• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE Isolasi Monokarion Jamur Tiram

Suspensi Spora. Spora didapatkan dari jejak spora tubuh buah jamur tiram (isolat AMD dan BNK). Tudung jamur dari tubuh buah yang dewasa dan telah dipotong tangkainya diletakkan pada cawan Petri dengan lamela menghadap ke bagian dasar cawan untuk menghasilkan jejak spora. Kemudian, cawan Petri tersebut diinkubasi dalam lemari es selama 24 jam untuk mencegah perkecambahan spora. Setelah 24 jam, spora akan berada di dasar cawan Petri. Jamur dikeluarkan dari cawan Petri dan ditambahkan air steril sebanyak 1000 µl ke dalam cawan Petri untuk membuat suspensi spora. Pengenceran spora dilakukan dengan mencampurkan 100 µl suspensi dengan 900 µl air steril pada tabung berukuran 1,5 ml. Sebanyak 1 µl hasil pengenceran diamati dengan mikroskop cahaya hingga didapatkan konsentrasi suspensi spora 1-3 spora/µl. Suspensi spora yang memiliki 1-3 spora/µl akan digunakan untuk isolasi spora tunggal.

Isolasi Spora Tunggal. Kotak-kotak dengan ukuran 0,75x 0,75 cm digambar pada dasar cawan Petri berdiameter 5 cm yang

berisi 4% water agar Bacto yang

mengandung kloramfenikol 500 mg. Sebanyak 1 µl suspensi spora diteteskan pada permukaan water agar Bacto di setiap kotaknya. Cawan yang telah berisi spora diinkubasi pada suhu ruang selama 24-48 jam. Setiap kotaknya lalu diperiksa dengan mikroskop cahaya pada perbesaran 40–100x dari bagian bawah cawan. Setiap kotak yang terdapat spora tunggal yang berkecambah ditandai pada bagian bawah cawan. Spora

berkecambah tersebut kemudian

dipindahkan ke cawan lain yang berisi media

Agar Sukrosa Kentang (ASK) yang

mengandung 500 mg kloramfenikol per liter

menggunakan jarum steril. Komposisi 1 L media ASK adalah sari 200 gram kentang, 20 gram gula, dan 20 gram agar-agar. Jarum steril digunakan untuk mengambil sedikit

water agar yang terdapat spora berkecambah di dalamnya (Choi et al 1999). Jarum dibuat dengan menggunakan ujung jarum suntik yang diletakkan sekitar 1 cm pada bagian ujung pipet, lalu dibakar hingga kaca pipet dan ujung plastik jarum meleleh sehingga jarum bersatu dengan pipet.

Spora-spora yang berkecambah dikulturkan pada media agar cawan ASK dan diinkubasi pada suhu ruang hingga diameter koloninya mencapai 1-2 cm. Potongan kecil kultur kemudian dipindahkan ke media agar cawan ASK yang lain (sebagai sumber untuk uji tipe kawin) dan media agar miring ASK (sebagai koleksi isolat monokarion). Sedikit miselium juga diletakkan pada gelas objek dan diamati dengan mikroskop cahaya untuk memastikan pada kultur monokarion tidak terdapat sambungan apit (clamp connection).

Uji Kompatibilitas dan Hibridisasi antara Isolat Monokarion BNK dan BBR

Uji kompatibilitas dilakukan untuk mengetahui jenis tipe kawin dari setiap isolat monokarion yang berhasil diisolasi. Uji tipe kawin isolat BNK dilakukan bersama hibridisasi antara isolat BBR dengan BNK. Uji tipe kawin dilakukan pada cawan Petri berdiameter 5 cm berisi media ASK. Pada

satu cawan, dua inokulum kultur

monokarion berdiameter 0,5 cm, masing-masing dari BBR dan BNK, diletakkan pada cawan dengan jarak antara kedua inokulum 1 cm. Inkubasi dilakukan pada suhu ruang hingga terbentuk zona kontak diantara dua kultur monokarion. Miselium pada zona kontak kemudian diamati dengan mikroskop cahaya dengan perbesaran 40–100x. Bila terdapat sambungan apit maka kedua monokarion yang diuji tersebut serasi atau kompatibel.

Seleksi Isolat Hibrid

Seleksi isolat hibrid dilakukan berdasarkan parameter laju pertumbuhan pada media ASK. Masing-masing isolat dikarion hasil hibridisasi diberi kode untuk memudahkan pengenalan, lalu satu inokulum berdiameter 1 cm diinokulasikan pada bagian tengah cawan Petri berdiameter 9 cm. Setiap hari, diameter koloni diukur selama 10 hari.

Budidaya Isolat Hibrid pada Media Produksi Tubuh Buah

Pembuatan Bibit. Biji sorgum yang telah direbus setengah matang, ditiriskan lalu diletakkan pada botol dengan volume 250 ml hingga hampir penuh sebagai media bibit. Setelah media disterilisasi, media diinokulasi dengan dua potong inokulum berdiameter 1 cm kultur isolat hibrid yang ditumbuhkan pada media ASK, selanjutnya diinkubasi selama 2-3 minggu hingga semua substrat dipenuhi miselium.

Pembuatan Media Produksi. Isolat hibrid diuji pada 3 jenis substrat produksi, masing-masing berukuran 500 gram dalam kantong plastik tahan panas ukuran 1 L dengan ulangan masing-masing 10 kantong substrat. Ketiga jenis substrat tersebut terdiri dari serbuk gergajian kayu sengon (SGKS), janjang kosong kelapa sawit (JKKS), dan campuran antara SGKS dan JKKS 1:1 (C). Komposisi substrat SGKS terdiri atas 82% serbuk gergajian kayu sengon (Albazia falcataria), 15% dedak padi, 1,5% kapur, dan 1,5% gipsum. Komposisi substrat JKKS adalah 82% janjang kosong kelapa sawit, 15% dedak padi, 1,5% kapur, dan 1,5% gipsum. Janjang kosong kelapa sawit terlebih dahulu direndam dalam air semalaman dan dicacah hingga menjadi serabut kemudian dikeringanginkan. Sedangkan, komposisi substrat C adalah 41% serbuk gergajian kayu sengon, 41% janjang kosong kelapa sawit, 15% dedak padi, 1,5% kapur, dan 1,5% gipsum. Semua substrat dalam kantong disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121°C dan tekanan 1 atm selama 20 menit. Substrat yang telah dingin diinokulasi dengan bibit sebanyak dua sendok makan dari media sorgum. Substrat tersebut kemudian diinkubasi pada suhu ruang hingga semua substrat penuh dengan miselium lalu kantong plastik dibuka dan dipotong pada bagian atasnya. Panen dilakukan ketika tubuh buah jamur tiram terbentuk.

Pengamatan dan Analisis Data

Parameter pertumbuhan yang diamati terdiri atas: 1) lama fase vegetatif; 2) lama fase generatif; 3) bobot basah setiap panen per kantong substrat; 4) efisiensi biologis; 5) jumlah tudung jamur setiap panen per kantong substrat; 6) diameter masing-masing tudung jamur setiap panen per kantong substrat. Pengolahan data dilakukan menggunakan perangkat lunak Miscrosoft Excel 2007 dan SPSS Statistics 17.0.

Efisiensi biologis didapatkan dari rumus sebagai berikut:

Bobot basah tubuh buah (g)Bobot basah substrat (g) × 100%� × 4

Rumus ini didapatkan dengan asumsi kadar air 75% (Stamets 1993).

HASIL

Isolasi Monokarion Jamur Tiram BNK dan AMD

Isolasi spora pada media water agar

didapatkan sekitar 100 spora berkecambah dari BNK dan 20 spora berkecambah dari AMD. Namun, hanya 15 spora BNK yang berhasil tumbuh menjadi miselium monokarion pada media ASK setelah dipindahkan ke cawan lain dengan kode isolat BNK 1, 2, 3, ..., 15. Sedangkan untuk spora dari AMD tidak ada yang dapat tumbuh menjadi miselium monokarion. Setelah 14 hari, diketahui miselium dari 6 isolat monokarion BNK tidak berkembang. Keenam isolat ini kemudian tidak diikutsertakan untuk uji tipe kawin dan hibridisasi dikarion. Jadi, hanya 9 isolat miselium monokarion yang diuji.

Uji Kompatibilitas dan Hibridisasi antara Isolat Monokarion BNK dan BBR

Uji tipe kawin dilakukan antara semua isolat monokarion BNK yang ada dengan 8 isolat monokarion penguji tipe kawin BBR. Hasilnya, 6 isolat monokarion BNK berhasil dihibridisasi, sedangkan 3 isolat lain tidak serasi dengan penguji tipe kawin BBR manapun yaitu BNK 2, BNK 10, dan BNK 13 (Tabel 1). Secara makroskopis, keserasian antara dua isolat dibuktikan dengan terbentuk zona kontak diantara pertumbuhan miselium kedua isolat. Sedangkan secara mikroskopis, terbentuk sambungan apit yang menunjukkan bahwa kedua isolat serasi dan telah berkembang sebagai miselium dikarion baru.

Hasil dari hibridisasi sembilan isolat monokarion BNK dan delapan isolat monokarion BBR menghasilkan 10 isolat dikarion yang serasi. Kesepuluh isolat dikarion hasil hibridisasi dipindahkan pada cawan-cawan yang berbeda dan diberi kode huruf A-J (Tabel 2). Hasil hibridisasi ini digunakan sebagai bahan untuk seleksi isolat hibrid.

Budidaya Isolat Hibrid pada Media Produksi Tubuh Buah

Pembuatan Bibit. Biji sorgum yang telah direbus setengah matang, ditiriskan lalu diletakkan pada botol dengan volume 250 ml hingga hampir penuh sebagai media bibit. Setelah media disterilisasi, media diinokulasi dengan dua potong inokulum berdiameter 1 cm kultur isolat hibrid yang ditumbuhkan pada media ASK, selanjutnya diinkubasi selama 2-3 minggu hingga semua substrat dipenuhi miselium.

Pembuatan Media Produksi. Isolat hibrid diuji pada 3 jenis substrat produksi, masing-masing berukuran 500 gram dalam kantong plastik tahan panas ukuran 1 L dengan ulangan masing-masing 10 kantong substrat. Ketiga jenis substrat tersebut terdiri dari serbuk gergajian kayu sengon (SGKS), janjang kosong kelapa sawit (JKKS), dan campuran antara SGKS dan JKKS 1:1 (C). Komposisi substrat SGKS terdiri atas 82% serbuk gergajian kayu sengon (Albazia falcataria), 15% dedak padi, 1,5% kapur, dan 1,5% gipsum. Komposisi substrat JKKS adalah 82% janjang kosong kelapa sawit, 15% dedak padi, 1,5% kapur, dan 1,5% gipsum. Janjang kosong kelapa sawit terlebih dahulu direndam dalam air semalaman dan dicacah hingga menjadi serabut kemudian dikeringanginkan. Sedangkan, komposisi substrat C adalah 41% serbuk gergajian kayu sengon, 41% janjang kosong kelapa sawit, 15% dedak padi, 1,5% kapur, dan 1,5% gipsum. Semua substrat dalam kantong disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121°C dan tekanan 1 atm selama 20 menit. Substrat yang telah dingin diinokulasi dengan bibit sebanyak dua sendok makan dari media sorgum. Substrat tersebut kemudian diinkubasi pada suhu ruang hingga semua substrat penuh dengan miselium lalu kantong plastik dibuka dan dipotong pada bagian atasnya. Panen dilakukan ketika tubuh buah jamur tiram terbentuk.

Pengamatan dan Analisis Data

Parameter pertumbuhan yang diamati terdiri atas: 1) lama fase vegetatif; 2) lama fase generatif; 3) bobot basah setiap panen per kantong substrat; 4) efisiensi biologis; 5) jumlah tudung jamur setiap panen per kantong substrat; 6) diameter masing-masing tudung jamur setiap panen per kantong substrat. Pengolahan data dilakukan menggunakan perangkat lunak Miscrosoft Excel 2007 dan SPSS Statistics 17.0.

Efisiensi biologis didapatkan dari rumus sebagai berikut:

Bobot basah tubuh buah (g)Bobot basah substrat (g) × 100%� × 4

Rumus ini didapatkan dengan asumsi kadar air 75% (Stamets 1993).

HASIL

Isolasi Monokarion Jamur Tiram BNK dan AMD

Isolasi spora pada media water agar

didapatkan sekitar 100 spora berkecambah dari BNK dan 20 spora berkecambah dari AMD. Namun, hanya 15 spora BNK yang berhasil tumbuh menjadi miselium monokarion pada media ASK setelah dipindahkan ke cawan lain dengan kode isolat BNK 1, 2, 3, ..., 15. Sedangkan untuk spora dari AMD tidak ada yang dapat tumbuh menjadi miselium monokarion. Setelah 14 hari, diketahui miselium dari 6 isolat monokarion BNK tidak berkembang. Keenam isolat ini kemudian tidak diikutsertakan untuk uji tipe kawin dan hibridisasi dikarion. Jadi, hanya 9 isolat miselium monokarion yang diuji.

Uji Kompatibilitas dan Hibridisasi antara Isolat Monokarion BNK dan BBR

Uji tipe kawin dilakukan antara semua isolat monokarion BNK yang ada dengan 8 isolat monokarion penguji tipe kawin BBR. Hasilnya, 6 isolat monokarion BNK berhasil dihibridisasi, sedangkan 3 isolat lain tidak serasi dengan penguji tipe kawin BBR manapun yaitu BNK 2, BNK 10, dan BNK 13 (Tabel 1). Secara makroskopis, keserasian antara dua isolat dibuktikan dengan terbentuk zona kontak diantara pertumbuhan miselium kedua isolat. Sedangkan secara mikroskopis, terbentuk sambungan apit yang menunjukkan bahwa kedua isolat serasi dan telah berkembang sebagai miselium dikarion baru.

Hasil dari hibridisasi sembilan isolat monokarion BNK dan delapan isolat monokarion BBR menghasilkan 10 isolat dikarion yang serasi. Kesepuluh isolat dikarion hasil hibridisasi dipindahkan pada cawan-cawan yang berbeda dan diberi kode huruf A-J (Tabel 2). Hasil hibridisasi ini digunakan sebagai bahan untuk seleksi isolat hibrid.

Isolat Monokarion BBR 6 BBR 11 BBR 12 BBR 13 BBR 14 BBR 15 BBR 20 BBR 22 BNK 1 - - - + + - - - BNK 2 - - - - - - - - BNK 3 - - - - - + - - BNK 4 - + - - - - - + BNK 5 + - - - - + - - BNK 6 - - - + + - - - BNK 10 - - - - - - - - BNK 13 - - - - - - - - BNK 14 - - + - - - - -

Seleksi Isolat Hibrid

Hasil seleksi 10 isolat dikarion menunjukkan bahwa empat isolat yang paling baik pertumbuhan miseliumnya pada media ASK, yaitu isolat dengan kode C, D, E, dan F. Keempat isolat ini digunakan untuk uji pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram pada media produksi tubuh

buah, ditambah satu isolat dengan

pertumbuhan miselium paling rendah sebagai pembanding, yaitu isolat dengan kode I (Gambar 1).

Budidaya Isolat Hibrid pada Media Produksi Tubuh Buah

Fase vegetatif. Fase vegetatif dihitung dari hari awal inokulasi hingga kantong plastik penuh dengan miselium berwarna putih yang memenuhi seluruh permukaan media. Hasil menunjukkan bahwa rataan fase vegetatif antar isolat bervariasi dan

berkisar antara 21 hingga 61 hari. Isolat F pada media JKKS memiliki rataan fase vegetatif yang paling pendek, yaitu selama 25,14 hari dengan kisaran

fase vegetatif 22-33 hari. Sedangkan isolat dengan fase vegetatif paling panjang adalah isolat I pada SGKS yang memiliki rataan fase vegetatif 53,8 hari dengan kisaran 46-61 hari (Tabel 3).

Fase generatif. Fase generatif dihitung mulai dari berakhirnya fase vegetatif yang ditandai dengan kantong plastik penuh dengan miselium dan kemudian kantong plastik dibuka hingga tidak terbentuk tubuh buah lagi. Isolat C pada media C memiliki rataan fase generatif paling pendek dibandingkan dengan substrat yang lain yaitu selama 80,67 hari dengan kisaran 60-88 hari. Sedangkan isolat BBR pada media C memiliki rataan fase generatif paling panjang dibandingkan dengan substrat yang 0 2 4 6 8 10 12 A B C D E F G H I J L a ju P e r tum buha n (mm/ h ar i)

Isolat Hasil Hibridisasi BNK dan BBR

BNK BBR Kode Isolat Dikarion Hasil

Hibridisasi BNK 1 BBR 13 D BNK 1 BBR 14 F BNK 3 BBR 15 H BNK 4 BBR 11 B BNK 4 BBR 22 J BNK 5 BBR 6 A BNK 5 BBR 15 I BNK 6 BBR 13 G BNK 6 BBR 14 E BNK 14 BBR 12 C

Keterangan: +) Terbentuk zona kontak dan sambungan apit -) Tidak terbentuk zona kontak dan sambungan apit

Tabel 2 Daftar Hasil Hibridisasi Antara Isolat Monokarion BNK dan BBR

Gambar 1 Seleksi Isolat Hibrid berdasarkan Laju Pertumbuhannya pada Media Agar Sukrosa Kentang (ASK)

Keterangan:

SGKS: Serbuk Gergajian Kayu Sengon; JKKS: Janjang Kosong Kelapa Sawit; C: Campuran SGKS dan JKKS 1:1. Angka-angka yang diikuti huruf sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata.

lain yaitu 107 hari dengan kisaran 97-115 hari (Tabel 4).

Masa Pertumbuhan dan Perkembangan. Masa Pertumbuhan dan Perkembangan (MPP) merupakan jumlah hari dari rataan fase vegetatif dan rataan fase generatif. Isolat yang memiliki MPP paling pendek adalah isolat F pada media JKKS yaitu selama 111,14 hari. Sedangkan isolat dengan MPP paling panjang adalah isolat BBR pada media C yaitu selama 146,2 hari (Tabel 5).

Bobot Basah Tubuh Buah dan Laju Produktivitas (LP). Isolat F pada media SGKS memiliki rataan total bobot basah tubuh buah per kantong substrat paling tinggi yaitu 208,87 gram, demikian juga isolat F paling tinggi pada kedua media yang lain. Sedangkan isolat I pada media JKKS memiliki rataan total bobot basah tubuh buah paling rendah, yaitu sebesar 91,79 gram, demikian juga isolat I paling rendah pada kedua media yang lain (Tabel 6).

LP dihitung berdasarkan rataan total bobot basah tubuh buah dibagi MPP (Manaf 14 Maret 2011, komunikasi pribadi). Isolat F

pada media SGKS memiliki laju

produktivitas tertinggi, yaitu 1,75 g/hari dan isolat I pada media JKKS memiliki nilai LP terendah, yaitu 0,62 g/hari, demikian juga isolat F dan I tertinggi dan terendah pada kedua media yang lain (Tabel 6).

Efisiensi Biologis (EB). Efisiensi biologis merupakan formula sederhana yang digunakan untuk mengukur kemampuan jamur dalam menggunakan substrat untuk membentuk tubuh buah (Stamets 1993). Nilai EB tertinggi adalah isolat F pada media SGKS dengan nilai 167,1%, demikian juga isolat F tertinggi pada kedua media yang lain. Isolat dengan nilai EB terendah adalah isolat I pada media JKKS dengan nilai 73,43%, demikian juga isolat I terendah pada kedua media yang lain (Tabel 6).

Jumlah Tudung Jamur. Isolat dengan total jumlah tudung jamur per kantong substrat paling banyak adalah isolat F pada media C dengan rataan 34,2 buah tudung jamur per kantong substrat. Sedangkan rataan total jumlah tudung jamur terendah adalah isolat I pada media C dengan rataan 16 buah tudung jamur per kantong substrat (Tabel 7). Secara umum, panen pertama memiliki jumlah tudung jamur terbanyak dan kemudian menurun pada panen selanjutnya.

Diameter Tudung Jamur. Pada saat pengamatan, semua tudung jamur yang terbentuk diukur diameternya. Kemudian pada saat analisis, ukuran diameter ini dikelompokkan dalam kisaran diameter yang telah ditentukan untuk melihat kualitas dari tubuh buah jamur yang terbentuk.

Nilai tengah diameter tudung jamur (NTDTJ) dihitung dari penjumlahan rataan nilai diameter tudung jamur terbesar per kantong substrat dengan rataan nilai diameter tudung jamur terkecil per kantong substrat kemudian dibagi 2 (Manaf 14 Maret 2011, komunikasi pribadi). NTDTJ terbesar dimiliki isolat BBR pada media JKKS dengan ukuran 4,72 cm. Sedangkan isolat I pada media JKKS memiliki NTDTJ paling kecil yaitu sebesar 3,69 cm (Tabel 8).

Rataan total diameter tudung jamur terbesar dimiliki oleh isolat F pada media SGKS yaitu sebesar 4,64 cm. Sedangkan isolat I pada media JKKS memiliki rataan total diameter terkecil, yaitu sebesar 3,71 cm.

Berdasarkan pengelompokan diameter, isolat E pada media C memiliki persentase jumlah tudung jamur dengan ukuran ≥5cm terbesar yaitu 54,28%. Sedangkan isolat yang memiliki persentase jumlah tudung jamur dengan ukuran ≥5cm paling kecil adalah isolat BBR pada media SGKS sebesar 33,13% (Tabel 9).

Isolat Substrat SGKS (hari) Substrat JKKS (hari) Substrat C (hari) Rataan Kisaran Rataan Kisaran Rataan Kisaran

BNK 35a 33-37 38,33a 36-42 36,17a 31-41

BBR 37a 32-42 41,17ab 31-55 39,2a 32-45

C 33,4a 31-36 35,4a 33-38 48,5b 38-57

D 31,5a 28-33 29,14a 21-36 30,4a 26-37

E 45,29b 34-54 46,6b 42-57 40ab 34-51

F 26,88a 24-34 25,14a 22-33 30,6a 28-32

I 53,8c 46-61 48,5b 42-53 47,83b 44-53

Keterangan:

SGKS: Serbuk Gergajian Kayu Sengon; JKKS: Janjang Kosong Kelapa Sawit; C: Campuran SGKS dan JKKS 1:1. P1, P2, P3, ..., P8: Panen pertama sampai ke delapan.

Angka-angka yang diikuti huruf sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Isolat Substrat SGKS (hari) P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Rataan Fase Generatif Kisaran

BNK 10,8a 21,4a 11,8a 22ab 11,4a 12,4a 89,8a 81-97

BBR 6,5a 13,67a 11,5a 14,17a 17,83a 15,33a 12,6a 89,5a 78-99

C 29,6b 24,8ab 15,2a 5,8a 13,6a 12,4a 101,4b 92-115

D 6,50a 16,67a 10,5a 8,33a 26,17a 17,33a 12,33a 83,5a 54-111

E 10,86a 21,43ab 10,71a 10,71a 9,29a 13,5a 11,33a 12,5a 91,43b 68-121

F 5,5a 28,88b 8,13a 9,5a 15,63a 8,29a 11,71a 14,5a 92,38b 69-110

I 12,4a 19,4a 16,2ab 26,8b 18,5a 89,6a 68-100

Isolat Substrat JKKS (hari) P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Rataan Fase Generatif Kisaran

BNK 4,83a 19,5a 14b 26,83a 14,75a 13,5a 84a 65-101

BBR 14,3a 19,33a 12,33a 15,67a 14a 7,2a 15,5a 13,5a 101b 67-122

C 19,4a 21,8a 12a 16,4a 11,6a 12,5a 14a 99,6b 73-118

D 8,29a 16,86a 11,71a 10,43a 10,86a 9,29a 10,6a 14,4a 85,29a 68-106

E 16,8a 21ab 8,2a 15,6a 12a 6,4a 9a 11,25a 96,2a 81-114

F 7,86a 18,57a 6,57a 15,71a 10,5a 11,83a 11,5a 9,67a 86a 56-97

I 8,25a 24,75b 15b 24ab 26,5b 98,5b 91-106 Isolat Substrat C (hari) P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Rataan Fase Generatif Kisaran

BNK 9,67a 17,83ab 12,83a 13,67a 18,5ab 14,6a 15,6a 97,67b 84-119

BBR 14a 17,4a 11,4a 16,4a 14,2a 9,8a 14,8a 11,25a 107b 97-115

C 7,83a 25,83b 14,33a 13,67a 12,8a 12,5a 80,67a 60-88

D 5,8a 18,4ab 10,4a 10,6a 21,2b 14,25a 17a 88a 82-104

E 8,57a 23,29b 15,57a 15,43a 18a 12,75a 13a 90,43a 63-109

F 8,4a 24ab 8a 16,6a 13,4a 7,4a 10,6a 12,6a 101b 79-113

I 13,5a 25,6b 15,67a 25b 17,4a 18,2a 101b 54-128

Isolat

Substrat SGKS (hari) Substrat JKKS (hari) Substrat C (hari)

Rataan Fase Vegetatif Rataan Fase Generatif MPP Rataan Fase Vegetatif Rataan Fase Generatif MPP Rataan Fase Vegetatif Rataan Fase Generatif MPP

BNK 35a 89,8a 124,8a 38,33a 84a 122,33a 36,17a 97,67b 133,84b

BBR 37a 89,5a 126,5a 41,17ab 101b 142,17b 39,2a 107b 146,2b

C 33,4a 101,4b 134,8ab 35,4a 99,6b 135a 48,5b 80,67a 129,17a

D 31,5a 83,5a 115a 29,14a 85,29a 114,43a 30,4a 88a 118,4a

E 45,29b 91,43b 136,7ab 46,6b 96,2a 142,8b 40ab 90,43a 130,43b

F 26,88a 92,38b 119,26a 25,14a 86a 111,14a 30,6a 101b 131,6b

I 53,8c 89,6a 143,4b 48,5b 98,5b 147b 47,83b 101b 115,16a

Keterangan:

SGKS: Serbuk Gergajian Kayu Sengon; JKKS: Janjang Kosong Kelapa Sawit; C: Campuran SGKS dan JKKS 1:1. Angka-angka yang diikuti huruf sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata.

Tabel 4 Rataan Fase Generatif per Kantong Substrat

Keterangan:

SGKS: Serbuk Gergajian Kayu Sengon; JKKS: Janjang Kosong Kelapa Sawit; C: Campuran SGKS dan JKKS 1:1. P1, P2, P3, ..., P8: Panen pertama sampai ke delapan.

Angka-angka yang diikuti huruf sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Substrat SGKS (gram) Isolat P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Rataan Total EB (%) LP (g/hari)

BNK 31,9ab 22,96a 20,79a 18,52a 22,6a 14,66a 131,52b 105,22a 1,05a

BBR 30,4ab 24,92a 18,99a 15,57a 18,27a 14,2a 12,6a 132,56b 106,05a 1,05a

C 42,4bc 26,5ab 21,42a 28,62a 19,2a 17,8a 155,91b 124,73b 1,16a

D 38,47b 24,34a 22,43a 17,12a 17,26a 15,06a 13,2a 133,75b 107,00a 1,16a

E 47,19c 22,39a 21,77a 23,58a 21,99a 13,88a 12,55a 14,37a 167,79c 134,23b 1,23a

F 46,5c 35,88b 21,65a 17,93a 28,49a 25,31a 27,1ab 25,13a 208,87c 167,10c 1,75c

I 37,65b 31,97a 18,78a 17,63a 13,61a 116,91a 93,53a 0,82a

Substrat JKKS (gram)

Isolat P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Rataan

Total EB (%)

LP (g/hari)

BNK 38,99b 29,39ab 16,9a 23,08a 20,4a 19,36a 134,87b 107,9a 1,1ab

BBR 27,28a 23,42ab 14,37a 14,26a 20,12a 21,5a 12,7a 17,47a 137,48b 109,98a 0,97a

C 38,58b 20,9a 16,16a 17,33a 22,84a 18,26a 12,17a 137,75b 110,20b 1,02a

D 41,58b 27,49ab 18,62a 20,38a 29,2a 17,47a 18,6a 12,24a 176,78c 141,42c 1,54b

E 49,99c 22,96ab 19,38a 20,43a 19,89a 19,25a 11,93a 13,47a 172,21c 137,77b 1,21b

F 47,45bc 33,86b 19,76a 24,84a 21,77a 20,13a 18,46a 14,2a 189,83c 151,86c 1,71c

I 29,07a 21,79a 15,63a 13,87a 11,43a 91,79a 73,43a 0,62a

Substrat C (gram) Isolat P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Rataan Total EB (%) LP (g/hari)

BNK 37,57b 27,7ab 17,89a 22,39a 16,33a 15,73a 17,87a 149,82b 119,86a 1,12a

BBR 46,04c 27,2ab 15,81a 14,53a 31,38a 15,47a 13,2a 11,8a 173,05b 138,44b 1,18a

C 34,95b 22,16a 17,19a 23,65a 15,74a 17,33a 122,62a 98,10a 0,95a

D 50,45c 36,89b 19,58a 24,09a 19,63a 13,87a 16,4a 171,57c 137,26b 1,45b

E 50,09c 30ab 20,61a 26,16a 24,17a 10,13a 15,7a 155,19c 124,15b 1,19a

F 42,7bc 38,09b 26,49a 24,03a 23,84a 16,82a 12,45a 14,09a 198,49c 158,79c 1,51b

I 34,24b 21,97a 14,66a 15,26a 11,27a 18,42a 104,67a 83,74a 0,91a

Isolat

Substrat SGKS (buah)

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Rataan

Total

BNK 6,6b 4,2a 3,2a 3,2a 3,4a 2,6a 23,2ab

BBR 3,5a 3,33 2,5a 1,67a 2,5a 1,5a 1,2a 16a

C 6,4ab 4,4a 3a 4a 2,8a 2,4a 23ab

D 3,83a 3a 2,83a 2,33a 2,17a 1,67a 1,33a 15,67a

E 6,86b 3,43a 2,71a 3,57a 3,43a 2a 1,83a 2a 24,43b

F 7,63bc 5,88ab 3,25a 2,34a 4,25a 3,71a 3,14a 3,5a 31,13c

I 5,2a 5a 2,8a 2,4a 1,75a 16,8a

Tabel 6 Rataan Total Bobot Basah Tubuh Buah per Kantong Substrat, Efisiensi Biologis (EB), dan Laju Produktivitas (LP)

Isolat

Substrat JKKS (buah)

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Rataan Total

BNK 6,67b 4,5a 3,5a 4,33a 3,5a 2,5a 23b

BBR 3,67a 2,67a 2,17a 1,33a 2,83a 3a 1,75a 2,5a 18a

C 5,2a 3,2a 2,4a 2,8a 3,4a 3a 1,67a 20,4a

D 5,86ab 4a 3,29a 3a 4,86a 3a 2,6a 1,2a 26,71b

E 7b 4a 3,4a 3,6a 3,2a 3a 1,5a 2,25a 27,2a

F 7,29b 5,71ab 3,57a 4,71a 4,33a 3,33a 3,17a 2,17a 32,43b

I 5,25a 3,25a 3a 2,75a 2,25a 16,5a

Isolat

Substrat C (buah)

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Rataan

Total

BNK 6,67ab 3,83a 3,67a 3,17a 2,83a 2,8a 3,2a 25,17b

BBR 4,4a 4a 2,4a 1,6a 4,2a 2a 1,4a 1,25a 21a

C 5,17a 2,83a 2,67a 3,5a 2,2a 2,5a 17,67a

D 8b 5,4a 3,2a 4,2a 3,8a 2,5a 2,67a 28,2b

E 7,57ab 4,43a 3,14a 3a 3,2a 1,75a 2,5a 22,43b

F 7,6b 6,8ab 4,4a 3,6a 3,8a 3,4a 2,2a 2,4a 34,2b

I 5,5a 3,6a 2,17a 2,4a 1,6a 2,4a 16a

Isolat Substrat SGKS (cm)

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 NTDTJ Rataan

BNK 5,52ab 4,81a 2,69a 2,43a 2,82a 2,31a 3,92 3,82

BBR 6,71bc 4,85a 3,07a 2,6a 2,87a 2,67a 2,33a 4,52 4,07

C 6,06b 5,23a 3,13a 2,95a 1,79a 2,42a 3,93 4,08

D 6,91ab 5,06a 3,65a 3a 2,85a 2,4a 2,25a 4,58 4,38

E 6,27a 4,83a 3,36a 3,48a 3,13a 2,25a 2,18a 2,25a 4,23 4,16

F 6,92ba 6,06b 3,46a 3,05a 3,24a 3,08a 3,18a 2,86a 4,06 4,64

I 5,88ab 5,44ab 2,86a 2,25a 2,57a 4,07 4,45

Isolat Substrat JKKS (cm)

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 NTDTJ Rataan

BNK 6,4bc 5,52b 2,52a 2,77a 2,5a 2,3a 4,35 4,26

BBR 6,36c 7,3c 3,38a 3,75a 3,18a 3,53a 2,14a 2,7a 4,72 4,4

C 6,12bc 5ab 3,08a 2,5a 3,24a 3,08a 2,4a 4,26 4,07

D 6,56b 5,89b 3,26a 2,86a 3a 2,62a 2,54a 1,83a 4,2 4,12

E 7,06c 4,85b 3,65a 3,5a 3,44a 3,2a 2a 2,33a 4,53 4,42

F 5,69b 4,8ab 3,4a 3,73a 3,15a 3,8a 3,11a 2,46a 4,08 4,14

I 5,48ab 4,54ab 2,58a 2,09a 1,89a 3,69 3,71

Keterangan:

SGKS: Serbuk Gergajian Kayu Sengon; JKKS: Janjang Kosong Kelapa Sawit; C: Campuran SGKS dan JKKS 1:1. P1, P2, P3, ..., P8: Panen pertama sampai ke delapan.

Angka-angka yang diikuti huruf sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata.

Tabel 7 Rataan Total Jumlah Tudung Jamur per Kantong Substrat (lanjutan)

Isolat Substrat C (cm)

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 NTDTJ Rataan

BNK 6bc 5,74b 2,55a 3,16a 2,65a 2,21a 2,81a 4,11 4,03

BBR 7,27c 4,3a 3,25a 3,25a 4,29a 2,3a 2,14a 2a 4,64 4,28

C 5,68b 4,7b 3a 3,24a 3,27a 2,9a 4,29 4,12

D 6,45c 5,59b 3,38a 3,33a 3,26a 2,2a 2,75a 4,33 4,53

E 5,74c 5,29b 3,64a 3,78a 3,81a 1,86a 2,3a 3,8 4,54

F 6,53c 5,97b 4,23a 3,44a 3,32a 2,29a 2,27a 2,42a 4,4 4,56

I 5,9b 4,78ab 3,08a 3,08a 2,25a 2,42a 4,08 4,22

Isolat Kel. Diameter Substrat SGKS (buah) P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Rataan Total II+III (%) BNK I 1,8 1,4 3,2 3 2,8 2,2 14,4 II 4,2 2,8 0 0,2 0,6 0,4 8,2 37,93 III 0,6 0 0 0 0 0 0,6 Total 6,6 4,2 3,2 3,2 3,4 2,6 23,2 BBR I 0,83 1,5 2,17 1,67 2,17 1,5 1 10,84 II 1,5 1,67 0,33 0 0,33 0 0,2 4,03 33,13 III 1,17 0,17 0 0 0 0 0 1,34 Total 3,5 3,34 2,5 1,67 2,5 1,5 1,2 16,21 C I 0,8 1,2 2,4 4 2,4 2,4 13,2 II 4,8 3,2 0,6 0 0,4 0 9 42,61 III 0,8 0 0 0 0 0 0,8 Total 6,4 4,4 3 4 2,8 2,4 23 D I 0,83 1,17 2,17 2,33 2 1,33 1,33 11,16 II 1,33 1,67 0,67 0 0,17 0,33 0 4,17 35,00 III 1,67 0,17 0 0 0 0 0 1,84 Total 3,83 3,01 2,84 2,33 2,17 1,66 1,33 17,17 E I 1,29 1,29 2 3,43 3,29 2 1,67 1,75 16,72 II 3,29 2,14 0,71 0,14 0,14 0 0,17 0,25 6,84 35,32 III 2,29 0 0 0 0 0 0 0 2,29 Total 6,87 3,43 2,71 3,57 3,43 2 1,84 2 25,85 F I 1,38 1,38 2,5 2,13 4,13 3,57 2,71 2,75 20,55 II 4,38 3,25 0,75 0,25 0,13 0,14 0,43 0,25 9,58 39,13 III 1,88 1,25 0 0 0 0 0 0,5 3,63 Total 7,64 5,88 3,25 2,38 4,26 3,71 3,14 3,5 33,76 I I 0,8 1,4 2,6 2,4 1,75 8,95 II 3,8 2,8 0,2 0 0 6,8 47,81 III 0,6 0,8 0 0 0 1,4 Total 5,2 5 2,8 2,4 1,75 17,15 Keterangan:

SGKS: Serbuk Gergajian Kayu Sengon; JKKS: Janjang Kosong Kelapa Sawit; C: Campuran SGKS dan JKKS 1:1. P1, P2, P3, ..., P8: Panen pertama sampai ke delapan.

Angka-angka yang diikuti huruf sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata.

Tabel 8 Rataan Total Diameter Tudung Jamur per Kantong Substrat (lanjutan)

Tabel 9 Rataan Total Jumlah Tudung Jamur pada masing-masing Kelompok Diameter

Keterangan:

SGKS: Serbuk Gergajian Kayu Sengon; JKKS: Janjang Kosong Kelapa Sawit; C: Campuran SGKS dan JKKS 1:1. P1, P2, P3, ..., P8: Panen pertama sampai ke delapan.

I: Kelompok diameter tudung jamur 0,5-4,9 cm; II: Kelompok diameter tudung jamur 5-7,9 cm; III: Kelompok

diameter tudung jamur ≥8 cm

II+III (%): Rataan total jumlah kelompok diameter 5-7,9 cm dan ≥8 cm dibagi rataan total jumlah tudung jamur

dikalikan 100%.

Isolat Kel. Diameter Substrat JKKS (buah) P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Rataan Total II+III (%) BNK I 0,5 1 3,33 4,33 3,5 2,5 15,16 II 4,83 3,17 0,17 0 0 0 8,17 39,34 III 1,33 0,33 0 0 0 0 1,66 Total 6,66 4,5 3,5 4,33 3,5 2,5 24,99 BBR I 0 1 1,83 0,83 2,83 2,4 1,25 2,25 12,39 II 3 1,33 0,33 0,5 0 0,4 0,5 0,25 6,31 38,27 III 0,67 0,5 0 0 0 0,2 0 0 1,37 Total 3,67 2,83 2,16 1,33 2,83 3 1,75 2,5 20,07 C I 0,6 0,8 2 2,8 3,2 2,75 1,67 13,82 II 4,4 2,4 0,4 0 0 0,25 0 7,45 36,23 III 0,2 0 0 0 0,2 0 0 0,4 Total 5,2 3,2 2,4 2,8 3,4 3 1,67 21,67 D I 0,29 0,43 2,29 2,86 4,71 3 2,2 1,2 16,98 II 4,43 3,43 1 0,14 0,14 0 0,4 0 9,54 38,92 III 1,14 0,14 0 0 0 0 0 0 1,28 Total 5,86 4 3,29 3 4,85 3 2,6 1,2 27,8 E I 0,6 1,6 2 3 2,6 3 1,25 2 16,05 II 3,4 2,2 1,4 0,6 0,6 0,2 0,25 0,25 8,9 42,98 III 3 0,2 0 0 0 0 0 0 3,2 Total 7 4 3,4 3,6 3,2 3,2 1,5 2,25 28,15 F I 2 2,14 2,43 3 3,67 1 3 2,17 19,41 II 5 3,43 1,14 1,43 0,67 2,33 0,17 0 14,17 43,41 III 0,29 0,14 0 0,29 0 0 0 0 0,72 Total 7,29 5,71 3,57 4,72 4,34 3,33 3,17 2,17 34,3 I I 1,5 1,25 3 2,75 2,25 10,75 II 3,5 2 0 0 0 5,5 34,85 III 0,25 0 0 0 0 0,25 Total 5,25 3,25 3 2,75 2,25 16,5

Isolat Diameter Kel.

Substrat C (buah) P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Rataan Total II+III (%) BNK I 0,67 0,5 3,67 2,67 2,67 2,4 3,2 15,78 II 5,33 3,17 0 0,5 0,17 0,4 0 9,57 39,75 III 0,67 0,17 0 0 0 0 0 0,84 Total 6,67 3,84 3,67 3,17 2,84 2,8 3,2 26,19 BBR I 0 2,4 2 1 3,2 1,6 1,2 1 12,4 II 3 1,6 0,4 0,6 0,8 0,4 0,2 0,25 7,25 41,65 III 1,4 0 0 0 0,2 0 0 0 1,6 Total 4,4 4 2,4 1,6 4,2 2 1,4 1,25 21,25 C I 1,33 1,33 2,17 3,5 2 2,25 12,58 II 3,67 1,5 0,5 0 0,2 0,25 6,12 33,33 III 0,17 0 0 0 0 0 0,17 Total 5,17 2,83 2,67 3,5 2,2 2,5 18,87 D I 1 1,2 2,6 4 3,6 2,25 2 16,65 II 4,6 3,6 0,6 0,2 0,2 0,25 0,67 10,12 44,07 III 2,4 0,6 0 0 0 0 0 3 Total 8 5,4 3,2 4,2 3,8 2,5 2,67 29,77 E I 0,43 1,29 2 1,71 2,2 1,75 2,25 11,63 II 4,71 3,14 1,43 0,71 0,8 0 0,25 11,04 54,28 III 2,43 0 0 0,14 0,2 0 0 2,77 Total 7,57 4,43 3,43 2,56 3,2 1,75 2,5 25,44 F I 0,8 0,8 2,8 3,2 3,8 3,2 2 2,2 18,8 II 4,8 5,8 1,6 0,4 0 0,2 0,2 0,2 13,2 45,03 III 2 0,2 0 0 0 0 0 0 2,2 Total 7,6 6,8 4,4 3,6 3,8 3,4 2,2 2,4 34,2 I I 1 0,83 2 2,2 1,6 2,4 10,03 II 3,67 2,17 0,17 0,2 0 0 6,21 41,24 III 0,83 0 0 0 0 0 0,83 Total 5,5 3 2,17 2,4 1,6 2,4 17,07

PEMBAHASAN

Isolasi Monokarion Jamur Tiram BNK dan AMD

Isolat Pleurotus spp. dengan kode BNK dan AMD masing-masing berasal dari supermarket di Bangkok, Thailand dan dari petani jamur tiram di Bogor. Pemilihan isolat BNK dan AMD berdasarkan penelitian Jusuf (2010) yang menyatakan bahwa BNK dan AMD dapat digunakan sebagai sumber genetik bagi pengembangan galur-galur asli Indonesia. Selain itu, BNK dan AMD memiliki jumlah tudung jamur yang lebih banyak dan waktu panen yang lebih singkat dibandingkan dengan isolat-isolat lain (Ulfha 2010).

Spora monokarion AMD yang tidak berkecambah disebabkan oleh beberapa hal. Perkecambahan spora yang dorman dapat diaktivasi oleh beberapa perlakuan khusus atau penambahan nutrien tertentu. Aktivator ini menjadi perangsang bagi modifikasi metabolisme spora sehingga perkecambahan dapat terjadi (Moore-Landecker 1972). Inkubasi spora monokarion AMD yang dilakukan di dalam lemari es untuk mendapatkan jejak spora menyebabkan

Dokumen terkait