• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dari bulan November 2004 sampai dengan Juni 2005 dan bertempat

Materi Ternak

Penelitian menggunakan 16 ekor domba lokal jantan berumur kurang dari satu tahun dengan bobot badan rata-rata mencapai 16,91 ± 1,66 kg, dengan kisaran 13,5 sampai 19,5 kg.

Kandang dan Peralatan

Kandang yang digunakan pada penelitian ini adalah kandang yang disekat menjadi 16 buah kandang individu. Setiap kandang dilengkapi dengan tempat makan dan air minum. Kandang terletak di dalam suatu bangunan tertutup yang beratapkan asbes (tipe atap monitor) serta beralaskan kayu. Peralatan lain yang digunakan adalah termometer minimum-maksimum untuk mengukur suhu kandang, termometer bola basah bola kering untuk mengukur kelembaban kandang, termometer rektal air raksa untuk mengukur suhu rektal domba dan stetoskop untuk mengukur denyut jantung dan laju respirasi domba.

Ransum

Ransum yang digunakan adalah rumput lapangdan konsentrat (ransum basal) dengan rasio 25:75. Rumput lapang diperoleh dari lingkungan kebun produksi laboratorium lapang Fakultas Peternakan IPB. Ransum basal yang digunakan terdiri atas onggok, gaplek, bungkil sawit, ampas tempe, ampas kecap, minyak ikan, CaCO3, premiks, urea, garam dan molases.

Metode Penelitian Pembuatan Kompleks Sabun-Kalsium

Sabun kalsium dibuat dengan menggunakan metode dekomposisi ganda (Duel Jr, 1951) yang telah dimodifikasi. Natrium hidroksida dengan konsentrasi air 10% ditambahkan sebanyak 1 liter ke dalam minyak ikan lemuru 0,5 liter,

12 dipanaskan di atas kompor gas, diaduk sampai asam lemak terlarut sempurna. Kalsium klorida dengan konsentrasi air 10% sebanyak 0,5 liter ditambahkan ke dalam asam lemak yang telah dicampur dengan natrium hidroksida kemudian dilakukan pengadukan yang akan menghasilkan sabun kalsium dengan segera. Kelebihan air dikeluarkan dengan cara memeras sabun dengan menggunakan kain. Sabun kemudian dikering udarakan, dan bongkahan sabun dipecah sebelum dicampur dengan konsentrat.

Perlakuan

Ransum perlakuan yang digunakan terdiri atas empat macam, yaitu: 1. R0 = ransum basal (kontrol)

2. R1 = R0 + 1,5% sabun kalsium 3. R2 = R0 + 3,0% sabun kalsium 4. R3 = R0 + 4,5% sabun kalsium

Minyak ikan lemuru (sabun kalsium) dicampurkan merata ke dalam ransum basal. Kandungan zat makanan ransum basal tersaji pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Zat Makanan Ransum Basal Berdasarkan Perhitungan*)

Komposisi Zat Makanan

Perlakuan R0 R1 R2 R3 ---% BK--- Bahan Kering (BK) 86,09 85,59 85,81 85,67 Protein Kasar (PK) 16,25 16,02 15,79 15,57 Lemak Kasar (LK) 3,97 3,98 4,00 4,01 Serat Kasar (SK) 24,50 24,15 23,80 23,69 Abu 12,70 12,75 12,80 12,85

Energi Metabolis (Mkal) 1,98 1,99 2,00 2,04

Keterangan: *)Hasil perhitungan berdasarkan Hartadi et al (1997) Pelaksanaan Penelitian

Domba sebanyak 16 ekor dibagi ke dalam 4 perlakuan. Tiap perlakuan terdiri atas 4 ekor domba sebagai kelompok (berdasarkan bobot badan). Pada awal pemeliharaan domba diberi obat cacing (piperazin) untuk mencegah terjadinya penyakit cacing pada ternak. Pemeliharaan dilakukan selama 5 bulan yang terdiri atas dua fase yaitu fase pertumbuhan dan penggemukan dengan masa penyesuaian

13 selama dua minggu. Penyesuaian dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan pengaruh makanan sebelum penelitian dan agar domba tidak stres akibat adanya ransum perlakuan yang diberikan. Pemberian sabun kalsium dilakukan dengan mencampurkannya ke dalam konsentrat sebanyak 0%; 1,5%; 3% dan 4,5%. Periode penyesuaian selama 2 minggu, dilanjutkan dengan periode pengumpulan data selama lima bulan. Ransum diberikan 3% dari bobot badan dan pemberiannya dilakukan dua kali sehari, air minum diberikan ad libitum. Adapun rumput yang diberikan dalam bentuk segar dan konsentrat dalam bentuk mash. Penimbangan domba dilakukan pada awal penelitian untuk memperoleh bobot badan awal, kemudian dilakukan pengelompokan berdasarkan bobot badan tersebut.

Pengambilan Sampel Darah

Darah diambil di bagian vena jugularis dengan menggunakan syring (spoite + jarum suntik). Pengambilan sampel darah dilakukan dengan perabaan terlebih dahulu pada leher bagian kanan domba untuk mencari vena jugularis, jika pembuluh darah tersebut sudah ditemukan maka ditekan dengan ibu jari hingga tampak menggelembung. Syring ditusukkan pada bagian yang menggelembung sampai darah mengalir. Setelah selesai syring dicabut dan darah yang ada pada syring langsung dimasukkan ke dalam tabung yang telah berisi zat anti koagulan (EDTA), setelah itu dimasukkan dalam wadah es yang sebelumnya telah dipersiapkan. Pengambilan sampel darah dilakukan pada semua domba yang dilakukan penelitian.

Rancangan Percobaan

Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 4 kelompok ternak berdasarkan bobot badan (Steel dan Torrie, 1993). Tiap kelompok mendapat level sabun yang berbeda, sehingga dalam penelitian ini terdiri atas 16 unit percobaan. Pengaruh ransum terhadap peubah dianalisis dengan Sidik Ragam (ANOVA) dan dilanjutkan dengan Uji Kontras ortogonal. Model matematik rancangan ini adalah:

Xij =μ + τij +βij +εij Xij : Nilai pengamatan dari perlakuan

ke-i pada kelompok ke-j μ : Rataan umum

τij : Pengaruh perlakuan ke-i

βij : Pengaruh kelompok ke-j

εij : Pengaruh galat percobaan pada perlakuan ke-i pada kelompok ke-j

14 Parameter yang Diamati

Suhu dan Kelembaban Kandang

Pengukuran suhu kandang dilakukan setiap hari selama penelitian yaitu pada pukul 06.00 WIB dengan termometer minimum-maksimum. Kelembaban kandang diamati setiap hari selama penelitian yaitu pada pukul 06.00 dan 15.00 WIB dengan menggunakan termometer bola basah dan bola kering.

Suhu Rektal

Pengukuran suhu rektal dilakukan setiap satu minggu sekali pada pagi hari jam 06.00 WIB dan siang hari jam 14.00 WIB. Pengukuran suhu rektal dilakukan dengan cara memasukan termometer rektal air raksa ke dalam rektum ±10 cm dan dibiarkan selama satu menit, kemudian dilakukan pembacaan skala, namun sebelum pengukuran suhu rektal terlebih dahulu dilakukan kalibrasi dengan menurunkan posisi air raksa hingga 350C.

Laju Respirasi

Pengukuran laju respirasi dilakukan setiap satu minggu sekali pada pagi hari jam 06.00 WIB dan siang hari jam 14.00 WIB. Pengukuran laju respirasi dilakukan dengan cara menempelkan stetoskop pada bagian dada atau leher sehingga terdengar suara hembusan nafas. Frekuensi hembusan nafas dihitung selama satu menit dengan menggunakan stopwatch secara duplo.

Laju Denyut Jantung

Pengukuran laju denyut jantung dilakukan setiap satu minggu sekali pada pagi hari jam 06.00 WIB dan siang hari jam 14.00 WIB. Pengukuran laju denyut jantung dilakukan dengan cara menempelkan stetoskop pada bagian dada dekat pangkal paha depan domba. Jumlah pulsa atau suara korothkov dihitung selama satu menit dengan menggunakan stopwatch secara duplo.

Nilai Hematokrit

Pengukuran nilai hematokrit dilakukan pada akhir pemeliharaan. Pengukuran nilai hematokrit dilakukan dengan metode mikrohematokrit (Nasution, 1990) menggunakan alat baca microcapillary hematocrite reader. Cara kerjanya sebagai berikut:

15 Disiapkan alat-alat, yaitu pipa mikrokapiler yang dilapisi heparin, sentrifusa mikrokapiler microcapillary reader dan crestaseal untuk menyumbat pipa kapiler. 1. Pengukuran nilai hematokrit menggunakan metode mikrohematokrit dimulai

dengan menempelkan ujung mikrokapiler yang bertanda merah pada tabung darah yang sudah mengandung zat anti koagulan sampai darah mengisi 4/5 bagian.

2. Ujung mikrokapiler yang bertanda merah disumbat dengan crestaseal lalu di sentrifusa selama 5 menit dengan kecepatan 11.500 - 15.000 rpm atau 15 menit dengan kecepatan 2500 – 4000 rpm.

3. Nilai hematokrit darah ditentukan dengan mengukur persentase lapisan merah (eritrosit) dari total sampel darah dengan menggunakan alat baca mikrohematokrit (microcapillary hematocrite reader). Cara memakainya ada 2 cara sebagai berikut:

♦ Dasar lapisan pada pipa kapiler tepat pada garis 0 (pipa tegak lurus) dan permukaa lapisan plasma (pertemuan antara plasma dan udara) memotong garis horizontal 100%.

♦ Persentase hematokrit dapat dibaca pada bagian kanan yang bertepatan dengan tinggi kolom/lapisan eritrosit dalam pipa kapiler.

Diferensiasi Leukosit (Rasio Heterofil/Limfosit)

Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penentuan rasio Granula/Agranula berdasarkan Nasution (1990) yaitu gelas objek (2 buah), pipet tetes, zat warna (Giemsa/Wright), minyak imersi, buffer fosfat pH 6,4-6,7, alkohol 70%.

1. Dua buah gelas objek disiapkan dalam keadaan bersih untuk membuat sediaan apus darah.

2. Sediaan apus darah yang sudah dibuat diwarnai dengan zat warna (Giemsa/Wright) lalu diamati dibawah mikroskop dengan obyektif 100 x dan okuler 10 x.

3. Jenis-jenis BDP (Diferential Leucocyte Count) dihitung dengan cara menghitung persentase masing-masing bentuk jenis BDP yang telah dipelajari pada preparat ulas darah

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait