Peneliti menggunakan purposive sampling yang merupakan metode
penetapan parisipan untuk dijadikan sampel berdasarkan kriteria tertentu, yaitu
seluruh pasien hemodialisis di RSUD Kota Salatiga yang sudah diobservasi pada
bulan Maret 2016. Jumlah pasien yang menjalani terapi di unit hemodialisa diperoleh
35 orang dalam periode tersebut rentang usia 30-60 tahun dan dipilih mereka yang
telah menikah dengan rentang usia pernikahan minimal 10 tahun.
Alasan peneliti memilih rentang usia pernikahan karena menurutStrong dan
De Vault (1989), masa ini meliputi fase perkenalan awal diikuti oleh fase menetap.
Selama fase perkenalan, satu sama lain saling mengenal kebiasaan sehari-hari.
Pada fase menetap, pasangan masih mengejar karir, memutuskan memiliki
anak dan mengatur peran masing-masing. Mereka saling menyesuaikan harapan
sesuai dengan peran yang atas dasar gender, hukum, dan pengalaman pribadi yang
dipelajarinya. Satu sama lain saling memberikan pendapatnya tentang pembagian
peran yang akan dijalankan sebagai pasangan suami istri.
Skala Pengukuran Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti memodifikasidua skala penelitian yaitu: skala
komunikasi interpersonal suami istri dan skala koping dengan stress penderita gagal
ginjal kronik. Instrumen pertama yaitu komunikasi interpersonal suami istri, peneliti
menggunakan aspek-aspek dalam skala psikologis dalam teori DeVito (2002) yaitu
19
Skala ini mempunyai 50 pernyataan, dalam bentuk skala likert dengan 4 alternatif
jawaban yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
Sedangkan pada instrumen kedua, peneliti menggunakan teori koping dengan
stress dari Moos dan Schaefer (1984, dalam Ogden, 2007) dengan aspek yang
menggambarkan tiga proses yang merupakan proses koping: (1) cognitive appraisal;
(2) adaptive tasks; dan (3) coping skill. Peneliti menggunakan skala yang sudah
dibuat dan diuji coba oleh Wulandari (2016) pada penelitian sebelumnya dalam
bentuk skala Likert dengan design 4 alternatif jawaban yaitu sangat setuju, setuju,
tidak setuju, dan sangat tidak setuju dengan α = 0.962. HASIL
Uji Reliabilitas dan Seleksi Item
Uji reliabilitas komunikasi interpersonal suami istri dengan menggunakan
Alpha Cronbach dilakukan sebanyak dua kali putaran. Pada putaran pertama dari 50
pernyataan ditemukan 23 item dengan koefisien reliabilitas 0.775.
Pada skala koping dengan stress hasil uji reliabilitas dan daya diskriminasi
item pada tahap uji coba diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0.962, berarti alat
20
Analisis Deskriptif
Peneliti mengelompokkan skor dari setiap skala menjadi 5 kategori skor dari mulai “sangat rendah” sampai “sangat tinggi” (Hadi, 2000, dalam Wulandari, 2016). Table 1 dan 2 menunjukkan skor dari setiap variabel.
Tabel 1. Kriteria skor untuk komunikasi interpersonal suami istri
No Interval Kategori F Presentase Mean
1 66,125 ≤ X Sangat tinggi 24 68,571% 2 57,5 ≤ X < 66,125 Tinggi 11 31,42% 68,74 3 48,87 ≤ X ≤ 57,5 Rendah 4 X < 48,87 Sangat rendah Total : 35 Min : 58 Max: 83 Std: 17,67
Tabel 2. Kriteria skor untuk koping dengan stress
No Interval Kategori F Presentase Mean
1 120,75 ≤ X Sangat tinggi 35 100% 2 105 ≤ X < 120,75 Tinggi 144,6 3 89,25 ≤ X < 105 Rendah 4 X ≤ 89,25 Sangat rendah Total : 35 Min : 131 Max :168 Std : 26,163
21
Uji Asumsi 1. Uji Normalitas
Uji normalitas penelitian ini menggunakan Uji Kolmogrov-Smirnov (K-S).
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Tabel 3. Uji Normaitas Kolmogorov-Smirnov
komunikasi interpersonal
koping dengan stres
N 35 35
Normal Parametersa Mean 68.74 144.60
Std. Deviation 5.458 13.070
Most Extreme Differences Absolute .134 .236
Positive .132 .236
Negative -.134 -.157
Kolmogorov-Smirnov Z .792 1.396
Asymp. Sig. (2-tailed) .556 .041
a. Test distribution is Normal.
Hasil Uji Kolmogrov-Smirnov pada komunikasi interpersonal suami istri
dengan hasil probabilitas 0,792 (0.792 > 0.05), dan koping dengan stress 1,396 yang
artinya data penelitian ini berdistribusi normal.
2. Uji Linieritas
Hasil uji linieritas variabel komunikasi interpersonal terhadap koping dengan
stres. Berdasarkan nilai signifikansi dari output spps pada Tabel. 4 menghasilkan nilai
signifikansi= 0,995 lebih besar dari 0,05, artinya terdapat hubungan linier secara
signifikan antara variable komunikasi interpersonal (X) terhadap koping dengan
22
Tabel 4. Uji Linieritas Anova
Sum of Squares df Mean Square F Sig. Koping dengan stres * komunikasi interpersona l Between Groups (Combined) 1175.852 17 69.168 .254 .996 Linearity 40.853 1 40.853 .150 .703 Deviation from Linearity 1134.999 16 70.937 .260 .995 Within Groups 4632.548 17 272.503 Total 5808.400 34
Berdasarkan output spss, diperoleh nilai Fhitung = 0,254, sedang Ftable pada
distribusi tabel nilai 0,05, Ftabel = (1,16) = 4,49. Karena Fhitung lebih kecil daripada
Ftable maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan linier yang signifikan antara
komunikasi interpersonal suami istri terhadap koping dengan stress penderita gagal
ginjal kronik.
Hasil Uji Hipotesis
Berdasarkan uji korelasi komunikasi interpersonal suami istri terhadap koping
dengan stress, menunjukkan hubungan kuat antar variabel dengan r = 0,632 (p>0,05).
Seperti yang ditujukkan Tabel 5. pada uji korelasi.
Tabel 5. Uji Korelasi Pearson Product Moment
komunikasi interpersonal
koping dengan stres komunikasi interpersonal Pearson Correlation 1 .084
Sig. (2-tailed) .632
N 35 35
koping dengan stres Pearson Correlation .084 1 Sig. (2-tailed) .632
23
Dari hasil perhitungan diatas menunjukkan hubungan yang rendah dengan
koefisien korelasi (Rxy) = 0,632. Sedangkan kontribusi atau sumbangan secara
simultan variabel komunikasi interpersonal suami istri terhadap koping dengan stres
R² = 0,243. Artinya komunikasi interpersonal suami istri memiliki hubungan yang
cukup kuat terhadap koping dengan stress pasien GGK yaitu sebesar 24,3%.
Sedangkan sisanya disumbangkan dari faktor lain pada penelitian Mutoharoh (2009),
yaitu mekanisme koping maladaptif dari pasien GGK, lalu pada penelitian Armiyati
dan Rahayu (2014), mekanisme koping yang adaptif berhubungan dengan berapa
lama pasien menderita GGK.
PEMBAHASAN
Hasil analisa deskriptif kriteria skor yang diperoleh dari komunikasi
interpersonal suami istri masuk kedalam kategori sedang hingga sangat tinggi, dan
kriteria skor untuk koping dengan stress pernderita GGK menghasilkan kategorisasi
skor tinggi hingga sangat tinggi. Oleh karena perolehan skor antara komunikasi
interpersonal suami istri dan koping dengan stress penderita GGK sangat tinggi hal
itu berarti komunikasi interpersonal suami istri memiliki hubungan terhadap koping
dengan stres dari pasien penderita GGK RSUD Kota Salatiga.
Hasil dari teori komunikasi interpersonal suami istri yang dikemukakan oleh
De Vito (1995) 6 dari 7 aspek memiliki hubungan dengan koping dari stress penderita
gagal ginjal kronik. Aspek-aspek yang berhubungan antara lain seperti: keterbukaan
24
dan kesiapan. Sedangkan aspek kesamaan (equality) tidak berhubungan terhadap
koping dengan stres penderita GGK karena pernyataan dari aspek tersebut seluruhnya
gugur pada saat pengolahan data.
Berdasarkan uji korelasi pada komunikasi interpersonal terhadap koping
dengan stress penderita GGK ditemukan bahwa R² = 0,243, yang berarti hanya 24,3%
sumbangan dari komunikasi interpersonal suami istri. Sedangkan sisanya 75,7%
ditentukan oleh faktor-faktor lain yang ditemukan pada kajian kepustakaan, yaitu
hubungan mekanisme koping maladaptif oleh pasien GGK yang memiliki harapan
akan efikasi diri rendah pada kemampuan yang dimiliki untuk melaksanakan tugas
dengan sukses (Mutoharoh, 2009), lalu hubungan antara lamanya pasien menderita
GGK dengan mekanisme koping adaptif dalam penelitian ini pasien memiliki upaya
untuk mengantisipasi keadaan yang menjadi stressor, sehingga pasien dapat lebih
25