• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mad munfasil dibaca tul (6 harakat)

Mempunyai 2 Wajah, Yaitu Sukun Mim Jama Dan Shila Mim Jama Ketika Washal

3. Metode Mudzakkaroh

Metode Mudzakkaroh adalah metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar (PBM) dengan jalan mengadakan suatu pertemuan ilmiah yang secara khusus membahas masalah-masalah agama saja. Metode mudzakkaroh ini pada umumnya banyak digunakan oleh Lembaga-lembaga pendidikan yang disebut pesantren, khusus pesantren tradisional.

Di antara tujuan penggunaan metode ini adalah untuk melatih santri agar lebih terlatih dalam memecahkan masalah-masalah yang berkembang dengan menggunakan kitab-kitab klasik yang ada. Di samping untuk menguji keterampilan mereka mengutip sumber-sumber argumentasi dari kitab-kitab Islam klasik.

10. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Bimbingan Qira’at Sab’ah a. Faktor Pendukung

Bimbingan Qira’at Sab’ah merupakan suatu hal yang sangat penting dan perlu dilakukan oleh seorang pembimbing agar ke depannya anaknya bisa menjadi generasi yang saleh dan mampu dalam membaca al-Qur‟an. Dalam proses bimbingan Qira’at Sab’ah tersebut maka yang menjadi objek terpenting adalah anak remaja dimana anak-anak tersebut sedang dalam masa pertumbuhan menuju kedewasaan.

Dalam proses bimbingan Qira’at Sab’ah tersebut banyak hal yang menjadi faktor pendorong baik faktor itu berasal dari dalam diri anak tersebut maupun dari luar lingkungannya. Faktor-faktor tersebut antara lain :

1) Orang tua

Orang tua adalah pembina pribadi yang utama dalam kehidupan anak.

Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh.54 Berdasarkan kalimat tersebut maka dapat di katakan bahwa jika orang tua anak tersebut baik maka akan menghasilkan anak yang baik pula, begitupun sebaliknya. Agar tetap aktif dalam mengikuti setiap kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka Bimbingan al-Qur‟an maka orang tua sangat diperlukan memberikan dorongan dalam mengikuti kegiatan pembinaan tersebut.

2) Motivasi Anak

Motivasi berasal dari kata motivation yang berarti alasan daya batin dan dorongan. Adapula yang mengartikan bahwa motivasi berasal dari latar belakang atau sebab-sebab yang mendorong individu melakukan aktivitas guna pencapaian tujuan.

Berdasarkan hal tersebut, maka motivasi dapat dibagi berdasarkan sifatnya yakni :

a) Motivasi instrinsik

Motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari diri sendiri, tidak dipengaruhi oleh sesuatu di luar dirinya. Jadi tingkah laku yang dilakukan seseorang disebabkan oleh kemauan sendiri, bukan dorongan dari luar.

54Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h. 71

b) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbulnya dalam diri seseorng karena pengaruh dari rangsangan luar.55

3) Lingkungan Masyarakat

Masyarakat adalah pelaku atau faktor penting dalam pendidikan dan merupakan lingkungan luas yang mempersentasika akidah, akhlak, serta nilai-nilai dalam prinsip yang telah ditentukan karena manusia adalah makhluk sosial, terpengaruh kepada orang lain dan mendapat pengaruh dari orang lain. 56

Tugas masyarakat juga terlihat dalam kebiasaan dan tradisi serta dalam pemikiran berbagai peristiwa juga dalam kebudayaan secara umum serta dalam pengarahan spiritual dan sebagainya. Lingkungan masyarakat yang baik kemungkinan besar akan menghasilkan anak yang baik pula. Pada dasarnya masyarakat harus mendidik anak dengan cara yang baik dan benar.

b. Faktor Penghambat

Dalam mencapai segala sesuatu pasti ada pendorong yang akan memudahkan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada, akan tetapi menghadapi tantangan tersebut juga pasti ada hal-hal yang menjadi penghambat dalam menyelesaikan dan mengatasi hal tersebut. Begitupun dengan bimbingan Qira’at tidak akan lepas dari hal-hal yang menghambat tercapainya tujuan dalam bimbingan qira’at tersebut. Oleh karena itu ada beberapa hal yang dapat menjadi penghambat dalam proses bimbingan Qira’at yakni :

55Max Darsono, Belajar dan Pembelajaran, (Semarang: IKIP Semarang Press,2000), h. 63

56Muhammmad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, (Jakarta: A.H. Ba‟adillah Press, 2002), h. 89.

1) Tingkat Pendidikan

Masyarakat yang berpendidikan tinggi akan selalu memperhatikan pendidikan anaknya. pendidikan bukan lagi kebutuhan sekunder tetapi sudah menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi dalam keluarga.

Tingkat pendidikan yang rendah yang dimiliki orang tua dapat berakibat pada rendahnya keinginan orang tua untuk memikirkan pendidikan anaknya, mereka menganggap bahwa pendidikan sebagai hal yang biasa.

2) Tingkat Sosial Ekonomi

Tingkat sosial ekonomi orang tua yang masih rendah dapat menjadi penghambat bagi pendidikan karena orang tua lebih memikirkan biaya bagi kebutuhan sehari-hari dibandingkan bagi pendidikan anak dikarenakan keterbatasan penghasilan.

3) Tenaga Pengajar

Keberhasilan kegiatan belajar mengajar bimbingan Qira’at Sab’ah banyak ditentukan oleh kuantitas dan kualitas guru mengajar. Maka bila bimbingan Qira’at ingin sukses dan berhasil mencapai tujuannya, maka pengurus/pengelola harus senantiasa mengusahakan agar jumlah guru mengajar memadai dengan jumlah santri yaitu1 guru mengajar 5 santri. 57

Selain jumlah yang cukup, kualitas guru mengajar juga perlu mendapat perhatian, untuk itu sangat diperlukan adanya persyaratan sebagai calon pengajar.

Oleh karena itu, maka untuk menyeleksi calon guru ada beberapa hal yang dijadikan

57As‟ad Human, Budiyanto,Pedoman Pengelolaan Pembinaan dan Pengembangan TPA-TPQ Nasional, (Yogyakarta: Lptq Nasional, 1995), h. 19

sebagai pertimbangan yakni : a) Kefasihan membaca al-Qur‟an.

b) Penguasaan ilmu Tajwid dan adab-adab membaca al-Qur‟an.

c) Kepribadian dan kemampuan mengajar d) Sifat kebapakan/keibuan.

e) Usia, tempat tinggal, dan sebagainya.58 11. Penelitian Yang Relevan.

Ada beberapa penelitian yang hampir serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang menjadikan Strategi bimbingan Qira’at Sab’ah sebagai subjek dalam melakukan penelitian. Diantara penelitian tersebut antara lain:

a) Penelitian yang dilakukan oleh saudara Romdloni dengan judul penelitian Implementasi Metode Pembelajaran Qira’at Sab’ah Di Pondok Pesantren Tahfizhul Qur‟an (Pptq) Raudhatus Shalihin Wetan Pasar Besar Malang59

Dalam penelitian yang dilakukan oleh saudara Romdloni, ini lebih mengarahkan penelitian tentang pembelajaran Qira’at Sab’ah. Dan dari hasil penelitiannya didapatkan bahwa para Ustadz/pengasuh pptq melakukan upaya dalam peningkatan kualitas baca tulis al-Qur‟an dan Qira’at Sab’ah.

b) Penelitian yang dilakukan oleh saudari Shifa Noviga dengan judul penelitian Efektifitas Metode Pengajaran “Qira’at Sab’ah” Di Lembaga bimbingan Ilmu

58Ibid, h. 22

59 Romdloni, implementasi metode pembelajaran qira’th sab’ah di pondok pesantren tahfizhul qur’an (pptq) raudhatus shalihin wetan pasar besar malang, (Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2010)

al-Qur‟an Provinsi DKI Jakarta . 60

Dalam penelitian yang dilakukan oleh saudari Shifa Noviga, penelitian ini lebih mengarahkan penelitiannya kepada Efektifitas Metode Pengajaran Qira’at Sab’ah. Dan dari hasil penelitiannya didapatkan bahwa pembelajaran Qira’at Sab’ah berjalan sangat efektif terutama terhadap kemajuan dalam membaca al-Qur‟an.

Kemudian dari hasil penelitiannya, didapatkan bahwa Lembaga bimbingan Ilmu al-Qur‟an tempat saudari Shifa Noviga melakukan penelitian, memiliki peran yang sangat besar dalam memberikan pengajaran Qira’at Sab’ah tersebut.

Dari berbagai peneletian yang berkaitan dengan bimbingan Qira’at Sab’ah yang telah dijabarkan diatas, kedua penelitian tersebut lebih memusatkan penelitiannya terhadap pembelajaran dan pengajaran Qira’at Sab’ah. Perbedaannya dengan penelitian yang peneliti akan lakukan adalah terletak pada arah penelitiannya yang berbeda, dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah strategi Bimbingan Qira’a Sab’ah dalam memberikan bimbingan al-Quran bagi para santrinya.

60Shifa Noviga, Efektifitas Metode Pengajaran Qira’at sab’ah di LBIQ Provinsi DKI Jakarta, (Jakarta:Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2010).

BAB III

Dokumen terkait