan) biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk akan dibandingkan

dengan biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan mendebet rekening Bia ya Overhead Pabrik yang Dibebankan dan mengkredit rekening Bia ya Overhead Pabrik Sesungguhnya kemudian dihitung selisihnya. Misalkan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada  produk adalah sebesar 150% dari biaya tenaga kerja masing-masing produk sehingga biaya

overhead pabrik yang dibebankan pada masing-masing produk adalah seb agai berikut:

Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang dibebankan di atas adalah:

Misalkan selama proses produksi terdapat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi selain yang disebut dalam jurnal #4 dan #6 seperti berikut:

Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi seperti disebut di atas adalah sebagai berikut:

Untuk mengetahui apakah biaya overhead pabrik yang dibebankan menyimpang dari biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi maka saldo rekening Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan ditutup ke rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya.

Setelah itu kita hitung saldo Biaya Overhead Pabrik yang sesungguhnya terjadi seperti  berikut:

Selisih tersebut akan dipindahkan ke rekening Selisih Biaya Overhead Pabrik dengan mencatat jurnal berikut:

5. Pencatatan harga pokok produk jadi

Harga pokok produk yang sudah jadi dapat dihitung dari informasi biaya yang dikumpulkan dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan. Misalkan produk yang sudah selesai diproduksi adalah pesanan 101 . Harga pokok produk pesanan 101 berdasarkan kartu harga  pokok pesanan adalah sebagai berikut:

6. Pencatatan harga pokok yang masih dalam proses

Pada akhir periode, kemungkin terdapat produk yang masih dalam proses produksi. Biaya yang telah dikeluarkan untuk pesanan tersebut dapat dilihat dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan kemudian dibuat jurnal untuk mencatat persediaan produk dalam proses dengan mendebet rekening Persediaan Produk Dalam Proses dan mengkredit rekening

Barang Dalam Proses. Misalkan produk yang masih dalam proses adalah pesanan 102 dengan rincian biaya berdasarkan kartu harga pokok pesanan adalah sebagai berikut:

Jurnalnyaadalah:

7. Pencatatan harga pokok produk yang dijual

Harga pokok produk yang diserahkan kepada pemesan dicatat dengen mendebet rekening Harga Pokok Penjualan dan mengkredit Persediaan Produk Jadi. Untuk pesanan 101  jurnalnya adalah sebagai berikut:

8. Pencatatan pendapatan penjualan produk

Pendapatan dicata dengan mendebet rekening Piutang Da gang (penjualan dilakukan secara kredit) dan mengkredit rekening Hasil Penjualan. Di awal disebutkan bahwa harga jual untuk  pesanan 101 adalah Rp 3000 per lembar dengan jumlah sebanyak 1500 lembar sehingga  jumlah keseluruhannya adalah RP 4.500.000. Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:

Dalam dokumen Contoh Soal Jawab Akuntansi (Halaman 31-37)

Dokumen terkait