• Tidak ada hasil yang ditemukan

BARCHART – KURVA S PROYEK: CONTOH

2.4.1.4. Metode Jaringan Kerja ( Network Planning )

Jaringan proyek adalah suatu alat yang digunakan untuk merencanakan, menjadwalkan, dan memonitor kemajuan proyek. Jaringan menggambarkan berbagai aktivitas yang harus diselesaikan, urutan logis, kesalingketergantungan antar aktivitas, serta waktu aktivitas tersebut dimulai dan berakhir (Larson, 2006:140).

Network planning diperkenalkan pada tahun 1950-an oleh tim perusahaan Dupont dan Rand Corporation untuk mengembangkan sistem kontrol manajemen. Metode ini dikembangkan untuk mengendalikan sejumlah besar kegiatan yang memiliki ketergantungan yang kompleks. Metode ini relatif lebih sulit, hubungan antar kegiatan jelas, dan dapat memperlihatkan kegiatan kritis. Dari informasi

network planning-lah monitoring serta tindakan koreksi kemudian dapat dilakukan, yakni dengan memperbaharui jadwal. Akan tetapi, metode ini perlu dikombinasikan dengan metode lainnya.

Menurut Husen (2009:138), ada beberapa tahapan penyusunan network scheduling yaitu sebagai berikut:

1. Menginventarisasi kegiatan-kegiatan dari paket terakhir WBS berdasarkan item pekerjaan, lalu diberi kode kegiatan untuk mempernudahkan identifikasi.

2. Memperkirakan durasi setiap kegiatan dengan mempertimbangkan jenis pekerjaan, volume pekerjaan, jumlah sumber daya, lingkungan kerja, serta produktivitas pekerja.

3. Penentuan logika ketergantungan antar kegiatan dilakukan dengan tiga kemungkinan hubungan, yaitu kegiatan yang mendahului (predecessor), kegiatan yang didahului (successor), serta bebas.

4. Perhitungan analisis waktu serta alokasi sumber daya, dilakukan setelah langkah-langkah diatas dilakukan dengan akurat dan teliti.

Manfaat penerapan network scheduling menurut Husen (2009:138) adalah sebagai berikut:

1. Penggambaran logika hubungan antar kegiatan (kesalingketergantungan antar kegiatan), membuat perencanaan proyek menjadi lebih rinci dan detail.

2. Dengan memperhitungkan dan mengetahui waktu terjadinya setiap kejadian yang ditimbulkan oleh satu atau beberapa kegiatan, kesukaran- kesukaran yang bakal timbul dapat diketahui jauh sebelum terjadi sehingga tindakan pencegahan yang diperlukan dapat dilakukan.

3. Dalam network dapat terlihat jelas waktu penyelesaian yang dapat ditunda atau ditepati.

4. Membantu mengomunikasikan hasil network yang dtampilkan.

5. Memungkinkan dicapainya hasil proyek yang lebih ekonomis dari segi biaya langsung (direct cost) serta penggunaan sumber daya.

6. Berguna untuk menyelesaikan legal claim yang diakibatkan oleh keterlambatan dalam menentukan pembayaran kemajuan pekerjaan, menganalisis cahsflow, dan pengendalian biaya.

7. Menyediakan kemampuan analisis untuk mencoba mengubah sebagian dari proses, lalu mengamati efek terhadap proyek secara keseluruhan. Metode network planning terdiri atas Activity On Arrow (AOA) dan Activity On Node (AON) atau dikenal dengan Precedence Diagram Method.

2.4.1.5. Precedence Diagram Method (PDM)

Kegiatan dalam Precedence Diagram Method (PDM) digambarkan oleh sebuah lambang segi empat karena letak kegiatan ada dibagian node maka sering disebut juga Activity On Node (AON). Kegiatan dalam PDM diwakili oleh sebuah lambang yang mudah diidentifikasi, bentuk umum yang sering digunakan adalah sebagai berikut:

Gambar 2.12. Node PDM

Keterangan:

ES = Earliest Start, waktu mulai paling awal suatu kegiatan.

EF = Earliest Finish, waktu selesai paling awal suatu kegiatan. Jika hanya ada satu kegiatan terdahulu, maka EF suatu kegiatan terdahulu adalah ES kegiatan berikutnya.

LS = Latest Start, waktu paling akhir kegiatan boleh mulai. Yaitu waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat proyek secara keseluruhan.

LF = Latest Finish, waktu paling akhir kegiatan boleh selesai.

Hubungan antar kegiatan dalam metoda ini ditunjukkan oleh sebuah garis penghubung, yang dapat dimulai dari kegiatan kiri ke kanan atau dari kegiatan atas ke bawah. Jika kegaitan awal terdiri dari sejumlah kegiatan dan diakhiri oleh sejumlah kegiatan pula maka ditambahkan kegiatan dan kegiatan akhir yang

keduanya merupakan kegiatan fiktif. Misalnya untuk kegiatan awal ditambahkan kegaitan START dan kegiatan akhir ditambahkan kegiatan FINISH.

Jalur Kritis

Untuk menentukan kegiatan yang bersifat kritis dan kemudian menentukan jalur kritis dapat dilakukan perhitungan kedepan (forward analysis) dan perhitungan kebelakang (backward analysis). Perhitungan kedepan (forward analysis) dilakukan untuk mendapatkan besarnya Earliest Start dan Earliest Finish. Yang merupakan

predecessor adalah kegiatan I, sedangkan kegiatan yang dianalisis adalah kegiatan J.

Gambar 2.13. Hubungan kegiatan I dan J

Besarnya nilai ESj dan EFj dihitung sebagai berikut:  ESj = ESi + SSij atau ESj = EFi + FSij

 EFj = ESi + SFij atau EFj = EFi + FFij atau ESj + Dj Catatan:

 Jika ada lebih dari satu anak panah yang masuk dalam suatu kegiatan maka diambil nilai terbesar

 Jika tidak ada/ diketahui FSij atau SSij dan kegiatan non-splitable maka ESj dihitung dengan cara berikut: ESj = EFj – Dj

Perhitungan kebelakang (backward analysis) dilakukan untuk mendapatkan besarnya Latest Start dan Latest Finish. Sebagai kegiatan successor adalah kegiatan J, sedangkan kegiatan yang dianalisis adalah kegiatan I.

Gambar 2.14. Hubungan kegiatan I dan J

Besarnya nilai LSj dan LFj dihitung sebagai berikut:  LFi = LFj + FFij atau LFi = LSj + FSij

 LSi = LSj + SSij atau LSi = LFj + SFij atau LFi + Di Catatan:

 Jika ada lebih dari satu anak panah yang masuk dalam suatu kegiatan maka diambil nilai terkecil

 Jika tidak ada/ diketahui FFij atau FSij dan kegiatan non-splitable maka LFj dihitung dengan cara berikut: LFj = LSi + Di

Jalur kritis ditandai oleh beberapa keadaan sebagai berikut:  Earliest Start (ES) = Latest Start (LS)  Earliest Finish (EF) = Latest Finish (LF)  Latest Finish (LF) – Earliest Start (ES) = Durasi Kegiatan

Kegiatan Splitable

Sebuah kegiatan yang dapat atau harus dihentikan untuk sementara pada suatu saat dan kemudian dilanjutkan kembali beberapa saat kemudian dinamakan kegiatan

splitable. Contoh kegiatan ini adalah pengecoran beton untuk elemen structural bangunan gedung (balok, kolom, plat lantai).

Gambar 2.15. Hitungan kedepan dan kebelakang kegiatan splitable

Kegiatan Splitable

Hitungan kedepan (forward analysis) Hitungan kebelakang (backward analysis) ESj = EFj – Dj – interupsi LSi = LFi – Di – interupsi

EFj = ESj – Dj + interupsi LFi = LSi – Di + interupsi EFj – ESj = Dj + interupsi LFi – LSi = Di + interupsi

Tabel 2.2. Hitungan kedepan dan kebelakang kegiatan splitable

Adapun kegiatan non-splitable adalah kegiatan yang harus dilaksanakan dan tidak diizinkan untuk berhenti ditengah pelaksanaannya.

Kegiatan Non-Splitable

Hitungan kedepan (forward analysis) Hitungan kebelakang (backward analysis) ESj = EFj – Dj LSi = LFi – Di

EFj = ESj – Dj LFi = LSi – Di EFj – ESj = Dj LFi – LSi = Di

Tabel 2.3. Hitungan kedepan dan kebelakang kegiatan non-splitable

Float

Float dapat didefinisikan sebagai sejumlah waktu yang tersedia dalam suatu kegiatan sehingga memungkinkan kegiatan tersebut dapat ditunda atau diperlambat secara sengaja atau tidak disengaja. Akan tetapi, penundaan tersebut tidak menyebabkan proyek menjadi terlambat dalam penyelesaiannya. Float dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu total float dan free float.

Total float adalah sejumlah waktu yang tersedia untuk keterlambatan atau perlambatan pelaksanaan kegiatan tanpa mempengaruhi penyelesaian proyek secara keseluruhan. Free Float adalah sejumlah waktu yang tersedia untu keterlambatan atau perlambatan pelaksanaan kegiatan tanpa mempengaruhi dimulainya kegiatan yang langsung mengikutinya.

 Total Float (TF)i = Minimum (LSj – EFi)  Free Float (FF)i = Minimum (ESj – EFi)

Pengertian Lag

Link lag adalah garis ketergantungan antara kegiatan dalam suatu network planning. Perhitungan lag dapat dilakukan denga cara:

 Melakukan perhitungan ke depan untuk mendapatkan nilai-nilai Earliest Start (ES) dan Earliest Finish (EF)

 Hitung besarnya lag

 Buatlah garis ganda untuk lag yang nilainya = 0  Hitung Free Float (FF) dan Total Float (TF)

Lag ij = ESj – EFi

Free Float i = minimum (lag ij)

Total Float i = minimum (lag ij + TF j)

Hubungan Overlapping

Hubungan antara kegiatan I dengan kegiatan J dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:

1. Hubungan Finish to Start (FS)

Hubungan yang menunjukkan bahwa mulainya (start) kegiatan berikutnya (successor) tergantung pada selesainya (finish) kegiatan sebelumnya (predecessor). FS dapat dikondisikan menjadi tiga, yaitu: Finish to Start

dengan lag = 0, Finish to Start dengan lag positif, Finish to Start dengan

lag negatif.

2. Hubungan Start to Start (SS)

Hubungan yang menunjukkan bahwa mulainya (start) kegiatan berikutnya (successor) tergantung pada mulainya (start) kegiatan sebelumnya (predecessor). SS dapat dikondisikan menjadi tiga, yaitu: Start to Start

dengan lag = 0, Start to Start dengan lag positif, Start to Start dengan lag

negative.

Gambar 2.18. Hubungan SS

3. Hubungan Finish to Finish (FF)

Hubungan yang menunjukkan bahwa selesainya (finish) kegiatan berikutnya (successor) tergantung pada selesainya (finish) kegiatan sebelumnya (predecessor). FF dapat dikondisikan menjadi tiga, yaitu:

Finish to Finish dengan lag = 0, Finish to Finish dengan lag positif, Finish to Finish dengan lag negatif.

4. Hubungan Start to Finish (SF)

Hubungan yang menunjukkan bahwa selesainya (finish) kegiatan berikutnya (successor) tergantung pada mulainya (start) kegiatan sebelumnya (predecessor). SF dapat dikondisikan menjadi tiga, yaitu:

Start to Finish dengan lag = 0, Start to Finish dengan lag positif, Start to Finish dengan lag negatif.

Gambar 2.21. Contoh penggunaan penjadwalan proyek metode PDM pada konstruksi perumahan untuk 3 unit berulang

BAB 3

Dokumen terkait