• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU

6.2.2 Metode MRP Teknik Part Period Balancing (PPB)

Dalam penggunaan metode PPB, perusahaan melakukan pemesanan bahan baku SMP dan gula sebesar kebutuhan kotor pada suatu periode yang digabungkan. Banyaknya periode yang digabungkan tergantung dari nilai kumulatif bagian periode yang mendekati nilai Economic Part Period (EPP). Nilai EPP untuk masing-masing bahan baku diperoleh dari hasil bagi antara biaya pemesanan per pesanan dengan biaya penyimpanan per kilogram per bulan SMP dan gula tersebut. Nilai EPP SMP dan gula masing-masing sebesar 3 792.12 dan 11 595.13.

Berdasarkan Lampiran 13 dan Lampiran 14 diperoleh nilai akumulasi periode bagian yang mendekati nilai EPP untuk bahan baku SMP dan bahan baku

gula, yaitu satu periode. Nilai EPP yang menghasilkan periode gabungan satu periode tersebut menyebabkan frekuensi dan kuantitas pemesanan masing-masing SMP dan gula adalah sembilan dan sebelas kali.

Kuantitas pemesanan yang direncanakan adalah sejumlah kebutuhan kotor selama periode gabungan, dalam hal ini adalah sejumlah kebutuhan kotor satu periode yang jumlahnya berbeda-beda untuk setiap periodenya ditambah dengan persediaan pengaman. Kebijakan perusahaan menginginkan adanya persediaan pengaman untuk antisipasi terhadap permintaan konsumen, oleh karena itu dalam penentuan lot pemesanan perlu diikutsertakan perhitungan persediaan pengaman.

Biaya persediaan total selama tahun 2005 dari bahan baku SMP adalah Rp 48 946 297.45 dan Rp 1 012 441.80 untuk bahan baku gula. Secara keseluruhan, biaya persediaan total perusahaan selama tahun 2005 dari bahan baku SMP dan gula dengan teknik PPB adalah sebesar Rp 49 958 739.25. Biaya persediaan total dengan teknik PPB ini masih lebih rendah bila dibandingkan dengan teknik perusahaan. Secara rinci mengenai frekuensi pemesanan, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan bahan baku SMP dan gula dengan metode PPB dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Biaya Persediaan SMP dan Gula dengan Metode PPB Tahun 2005

Bahan

Baku Biaya Pemesanan/tahun Biaya Penyimpanan/tahun Biaya Total Persediaan

Rp/pesan Frek Total Biaya Pemesanan per tahun Rp/kg Jml stock setahun Total Biaya Penyimpanan per tahun (Rp) SMP 173 337.60 9 1 560 038.40 45.71 1 036 671.60 47 386 259.05 48 946 297.45 Gula 24 813.58 11 272 949.38 2.14 345 557.20 739 492.42 1 012 441.80 Total 1 832 987.78 48 125 751.46 49 958 739.25

Sumber: PT. Indolakto (diolah), 2006

Kuantitas pembelian bahan baku SMP untuk produksi UHT pada tahun 2005 dengan metode PPB adalah 1 686 026.83 kg dengan biaya pembelian

sebesar Rp 37 112 114 450.69. Sedangkan kuantitas pembelian bahan baku gula adalah 1 308 163.72 kg dengan biaya pembelian sebesar Rp 6 804 936 875.66. Biaya pembelian total SMP dan gula dengan metode PPB adalah sebesar Rp 43 917 051 326.35.

6.3 Analisis Perbandingan Metode Pengendalian Persediaan

Berdasarkan hasil perhitungan metode pengendalian persediaan perusahaan dengan metode MRP teknik EOQ dan PPB selama tahun 2005 dapat dilakukan perbandingan antara model-model tersebut. Ringkasan perhitungan dapat dilihat pada Tabel 14. Perusahaan unggul dalam biaya pemesanan SMP dibandingkan teknik EOQ dan PPB karena frekuensi pemesanan SMP perusahaan lebih jarang tetapi berdampak pada biaya penyimpanan yang lebih besar. Hal itu juga berdampak pada tingginya biaya persediaan SMP perusahaan. Dalam pemesanan gula, perusahaan menghasilkan biaya terbesar karena frekuensi yang dilakukan perusahaan lebih sering diband ingkan teknik EOQ dan PPB. Seringnya perusahaan melakukan pemesanan gula untuk menghindari kerusakan gula akibat penyimpanan yang terlalu lama karena gula mudah membatu. Biaya penyimpanan gula perusahaan masih lebih rendah dibandingkan biaya penyimpanan dengan teknik EOQ namun masih lebih tinggi dibandingkan dengan teknik PPB.

Metode MRP teknik PPB menghasilkan biaya persediaan total dan juga biaya pembelian total untuk bahan baku SMP dan gula yang paling kecil bila dibandingkan dengan metode yang digunakan perusahaan dan teknik EOQ. Penghematan yang dihasilkan dengan metode PPB tersebut adalah yang terbesar. Pada Tabel 15 terlihat bahwa penghematan biaya persediaan SMP dan Gula dengan metode PPB mampu menghemat sebesar 23.77 persen dibandingkan

teknik perusahaan. Biaya persediaan gula memiliki persentase terbesar dalam penghematan dengan metode PPB tersebut. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 6. Tabel 14. Perbandingan Frekuensi, Biaya Persediaan dan Biaya Pembelian

Total SMP dan Gula Tahun 2005

Uraian Perusahaan EOQ PPB

Frekuensi Pemesanan 8 kali SMP

20 kali Gula 11 kali Gula 9 kali SMP 11 kali Gula 9 kali SMP

Biaya Persediaan SMP 64 045 440.85 57 342 590.01 48 946 297.45

Biaya Persediaan Gula 1 491 821.26 1 630 754.83 1 012 441.80

Biaya Persediaan Total 65 537 262.11 58 973 344.84 49 958 739.25

Biaya Pembelian SMP 47 950 353 659.12 37 449 829 758.23 37 112 114 450.69 Biaya Pembelian Gula 7 859 622 373.48 6 721 313 867.68 6 804 936 875.66

Biaya Pembelian Total 55 809 976 032.60 44 171 143 625.91 43 917 051 326.35

Sumber: PT. Indolakto (diolah), 2006

Sedangkan untuk penghematan terhadap biaya pembelian metode PPB juga menghasilkan penghematan terbesar yaitu 21.31 persen. Kontribusi penghematan dari pembelian SMP merupakan yang terbesar. Hal ini terjadi karena proporsi penggunaan bahan baku SMP untuk pembuatan susu UHT lebih besar dibandingkan bahan baku gula sehingga sedikit saja perubahan dalam rencana produksi susu UHT akan berdampak lebih besar terhadap kuantitas kebutuhan SMP yang dipesan.

Tabel 15. Penghematan Biaya Persediaan dan Pembelian dengan Metode MRP teknik EOQ dan PPB

Uraian EOQ PPB

(Rp) (%) (Rp) (%)

Biaya Persediaan SMP 6 702 850.84 10.47 15 099 143.40 23.58

Biaya Persediaan Gula -138 933.57 -9.31 479 379.46 32.13

Biaya Persediaan Total 6 563 917.27 10.02 15 578 522.86 23.77

Biaya Pembelian SMP 10 500 523 900.89 21.90 10 838 239 208.43 22.60

Biaya Pembelian Gula 1 138 308 505.80 14.48 1 054 685 497.82 13.42

Biaya Pembelian Total 11 638 832 406.69 20.85 11 892 924 706.25 21.31

6.4 Rekomendasi Alternatif Metode Pengendalian Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Data Historis Perusahaan Tahun 2005

Berdasarkan hasil analisis perbandingan biaya persediaan dan penghematan metode MRP terhadap kebijakan perusahaan tahun 2005, maka dapat direkomendasikan suatu model alternatif pengendalian persediaan bahan baku SMP dan gula bagi PT. Indolakto. Metode alternatif ini diharapkan dapat menghemat biaya perusahaan melalui penghematan biaya persediaan bahan bakunya. Selain itu, tingkat persediaan SMP dan gula perusahaan diharapkan dapat optimal sehingga perusahaan tidak mengalami gangguan produksi yang disebabkan oleh kekurangan bahan baku dan membengkaknya biaya persediaan akibat besarnya persediaan yang tersimpan.

Hasil analisis perbandingan biaya persediaan dan penghematan metode MRP terhadap kebijakan perusahaan tahun 2005 menunjukkan bahwa kebijakan pengendalian persediaan SMP dan gula perusahaan belum optimal. Hal ini dibuktikan dengan besarnya biaya persediaan bahan baku SMP dan gula yang mencapai Rp 65 537 262.11 dan biaya pembelian sebesar Rp 55 809 976 032.60.

Biaya pemesanan dan biaya penyimpanan gula perusahaan mempunyai kontribusi yang besar terhadap tingginya biaya persediaan perusahaan. Tingginya biaya penyimpanan gula perusahaan disebabkan oleh besarnya persediaan yang tersimpan di gudang dan tingginya biaya pemesanan gula disebabkan perusahaan lebih sering memesan gula. Sementara metode MRP teknik, EOQ dan PPB memungkinkan perusahaan melakukan penghematan terhadap biaya persediaan, terutama teknik PPB.

Tingginya biaya pembelian SMP dan gula yang ditanggung oleh perusahaan disebabkan kuantitas selama tahun 2005 yang dibeli perusahaan lebih banyak diband ingkan dengan metode MRP teknik EOQ dan PPB. Kuantitas pembelian bahan baku perusahaan dipengaruhi oleh kebijakan perusahaan yang menginginkan adanya persediaan pengaman. Sediaan pengaman yang dilakukan perusahaan adalah 50 persen dari rata-rata kebutuhan bersih SMP setiap periode (bulan) dan 25 persen dari kebutuhan bersih rata-rata gula setiap periode (bulan).

Hasil analisis dengan metode PPB dalam penelitian ini memberikan alternatif bagi perusahaan untuk menghasilkan penghematan terhadap biaya pemesanan dan biaya penyimpanan yang berdampak pada biaya persediaan yang lebih besar serta penghematan terhadap biaya pembelian, terutama pembelian bahan baku SMP.

Metode PPB pada prinsipnya dapat digunakan untuk menggabungkan kebutuhan bersih lebih dari satu periode. Penggunaan metode PPB ini menghasilkan periode gabungan yang akan meminimumkan biaya persediaan (biaya pemesanan dan biaya penyimpanan). Metode ini lebih dinamis dalam menyeimbangkan antara biaya pemesanan dan biaya penyimpanan yang dikeluarkan perusahaan. Selain itu, metode PPB dapat lebih fleksibel dalam penggabungan kebutuhan bersih SMP dan gula selama periode tertentu jika terjadi perubahan biaya persediaan. Oleh karena itu metode PPB dapat direkomendasikan sebagai metode pengendalian persediaan bahan baku SMP dan gula pada PT. Indolakto.

Dokumen terkait