• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 Kerangka Pemikiran

Pelaksanaan kegiatan riset aksi pada tahun 2015, didasarkan pada kerangka konseptual sederhana, yaitu Pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi pada tipologi perikanan tangkap laut bagi peningkatan ekonomi usaha dan ekonomi kawasan. Kerangka umum pelaksanaan kegiatan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi dengan Tipologi Perikanan Tangkap Laut untuk

Pelagis Kecil di Kabupaten Lamongan

Potensi Perikanan dan Kelautan di Kota Tegal: SDA, SDM,Lingkungan,

Finansial, Sosial, Kelembagaan

Permasalahan: SDA, SDM, Lingkungan, Finansial, Sosial,

Kelembagaan, Teknologi

Inovasi Teknologi yang adaptif

Peningkatan ekonomi kawasan: Pro Poor, Pro Job, Pro growth

Peningkatan ekonomi usaha pelaku - Peran Kooperator - Kesiapan Lokasi Balitbang KP Balitbangda SIDa

34

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Pelaksanaan kegiatan model pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi dilaksanakan di Kabupaten Lamongan, yang dilakukan pada bulan Januari – Desember 2015.

3.3 Data Yang Dikumpulkan

Data primer yang dikumpulkan meliputi data potensi SDA, SDM, Sosial, Kelembagaan, Lingkungan dan finansial. Permasalahan terkait SDA, SDM, Sosial, kelembagaan, lingkungan dan finansial. Identifikasi ketersediaan teknologi, sistem transfer teknologi, lembaga penyedia teknologi di lokasi. Data primer lainnya terkait dengan pasca implementasi teknologi adaptif yang dilakukan dan dampak nya baik terhadap ekonomi usaha dan ekonomi kawasan. Data sekunder yang dibutuhkan terkait dengan hasil penelitian maupun laporan dari institusi yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Tabel 1. Kegiatan, Data dan Informasi, Teknik Pengumpulan Data, Sumber dan Analisis Data

Kegiatan Data dan Informasi

Teknik Pengumpulan

Data

Sumber Data Analisis Data Identifikasi Potensi SDA SDM Sosial, Kelembagaan Finansial Lingkungan Teknologi Survey dan

wawancara Instansi Pelaku usaha dan Deskriptif Tabulatif

Identifikasi Permasalahan SDA SDM Sosial, Kelembagaan Finansial Lingkungan Teknologi Survey dan

Wawancara Instansi Pelaku usaha dan Deskriptif Tabulatif

Implementasi teknologi Adaptif

- Peran Kooperator dalam Penerapan Teknologi Adaptif Lokasi

- Kesiapan Lokasi dalam Penerapan Teknologi Adaptif - Kelayakan inovasi teknologi

yang telah diterapkan

Survey, FGD Kooperator,

35

3.4 Teknik Pengumpulan Data

 Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan untuk menjawab tujuan penelitian, pengambilan data secara wawancara kepada mitra KIMBis yang telah diberikan teknologi dari Balitbang Kelautan dan Perikanan yang diambil secara purposive. Responden terdiri dari ketua dan anggota kelompok usaha baik nelayan, pengolah, petambak serta pembudidaya lele yang menjadi mitra KIMBis.  Selain itu juga dilakukan Focus Group Discussion (FGD) yang telah dilakukan maka riset

aksi akan dilakukan dalam rangka meningkatkan akses pasar lokal dari produk olahan ikan.

 Cakupan responden penelitian ini adalah relatif luas, yaitu pelaku usaha, perencana, pelaksana, dan pendamping program KIMBis, dan instansi terkait. Pelaku usaha mencakup nelayan dan pembudidaya ikan serta pengolah ikan.

 Data Kinerja dikumpulkan melalui survey dibantu oleh enumerator dan diisi oleh responden terpilih pada setiap lokasi KIMBis Lamongan.

Tabel 2. Jenis dan Jumlah Responden Penelitian Model PEKTAL di Kabupaten Lamongan

Jenis Reponden Jumlah

1. Instansi terkait 6 SKPD (Dinas pertanian, peternakan dan kelautan, dinas lingkungan hidup, dinas UMKM,Koperasi dan perindustrian Bappeda, Dinas pendidikan, PPP)

2. Pelaksana dan pendamping program KIMBis 5

3. Pelaku agribisnis 5

1. Produsen dan pedagang input 1

2. Pembudidaya ikandan nelayan 3

3. Produsen produk olahan ikan 3

4. Pedagang 1

5. Mitra usaha 1

6. Lembaga keuangan 1

4. Informan kunci (kecamatan dan desa) 2

Untuk menerapkan prinsip kaji tindak dalam pemberdayaan masyarakat, diadopsi langkah yang diusulkan oleh Karsidi, (2001) yaitu sebagai berikut:

1. Pengenalan masalah/kebutuhan dan potensi serta penyadaran. Pada tahap awal ini digali informasi-informasi yang mengungkapkan keberadaan lingkungan dan masyarakatnya secara umum serta melakukan analisa dan refleksi atas keberadaan itu.

2. Perumusan masalah dan penetapan prioritas. Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengkajian informasi tersebut, diperoleh catatan yang memuat berbagai masalah dan potensi (setempat).

36 3. Identifikasi alternatif-alternatif pemecahan masalah/pengembangan gagasan. Dari prioritas masalah yang telah ditetapkan, selanjutnya dapat dibahas berbagai kemungkinan pemecahan masalah-masalah tersebut melalui urunrembuk (brain storming) dan pengembangan gagasan oleh sasaran penyuluhan.

4. Pemilihan alternatif pemecahan masalah yang paling tepat. Selain ketepatgunaan pemecahan itu secara umum, pertimbangan penting dalam hal ini adalah kemampuan sasaran penyuluhan dan sumberdaya yang tersedia untuk dapat menerapkan pemecahan itu secara swadaya. Untuk itu bagian dari mencari alternatif ini adalah pengenalan sumberdaya tersebut.

5. Perencanaan kegiatan; yang selanjutnya dituangkan ke dalam sebuah rencana kegiatan yang konkrit. Rencana itu perlu menyatakan dengan jelas apa yang akan dilakukan, siapa yang akan melakukannya, dan kapan waktu pelaksanaannya. Makin kongkrit dan jelas rencana yang dihasilkan, makin besar kemungkinan bahwa rencana itu sungguh-sungguh akan dilakukan. Guna mendapatkan masukan bagi penyempurnaannya, hasil tersebut selanjutnya disajikan melalui suatu diskusi antara penyuluh dengan sasaran penyuluhan (jika ini dalam bentuk kelompok, maka dapat diselenggarakan pertemuan yang diikuti oleh kelompok). 6. Pelaksanaan/Pengorganisasian. Betatapun canggihnya suatu rencana, rencana itu baru akan

bermakna jika kemudian sungguh-sungguh dilakukan. Pengorgani-sasian itu bisa konkrit dan sederhana ataupun bisa canggih dan mendasar sampai mengarah pada pengembangan kelembagaan.

7. Pemantauan dan pengarahan kegiatan. Semua kegiatan yang kemudian dilaksanakan perlu dipantau secara berlanjut oleh penyuluh bersama sasaran penyuluhan untuk melihat kesesuaiannya dengan rencana yang telah disusun. Jika menyimpang, tentu perlu diusahakan tindakan-tindakan yang sesuai untuk mengarahkannya kembali.

8. Evaluasi dan rencana tindak lanjut.

Hasilnya dievaluasi, apakah hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.

3.5 Metoda Analisa Data

Data kuantitatif dianalisis dengan statistik sederhana dengan mengunakan skala linkert, sedangkan data kualitatif dianalisis secara deskriptif.

37

Dokumen terkait