LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
3. Metode Latihan Acceleration Sprint
a. Pengertian Acceleration Sprint
Metode latihan acceleration sprint merupakan bentuk latihan kecepatan yang dilakukan dari lari pelan (jogging) dilanjutkan dengan lari kecepatan maksimal dan diakhiri dengan jalan atau pemulihan. Berkaitan dengan accleration
sprint Andi Suhendro (2007: 4.29) menyatakan, “Acceleration sprint dilakukan
dengan cara dimulai dari pelan dan ditingkatkan kecepatannya sampai kecepatan penuh. Latihan dapat dimulai dengan jogging 50 meter, sprint penuh 50 meter, kemudian diselingi dengan jalan 50 meter dan cara ini diulangi lagi dengan selingan istirahat penuh”. Menurut Fox (1984: 431) bahwa, “Accleration sprint merupakan latihan kecepatan dengan pertambahan secara bertahap dalam kecepatan lari dari jogging menuju striding, kemudian dilanjutkan dengan
commit to user
sprinting dalam jarak 50-120 yard. Prosentase pengembangan sistem energi akibat
latihan ini meliputi ATP-PC 90%, LA & O2 5% dan O2 5%”.
Berdasarkan dua pendepat tersebut dapat disimpulkan bahwa, acceleration
sprint merupakan latihan kecepatan yang diawali dari jogging, lari dengan
langkah panjang, kecepatan penuh dan dilanjutkan dengan berjalan yang telah diatur jaraknya masing-masing. Metode latihan acceleration sprint akan bermanfaat terhadap peningkatan kecepatan lari dan unsur lainnya. Andi Suhendro (2007: 4.29) menyatakan, “Metode latihan acceleration sprint dapat mengembangkan kecepatan 90%, kekuatan otot, daya tahan aerobik 5%, daya tahan anaerobik 5% dan peningkatan sistem ATP-PC”.
b. Pelaksanaan Metode Latihan Acceleration Sprint
Metode latihan accleration sprint merupakan latihan kecepatan yang dilakukan secara berkesinambungan dari lari pelan (jogging), lari dengan langkah panjang, lari dengan kecepatan penuh dan diakhiri dengan jalan yang diatur jaraknya masing-masing. Dari rangkaian gerakan tersebut, kemudian dilakukan istirahat atau recovery secara penuh. Istirihat penuh tersebut dimaksudkan agar siap kembali untuk melakukan latihan berikutnya.
Pelaksanaan metode latihan acceleration sprint yaitu: guru membagi jarak masing-masing dari gerakan acceleration sprint. Pada lari pelan (jogging) sepanjang 50 meter, lari langkah panjang 50 meter, lari kecepatan penuh 50 meter dan jalan 50 meter. Selanjutnya guru mendemonstrasikan gerakan acceleration
sprint.
Pada metode latihan acceleration sprint membutuhkan peningkatan sedikit demi sedikit, dari lari pelan (jogging), ke langkah panjang (striding), lari dengan kecepatan penuh dan berjalan. Pada metode latihan ini dapat dikontrol waktu dan jarak. Pada metode latihan ini atlit dianjurkan sedikit demi sedikit meningkatkan percepatannya sampai mencapai kecepatan penuh. Andi Suhendro (2007: 4.30) menyatakan, “Pada metode acceleration sprint kecepatan harus dipertahankan selama 5 sampai 15 detik atau kalau jarak yang dikontrol kira-kira 50 sampai 100
commit to user
27
meter, kemudian bernagsur-angsur mengurangi kecepatannya sampai menjadi langkah yang ringan”.
Berikut ini disajikan ilustrasi metode latihan acceleration sprint sebagai berikut:
Start 50 meter jogging 50 m striding 50 m sprint 50 m jalan
Gambar 7. Ilustrasi Metode Latihan Accleration Sprint (Andi Suhendro, 2007: 4.30)
4. Metode Latihan Sprint Training a. Pengertian Sprint Training
Sprint training merupakan latihan kecepatan yang dilakukan secara
berulang-ulang. Fox (1984: 431) menyatakan, “Sprint training adalah lari berulang-ulang dalam kecepatan maksimal dengan pemulihan sempurna di antara pengulangan-pengulangan. Latihan kondisai fisik ini mengembangkan sistem energi ATP-PC sebesar 90%, LA & O2 4%”. Menurut Smith (1983) yang dikutip Andi Suhendro (2007: 4.27) menyatakan, “Latihan pengulangan lari cepat adalah lari cepat berulang-ulang menempuh jarak 50-60 meter dengan kecepatan maksimal diselingi dengan istirahat sempurna di antara ulangan yang dilakukan”.
Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, metode
sprint training merupakan latihan kecepatan dengan menempuh jarak antara 50-60
meter dengan kecepatan maksimal dan diselingi recovery atau istirahat secara sempurna. Istirahat ini dimaksudkan agar pelaksanaan latihan berikutnya dapat dilakukan dengan baik dalam kondisi yang pulih (tidak kelelahan). Hal terpenting dan harus diperhatikan dalam metode latihan sprint training yaitu harus diatur jaraknya, waktu istirahat dan jumlah ulangan. Pyke ed. (1980) yang dikutip Andi Suhendro (2007: 4.27) menyatakan,
Prinsip-prinsip latihan pengulangan lari cepat adalah: 1) Lama kerja 0- 15 detik.
commit to user 3) Lama waktu pemulihan 1-2 menit. 4) Rasio pemulihan 1:5 – 1:10 5) Jumlah ulangan 5-15 kali.
6) Ulangan harus dilakukan dengan singkat 5-10 detik
7) Waktu istirahat tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek
8) Istirahat yang dilakukan adalah istirahat pasif (bukan istirahat aktif).
Prinsip-prinsip latihan lari cepat dengan metode sprint trining seperti di atas harus diperhatikan agar diperoleh kecepatan lari yang maksimal. Prinsip-prinsip metode latihan sprint training yang harus diperhatikan meliputi lama kerja, intensitas kerja, waktu istirahat, rasio pemulihan, jumlah ulangan, dan waktu istirahat.
b. Pelaksanaan Metode Latihan Sprint Training
Metode sprint training merupakan latihan kecepatan menempuh jarak tertentu antara 50 – 60 meter dengan kecepatan maksimal yang dilakukan secara berulang-ulang. Pelaksanaan metode latihan sprint training yaitu: guru menentukan jarak lari sepanjang 50 meter dan memberikan contoh gerakan lari dengan kecepatan penuh sejauh 50 meter. Selanjutnya siswa mempraktikkan lari cepat dengan jark 50 meter dengan kecepatan penuh secara berulang-ulang sesuai program latihan yang telah dijadwalkan. Berikut ini disajikan ilustrasi metode latihan acceleration sprint sebagai berikut:
Start 50 meter
Gambar 8. Ilustrasi Metode Latihan Sprint Training (Andi Suhendro, 2007: 4.30)
5. Motor Ability a. Pengertian Motor Ability
Motor ability atau istilah lainnya kemampuan motorik merupakan
kemampuan yang dimiliki seseorang sejak kecil dari masa kanak-kanak yang akan berpengaruh terhadap keterampilan geraknya. Rusli Lutan (1988: 96) menyatakan,
commit to user
29
“Kemampuan motorik lebih tepat disebut sebagai kapasitas dari seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan dan peragaan suatu ketrampilan yang relatif melekat setelah masa kanak-kanak”. Menurut Mulyono B. (1994: 298) bahwa, “Kemampuan motorik atau kemampuan gerak dasar adalah hadirnya kemampuan bawaan dan kemampuan yang diperoleh dalam melakukan keterampilan gerak (motor skill) dari sifat yang umum atau fundamental, di luar kemampuan olahraga spesialisasi tingkat tinggi”. Sedangkan Sukintaka (2004: 78) berpendapat, “Kemampuan motorik merupakan kualitas hasil gerak individu dalam melakukan gerak, baik gerakan non olahraga maupun gerak dalam olahraga atau kematangan penampilan ketrampilan motorik”.
Berdasarkan pengertian motor ability yang dikemukakan tiga ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, motor ability merupakan kemampuan seseorang yang dibawa sejak lahir yang mendasari dari gerak, baik olahraga maupun non olahraga di luar teknik khusus atau spesialisasi suatu cabang olahraga tertentu. Motor
ability berperan sebagai landasan bagi perkembangan keterampilan, karena
keterampilan olahraga banyak bergantung pada kemampuan motor ability.
Kemampuan motor ability tidak terlepas dari unsur-unsur kondisi fisik yang ada di dalamnya. Tampilan gerak yang dilakukan seseorang dalam kehidupan sehari-hari atau aktivitas olahraga tidak terlepas dari unsur-unsur kondisi fisiknya. Menurut Kirkendall (1987: 131) bahwa, “Komponen-komponen
motor ability yaitu: kecepatan, kekuatan, daya tahan, power, koordinasi
mata-tangan, koordinasi mata-kaki, kelincahan dan kelentukan”. Menurut A. Hamidsyah Noer (1996: 120) bahwa:
Para ahli motor development seperti Peterson dan kawan-kawan (1974), Rorick dan Dobins (1975), Borgel (1978) memberi penjelasan bahwa, struktur motor ability terdiri empat atau lima komponen. Komponen tersebut terdiri dari faktor-faktor yang harus diteliti yaitu kontrol gerak keseimbangan, koordinasi gerak motorik besar maupun koordinasi mata-tangan, kekuatan gerak yaitu kecepatan, power dan kelincahan. Faktor-Faktor tersebut memiliki kecenderungan cukup besar dalam mempengaruhi motor perfomance (penampilan motorik).
Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, motor ability di dalamnya terdiri beberapa macam unsur kondisi fisik yaitu, koordinasi
mata-commit to user
tangan, koordinasi mata-kaki, kekuatan, kecepatan, power, kelentukan, daya tahan dan kelincahan. Unsur-unsur kondisi fisik tersebut sangat menunjang tampilan
motor ability seseorang.
b. Komponen-Komponen Motor Ability
Secara kodrati setiap anak memiliki kemampuan gerak dasar yang dibawa sejak lahir. Aip Syarifuddin & Muhadi (1992: 24) menyatakan, “Gerak dasar manusia adalah jalan, lari, lompat dan lempar”. Pendapat lain dikemukakan M. Furqon H. (2002: 32) mengklasifikasikan kemampuan gerak dasar terdiri dari tiga bagian. Secara skematis komponen-komponen kemampuan gerak dasar digambar sebagai berikut:
Gambar 9. Skematis Komponen-Komponen Motor Ability (M. Furqon H., 2002: 32) Gerak Dasar Gerak Stabilitas Membungkuk Meregang Memutar Mengayun Handstand Memutar tubuh Mendarat Berhenti Mengelak Keseimbangan dll Gerak Lokomotor Berjalan Berlari Meloncat Melompat Melayang Meluncur Berjingkrak Memanjat dll Gerak Menipulatif Melempar Menangkap Menendang Menjerat/menjebak Menyerang Voli Melambung Melenting Bergulir Menggelinding Menyepak
commit to user
31
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan, kemampuan gerak dasar diklasifikasikan ke dalam tiga jenis gerak yaitu gerak stabilitas, gerak lokomotor dan gerak manipulatif. Upaya meningkatkan kemampuan gerak dasar anak, maka komponen-komponen kemampuan gerak dasar harus dikembangkan melalui latihan yang baik dan tepat. Karena kemampuan gerak dasar tersebut akan berpengaruh terhadap penampilan geraknya, termasuk lari cepat 100 meter.
c. Faktor-Faktor yang Mendukung Kemampuan Motor Ability
Pembawaan pada umumnya merupakan faktor internal yang akan mempangaruhi kemampuan gerak dasar. Namun di sisi lain, kemampuan gerak dasar juga dapat ditingkatkan melalui latihan yang baik dan teratur. Dalam hal ini Sukintaka (2004: 79) menyatakan, “Berkembangnya kemampuan motorik sangat ditentukan oleh dua faktor yakni pertumbuhan dan perkembangan. Dari kedua faktor penentu ini masih harus didukung dengan latihan sesuai dengan kematangan anak dan gizi yang baik”. Pendapat lain dikemukakan Waharsono (1999: 17) bahwa, “Dalam kehidupan manusia selamanya dipengaruhi oleh sifat-sifat internal dan eksternal, sehingga pertumbuhan dan perkembangan fisiknya terpengaruh juga. Pertumbuhan dan perkembangan fisik anak yang telah dimiliki sejak lahir akan tumbuh dan berkembang secara wajar, bilamana mendapat rangsangan secara tepat waktu dan lingkungan yang memungkinkan serta tidak ada unsur paksanaan”.
Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan, faktor internal dan eksternal merupakan faktor yang selalu mempengaruhi kondisi seseorang. Faktor internal mencakup perkembangan dan pertumbuhan, jenis kelamin, intelegensi, usia. Selain itu, kemampuan gerak dasar juga dapat ditingkatkan melalui latihan yang baik dan teratur. Pengalaman dan latihan merupakan faktor yang akan menentukan kualitas penampilan gerak seseorang. Berikut ini akan diuraikan faktor-faktor internal (faktor pembawaan) yang dapat mempengaruhi kemampuan gerak dasar sebagai berikut:
commit to user