Kegiatan magang ini telah dilaksanakan di KSU Jaya Abadi Desa Bendosari Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar Jawa Timur selama 4 bulan, dimulai dari bulan Juli 2007 sampai dengan Agustus 2007 dan dilanjutkan pada bulan Maret sampai April 2008.
Materi
Bahan
Bahan yang digunakan dalam pengambilan data yaitu rol film, sampel susu dari peternak Desa Bendosari, methylene blue, alkohol 70%, uji antibiotik Beta Star, dan air.
Alat
Alat yang digunakan adalah alat tulis, kuisioner (Lampiran 1), kamera, timbangan meja, timba pengukur atau balance tank, lactodensimeter, tabung reaksi, botol sampel, lactoscan SA, dan Dairyscan model JET 2.
Prosedur
Evaluasi pelaksanaan aspek-aspek GFP dan GHP oleh peternak dilakukan melalui observasi dan wawancara langsung dengan peternak di lapangan. Observasi dan wawancara berpedoman pada kuisioner yang telah disiapkan. Kuisioner untuk peternak dibuat dengan berpedoman pada jurnal Guide to good farming practices for
animal production food safety (OIE, 2006) dan Guide to good dairy farming practice
(IDF/FAO, 2004). Pembobotan poin-poin checklist kesesuaian kondisi peternakan dengan Good Farming Practices (GFP) dan Good Hygienic Practices (GHP) diberikan berdasarkan (a) tingkat kepentingan, dan (b) keharusan kesesuaian dengan standar GFP dan GHP. Kriteria dan pembobotan kuisioner adalah:
- nilai 5 untuk sangat penting dan harus dipenuhi; - nilai 4 untuk penting dan harus dipenuhi; - nilai 3 untuk cukup penting dan harus dipenuhi;
- nilai 2 untuk kurang penting dan jika dipenuhi lebih baik; dan - nilai 1 untuk sangat kurang penting dan boleh dipenuhi, boleh tidak
Pembobotan poin-poin checklist kesesuaian kondisi peternakan dengan GFP dan GHP dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Pembobotan Kuisioner dan Checklist Kesesuaian Kondisi Peternakan dengan GFP dan GHP (n = 29 responden)
Jawaban No. Perihal
Ya Tidak
Bobot Nilai
A. BANGUNAN DAN FASILITAS PETERNAKAN
1. Lokasi peternakan jauh dari pemukiman dan kegiatan industri, lingkungan yang mudah terkena polusi udara, polusi tanah serta tempat perkembangbiakan hama
5
2. Bangunan peternakan atau fasilitas lain terpisah dari tempat pembuangan dan pengolahan limbah, letaknya juga cukup jauh dari peternakan tetangga agar
mengurangi resiko penyebaran penyakit 5
3. Kandang mempunyai luas yang layak sesuai jumlah
ternak dan ventilasi yang baik 5
4. Alas kandang bersih dan tidak licin 5
5. Bentuk tempat pakan (palungan) tidak membentuk
sudut 3
6. Terdapat kandang isolasi dan atau kandang karantina
5 7. Terdapat kandang khusus untuk proses pemerahan atau
tersedia sistem pemerahan yang higienis dalam
kandang 5
8. Kandang mudah dibersihkan dan didesinfeksi secara
keseluruhan 4
9. Adanya pembatas area peternakan dapat menjamin
keamanan area peternakan dari hewan non ternak dan
pengganggu 3
10. Kandang memiliki desain saluran pembuangan yang mempermudah pengeluaran kotoran serta limbah
lainnya 5
11. Lingkungan peternakan selalu bersih dan bebas dari genangan air serta menyediakan area desinfeksi bagi
pengunjung 4
12. Memperhitungkan adanya resiko bencana alam 2
13. Menggunakan bahan bangunan yang tidak menjadi sumber kontaminasi baik kimia atau biologis
Tabel 3. Lanjutan
Jawaban No. Perihal
Ya Tidak
Bobot Nilai 14. Semua peralatan yang digunakan merupakan milik
peternakan itu sendiri dan selalu dijaga dalam keadaan
bersih 3
15. Memiliki tempat pembuangan dan pengolahan limbah
5
TOTAL BANGUNAN DAN FASILITAS
PETERNAKAN 63
B. MANAJEMEN PAKAN
1. Hijauan
1.1. Hijauan yang diberikan tidak berasal dari lahan
yang tercemar dari limbah industri 5
1.2. Pastikan ladang rumput tidak disemprot atau
dipupuk dengan bahan yang dapat menimbulkan bahaya dan penyakit pada ternak
5
1.3. Hijauan yang diberikan jumlahnya cukup sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan ternak 4
2. Konsentrat
2.1. Semua bahan pakan yang dibeli bebas dari
residu kimiawi dan bahan pencemar lainnya
seperti hasil ikutan ternak yang dilarang 5
2.2. Memeriksa label pada semua bahan pakan yang
dibeli dan hasil pengamatan visualnya serta
catat semua bahan pakan yang masuk 5
2.3. Menolak dan membuang bahan pakan yang
berjamur 4
2.4. Menyimpan sampel bahan pakan untuk uji
lanjut ketika residu teridentifikasi pada susu 3
2.5. Menyimpan bahan pakan dalam tempat yang
bersih dan kering 5
2.6. Menyimpan bahan pakan dalam jumlah yang
sesuai kebutuhan 3
2.7. Jika peternak mencampur konsentrat sendiri,
maka campuran berbagai komponen konsentrat
harus merata 2
2.8. Hindari pengisian tempat pakan yang terlalu
penuh 2
Tabel 3. Lanjutan
Jawaban No. Perihal
Ya Tidak
Bobot Nilai
2.9. Tempat pakan dibersihkan dari sisa pakan
sebelum diisi ulang 4
2.10. Konsentrat yang diberikan jumlahnya cukup
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan ternak 4
2.11. Semua bahan pakan yang dibeli berasal dari
produsen yang memiliki sertifikat jaminan mutu
3
2.12. Memiliki catatan semua bahan pakan yang
diterima peternakan (nota pemesanan) 2
TOTAL MANAJEMEN PAKAN 56
C. SUMBERDAYA MANUSIA
1. Mengetahui penyakit sapi perah secara umum dan cara
pencegahan maupun penanggulangannya 4
2. Mengembangkan program manajemen kesehatan ternak
yang efektif 5
3. Mencatat semua perlakuan pada ternaknya 5
4. Selalu memelihara sanitasi dan hygiene personal 4
5. Memastikan pemerah mengikuti aturan dasar sanitasi
yang baik 4
6. Menggunakan bahan kimia dan obat hewan sesuai
anjuran, menghitung dosis dengan tepat dan cermat,
dengan memperhatikan tanggal kadaluarsa 5
7. Menyimpan bahan kimia dan obat hewan dengan aman
dan gunakan secara bertanggung jawab 5
8. Mampu mengambil keputusan bila ada penyakit ternak
yang dapat mempengaruhi kesehatan publik (zoonosis) 4
9. Memastikan kondisi lingkungan secara umum
khususnya di area pemerahan selalu bersih 5
TOTAL SUMBERDAYA MANUSIA 41
D PROSES PEMERAHAN
1. Peralatan pemerahan yang digunakan dalam kondisi
bersih dan kering serta terawat baik 5
2. Ambing sapi dibersihkan dengan air hangat 5
Tabel 3. Lanjutan
Jawaban No. Perihal
Ya Tidak
Bobot Nilai
4. Dilakukan fore milking (pemerahan awal) 5
5. Pemerahan dilakukan dengan teknik atau cara
pemerahan yang benar dan menghindarkan cedera pada
ambing 5
6. Pemerahan susu dilakukan dengan tuntas 5
7. Dilakukan post-dipping 5
8. Susu disaring sebelum dimasukkan ke dalam milk can
4
9. Menutup rapat milk can dengan tutupnya 5
10. Susu segera disetor pada koperasi dan tidak terlalu
lama berada di suhu ruang 5
11. Susu yang berasal dari ternak yang sakit atau dalam
masa perawatan harus dipisahkan dari susu lainnya dan tidak boleh digunakan untuk konsumsi manusia dan
ternak 5
TOTAL PROSES PEMERAHAN 54
E. MANAJEMEN PETERNAKAN
1. Mengikuti pelatihan sesuai dengan yang dibutuhkan, terkait dengan manajemen pelaksanaan peternakan sapi perah yang baik untuk menjamin mutu bahan pangan
asal ternak 5
2. Pemeriksaan kesehatan pekerja dilakukan secara rutin
4 3. Pekerja yang sakit dilarang untuk melaksanakan
pekerjaannya 5
4. Mengembangkan dan menerapkan secara konsisten
prosedur pemeliharaan, pembersihan dan sanitasi
peralatan, kandang dan lingkungan 5
5. Pengendalian hama dan serangga 5
6. Pengendalian terhadap akses keluar masuk peternakan 5
7. Memastikan pemindahan bangkai hewan dan
pemusnahannya dilakukan dengan cepat agar tidak menjadi sumber bakteri pathogen dalam kandang dan
lingkungannya 5
8. Sapi yang dibeli mempunyai status kesehatan yang jelas dan berasal dari peternakan yang bebas dari
Tabel 3. Lanjutan
Jawaban No. Perihal
Ya Tidak
Bobot Nilai
9. Setiap ternak memiliki tanda pengenal 4
10. Mencatat semua data tentang ternak termasuk produksi
dan kondisi kesehatannya 4
11. Ternak yang baru dibeli dikarantina dalam kandang
khusus 5
12. Kesehatan setiap sapi perah harus selalu berada dalam
pengawasan dokter hewan atau petugas yang
berwenang 4
13. Ternak yang sakit segera diisolasi dari ternak lainnya
dan diberi perawatan yang sesuai 5
14. Bulu ambing yang panjang dicukur 5
TOTAL MANAJEMEN PETERNAKAN 66
Kriteria dan pembobotan kuisioner :
5 : Sangat penting dan harus dipenuhi 4 : Penting dan harus dipenuhi
3 : Cukup penting dan harus dipenuhi
2 : Kurang penting dan jika dipenuhi lebih baik
1 : Sangat kurang penting dan boleh dipenuhi, boleh tidak
Kegiatan magang di KSU Jaya Abadi Kabupaten Blitar, Jawa Timur dilaksanakan dengan metode kerja partisipatif. Peserta magang terlibat langsung dalam kegiatan perusahaan yang meliputi kegiatan produksi, umum dan personalia. Kegiatan dimulai dengan mempelajari keadaan umum perusahaan meliputi sejarah, lokasi dan tata letak, struktur organisasi, ketenagakerjaan dan produk yang dihasilkan terutama pada sektor susu segar.
Selama kegiatan magang berlangsung, dilakukan pengumpulan data primer yang diperoleh dari hasil wawancara, praktek kerja, konsultasi, diskusi, mengikuti kegiatan operasional serta melakukan observasi terhadap seluruh kegiatan di KSUJA. Data sekunder dikumpulkan sebagai pelengkap diperoleh dari laporan tertulis perusahaan bersangkutan, lembaga atau instansi terkait, literatur ilmiah serta hasil penelitian yang relevan dengan topik magang.
Kegiatan magang yang dilakukan secara khusus melakukan kajian terhadap penerapan GFP dan GHP pada lokasi magang tugas akhir. Kajian ini berhubungan
dengan pengendalian standar mutu yang lebih terfokus terhadap tata laksana peternakan sapi perah. Prinsip pengendalian mutu yang dikaji terkait dengan aspek-aspek prosedural. Good Farming Practices (GFP) dalam studi ini merupakan prosedur baku yang menyangkut tata laksana beternak yang baik dan benar untuk menghasilkan kualitas produk yang tinggi dari peternakan tersebut. Good Hygienic
Practices (GHP) yang dikaji dalam magang tugas akhir ini meliputi Good Milking Practices (GMP) dan Good Handling Practices. Good Milking Practices berkaitan
dengan tata cara pemerahan yang baik dan benar, sedangkan Good Handling
Practices berkaitan dengan proses penanganan air susu pasca pemerahan dan
sebelum diolah lebih lanjut serta didistribusikan pada Industri Pengolahan Susu. Wawancara dan pengamatan di lapangan pada setiap peternakan responden dilakukan dalam rangka mengevaluasi aspek-aspek GFP dan GHP. Pengambilan data dengan wawancara dan observasi sebagian besar dilakukan saat dilaksanakan pekerjaan kandang, sehingga penulis dapat mengamati sendiri segala sesuatunya secara langsung sesuai dengan kondisi di lapangan dengan alat bantu kuisioner.
Data yang diperoleh dengan kuisioner disimpulkan sesuai poin-poin yang telah disusun dan diberi skor 1 jika dipenuhi (ya), dan 0 jika tidak dipenuhi (tidak), lalu dikalikan dengan bobot yang dimiliki oleh tiap poin. Hasil perkalian tersebut dijumlahkan untuk mendapatkan nilai setiap aspek. Lima aspek yang diamati mempunyai bobot yang sama, sehingga kelimanya memiliki nilai sebanyak 20% dari nilai total. Perhitungannya adalah nilai total masing-masing aspek dibagi dengan nilai sempurna masing-masing aspek lalu dikalikan 20%, sehingga akan didapatkan skor setiap responden. Rumus yang digunakan untuk mendapatkan nilai performa kinerja responden yaitu
Y = (A + B + C + D + E) x 100% Keterangan :
Y = Nilai total performa kinerja responden (peternak)
A = nilai performa kinerja responden pada aspek bangunan dan fasilitas peternakan
B = nilai performa kinerja responden pada aspek manajemen pakan C = nilai performa kinerja responden pada aspek sumberdaya manusia D = nilai performa kinerja responden pada aspek proses pemerahan E = nilai performa kinerja responden pada aspek manajemen peternakan
Nilai A, B, C, D, dan E diperoleh dari perhitungan sebagai berikut : Nilai total aspek bangunan dan fasilitas peternakan A =
Nilai sempurna aspek bangunan dan fasilitas peternakan x 20% Nilai total aspek manajemen pakan
B =
Nilai sempurna aspek manajemen pakan x 20% Nilai total aspek sumberdaya manusia
C =
Nilai sempurna aspek sumberdaya manusia x 20% Nilai total aspek proses pemerahan
D =
Nilai sempurna aspek proses pemerahan x 20% Nilai total aspek manajemen peternakan
E =
Nilai sempurna aspek manajemen peternakan x 20%
Keterangan :
Nilai sempurna aspek bangunan dan fasilitas peternakan = 63
Nilai sempurna aspek manajemen pakan = 56
Nilai sempurna aspek sumberdaya manusia = 41
Nilai sempurna aspek proses pemerahan = 54
Nilai sempurna aspek manajemen peternakan = 66
Klasifikasi performa peternak secara umum dilihat dari skor performa responden yang dihasilkan. Berdasarkan nilai yang diperoleh, maka performa peternak dikelompokkan sebagai berikut :
1) jika nilai total performa kinerja peternak <25%, maka penerapan GFP dan GHP di peternakan tersebut sangat kurang;
2) jika nilai total performa kinerja peternak ≥25-50 %, maka GFP dan GHP kurang diterapkan di peternakan tersebut;
3) jika nilai total performa kinerja peternak ≥50-75 %, maka GFP dan GHP cukup diterapkan di peternakan tersebut; dan
4) jika nilai total performa kinerja peternak tersebut ≥75-100 %, maka peternakan tersebut telah menerapkan GFP dan GHP dengan baik.
Penentuan Jumlah Sampel
Levy dan Lemeshow (1999) menyatakan bahwa untuk menghitung jumlah sampel yang diperlukan dalam penarikan sampel secara acak sederhana untuk data yang bersifat proporsi, dihitung dengan menggunakan rumus:
Keterangan : N n ε z Py = = = = =
jumlah populasi yaitu sebesar 86 orang peternak jumlah sampel yang diperlukan
nilai error sebesar 30% atau 0,3 1,96 dengan α = 0,05 (SK = 95%)
peluang jawaban 50% (0,5) karena ada 2 pilihan jawaban, yaitu ya (1) atau tidak (0)
Jumlah sampel yang diperoleh setelah perhitungan sebesar 29 responden. Nilai error yang diambil sebesar 30% dengan harapan perbedaan yang terjadi antara nilai parameter dugaan dengan parameter sebenarnya hanya sebesar 0,3 (θ – θ = 0,3).
Strategi Pengambilan Sampel
Pengambilan data dilakukan dengan pengambilan sampel secara acak sederhana dari total 86 orang peternak. Sampel yang diambil merupakan peternak sapi perah yang menyetorkan susu pada penampungan susu sebelah selatan (TPS PMT) KSU Jaya Abadi. Peneliti mengambil nomer urut peternak secara acak satu-persatu dengan pengembalian nomer yang telah diambil sehingga peluang tiap responden adalah sama.
^ z² N Py (1 – Py)
n ≥
KEADAAN UMUM KOPERASI SERBA USAHA (KSU) JAYA ABADI