• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Kualitatif

Dalam dokumen 2. DASAR TEORI. Universitas Kristen Petra (Halaman 32-37)

Menurut (Prof. Sugiyono, 2010) metode kualitatif adalah metode baru, postpositivistik, artistic, dan disebut juga sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan dilapangan. Proses penelitian nya bersifat induktif.

Penggunaan metode kualitatif ini bila:

 Masalah penelitian belum jelas, masih remang-remang atau mungkin masih belum diketahui.

 Untuk memahami makna dibalik data yang tampak.

 Untuk memahami interaksi social.

 Memahami perasaan orang.

 Mengembangkan teori

 Untuk memastikan kebenaran data

 Meneliti sejarah yang berkembang.

Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif, karena:

 Masalah yang akan di teliti oleh penulis masih belum jelas dan masih remang-remang(risiko yang akan ditimbulkan oleh penerepan RFID untuk keaman inventori).

 Penulis juga harus memahami interaksi sosial yang ada di perpustakaan yang berhubungan dengan penerapan RFID untuk keamanan inventori.

 Mengembangkan teori seperti melakukan mapping antara 2 standart yang digunakan.

 Memastikan kebenaran data-data yang didapat dari hasil survey dan wawancara serta kuisioner.

2.4.1. Pengumpulan data:

 Metode sampling

Yaitu teknik untuk mengambil sample. Teknik Nonprobability Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel

sampel. Teknik sampel ini meliputi sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh, snowball.

Metode sampling yang akan digunakan penulis adalah purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan atau mungkin sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek situasi sosial yang diteliti.

 Observasi

Penulis menggunakan teknik observasi partisipatif, yaitu penulis langsung melakukan prosedur dari RFID untuk keamanan inventori misalnya: penulis ikut bagian dalam proses check in-check out (mengnonaktifkan RFID yang ada di buku agar security gateway tidak bunyi) dan dari observasi ini penulis juga bisa melihat situasi lingkungan perpustakaan dengan penerapan RFID ini.

 Wawancara

Sugiyono (2010: 233) mengemukakan tiga jenis wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semistruktur, dan tidak terstruktur.

Wawancara terstruktur (structured interview) digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu, dalam melakukan wawancara pewawancara telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini, setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan pengumpul data mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini pula, peneliti dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data. Tentunya, pengumpul data tersebut harus diberi training agar mempunyai kemampuan yang sama.

Wawancara semistruktur (semistructure interview) sudah termasuk dalam kategori in-depth interview yang pelaksanaanya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka dan pihak yang diajak wawancara diminta pendapatnya.

Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.

Wawancara tidak berstruktur (unstructured interview) merupakan wawancara yang bebas dan peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Wawancara tidak berstruktur atau terbuka sering digunakan dalam penelitian pendahuluan atau malahan untuk penelitian yang lebih mendalam tentang subjek yang diteliti. Pada penelitian pendahuluan, peneliti berusaha memperoleh informasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan yang ada, sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti.

Sugiyono (2010: 235) mengemukakan tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:

 Menetapkan kepada siapa wawancara itu dilakukan;

 Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan;

 Mengawali atau membuka alur wawancara;

 Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan atau transkrip wawancara;

 Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang diperoleh.

Obyek yang akan diwawancarai oleh penulis yaitu:

o Stakeholder (kepala perpustakaan, staf-staf perpustakaan).

o Programer Perpustakaan.

 Kuisioner

Kuisioner dilakukan oleh penulis agar penulis bisa mendapatkan data-data yang akan dianalisa selanjutnya. Point-point kuisioner ini didapat berdasarkan hasil mapping yang dilakukan oleh penulis.

2.5. RFID

RFID (Radio Frequency Identification) atau Identifikasi Frekuensi Radio adalah sebuah metode identifikasi dengan menggunakan sarana yang disebut label RFID atau transponder untuk menyimpan dan mengambil data jarak jauh. Label atau kartu RFID adalah sebuah benda yang bisa dipasang atau dimasukan di dalam sebuah produk, hewan, atau bahkan manusia dengan tujuan identifikasi menggunakan gelombang radio. Label RFID berisikan informasi yang disimpan secara elektronik dan dapat dibaca hingga beberapa meter jauhnya. Sistem pembaca RFID tidak memerlukan kontak secara lansung seperti pembacaan barcode. Label RFID terdiri atas mikrochip silikon dan antena. Ukuran label RFID hampir sekecil sebutir beras.

Sebuah RFID atau label yang dipasang pada object, terdiri dari radius dua arah yang biasa disebut sebagai pemeriksa dan pembaca, dengan mengirimkan sinyal ke tag lalu membaca responnya. Umumnya pembaca mengirimkan hasil pengamatan tersebut ke sistem komputer yang menjalankan perangkat lunak atau perangkat lunak ditengah RFID. Informasi tag disimpan secara elektronik di dalam memori (non-volatil). Tag RFID mencakup pemancar dan penerima frekuensi radio kecil.

Sebuah pembaca RFID mengirimkan sinyal radio yang dikodekan untuk memeriksa tag. Lalu, tag menerima pesan dan merespon informasi yang

diidentifikasinya. Hal ini hanya mungkin terjadi untuk tag dengan nomor seri khusus, atau mungkin untuk sebuah produk yang berkaitan dengan informasi seperti jumlah stok, lot, nomor, tanggal produksi, atau informasi spesifik lainnya.

RFID biasanya digunakan untuk:

 Pelacakan barang

 Mesin pembaca dokumen berjalan

 Pelacakan identitas untuk menverifikasi keaslian

 Pelacakan bagasi bandara

 Management akses, dan lain lain.

(sumber: NIST SP800-98: Guidelines for Securing Radio Frequency Identification (RFID) Systems)

Untuk RFID sebagai keamanan inventori perpustakaan sudah mencapai pada tahap selesai, dan dari hasil wawancara dengan bapak Aditya selaku kepala perpustakaan, proyek RFID untuk keamanan inventori ini akan diimplementasikan pada tahun ajaran baru yaitu pada semester gasal 2013/2014.

Saat ini untuk penanaman RFID di tiap-tiap inventori perpustakaan sudah mencapai 80% (wawancara pada awal bulan April).

Dalam dokumen 2. DASAR TEORI. Universitas Kristen Petra (Halaman 32-37)

Dokumen terkait