• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE Partisipan

Dalam dokumen T1 802009014 Full text (Halaman 27-36)

Subjek penelitian adalah Atlet taekwondo. Peneliti mengambil populasi 90 keseluruhan Atlet yang ada di kota Salatiga berdasarkan data yang didapat dari wisma Atlet Salatiga.

Teknik sampling yang dugunakan dalam penelitian ini adalah teknik insidental. Insidental adalah teknik penentuan sampel yang kebetulan dijumpai peneliti saat melakukan penelitian (Winarsunu, 2009).

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu skala (a)Emotion Regulation Questionnaire (ERQ) yang dikemukakan oleh Gross dan John (2003), dan telah peneliti terjemahkan sendiri dengan menggunakan bahasa Indonesia. Kuesioner ini terdiri dari 10 item, dengan menggunakan 7 skala dari “Sangat setuju” sampai

“sangat tidak setuju”.

Selain menggunakan skala regulasi emosi ERQ dari Gross & Jhon (2003), peneliti juga menggunakan skala regulasi emosi dari Salvatore Catanzaro dan Jack Mearns (1990) yaitu (b)Negative Mood Regulation (NMR). NMR yang terdiri dari lima aspek yaitu (1) menyeleksi situasi, (2) modifikasi situasi, (3) mengarahkan perhatian, (4) perubahan kognitif, dan (5) modifikasi respon. Skala NMR (Negative Mood Regulation) adalah alat ukur untuk mengetahui keyakinan mengenai kemampuan seseorang untuk menghentikan atau mengurangi negatif mood. Skala NMR ini terdiri dari 30 item. Skala ini untuk mempelajari lebih lanjut tentang orang-orang yang tampaknya dapat mengatasi suasana hati yang negatif, seperti orang-orang yang memiliki bakat membantu dirinya untuk merasa lebih baik ketika mereka mengalami

salah satu dari mood negatif, misalnya seperti hari-hari yang tidak menyenangkan. Untuk menjawabnya partisipan menggunakan pedoman : 1= sangat tidak setuju, 2 = agak tidak setuju, 3 = setuju dan tidak setuju sama, 4 = agak setuju, 5 = sangat setuju. Semakin setuju responden terhadap pernyataan yang favorable semakin tinggi skor. Sebaliknya, semakin setuju responden terhadap pernyataan yang unfavorable, semakin rendah skornya. Dari kelima aspek, masing-masing aspek akan memiliki skor tinggi dan rendah sesuai respon yang diberikan oleh subjek penelitian.

Teknik Analisa Data

Prosedur penelitian diawali dengan melakukan uji ahli terhadap skala, selain itu skala juga di uji cobakan kepada lima Atlet untuk mengetahui bahasa yang digunakan sudah mudah dipahami atau belum. Kemudian dilakukan try out skala yang terdiri dari 40 item kepada 90 Atlet Salatiga. Melakukan uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan SPSS (15.0) for windows dengan Cronbach Alpha. Berdasarkan uji validitas, didapatkan item yang valid. Metode analisis data yang digunakan yaitu teknik korelasi teknik uji t sampel bebas (Independent-Samples t-test). Pengujian t-test Independent Sample pada teknik parametrik atau Mann Whitney U Test pada teknik nonparametrik dipilih karena dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti beda rata-rata dari kedua sampel.

HASIL

Sebelum skala penelitian digunakan, dilakukan terlebih dahulu uji coba untuk mengetahui indeks daya beda aitem-aitem dari masing-masing skala dan reliabilitas kedua skala tersebut.Tujuan uji coba ini pertama adalah untuk mengetahui apakah kalimat dalam aitem mudah dipahami oleh subjek seperti yang diharapkan oleh peneliti. Tujuan kedua, uji coba merupakan cara praktis untuk memperoleh data jawaban dari

subjek penelitian yang akan digunakan untuk penskalaan atau evaluasi kualitas aitem secara statistik (Azwar, 2010).

Uji daya beda diketahui melalui perhitungan koefisien reliabilitas alat ukur melalui formula Alpha Cronbach yang dihitung dengan bantuan program komputer Statistical Packages for Social Science (SPSS) versi 16.00

 Uji Asumsi

Berdasarkan uji homogenitas hasil perhitungan uji f dengan SPSS ditemukan bahwa ternyata data tersebut homogen, nilai hitung uji f lebih besar dari nilai f tabel. Probilitas hasil perhitungan lebih dari 0,05 yaitu nilai signifikan pada uji f tersebut adalah 0,507.

Tabel Hasil Uji F Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Differe nce 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper I P Equal variances assumed .44 6 .507 1.04 2 58 .302 .711 .683 -.655 2.078 Equal variances not assumed 1.11 8 27. 380 .273 .711 .636 -.593 2.015

Berdasarkan hasil pengolahan data uji normalitas menunjukan hasil signifikan untuk perempuan 0.200 dan laki-laki 0.07 pada uji dengan kolmogrov-smirnov. Signifikan tersebut lebih besar dari pada 0.05 yang artinya data-data tersebut berdistribusi normal. (perempuan 0.200 > 0.05, laki-laki 0.07 > 0.05). Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa terdapat homogen dan normalitas perbedaan antara regulasi emosi dengan pria dan wanita. Berikut adalah table hasil uji normalitas:

Tests of Normality

Jenis kelamin

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

regulasi perempuan .086 45 .200

* .970 45 .284

laki-laki .211 15 .070 .910 15 .135

 Skala ERQ ( Emotion Regulation Questionnaire )

Skala ERQ terdiri dari 10 item, dengan menggunakan 7 skala dari “Sangat setuju”

sampai “sangat tidak setuju”. Hasil dari kuesioner regulasi emosi akan menunjukkan kecenderungan regulasi emosi yang manakah yang paling menonjol dari responden. Gross dan John (2003) melaporkan nilai reliabilitas koefisien Alpha Cronbach 0,79 untuk reappraisal dan 0.73 untuk suppression, dan kehandalan tes-tes ulang di tiga bulan adalah 0.69.

Berdasarkan hasil uji coba kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian ini dari 10 item skala 1, item yang tidak valid terdapat 2 item, instrument skala 1 setelah dihitung reliabilitas dengan SPSS diperoleh alpha cronbach’s 0.812 artinya lebih besar dari 0.05 dan menunjukan instrument tersebut reliabel untuk digunakan penelitian.

 Skala NMR ( Negatif Mood Regulation )

Skala NMR terdiri dari 30 item, dengan menggunakan 5 skala dari “Sangat tidak setuju” sampai “Sangat setuju”. Dapat diketahui nilai Alpha Cronbach untuk skala NMR sebesar 0,899, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian telah reliabel karena nilai lebih dari 0,6.

Berdasarkan hasil uji coba kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian ini dari 30 item skala 2, item yang tidak valid terdapat 4 item, instrument skala 2 setelah dihitung reliabilitas dengan SPSS diperoleh alpha cronbach’s 0.672 artinya lebih besar dari 0.05 dan menunjukan instrument tersebut reliable untuk digunakan penelitian. Selanjutnya untuk item pernyataan kuesioner yang tidak valid dibuang dan tidak dipakai untuk perhitungan analisis dalam penelitian ini.

Hasil analisis data dari uji t-test Independent Sample diperoleh hasil hitung 1,402. Probilitas lebih dari 0,05 (0,302 > 0,05) sehingga hipotesis ditolak bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan regulasi emosi terhadap prestasi pada atlet taekwondo wanita dan pria di Salatiga.

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Differe nce 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper I P Equal variances assumed .44 6 .507 1.04 2 58 .302 .711 .683 -.655 2.078 Equal variances not assumed 1.11 8 27. 380 .273 .711 .636 -.593 2.015

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan regulasi emosi yang signifikan antara atlet pria dan wanita dengan nilai probobilitas signifikan 0,302, artinya nilai tersebut lebih besar dari 0,05 (0,302 >α=

0,05). Berdasarkan perhitungan tersebut maka hipotesis ditolak tidak ada perbedaan signifikan regulasi emosi pada atlet taekwondo pria dan wanita di Salatiga. Atlet pria dan wanita memiliki regulasi emosi yang sama, sama-sama dapat mengatasi rasa cemas, sedih atau marah sehingga dapat memecahkan masalah dengan baik. Pria daan wanita sama-sama mampu mengontrol emosi yang dialami, tetapi dari segi rata-rata pria memiliki rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan wanita dalam mengontrol emosinya.

Menurut Fischer (dalam Coon, 2005), wanita lebih dapat melakukan regulasi terhadap emosi marah dan bangga, sedangkan laki-laki pada emosi takut, sedih dan cemas. Laki-laki lebih mengekspresikan marah dan bangga untuk mempertahankan dan menentukan dominasi. Benner dan Salovey (1997) mengatakan bahwa wanita lebih sering berusaha mencari dukungan sosial untuk menghadapi stres, sedangkan pria lebih memilih melakukan aktivitas fisik untuk mengurangi stres. Wanita lebih sering menggunakan emotion focused regulation yang melibatkan komponen kognitif dan emosi dari pada pria.

Dalam penelitian Nolen-Hoeksema & Aldao (2011), didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan antara pria dan wanita dalam hal regulasi emosi. Penelitian di atas didukung oleh pendapat Tamres (2002), bahwa pria dan wanita memiliki kemampuan yang sama untuk merasakan semua emosi, mulai dari cinta,duka, hingga kemarahan. Kebanyakan pria lebih reaktif secara psikis terhadap konflik dibandingkan wanita,

namun kedua jenis kelamin terkadang memiliki perbedaan persepsi dan atribusi yang menghasilkan emosi dan intensitas manusia.

Peran jenis kelamin menurut Papalia, Olds, & Feldman (dalam Verdi, 2008) adalah tingkah laku, minat, sikap, kemampuan, dan sifat yang dalam kebudayaan tertentu dianggap sesuai dengan jenis kelamin seseorang. Dalam masyarakat, wanita mendapat peran yang bersifat ekspresif, yaitu peran yang berhubungan dengan pembentukan dan pemeliharaan hubungan dengan orang lain. Menurut Gershung (dalam

Verdi’s, 2008), wanita dianggap memiliki sifat-sifat feminin, yang sebagian di antaranya adalah inkompeten, submisif, tergantung, dan ragu-ragu/malu-malu.

Selain beberapa faktor diatas, yang membedakan regulasi mood negatif antara pria dan wanita adalah aspek-aspek regulasi mood yang menurut Gross (dalam Speilberger, 2004) dapat mempengaruhi regulasi mood negatif. Aspek-aspek tersebut yaitu: menyeleksi situasi, modifikasi situasi, mengarahkan perhatian, perubahan kognitif, dan modifikasi respon. Jika atlet dapat melakukan aspek dalam menyeleksi situasi, modifikasi situasi, mengarahkan perhatian, perubahan kognitif, dan modifikasi respon dalam menghadapi setiap mood negatif dihadapi, maka mood negatif yang sering terjadi akan dapat terselesaikan. Walaupun ada perbedaan sifat maupun mood negatif pada atlet pria dan wanita perbedaan regulasi mood negatif antara pria dan wanita tidaklah terpaut begitu jauh, terlihat dari hasil analisa data (mean) bahwa pria dan wanita masih sama-sama berada di angka sembilan. Tidak semua atlet pria dan wanita memiliki regulasi mood negatif yang kurang baik, dimana terdapat beberapa atlet pria dan wanita yang dapat melakukan aspek-aspek diatas secara baik, sehingga atlet mampu melakukan regulasi mood negatif yang baik pula.

Konsep ini menjawab bahwa atlet pria dan wanita dapat mengontrol emosi sehingga dapat mengontrol diri saat sedang mengikuti latihan taekwondo maupun sedang bertanding, sehingga atlet dapat mendapatkan prestasi yang baik.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarakan hasil penelitian di atas maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan regulasi emosi yang signifikan antara atlet pria dan wanita terhadap prestasi taekwondo. Laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki regulasi emosi yang sama dalam penelitian ini. Dan tidak semua atlet pria dan wanita memiliki regulasi mood negatif yang kurang baik, dimana terdapat beberapa atlet pria dan wanita yang dapat melakukan aspek-aspek diatas secara baik, sehingga atlet mampu melakukan regulasi mood negatif yang baik pula.

Saran yang diberikan peneliti bagi pelatih dalam membina para atlet juga melihat kondisi emosinya sehinga pelatih selain melatih fisik juga memberi arahan dalam mengontrol emosi, dan menggunakan pelatihan meditasi agar atlet dapat meregulasi emosi dengan baik. Bagi atlet Taekwondo, meningkatkan kemampuan dalam mengontrol tingkat emosi agar tingkat prestasi stabil bahkan bisa meningkat dari hari ke hari. Bagi peneliti lain, selain hasil penelitian ini dapat mengetahui perbedaan regulasi emosi berdasarkan jenis kelamin pada atlet beladiri taekwondo pria dan wanita, peneliti lain juga dapat meneliti regulasi emosi tidak hanya berdasarkan jenis kelamin saja, masih terdapat faktor dan aspek-aspek lain yang dapat di teliti.

Dalam dokumen T1 802009014 Full text (Halaman 27-36)

Dokumen terkait