• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Dalam dokumen PENGELOLAAN BUDIDAYA SAGU (Halaman 35-77)

Aspek Teknis

Land Clearing

Land clearing merupakan kegiatan penyiapan lahan yang meliputi kegiat-an pembersihkegiat-an lahkegiat-an dkegiat-an kegiatkegiat-an penyiapkegiat-an jalur tkegiat-anamkegiat-an. Pada areal tkegiat-anamkegiat-an pokok jenis sagu disisakan 4 km antar blok untuk dijadikan areal konservasi atau tidak menebang hutan. Hal ini dilakukan untuk menjaga kemungkinan timbulnya penurunan permukaan tanah dan keracunan unsur besi (Fe), selain itu areal kon-servasi dapat dijadikan sekat bakar yaitu sekat yang dapat memisahkan antar blok yang terbakar.

Kegiatan land clearing di PT National Sago Prima sedang dilaksanakan di Divisi 5 dan 7 dengan luas areal 2 200 ha. Sistem kerja yang dilakukan yaitu sistem kontraktor atau borongan. Hal ini menunjukkan harus adanya target pertenaga kerja dalam melakukan land clearing, target pekerja yaitu 1 orang/ha.

Kegiatan penyiapan lahan dilakukan dengan kombinasi sistem mekanis menggunakan alat berat excavator (Gambar 2) dan sistem manual dengan tebang habis tanpa pembakaran. Prestasi kerja excavator yaitu 2 lorong atau 4 jalur tanaman (1.6 hektar) dengan jam kerja mesin 10 - 18 jam perhari. Kegiatan tersebut berlangsung satu bulan dalam mempersiapkan satu blok. Satu alat excavator dikendalikan oleh empat orang anggota yaitu satu orang operator dan tiga orang sebagai helper.

Blocking area atau pemancangan blok merupakan tahapan paling awal da-lam kegiatan land clearing. Tahapannya yaitu pengambilan koordinat (pembuatan arah) sehingga dapat menentukan luasan blok dan pembuatan trase yang di-gunakan untuk menentukan batas atau jalur yang akan di stacking (perumpukan). Pembuatan trase dapat menggunakan kompas maupun theodolit (Gambar 3).

Gambar 3. Penggunaan Theodolit

Panjang rumpukan atau trase yaitu 16 m, lebar rumpukan 4 m, lebar jarak tanam 8 dan pinggir tanaman masing masing 2 m.

Stacking merupakan salah satu bagian dari land clearing, tahapannya adalah sebagai berikut:

a. Perintisan/imas tumbang, yaitu memotong semua vegetasi/tumbuhan yang berdiameter kurang dari 20 cm dengan parang dan kapak.

b. Tebang, yaitu memotong semua tumbuhan yang berdiameter di atas 20 cm dengan menggunakan chainsaw.

c. Cincang, yaitu dengan memotong batang, dahan dan ranting untuk me-mudahkan pembersihan dan pengumpulan hasil potongan tersebut ke dalam rumpukan.

Tahap akhir kegiatan penyiapan lahan adalah pembuatan atau pemasangan papan nama yang memuat informasi antara lain Blok RKT (Tahun Tanam), No. Petak, Luas, Jenis Tanaman dan Jarak Tanam. Hal tersebut diperlukan sebagai sarana administrasi/pengorganisasian pelaksanaan kegiatan di setiap petak.

24

Pembibitan

Pengambilan anakan. Bahan tanam untuk penanaman maupun penyulaman di PT National Sago Prima menggunakan anakan sagu. Anakan sagu diperoleh dari kebun masyarakat (outsource) maupun dari dalam kebun perusahaan (inhouse). Pengambilan anakan dilakukan dari kebun masyarakat karena rumpun sagu milik masyarakat telah beberapa kali dipanen, sedangkan rumpun sagu di PT National Sago Prima baru sebagian yang dipanen, sehingga anakan sagu yang diambil dari dalam kebun hanya berasal dari tanaman induk yang telah dipanen.

Standard Operating Procedure (SOP) pengambilan anakan yaitu:

a. Pemilihan anakan yang akan diambil berasal dari induk yang telah dewasa atau telah dipanen, berdiameter 10 - 13 cm, memiliki bobot 2 - 5 kg, tinggi > 1 m, memiliki sekurang-kurangnya 3 - 4 lembar pucuk daun muda, memiliki rhizome dengan suatu bagian penghubung yang menyempit pada induknya. b. Persiapan peralatan (dodos dan parang).

c. Rhizome dipotong menggunakan dodos (Gambar 4), caranya yaitu tanah di sekeliling anakan digali sedikit demi sedikit agar rhizome terlihat, bagian penghubung (neck) yang menyambung dengan induk dipotong dengan panjang rhizome 1.5 kali dari lebarnya, dan akar di bagian sisi rhizome yang menempel ke tanah dipotong secukupnya.

d. Perakaran yang menempel ke tanah dipotong menggunakan dodos dengan memotong akar di bagian sisi rhizome yang menempel ke tanah secukupnya kemudian akar di bawah rhizome dipotong dengan jarak ± 5 cm dari rhizome. e. Rhizome diangkat menggunakan dodos dengan memastikan sudah tidak ada

akar yang menempel ke tanah, kemudian bagian bawah rhizome diangkat dari bawah dengan tidak menarik bagian pucuk “spear” untuk mengeluarkan anakan.

f. Perakaran dibersihkan dan dipangkas menggunakan parang, akar dibersihkan dan dipangkas secukupnya, dan lubang yang ditinggalkan ditutup kembali dengan tanah.

g. Daun dan pelepah dipotong menggunakan parang hingga 30-40 cm dari rhizhome.

Gambar 4. Rhizome Dipotong Menggunakan Dodos

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan dalam pengambilan anakan yaitu me-milih anakan dari induk yang belum matang karena anakan akan tumbuh menye-rupai induknya dan anakan tersebut sulit untuk diambil. Secara fisiologi anakan belum dewasa dan lebih sulit untuk bertahan hidup, dan anakan tidak bisa diguna-kan untuk material penanaman. Hal lain yang tidak boleh dilakudiguna-kan yaitu me-motong rhizome, daun, pelepah, dan perakaran terlalu pendek.

Bentuk rhizhome dari anakan yang umumnya digunakan yaitu berbentuk “L” dan mempunyai perakaran yang baik, sedangkan bentuk anakan keladi dan tapal kuda dapat ditanam apabila mempunyai sistem perakaran yang baik dan secara fisiologi telah matang.

Tenaga kerja yang digunakan untuk pengambilan anakan merupakan te-naga kerja borongan dengan sistem kontrak. Satu rombongan terdiri atas 4 - 6 orang dengan prestasi kerja per orang 80 - 100 bibit per hari, sedangkan ma-hasiswa dapat mengambil bibit dalam waktu 5 - 10 menit/bibit. Faktor yang mempengaruhi pengambilan bibit yaitu ketrampilan pengambil bibit, ketersediaan bibit di lapangan dan kondisi bibit di lapangan seperti posisi banir dalam tanah dan kondisi piringan, serta kondisi lapangan.

Pengambilan anakan oleh swakelola pembibitan PT National Sago Prima dilakukan dalam kebun perusahaan (inhouse). Target pengambilan anakan per kontrak yaitu 5 000 - 10 000 bibit. Selama satu bulan bisa mencapai 20 000 bibit yang siap untuk disemai. Upah pengambilan bibit Rp 1 000 /bibit, upah semai Rp 200/bibit dan harga rakit Rp 10 000/buah.

26

Perusahaan melakukan kerjasama dalam pembibitan dengan dua pihak, yaitu PT Prima Kelola Agribisnis dan Agroindustri Institut Pertanian Bogor (PT PKAA IPB) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). PT Prima Kelola Agribisnis dan Agroindustri IPB merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang agroindustri di bawah naungan IPB, sedangkan BPPT merupakan suatu badan pemerintahan yang bergerak dalam bidang pengkajian dan penerapan teknologi.

PT Prima Kelola Agribisnis dan Agroindustri melakukan pengambilan anakan yang berasal dari kebun masyarakat (outsource) dan dari kebun perusaha-an (inhouse). Bibit sagu yperusaha-ang dibeli dari masyarakat berasal dari sekitar kebun seperti Kampung Baru, Teluk Kepau, Kepau Baru, Teluk Buntal dan Sungai Pulau. Harga bibit sagu yang berasal kebun masyarakat yaitu Rp 2 500 – 3 500 per bibit termasuk biaya langsir. Kriteria bibit yang akan dibeli umumnya sama dengan kriteria bibit dari dalam kebun. Penyeleksian dilakukan sebelum dilakukan persemaian, sedangkan bibit yang berasal dari dalam kebun perusahaan upah pengambilannya sama dengan swakelola pembibitan yaitu Rp 1 000 /bibit, upah semai Rp 200/bibit dan harga rakit Rp 10 000/buah.

Pengambilan anakan oleh BPPT dilakukan dari dalam kebun perusahaan. Ukuran bibit yang diambil yaitu 200 – 500 gram, dengan menyisakan satu daun. Seluruh biaya pengambilan anakan, persemaian dan kebutuhan lainnya untuk me-lakukan pembibitan ditanggung oleh PT National Sago Prima.

Persemaian. Persemaian yaitu kegiatan pembibitan untuk memperoleh bibit dengan kualitas yang baik melalui perlakuan tertentu. Persemaian menghasilkan bibit yang siap dipindah tanam dengan kualitas baik, sehingga mampu meng-urangi tingkat kematian setelah ditanam di lahan. Fungsi dari persemaian yaitu untuk menyeleksi bibit yang berkualitas baik dan buruk. Bibit yang baik ditanam setelah disemai selama tiga bulan, dan telah memiliki 2 - 3 daun, perakarannya kuat, memiliki akar nafas dan tidak kerdil.

Sistem persemaian yang dilakukan oleh swakelola pembibitan PT National Sago Prima menggunakan sistem kanal. Media yang digunakan yaitu rakit dengan perlakuan penggunaan paranet dan penyemprotan pupuk daun. Penggunaan

paranet dimaksudkan agar tidak terlalu banyak cahaya matahari yang menyinari bibit, karena sinar matahari langsung yang mengenai bibit dapat menyebabkan pucuk bibit mengering. Selain itu naungan dapat mengurangi transpirasi yang dilakukan oleh bibit. Penyemprotan pupuk daun dilakukan setelah bibit memiliki 1 - 2 daun atau setalah dua bulan.

Bibit direndam terlebih dahulu dalam larutan fungisida dengan konsentrasi larutan yang digunakan yaitu 2 g/l air selama 1 - 2 menit kemudian dikeringangin-kan selama ± 15 menit sebelum disemai (Gambar 5). Perendaman bibit dilakudikeringangin-kan pada rhizome untuk menghilangkan jamur yang terbawa dari lapang tempat pengambilan anakan.

Gambar 5. Perendaman Bibit dalam Larutan Fungisida

Penyusunan bibit di rakit dilakukan ketika bibit telah siap semai. Media rakit yang digunakan terbuat dari pelepah sagu yang sudah kering. Ukuran rakit yang digunakan yaitu 2.5 m x 1 m. Bibit disusun dengan posisi rhizome di atas rakit dengan menegakkan bibit. Ketinggian air dijaga jangan sampai pucuk bibit terendam atau banir tidak terendam air. Hal tersebut akan menyebabkan kematian bibit dalam persemaian. Penyusunan bibit harus rapat dan tegak agar tidak tumbang saat persemaian (Gambar 6).

Prestasi kerja tenaga borongan dalam menyemai yaitu dalam satu rakit 140-144 bibit dengan waktu yg diperlukan ± 19 menit per orang, sedangkan

28

mahasiswa menyemai bibit sebanyak 140-144 dalam rakit selama waktu 30 menit per orang.

Gambar 6. Penyusunan Bibit di Rakit

Bibit yang telah disusun di atas rakit dipotong bagian petiol dan pelepah-nya hingga 30 - 40 cm dari atas banir. Pemangkasan dilakukan untuk mengurangi transpirasi bibit selama di persemaian dan mempercepat terbentuknya tunas baru. Setelah rakit terisi penuh dan semua pelepah sudah dipangkas, rakit dihanyutkan ke kanal yang diberi naungan dan disemai selama tiga bulan.

Lokasi pembibitan dengan sistem kanal beberapa hal harus diperhatikan seperti kodisi kanal dengan air yang mengalir pada daerah subkanal. Hal ini disebabkan daerah sub-kanal tidak dilalui oleh alat transportasi kanal sehingga bibit tidak terganggu dan sirkulasi udara dan hara dapat berlangsung dalam air. Lokasi pembibitan dekat dengan camp sehingga mudah didatangi dan dilakukan pengawasan secara intensif, serta jauh dari sumber hama dan penyakit. Selain itu pembibitan dilakukan pada beberapa lokasi agar mudah melakukan transportasi dan aman dari gangguan binatang liar.

Persemaian yang dilakukan oleh BPPT menggunakan media polybag dengan eksplan (bibit sagu) dengan bobot 200 - 500 gram. Proses persemaiannya yaitu eksplan direndam dalam larutan yang dibuat oleh BPPT selama satu hari, kemudian ditanam ke dalam polybag dan dimasukkan ke dalam inkubator selama dua bulan, inkubator berupa sungkup yang terbuat dari plastik dan dalam satu sungkup dapat memuat 700 bibit. Proses selanjutnya yaitu aklimatisasi bibit

selama dua bulan dengan mengeluarkan bibit dari dalam inkubator. Proses nursery secara double paranet dan single paranet masing-masing selama dua bulan. Proses terakhir yaitu adaptasi di lapangan dengan menyeleksi bibit selama dua bulan.

Persemaian yang dilakukan oleh PT Prima Kelola Agribisnis dan Agroindustri IPB tidak jauh berbeda dengan persemaian yang dilakukan oleh swakelola pembibitan PT National Sago Prima. Sistem yang digunakan yaitu sistem kanal dengan bobot bibit > 2 kg. Persemaian dilakukan selama 3 bulan sampai menghasilkan 2 - 3 daun setelah itu dilakukan penyulaman dan penanaman pada Divisi 1 - 4.

Penanaman

Kegiatan penanaman terdiri atas pembuatan batas petak tanaman, pem-buatan pondok tanaman, pemancangan jalur tanam, pemasangan ajir, pempem-buatan lubang tanam, dan penanaman. Kegiatan penanaman PT National Sago Prima sedang terfokus pada pembukaan lahan di Divisi 5 dan 7.

Jarak tanam yang digunakan adalah 8 m x 8 m, sehingga jumlah tanaman dalam satu hektar setara dengan 156 tanaman. Kondisi blok yang berbeda-beda seperti luas areal yang sudah ditanami, kemampuan pengorganisasian, kondisi bahan tanam yang tersedia dapat mempengaruhi kegiatan penanaman dalam jum-lah tanaman per blok. Setiap blok mempunyai intensitas kegiatan penanaman yang berbeda, seperti blok yang sudah ditanami hanya memerlukan pengayaan ta-naman, sedangkan blok yang belum ditanami harus seluruhnya ditanami tanaman. Pemancangan jalur tanaman dimulai dengan membuat pancang bantu (pancang as) yang dicat warna merah dengan jarak 5 m dari tepi kanal dengan menggunakan kompas (Gambar 7). Kegiatan pemancangan dilakukan mengguna-kan arah timur-barat sepanjang 1 000 m dengan jarak antar pancang 15 m, dan utara – selatan sepanjang 500 m dengan tiap jarak 100 m dipasang pancang yang dicat warna merah dengan tujuan mempermudah kegiatan pelorongan agar tidak menyimpang ke lorong pertanaman lain.

30

Gambar 7. Pemancangan Menggunakan Kompas

Kriteria pembuatan lubang tanam yaitu lubang tanam dibuat di tempat yang telah diberi pancang, lubang tanam dibuat sampai menyentuh permukaan air dan ukuran lubang tanam yaitu (40 x 40 x 40) cm3. Prestasi kerja pembuatan lubang tanam yaitu 150 lubang tanam/HK.

Standard Operating Procedure (SOP) penanaman yaitu,: 1. Lubang tanam dibuat di tempat yang telah diberi pancang 2. Lubang tanam dibuat sampai menyentuh permukaan air 3. Ukuran lubang tanam (40 x 40 x 40) cm3

4. Rock phosphate dicampur dengan media tanam dengan dosis 0,5 kg per lubang tanam

5. Bibit sagu ditanam dengan posisi menyandar tegak pada sisi lubang tanam 6. Bibit sagu ditimbun media sampai bonggol bibit tertimbun (titik tumbuh tidak

boleh tertimbun media tanam)

7. Ajir tetap dipancangkan di samping lubang tanam

8. Bibit harus segera ditanam segera setelah dikeluarkan dari rakit

Penyulaman

Penyulaman yaitu kegiatan menanam kembali tanaman sagu pada rumpun sagu yang mati karena kurang beradaptasi dengan lingkungan di lapangan atau terserang hama dan penyakit. Kegiatan penyulaman dilaksanakan PT National Sago Prima bekerjasama dengan PT Prima Kelola Agribisnis dan Agroindustri

IPB, selain itu perusahaan bekerjasama dengan BPPT Kegiatan tersebut terfokus pada Divisi 1, 2, 3 dan 4. Hal ini dilakukan karena pada setiap blok tanaman divisi tersebut terdapat rumpun yang mati.

Kegiatan penyulaman yang dilakukan oleh PT Prima Kelola Agribisnis dan Agroindustri IPB diawali oleh survey yang dilakukan oleh asisten dan mandor. Kegiatan survey yang dilakukan yaitu, menghitung jumlah rumpun yang mati dalam setiap blok dan mengukur ketinggian air dalam lubang tanam. Selanjutnya dilakukan penyeleksian bibit dengan kriteria bibit yaitu, bibit telah berdaun minimal dua daun, kondisi bibit sehat (bebas dari hama dan penyakit) dan segar serta bonggol bibit tidak busuk.

Bibit yang dilangsir ke blok yang akan ditanam disesuaikan dengan jumlah kebutuhan penyulaman. Tahapan pengangkutan (langsir) bibit siap salur yaitu meletakkan bibit siap salur ke dalam rakit, menarik dengan hati-hati rakit yang berisi bibit siap salur, dan memindahkan bibit dari rakit ke lapangan dengan cara memegang bibit pada banirnya.

Penyulaman dilakukan setelah lubang tanam selesai dikerjakan oleh tenaga borongan. Pelaksanaan penyulaman biasanya dilakukan oleh dua orang pekerja pada setiap lorong tanaman (dua jalur tanaman). Pekerja pertama bertugas mem-bawa bibit dengan ambung bambu yang dimem-bawa dengan punggung. Jumlah bibit yang dibawa sesuai dengan jumlah rumpun yang akan disulam pada lorong tersebut. Kemudian bibit diletakkan di dekat lubang tanam, sedangkan pekerja kedua bertugas membawa pupuk, memberi pupuk pada lubang tanam, dan me-nanam bibit.

Pemupukan dasar dilakukan bersamaan dengan kegiatan penanaman maupun penyulaman, yaitu pada saat setelah pembuatan lubang tanam dengan menggunakan rock phosphate sebelum bibit ditanam. Penggunaan rock phosphate dimaksudkan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman sagu terutama pada tahap pembentukan akar (Gambar 8).

32

Gambar 8. Pemberian Pupuk I dan Penyulaman

Kegiatan penyulaman sebaiknya dilakukan pada musim hujan karena per-mukaan air tanah dapat tinggi, sehingga bibit dapat ditanam pada lubang tanam yang ketersediaan airnya tercukupi. Selain itu pada musim hujan tanaman dapat mengurangi transpirasi yang terjadi.

Pemeliharaan

Sagu merupakan tumbuhan hutan yang dapat tumbuh secara liar yang dapat pula menghasilkan produktivitas tinggi. Produktivitas sagu dapat ditingkat-kan dengan pengelolaan yang baik, misalnya kegiatan pemeliharaan. Pemelihara-an pada perkebunPemelihara-an sagu merupakPemelihara-an kegiatPemelihara-an yPemelihara-ang harus dilakukPemelihara-an secara rutin dan intensif, sehingga dapat menghasilkan produktivitas yang optimum. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan oleh PT National Sago Prima yaitu pengendalian gulma, penjarangan anakan dan pengendalian hama dan penyakit.

Pengendalian gulma. Gulma merupakan tumbuhan yang keberadaannya dapat mengganggu tanaman lain pada tingkatan jumlah tertentu. Pertumbuhan gulma yang sangat cepat daripada tanaman sagu dapat menghambat pertumbuhan sagu, hal ini disebabkan adanya persaingan dalam mendapatkan unsur hara, sinar matahari, air, dan ruang tumbuh. Oleh karena itu sangat diperlukan pengendalian gulma yang dapat menekan terjadinya persaingan antara tanaman sagu dan gulma.

Pengendalian gulma yang dilakukan oleh PT National Sago Prima yaitu pengendalian secara manual dan secara kimia. Kedua cara pengendalian gulma memiliki keuntungan dan kerugian dari segi biaya, waktu, dan pengaruhnya ter-hadap pertumbuhan sagu.

Pengendalian gulma secara manual yang dilakukan di perkebunan sagu dilakukan dengan cara penebasan. Prosedur penebasan yaitu lebar tebasan 1.5 – 2 m untuk lorong bersih maupun lorong tengah, lebar piringan 1 m dari rumpun terluar, tinggi penebasan 0 – 5 cm dari permukaan tanah, pelepah, gulma dan serasah dibuang keluar piringan dan semua kayu serta pelepah harus dibuang ke lorong kotor.

Pengendalian gulma secara manual dilakukan pada beberapa tempat, yaitu pada lorong bersih dan piringan saja, pada lorong bersih, piringan dan gawangan, serta pada jalur tanam untuk areal yang baru dibuka.Rotasi pengendalian gulma secara manual dilakukan satu kali dalam satu tahun. Tenaga kerja menggunakan sistem borongan atau kontrak. Biaya yang harus dikeluarkan perusahaan yaitu ± Rp 375 000/ha, bergantung kondisi blok yang akan ditebas, sedangkan prestasi kerja borongan yaitu 8000 m2/HK.

Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan menggunakan her-bisida yang disemprotkan pada gulma. Penyemprotan dilakukan pada gawangan dan piringan mati yaitu piringan yang tidak terdapat tanaman sagu. Rotasi pengendalian gulma secara kimia dilakukan dua kali dalam satu tahun.

Pembuatan larutan herbisida dilakukan sebelum penyemprotan dengan dosis yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Herbisida yang digunakan yaitu herbisida kontak dengan bahan aktif paraquat berbentuk cairan yang digunakan untuk mematikan gulma berbentuk daun, sedangkan herbisida sistemik dengan bahan aktif metil metsulfuron yang berbentuk serbuk berfungsi untuk mematikan batang. Dosis yang digunakan yaitu 1.5 l paraquat/ha dan 62.5 g metil metsulfuron/ha dengan volume semprot 400 l/ha. Penyemprotan menggunakan Knapsack Sprayer dengan nozel semprot berwarna hitam. Ketinggian nozel semprot dari permukaan tanah yaitu 30 cm. Penyemprotan dilakukan dengan berjalan secara perlahan.

34

Penyemprotan dilakukan oleh tenaga kerja harian lepas dan kebanyakan menggunakan tenaga perempuan. Hal ini dilakukan karena hasil tenaga kerja perempuan lebih rapih dibandingkan dengan hasil pekerjaan tenaga laki-laki. Prestasi kerja pekerja perempuan yaitu 1.5 lorong bersih/HK.

Pengendalian gulma secara manual dan secara kimia memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungan dari pegendalian gulma secara manual yaitu tidak ter-jadinya kerusakan ekosistem dari lingkungan tanaman sagu, sedangkan ke-rugiannya yaitu waktu yang dibutuhkan untuk penebasan lama dan memerlukan biaya yang besar. Pengendalian gulma secara kimia memiliki keuntungan yaitu dapat lebih efisien waktu dan biaya, namun kerugiannya yaitu dapat merusak ekosistem karena residu yang dihasilkan dari bahan kimia dapat mencemari lingkungan tumbuh sagu.

Penjarangan Anakan. Penjarangan anakan yaitu kegiatan pembuangan ankan secara selektif pada tiap rumpun sagu. Penjarangan anakan dilakukan untuk mengatur letak atau posisi anakan dan pohon induk agar tidak terjadi persaingan (Bintoro, et al 2010). Penjarangan anakan dibedakan menjadi dua cara yaitu pruning dan thining out. Pruning yaitu penjarangan anakan dengan melakukan pemangkasan pada anakan yang disisakan 10 cm dari atas permukaan tanah dan disisakan 8 - 9 anakan besar (Gambar 9). Tujuan dari pruning yaitu untuk mengurangi terjadinya persaingan penyerapan unsur hara antara tanaman sagu dalam setiap rumpun. Thining out yaitu penjarangan anakan dengan mengangkat anakan sampai ke akarnya. Tujuannya sama dengan pruning, hanya terdapat perbedaan cara, waktu, dan biaya. Waktu yang digunakan untuk melakukan pruning lebih cepat yaitu 15 - 20 rumpun/HK dengan biaya Rp 45 000/HK. Dengan biaya yang sama penjarangan dengan cara thining out hanya dapat melakukan 5 rumpun/HK.

a b

Gambar 9. a) Rumpun Sagu Sebelum dipruning b) Setelah dipruning

Rotasi penjarangan anakan dilakukan satu kali dalam satu tahun, namun hanya dilakukan pada beberapa blok. Hal ini dikarenakan biaya penjarangan anak-an lebih mahal dibanak-andingkanak-an denganak-an biaya pemeliharaanak-an lainnya. Kegiatanak-an pen-jarangan anakanpun harus dilakukan secara teliti dan tepat serta perlu pengawasan oleh mandor, karena kegiatan tersebut menyangkut keberlangsungan pertumbuhan sagu selanjutnya.

Panen

Nilai ekonomis pada tanaman sagu terletak pada batangnya, sehingga bagian tanaman sagu yang dipanen yaitu batang. Batang sagu yang siap untuk ditebang yaitu pada saat fase nyorong (fase masak tebang) karena pada fase tersebut kandungan pati dalam batang sagu tinggi. Setelah lewat dari fase tersebut kandungan pati dapat berkurang. Tanaman sagu memasuki masa tebang sekitar 10-12 tahun.

PT National Sago Prima telah melakukan panen beberapa kali dimulai dari tahun 2008 sampai sekarang. Setiap blok tingkat pertumbuhannya berbeda se-hingga rotasi panennya berbeda. Ada blok yang sampai empat kali panen, namun ada juga blok yang sama sekali belum dipanen. Sebelumnya telah dilakukan sensus produksi yang dapat dijadikan acuan panen. Seharusnya jika dilakukan pemeliharaan yang baik satu kali panen dapat dilakukan dalam 1 - 2 tahun, namun karena perusahaan tidak melakukan pemeliharaan selama enam tahun, maka

Dalam dokumen PENGELOLAAN BUDIDAYA SAGU (Halaman 35-77)

Dokumen terkait