• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE MAGANG

Dalam dokumen PENGELOLAAN BUDIDAYA SAGU (Halaman 25-35)

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di perkebunan sagu milik PT National Sago Prima, Selat Panjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Propinsi Riau. Magang dilaksanakan selama 4 bulan mulai bulan Februari hingga Juni 2011.

Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan dalam kegiatan magang adalah metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung yaitu melaksanakan kegiatan berupa aspek teknis di lapangan, sedangkan metode tidak langsung dilakukan dengan mela-kukan studi pustaka, diskusi, dan wawancara dengan karyawan yang ada di perusahaan. Metode tidak langsung dilakukan baik saat jam kerja maupun di luar jam kerja.

Kegiatan teknis di lapangan meliputi pembukaan lahan, pembibitan, pe-nanaman, pemeliharaan dan pemanenan. Kegiatan aspek teknis di lapangan di-lakukan dengan terlebih dahulu mendapatkan instruksi dan arahan dari asisten divisi. Seluruh teknis kegiatan magang yang dilakukan berdasarkan prosedur kerja yang diterapkan oleh perusahaan. Pelaksanaan metode langsung dengan meng-ikuti kegiatan teknis budidaya dan memperoleh data primer. Kegiatan aspek khusus yang dilakukan yaitu pemangkasan dan aplikasi hormon organik pada petiol bibit sagu di persemaian. Hasil percobaan digunakan sebagai saran bagi kegiatan budidaya di perusahaan.

Percobaan menggunakan rancangan petak terbagi (split plot). Petak utama yang dicobakan adalah taraf pemangkasan dengan 3 taraf yaitu P0 = tanpa pemangkasan, P1 = pemangkasan 20 cm dari atas banir, P2 = pemangkasan 30 cm dari atas banir, dan anak petaknya yaitu pemberian zat pengatur tumbuh berupa hormon organik dengan 4 taraf yaitu H0 = tanpa hormon organik, H1 = konsentrasi hormon organik 1 ml/l, H2 = konsentrasi hormon organik 3 ml/l, dan H3 = konsentrasi hormon organik 5 ml/l. Petak utama ditempatkan pada rakit dengan ukuran 3 x 1 m2 dan anak petak ditempatkan pada bagian dari rakit dengan

ukurannya 1 x 1 m2, sehingga dalam tempat petak utama terdapat tiga bagian. Namun hanya bagian kanan dan kiri yang digunakan. Tata letak petak percobaan tertera pada Lampiran 1.

Total kombinasi perlakuan terdapat 3 x 4 = 12. Tiap kombinasi perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 3 x 12 = 36 petak percobaan. Setiap anak petak disemai sebanyak 30 bibit dengan bobot bibit berkisar 2-5 kg. Bagian rakit yang digunakan hanya kanan dan kiri dalam setiap rakit, sehingga terdapat 60 bibit dalam setiap rakit. Jumlah rakit yang digunakan yaitu 18 rakit dengan jumlah keseluruhan bibit yaitu 1 080 bibit. Pengamatan dilakukan pada 15 bibit dalam setiap anak petak, sehingga jumlah bibit yang diamati yaitu 540 bibit.

Aplikasi pemangkasan petiol dan pemberian hormon organik berupa pengolesan dilakukan satu kali (± satu bulan setelah semai). Pengamatan dilaku-kan setiap dua minggu sekali selama dua bulan.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Data sekunder yang didapat yakni informasi tentang perusahaan. Informasi tersebut antara lain sejarah perusahaan, letak geografis dan wilayah administratif, keadaan iklim, topografi dan tanah, keadaan tanaman dan populasi, struktur organisasi dan ketenagakerjaan dan informasi administrasi.

Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan secara langsung di lapangan dengan mengikuti semua kegiatan baik dalam hal budidaya maupun manajerial perusahaan. Data yang didapatkan adalah prestasi kerja standar perusahaan, karyawan, mahasiswa, serta hambatan dan kendala-kendala dalam pelaksanaan kegiatan teknis tersebut. Selain itu berasal dari pengamatan per-cobaan aspek khusus. Peubah pertumbuhan bibit sagu yang diamati meliputi persentase kehidupan bibit, jumlah daun, panjang daun pangkasan dan baru, jumlah anak daun pangkasan dan baru, panjang anak daun pangkasan dan baru, lebar anak daun pangkasan dan baru, dan korelasi antara keberadaan akar nafas dengan persentase kehidupan bibit.

14

Analisis Data dan Informasi

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan kerja di lapangan dengan standar baku yang berlaku di perkebunan sagu. Data hasil percobaan aspek khusus dianalisis dengan mengunakan sidik ragam (uji F) dan jika berpengaruh nyata maka akan di uji lanjut dengan DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) pada taraf 5 %.

Sejarah Kebun

PT National Sago Prima merupakan bagian dari kelompok usaha Sam-poerna Biofuel yang termasuk kedalam SamSam-poerna Agro. Perkebunan sagu di Riau dahulu merupakan salah satu bagian dari kelompok usaha Siak Raya Group dengan nama PT National Timber and Forest Product yang didirikan pada tanggal 4 September 1970 dengan akta notaris nomor 2 yang dibuat dihadapan Muhamad Ali Asjoedjir, wakil notaris yang bertempat di Pekanbaru dan mendapat pengesah-an dari Menteri Kehakimpengesah-an dengpengesah-an keputuspengesah-an nomor J.A.S/4/1971 pada tpengesah-anggal 7 Januari 1971. Pada tanggal 24 Desember 1970 nama PT National Timber diubah menjadi PT National Timber and Forest Product dengan akta notaris nomor 153 yang dibuat dihadapan Muhamad Said Tadjoedin, notaris di Jakarta. PT National Timber and Forest Product merupakan salah satu pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) berdasarkan surat keputusan Menteri Pertanian nomor 135/KPTS/ UM/3/ 1974 tanggal 14 Maret 1974 di Propinsi Riau dengan luas areal konsesi 100 000 ha yang telah beroperasi selama lebih dari 21 tahun.

Berdasarkan surat Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan nomor 913/IV-PPH/1994 tanggal 18 april 1994 dan surat Menteri Kehutanan nomor 1083/MEN-HUT-IV/1995 tanggal 24 juli 1995 pada PT National Timber and Forest Product telah diberikan persetujuan prinsip Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IUPHHBK) pada Hutan Tanaman Industri (HTI) dalam hutan tanaman (sagu) atas areal hutan produksi seluas ± 19 900 ha di Provinsi Riau. Setelah berakhirnya masa konsesi HPH 20 tahun, selanjutnya pada tahun 1995 PT National Timber and Forest Product mengajukan Izin Penebangan Kayu (IPK) dengan surat keputusan nomor 17/Kpts/HUT/1996.

Izin Penebangan kayu tersebut disetujui dengan syarat apabila setelah penebangan dilakukan, PT National Timber and Forest Product harus menanami kembali areal tersebut dengan Hutan Tanaman Industri yaitu sagu (Metroxylon spp.) dengan mengajukan Rencana Kerja Tahunan (RKT) pada setiap tahunnya. Perizinan RKT sebelum otonomi daerah dikeluarkan oleh Kanwil Kehutanan dengan rekomendasi Dinas Kehutanan Propinsi Riau, setelah berlakunya otonomi

16

daerah pemberian izin dikeluarkan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Bengkalis. Surat izin usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu pada hutan tanaman industri dalam hutan tanaman (sagu) kepada PT National Timber and Forest Product atas areal hutan produksi seluas ± 21 620 ha di Propinsi Riau dengan surat keputusan Menteri Kehutanan nomor SK.353/MEN-HUT-II/2008 dikeluar-kan pada tahun 2008. Surat Keputusan tersebut dikeluardikeluar-kan untuk merevisi SK Menteri Kehutanan nomor 1083/MenhutIV/1995 tanggal 24 Juli 1995 karena penambahan luas areal hutan produksi.

Pada tahun 2009 dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan no SK.380/MENHUT-II/2009 tanggal 25 Juni 2009 tentang perubahan atas keputus-an Menteri Kehutkeputus-ankeputus-an nomor SK.353/MENHUT-II/2008 tkeputus-anggal 24 September 2008 tentang pemberian izin usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu pada hutan tanaman industri dalam hutan tanaman (sagu) kepada PT National Timber and Forest Product atas areal hutan produksi seluas ±21 620 (dua puluh satu ribu enam ratus dua puluh) hektar di Provinsi Riau. Keputusan tersebut menetapkan bahwa nama PT National Timber and Forest Product berubah menjadi PT Na-tional Sago Prima, namun SK.353/MENHUT-II/2008 tanggal 24 september 2008 beserta lampiran dan peta areal kerjanya masih tetap berlaku.

Letak Geografis dan Wilayah Administrasi

PT National Sago Prima secara geografis terletak pada koordinat 101° 43’ – 103° 08’ Bujur Timur dan 0° 31’ – 1° 80’ Lintang Utara. Areal kebun termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau (Lampiran 2). Areal tersebut termasuk ke-dalam wilayah DAS Suir Kiri dan kelompok hutan Teluk Kepau (Lampiran 3). Batas-batas wilayah areal IUPHHBK-HTI PT National Sago Prima yaitu sebelah utara berbatasan dengan HTI PT Lestari Unggul Makmur dan Desa Lukun, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kepau Baru dan Desa Teluk Buntal, sebelah barat berbatasan dengan Eks. HPH PT Uni Seraya, dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Tanjung Sari dan Desa Tanjung Gadai.

Keadaan Iklim, Topografi dan Tanah

Wilayah pekebunan PT National Sago Prima termasuk ke dalam wilayah hutan hujan tropis dengan curah hujan rata-rata tahunan adalah 1966 mm. Menurut klasifikasi Schmidth dan Ferguson (1951) dalam Fauzan (2010), areal IUPHHBK-HTI Sagu PT National Sago Prima termasuk type iklim B dengan nilai Q = 33.3 %. Pengamatan curah hujan tahun 2011hanya dilakukan pada bulan Maret hingga Mei (Lampiran 4). Suhu udara rata-rata tahun 2007 yaitu 26.6 0C dengan rata-rata kelembaban relatif 85.4 % dan tahun 2008 suhu udara rata-rata 26.10C dengan kelembaban relatif 85.0% (Fauzan, 2010).

Berdasarkan Peta Topografi Provinsi Riau skala 1 : 250 000, areal kerja IUPHHBK-HTI Sagu PT National Sago Prima sebagian besar bertopografi datar dengan ketinggian tempat antara 0 - 5 meter di atas permukaan laut (dpl). (Fauzan, 2010).

Sistem lahan di areal kerja PT National Sago Prima yaitu sistem lahan Gambut, Kahayan dan Mendawai (Fauzan, 2010). Sistem lahan pada areal kebun didominasi oleh sistem lahan Mendawai. Deskripsi sistem lahan tersebut di atas adalah sebagai berikut :

Sistem Lahan Mendawai (MDW)

Sistem lahan Mendawai (MDW) merupakan daerah rawa-rawa gambut dangkal, dengan bentuk topografi relatif datar, kemiringan lereng < 2%. Perubah-an yPerubah-ang mungkin terjadi pada sistem lahPerubah-an Mendawai (MDW) yPerubah-ang berbahPerubah-an induk tanah gambut setelah dilakukan reklamasi secara bertahap akan mengalami berbagai perubahan antara lain penurunan muka tanah (subsidence), yang disebabkan oleh pembuatan saluran-saluran drainase, dan secara bertahap dapat menjadi lahan sulfat masam.

Sistem Lahan Kahayan (KHY)

Sistem Lahan Kahayan (KHY) merupakan dataran alluvial yang berupa dataran pantai/sungai yang tergabung. Topografi termasuk daerah yang datar de-ngan kemiride-ngan < 2%. Sistem lahan Kahayan yang terbentuk oleh endapan pantai/sungai yang bergabung dapat menyebabkan lahan tersebut mengalami pe-nambahan material-material dari pasang-surutnya air laut/sungai. Lahan tersebut bisa berubah menjadi lahan yang sangat subur, tetapi pada lahan yang berada di

18

dekat pantai tidak menutup kemungkinan lahan tersebut mengalami perubahan salinitas karenamasuknyaair laut.

Sistem Lahan Gambut

Sistem Lahan Gambut merupakan rawa-rawa gambut dalam dengan permukaan lengkung dalam lembah atau kubah gambut, topografi datar dengan kemiringan lereng < 2% dengan lebar lembah 2 - 10 m, dengan jenis tanah Tropohemist dan Tropofibrist.

Keadaan Tanaman, Populasi dan Produksi

Luas areal pertanaman PT National Sago Prima sesuai Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. SK 380/MENHUT-II/2009 seluas 21 620 ha terdiri atas Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 21 370 ha dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK) seluas 250 ha. Areal yang baru ditanami secara bertahap mulai dari tahun 1996-1999 seluas 13 044 ha yang terbagi menjadi 12 divisi. Luas areal untuk setiap divisi yaitu 1 000 ha, masing-masing divisi memiliki sekitar 20-24 blok dengan luas areal tiap blok 50 ha (1 000 m x 500 m). Batas blok berupa kanal-kanal yang berfungsi untuk menjaga ketersediaan air, sarana transportasi, jalur panen serta pembatas atau barier jika terjadi kebakaran agar tidak menjalar ke blok yang lain.

Kondisi pertanaman di setiap divisi berbeda sesuai dengan tahun tanam. Fokus kerja perusahaan pada Divisi 1 - 4 yang kondisi tanamannya sudah memasuki panen, sehingga perlu pemeliharaan dan penanganan yang baik, se-dangkan kegiatan yang dilakukan pada Divisi 5 dan 7 yaitu pembukaan lahan, penanaman, penyulaman dan pemeliharaan. Produksi sagu yang ditanam mulai tahun 1996 hingga 1999 baru dipanen mulai tahun 2010 hingga 2011. Data produksi sagu terlampir (Lampiran 5).

Jenis sagu di PT National Sago Prima yaitu jenis sagu yang memiliki duri seperti Sagu Tuni (Metroxylon rumphii Mart.) dan Sagu Ihur (Metroxylon sylvester Mart.), dan sagu tak berduri yaitu Sagu Molat (Metroxylon sagus Rotb.). Selain itu jenis yang mendominasi tingkat pohon adalah Meranti (Shorea sp), Geronggang (Cratoxylon arborescens), Bintangur (Callophylum inophyllum) dan Suntai (Palaquium burckii).

Jarak tanam yang digunakan untuk pertanaman sagu yaitu 15 m x 15 m, 10 m x 10 m, 9 m x 9 m atau 8 m x 8 m. Namun jarak tanam yang banyak digunakan yaitu 8 m x 8 m, baik pada areal yang sudah ditanami maupun yang baru dibuka. Terdapat 100 - 125 baris tanaman sagu pada tiap blok bergantung pada jarak tanam yang digunakan. Jalur lorong atau jalur angkut dibuat dengan arah utara-selatan dengan panjang lorong ± 500 m. Satu lorong terdiri atas 2 baris tanaman sagu. Tiap baris tanaman terdapat 50 - 70 rumpun tanaman sagu bergantung pada jarak tanam yang digunakan.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Pengorganisasian Kebun

PT National Sago Prima memiliki struktur organisasi lini atau garis. Sistem organisasi tersebut merupakan bentuk organisasi dengan pemimpin sebagai pemegang wewenang tunggal. Ciri-ciri dari sistem organisasi tersebut yaitu jumlah karyawannya sedikit, sarana dan alatnya terbatas, serta hubungan atasan dan bawahan bersifat langsung melalui satu garis wewenang.

Garis komando merupakan garis hubungan kerja dengan pola perintah atau instruksi. Garis komando sistem organisasi lini kuat dan hanya satu yaitu secara vertikal dari atas ke bawah. Keunggulan dari sistem organisasi tersebut yaitu segala keputusan kebijaksanaan dan tanggung jawab ada pada satu tangan dan intruksi dapat diterima secara jelas dan tegas karena rantai komando pendek. Namun kelemahannya yaitu kepemimpinan tunggal dapat mengambil keputusan berdasarkan kemauan pribadi.

Puncak pimpinan tertinggi di PT National Sago Prima dipegang oleh seorang general manager (GM). General manager memiliki wewenang tertinggi untuk memimpin, mengelola, dan melakukan pengawasan secara tidak langsung terhadap kinerja kebun. Tim teknis seperti kordinator asissten, technical support, external relation, supply logistic, asisten pembibitan dan KTU (Kepala Tata Usaha) bertanggung jawab lagsung kepada GM atas pelaksanaan pengelolaan kebun.

20

Kepala tata usaha membawahi lima bagian yaitu bagian accounting, bagian umum, security, bagian gudang dan administratur. Koordinator asisten membawahi asisten divisi, setiap asisten divisi membawahi seorang administratur, mandor I dan pengawas. Stuktur organisasi terlampir (Lampiran 6).

Sistem Ketenagakerjaan

Beberapa tipe karyawan yang ada di PT National Sago Prima bekerja di bagian administasi dan bagian kegiatan lapangan. Pembagian tersebut berdasarkan jabatan dan lama bekerja dalam perusahaan.

Karyawan Tetap

Karyawan tetap adalah karyawan yang tercatat dalam perusahaan sebagai karyawan dan bekerja tetap. Jam kerja karyawan tetap mulai pukul 07.00 hingga pukul 16.00 dengan istirahat pukul 11.00 hingga 13.00. Karyawan tetap men-dapatkan berbagai tunjangan seperti tunjangan kesehatan, transportasi dan beras. Karyawan tetap terdiri atas karyawan bulanan tetap dan karyawan harian tetap.

Karyawan bulanan tetap adalah karyawan tetap yang upah atau gaji mereka diterima berdasarkan perjanjian kontrak kerja. Mereka menerima gaji tetap tiap bulan sesuai perjanjian kerja. Karyawan bulanan tetap meliputi general manager, tim teknis seperti kordinator asissten, technical support, external relation, supply logistic, asisten pembibitan dan KTU, seluruh staf administrasi, asisten divisi, serta manager dan staf R&D. Jumlah karyawan bulanan tetap PT National Sago Pima yaitu 18 orang. Karyawan tetap tinggal di lokasi kebun dengan fasilitas dari perusahaan seperti tempat tinggal (mess/camp).

Karyawan harian tetap adalah karyawan tetap yang upah/gaji kerjanya dihitung berdasarkan jumlah hari mereka bekerja. Setiap hari kerja mereka dapatkan upah sebesar Rp 45 000. Jika terdapat hari libur mereka tidak men-dapatkan upah. Karyawan harian tetap berbeda dengan karyawan harian lepas karena karyawan harian tetap memiliki keterikatan dengan perusahaan. Karyawan harian tetap di PT National Sago Prima seperti operator speedboad dan pembantu mess/camp. Jumlah karyawan harian tetap di PT National Sago Prima yaitu 40 orang.

Karyawan Kontrak

Karyawan kontrak adalah pekerja atau karyawan suatu kontraktor yang memiliki kerjasama kerja dengan PT National Sago Prima. Karyawan kontrak mandapat upah dari kontraktor tempat mereka bekerja. Setiap kontraktor memiliki target kerja yang telah disepakati dengan perusahaan. Jika target tersebut tidak ter-penuhi maka akan ada denda dari perusahaan kepada kontraktor. Setiap kontraktor diawasi oleh pengawas yang diutus dan merupakan karyawan perusahaan.

Karyawan kontrak biasanya mengerjakan perkerjaan seperti pembibitan (pengambilan anakan dan persemaian), pengimasan, pembuatan lorong, weeding manual dan pembersihan kanal. Karyawan kontrak selama masa kerjanya tinggal di dalam lokasi kebun dengan fasilitas yang diberikan perusahaan. Jam kerja mereka tidak dapat ditetapkan oleh perusahaan asalkan pekerjaan mereka sesuai target yang telah disepakati. Jumlah karyawan kontrak setiap divisi yaitu 4-5 rombongan dengan setiap rombong terdiri atas 5-6 orang.

Karyawan Harian Lepas

Karyawan harian lepas (KHL) adalah karyawan atau buruh perusahaan tidak tetap dan tidak memiliki keterikatan dengan perusahaan. Mereka menerima upah berdasarkan jumlah hari mereka kerja. Tiap hari kerja mereka mendapat upah Rp 45 000. Mereka tidak mendapatkan berbagai tunjangan dari perusahaan. Jam kerja karyawan harian lepas mulai jam 06.30 - 14.30 dengan istirahat pukul 12.00 - 13.00.

Karyawan harian lepas diawasi dan mendapat instruksi dari mandor perusahaan. Karyawan harian lepas dapat menjadi karyawan tetap jika mereka bekerja secara terus menerus selama tiga bulan dan mendapat rekomendasi dari mandor pengawasnya. Karyawan harian lepas biasanya melakukan perkerjaan seperti pembuatan lorongan, piringan dan pembersihan gulma. Jumlah karyawan harian lepas pada setiap divisi tidak lebih dari 15 orang, sedangkan pada swakelola pembibitan kurang dari 10 orang.

Dalam dokumen PENGELOLAAN BUDIDAYA SAGU (Halaman 25-35)

Dokumen terkait