• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat pada bulan Oktober 2007. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive yakni berdasarkan rekomendasi dari pihak Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Ciawi adalah daerah yang mempunyai populasi kelinci cukup besar di Kabupaten Bogor Jawa Barat.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua peternak kelinci di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor yang berjumlah 62 rumah tangga peternak yang tersebar di enam desa. Jumlah peternak yang menjadi sampel penelitian sebanyak 30 rumah tangga peternak. Penarikan sampel dilakukan dengan cara disproporsional stratified random sampling. Pertama menentukan jumlah sampel peternak dari masing-masing desa. Jumlah tersebut ditentukan secara disproposional. Kedua, dari sampel tersebut ditarik secara acak untuk menentukan peternak mana yang menjadi responden. Responden tersebut terdiri dari 15 peternak di Desa Cileungsi, tujuh peternak di Desa Citapen, dua peternak di Desa Banjarwaru, dua peternak di Banjarsari, tiga peternak di Desa Jambuluwuk, dan satu peternak di Desa Cideduk.

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain survei yang bertujuan mengumpulkan informasi tentang jumlah orang yang banyak dengan cara mewawancarai sejumlah kecil dari populasi tersebut. Untuk mendapat informasi tentang peternak kelinci yang ada di Kecamatan Ciawi dan menentukan jumlah sampel yang diambil, maka sebelumnya dilakukan prasurvei ke salah satu peternakan kelinci yang ada di Kecamatan Ciawi berdasarkan rekomendasi UPTD Poskeswan Cisarua.

Data dan Instrumentasi

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari para peternak kelinci melalui observasi dan wawancara langsung dengan responden menggunakan alat bantu berupa kuesioner. Data yang dikumpulkan berupa karakteristik peternak (umur, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, pekerjaan selain beternak, dan tujuan beternak), data teknis

ternak, manajemen pemeliharaan ternak, penerimaan dan biaya dalam usahaternak kelinci.

Data sekunder diperoleh dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, UPTD Poskeswan Cisarua, Kecamatan Ciawi, studi pustaka, dan instansi terkait lainnya yang mendukung objek penelitian. Data yang dikumpulkan berupa populasi ternak di Kecamatan Ciawi, monografi Kecamatan Ciawi dan data terkait lainnya.

Analisis Data Analisis Statistik Deskriptif

Data yang dikumpulkan dianalisis dengan statistik deskriptif yaitu dengan perhitungan persentase dan rataan. Analisis ini bertujuan untuk mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan keadaan umum di lokasi penelitian, karakteristik peternak, dan tatalaksana budidaya ternak kelinci.

Proyeksi Jumlah Peternak Kelinci

Proyeksi ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan jumlah peternak kelinci selama lima tahun ke depan. Proyeksi ini berdasarkan pada jumlah penduduk saat penelitian, laju pertumbuhan penduduk di lokasi penelitian, dan persentase penduduk yang memelihara kelinci. Rumus yang digunakan adalah :

Pkn = Pn x S

Dimana Pkn = jumlah peternak kelinci pada tahun-n (RTP) Pn = jumlah penduduk pada tahun-n (orang)

S = persentase penduduk yang memelihara kelinci (%) Adapun rumus peningkatan jumlah penduduk adalah :

Pn = Po (1+ i)n Dimana Pn = jumlah penduduk pada tahun-n (orang)

Po = jumlah penduduk tahun awal (orang) i = laju pertumbuhan penduduk (%) n = interval tahun (n–tahun awal)

Proyeksi Ternak Kelinci

Proyeksi ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan populasi kelinci selama lima tahun ke depan. Proyeksi ini didasarkan pada koefisien teknis ternak kelinci seperti rasio pejantan dan induk, umur induk dan jantan saat penelitian, tingkat kelahiran, ratio kelahiran non hias dan hias, sex ratio kelahiran jantan dan betina, tingkat kematian, tingkat penjualan, dan umur afkir.

Induk non hias dikawinkan dengan jantan non hias sesuai dengan rasio antara indukdan jantan. Semua induk hias dikawinkan dengan jantan hias sedangkan sisa betina non hias yang tidak dikawinkan dengan sesamanya maka dikawinkan dengan jantan hias yang akan menghasilkan keturunan non hias dan hias. Perhitungan jumlah kelahiran anak sebagai berikut :

Jumlah anak = jumlah induk betina x persentase kelahiran

Jumlah anak non hias = jumlah anak lahir x persentase kelahiran anak non hias Jumlah anak hias = jumlah anak lahir x persentase kelahiran anak hias Analisis Pendapatan

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui berapa besar pendapatan yang diperoleh usahaternak kelinci selama satu tahun. Besarnya pendapatan diperoleh dari pengurangan penerimaan dan biaya-biaya yang dikeluarkan dari usahaternak kelinci. Analisis ini menggunakan model yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Model Analisis Pendapatan

Uraian Nilai (Rupiah)

Penerimaan usahaternak Biaya variabel (-) Biaya tetap (-)

Pendapatan usahaternak

Selanjutnya dilakukan analisis R/C ratio untuk mengetahui tingkat pendapatan usahaternak kelinci yang dijalankan menguntungkan atau mengalami kerugian karena pendapatan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi. Dalam analisis R/C ratio akan diuji berapa nilai rupiah yang dipakai dalam kegiatan usahaternak yang bersangkutan. Analisis ini menggunakan rumus:

R/C Ratio = Total Penerimaan Total Biaya

Dengan kriteria : R/C > 1, maka usaha tersebut menguntungkan R/C = 1, maka usaha tersebut impas

R/C < 1, maka usaha tersebut mengalami kerugian Definisi Istilah

1. Kelinci hias dalam penelitian adalah kelinci eksotis yang mempunyai bulu indah dan harga jual di lokasi penelitian relatif lebih mahal daripada kelinci non hias. 2. Jumlah anak hidup (ekor) = Jumlah anak lahir – (jumlah anak lahir x persentase

kematian anak).

3. Jumlah penjualan anak (ekor) = jumlah anak hidup x persentase penjualan anak. 4. Jumlah penjualan kelinci muda (ekor) = (Jumlah transfer dari kelinci anak -

jumlah kematian kelinci muda - jumlah kematian kelinci dewasa - jumlah kelinci afkir) x persentase penjualan kelinci muda.

5. Jumlah kematian kelinci dewasa (ekor) = jumlah kelinci dewasa awal dwi wulan x persentase kematian kelinci dewasa.

6. Jumlah kelinci afkir pada tahun ke-1 dan ke-2 diperoleh dari jumlah kelinci dewasa awal tahun ke-1 dikalikan dengan masing-masing persentase afkir tahun ke-1 dan ke-2 sedangkan jumlah kelinci afkir pada tahun ke-3, ke-4, dan ke-5 diperoleh dari jumlah transfer dari kelinci muda masing-masing pada tahun ke-1, ke-2, dan ke-3 (ekor).

10. Penerimaan total adalah nilai semua output dalam usahaternak kelinci yang berasal dari hasil penjualan ternak kelinci (anak, muda, dewasa, dan afkir), kotoran padat, ternak yang dikonsumsi dan dihadiahkan, serta perubahan nilai ternak (Rp).

11. Biaya total adalah nilai semua input yang habis terpakai atau dikeluarkan dalam usahaternak kelinci kecuali upah tenaga keluarga dan dibedakan menjadi biaya variabel dan tetap (Rp).

12. Biaya tetap adalah nilai semua input yang digunakan dalam usahaternak kelinci yang dapat dipertimbangkan dan diukur yang besarnya tidak dipengaruhi oleh

jumlah output yang dihasilkan selama satu tahun yaitu upah tenaga kerja luar keluarga dan penyusutan nilai inventaris (ternak, kandang dan peralatan) (Rp). 13. Biaya variabel adalah nilai input yang digunakan dalam usahaternak kelinci

yang dapat dipertimbangkan dan diukur yang besarnya dipengaruhi oleh jumlah output yang dihasilkan selama satu tahun yaitu biaya pakan, perlengkapan, serta obat dan vitamin (Rp).

14. Pendapatan keluarga adalah pendapatan rata-rata dari seluruh rumah tangga peternak kelinci yang dijadikan responden selama satu tahun yang diperoleh dari penerimaan total yang diterima dikurangi biaya total yang dikeluarkan selama satu tahun (tidak termasuk upah tenaga kerja keluarga) (Rp).

15. Pendapatan usahaternak kelinci adalah pendapatan rata-rata dari seluruh rumah tangga peternak kelinci yang dijadikan responden selama satu tahun yang diperoleh dari penerimaan total yang diterima dikurangi biaya total yang dikeluarkan selama satu tahun (termasuk upah tenaga kerja keluarga) (Rp).

Dokumen terkait