• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kapal Galaksi, Membawa alat bantu penangkapan ikan berupa lampu

B. Sumber Daya Manusia

Pembangunan sumber daya manusia (SDM) mejadi faktor penting bagi pengembangan ekonomi kawasan di Kabupaten Lamongan. Menempatkan SDM sebagai human capital dapat menjadikan tujuan pembangunan wilayah berbabsis teknologi adaptif dapat diwujudkan. Pengembangan kapasitas melalui pelatihan dan pendidikan, adalah upaya meningkatkan kulitas SDM. Mendayagunakan potensi SDM membutuhkan peran pemerintah daerah setempat dan stakeholder terkait.

Komposisi umur rata-rata nelayan di Kabupaten Lamongan adalah 40.25 tahun (Tabel 5), umur ini merupakan umur yang sudah dewasa dengan pengalaman kerja cukup lama sehingga mampu melakukan penangkapan dengan baik, berdasarkan pengalamannya.

Tabel 5. Komposisi Nelayan di Kabupaten Lamongan Tahun 2013

No. Uraian Nilai

1 Umur Rata-rata Nelayan (Tahun) 40.25

2 Status Perkawinan - Menikah (%)

- Bujang (%) 93 7

3 Jumlah Tanggungan Keluarga (orang) 4

4 Suku Asal Nelayan Jawa

5 Lama menetap dilokasi - > 10 tahun (%)

- 0-10 tahun (%) 90 10

Sumber : Data Primer 2013 (diolah)

No Jenis Industri 2010 2011 2012 2013 1 Pengeringan 89 146 152 152 2 Pemindangan 58 93 98 98 3 Pendinginan/ES 170 206 175 175 4 Terasi 21 52 53 53 5 Petis 21 40 45 45 6 Pengasapan 56 81 102 102 7 Tepung ikan 4 20 18 18 8 Kerupuk 84 41 51 51 9 Cold Storage/surimi 7 7 7 7 10 Ikan/nugget/abon/otak-otak 9 2 11 11 Jumlah 519 688 712 712

45

C. Finansial

Untuk menunjang usaha perikanan di Kabupaten Lamongan didukung oleh lembaga keuangan formal yang terdiri dari Kelompok Usaha Bersama (KUB), bank, koperasi, dan pegadaian yang memberikan pinjaman berkisar < 1 juta sampai dengan 10 juta rupiah (Tabel 6). Dengan adanya lembaga keuangan ini diharapkan usaha masyarakat kelautan dan perikanan (nelayan, pembudidaya, dan pengolah hasil perikanan) dapat mengembangkan usahanya.

Tabel 6. Lembaga Keuangan Mikro dan Perannya dalam Pembiayaan Usaha Perikanan

No Keuangan Lembaga ∑ Lembaga Keuangan Sasaran (sebutkan Jenis kredit dan Kredit yang diberikan nominalnya berapa Rp) Jenis Usaha Pemanfaat 1 KUB - KUB “Bahari Jaya” Desa Weru Nelayan

Pinjaman antara 3 – 10 juta perorang untuk

perbaikan/pembelian mesin, perbaikan/ pembelian alat tangkap dan/atau perbaikan perahu

Perikanan tangkap skala kecil

- KUB “” Desa

Kranji Nelayan

Pinjaman antara 3 – 10 juta perorang untuk

perbaikan/pembelian mesin, perbaikan/ pembelian alat tangkap dan/atau perbaikan perahu Perikanan tangkap skala kecil - KUB “Surya Buana” Desa Weru Nelayan Pinjaman antara 500.000 – 2 juta perorang untuk perbaikan mesin, perbaikan/ pembelian alat tangkap dan/atau perbaikan perahu

Perikanan tangkap skala kecil

2 Bank BRI

Nelayan

Pinjaman antara 3 – 10 juta perorang untuk pembelian mesin, pembelian alat tangkap dan/atau perbaikan perahu

Perikanan tangkap skala kecil

Pengolah

Pinjaman 2 – 5 juta perorang untuk tambahan modal usaha (pembelian alat pengolah dan/atau pembelian bahan)

Pengolah hasil perikanan

Bakul Pinjaman 3 – 10 juta perorang untuk tambahan modal usaha

(pembelian ikan) Bakul

3 Koperasi BCAA Desa Weru

Nelayan

Pinjaman antara 1 – 10 juta perorang untuk

perbaikan/pembelian mesin, perbaikan/ pembelian alat tangkap dan/atau perbaikan perahu

Perikanan tangkap skala kecil

Pengolah

Pinjaman 1 – 10 juta perorang untuk tambahan modal usaha (pembelian alat pengolah dan/atau pembelian bahan)

Pengolah hasil perikanan

Bakul Pinjaman 1 – 10 juta perorang untuk tambahan modal usaha

(pembelian ikan) Bakul 4

UPK BKM PNPM-MP Desa Weru dan Kranji

Nelayan

Pinjaman antara 1 – 3 juta perorang untuk

perbaikan/pembelian mesin, perbaikan/ pembelian alat

Perikanan tangkap skala kecil

46 tangkap dan/atau perbaikan

perahu Pengolah

Pinjaman 1 – 3 juta perorang untuk tambahan modal usaha (pembelian alat pengolah dan/atau pembelian bahan)

Pengolah hasil perikanan

Bakul Pinjaman 1 – 3 juta perorang untuk tambahan modal usaha

(pembelian ikan) Bakul

5 Pegadaian Desa Kranji

Nelayan

Pinjaman antara 3 – 10 juta perorang untuk

perbaikan/pembelian mesin, perbaikan/ pembelian alat tangkap dan/atau perbaikan perahu

Perikanan tangkap skala kecil

Pengolah

Pinjaman 1 – 10 juta perorang untuk tambahan modal usaha (pembelian alat pengolah dan/atau pembelian bahan)

Pengolah hasil perikanan

Bakul Pinjaman 3 – 10 juta perorang untuk tambahan modal usaha

(pembelian ikan) Bakul Sumber : Data primer diolah, 2015

D. Kelembagaan

Kelembagaan yang berperan dalam pengelolaan kelautan dan perikanan di Kabupaten Lamongan dikelompokkan berdasarkan aktor-aktor yang terlibat. Aktor-aktor yang berperan ditingkat dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1) Kelompok Formal, yaitu kelompok yang secara formal terdaftar sebagai organisasi nelayan di pemerintahan atau memiliki badan hukum. Kelompok ini terdiri dari kelompok pengelola rumpon, kelompok masyarakat pengawas sumber daya ikan, Rukun Nelayan (RN), pokdakan, poklahsar, serta KIMBis.

2) Kelompok informal, yaitu kelompok yang secara formal tidak terdaftar sebagai kelompok nelayan di pemerintah dan juga tidak menjadi anggota dari kelompok nelayan yang ada. Akan tetapi keberadaan kelompok nelayan informal ini sangat berpengaruh terhadap pengelolaan sumber daya ikan di Kecamatan Paciran. Umumnya kelompok informal ini dimotori oleh blandongan.

Tabel 7. Kelembagaan inovasi Iptek dan Kelembagaan Bisnis Perikanan di Kabupaten Lamongan

No Kelembagaan Jenis Kelembagaan Jumlah Anggota Jumlah Manajemen kelompok Struktur Organisasi

1 KIMBis 1 - Kelompok Budidaya : 9 - Kelompok Pengolah : 12 Manajer LO Asisten Pengembangan Usaha

Asisten Produksi dan Pemasaran

Asisten Pengembangan Kelembagaan

47 2 Blandongan Desa Weru 9

- Adanya jimpitan ikan hasil

setiap melaut per perahu sesuai dengan hasil yang diperoleh

- Iuran antara 5 – 10 ribu

per perahu setiap bulan, untuk bayar listrik dan operasional lain

Ketua, Sekretaris, Bendahara, Divisi-divisi dan anggota

3 RN Nelayan Desa Seluruh

- Adanya pemberian dana

kesejahteraan nelayan diperuntuk-kan bagi nelayan yang terkena musibah (sakit, meninggal dunia, dll, dan juga untuk pembangunan sarana prasarana masyarakat nelayan

- Adanya pemberian

santunan terhadap anak yatim dan duafa’

Ketua, Sekretaris, Bendahara, Divisi-divisi dan anggota

4 Pokdakan 10 orang

Usaha dikelola sendiri-sendiri tapi masih ada komunikasi terkait bibit, pakan dan pemasaran

Ketua, Sekretaris, Bendahara, Divisi-divisi dan anggota 5 Poklasar 10 orang Usaha dikelola bersama. Ketua, Sekretaris, Bendahara,

Divisi-divisi dan anggota Sumber : Data primer diolah, 2015

E. Sosial

Di bidang sosial, telah diidentifikasi jenis pelaku, keterkaitan, potensi dan permasalahan yang dihadapi oleh aktor yang terlibat dalam usaha perikanan. Keterikatan yang ada terkait dengan pola hubungan patron klien antara juragan dan ABK, ABK dan bakul, pemilik kapal dan agen, pemilik kapal dan juragan, Rukun Nelayan dengan pemilik kapal dan pemerintah desa, pembudidaya dengan supplier pakan serta pengolah hasil perikanan dengan pedagang ikan (Tabel 8). Ikatan ini menimbulkan masalah/konflik namun tergolong dalam kategori konflik ringan.

Tabel 8. Pola Hubungan Aktor, Potensi dan Permasalahan yang terjadi pada Usaha Perikanan di Kabupaten Lamongan, Tahun 2015

NO PELAKU KETERKAITAN POTENSI PERMASALAHAN

1 Juragan dan ABK - Adanya ikatan kerja antara ABK dan juragan pemilik kapal

Adanya

pembagian hasil tertentu antara pemilik kapan dan ABK dari tangkapan ikan pada musim paceklik (musim barat) juragan memberikan pinjaman uang kepada ABK Pembagian hasil tidak sesuai dengan harapan ABK berpindah kapal karena tidak puas terhadap sistemm kerja

48 pada menjelang

hari raya idul fitri, pemberian THR kepada ABK 2 ABK dan Bakul Terjadi ikatan jual

beli dari hasil “iwak-iwakan” (hasil tangkap yang dibagikan ke ABK dalam bentuk ikan segar)

Saling bersaing harga beli ikan antar bakul Terjadi ikatan pemberian THR kepada ABK dari bakul tetap (ABK yang rutin menjual hasil “iwak-iwakan” kepada bakul tetap

Harga ikan lebih rendah dari harga umum, sehingga ABK pindah ke bakul yang lain

3 Pemilik kapal dan “Agen” (pembeli perantara antara nelayan bakul / pedagang besar)

Terjadi jual beli hasil tangkap ikan antara pemilik kapan dengan agen

Pemberian uang hasil tangkap ikan lebih cepat (dari agen ke pemilik kapal) dari pada pedagang ikan biasa. Adanya pinjaman dana dari agen ke pemilik kapal untuk perbaikan dan pembelian alat tangkap Harga ikan ditentukan oleh agen

4 Toke/ pemilik kapal dan juragan Kepercayaan pemilik kapal kepada juragan untuk menjalankan operasional penagkapan ikan Adanya pembagian hasil tangkap ikan yang lebih besar pemilik kapal dibanding ABK kurang percayanya pemilik kapal terhadap juragan sehingga terjadinya penggantian posisi juragan

5 Nelayan dan TPI merupakan tempat terjadinya

penimbangan hasil tangkap dan transaksi jual beli ikan Adanya imbalan jasa yang dibayarkan oleh nelayan untuk sosial kesejahteraan nelayan, yang mana dana tersebut dikelola oleh Rukun Nelayan Masih belum mencukupinya dana kesejahteraan untuk masyarakat nelayan

6 Rukun Nelayan (RN) dan pemilik

kapal Rukun Nelayan mengelola dana kesejahteraan nelayan Adanya pemberian dana kesejahteraan nelayan diperuntukkan -

49 Rukun Nelayan merupakan wadah komunikasi dan advokasi masyarakat nelayan bagi nelayan yang terkena musibah (sakit, meninggal dunia, dll, dan juga untuk pembangunan sarana prasarana masyarakat nelayan Adanya pemberian santunan terhadap anak yatim dan duafa’ 7 Rukun Nelayan (RN) dan

pemerintah desa Penyamaan program nelayan dengan program pemerintah desa

- -

8 Pembudidaya dan bakul/Suplier Pembudidaya mendapatkan bibit, pupuk dan pakan dari bakul/suplier yang dibayar setelah panen Pembudidaya dalam mengelola produksi lebih ringan karena terbantu dalam hal modal kerja

Harga ditentukan oleh bakul

9 Pengolah hasil ikan dan

pedagang ikan pedagang ikan dalam hal pembayaran tidak selalu secara tunai

pemasaran lebih mudah dengan adanya pengolah ikan Tersendatnya pembayaran dari pedagang ikan ke pengolah

Sumber : Data primer diolah, 2015

F. Lingkungan

Lingkungan yang baik dapat menunjang kelancaran dalam mengelola usaha. Saat ini kebutuhan air bersih di Kabupaten Lamongan masih mencukupi, namun ketersediaannya sangat bergantung dengan laju pertumbuhan penduduk maupun degradasi rusaknya sumber daya alam dan pencemaran. Terkait dengan sanitasi tempat usaha di Kabupaten Lamongan, masih perlu untuk diperbaiki. Perbaikan ini dimaksudkan untuk menjamin mutu dan kualitas dalam menjaga kesehatan produk olahan yang dijual. Selain masalah air bersih dan sanitasi, pemerintah Kabupaten Lamongan juga mempunyai program/kegiatan yang dilakukan untuk perbaikan lingkungan pada ekosistem yang ada, diantaranya rehabilitasi mangrove, penanaman terumbu karang buatan, pemasangan rumpon dasar, pemasangan rumah ikan, serta sosialisasi terkait kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan (Tabel 9).

50

Tabel 9. Potensi Lingkungan di Kabupaten Lamongan Tahun 2015 N

O PROGRAM/ KEGIATAN LOKASI SUMBER DANA JUMLAH VOL./ PEMAN FAAT TAHUN secara Umum Potensi Permasalahan Umum

1 Rehabilitasi(p enana man mangrove) Desa Sedayulaw as APBD Kabupa- Ten 10.000 btg Masyaraka

t pesisir 2008 1. Sudah adanya mangrove center di desa Sedayu Lawas 2. Sudah terbentuknya Pokmaswas 1. Kebiasaan masyarakat pesisir membuang sampah di laut (kesadaran masih rendah) 2. Masih belum adanya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Desa Sedayulaw as APBD

Provinsi 10.000 btg Masyarakat pesisir 2013 3. Kesadaran masyarakat nelayan menggunakan alat tangkap ikan yang ramah lingkungan 3. Masih banyaknya alat tangkap yang tidak ramah lingkungan Desa Sedayulaw as APBD

Kabupaten 15.000 btg Masyarakat pesisir 2014 4. Munculnya kesadaran masyarakat terkait pemilahan sampah dan penghijauan lingkungan 5. Sudah adanya alat angkut sampah. 4. Alih fungsi lahan mangrove, karena digunakan untuk daerah industri Desa

Kranji APBN 2.000 btg Masyarakat pesisir 2014 5. Masih adanya industri yang membuang limbah ke laut 2 Penanaman terumbu karang buatan Desa

Labuhan APBD Provinsi 3 unit Nelayan 2013 6. Terjadinya konflik antar nelayan karena alat tangkap yang berbeda Desa

Labuhan DAK 6 unit Nelayan 2014 Desa

Labuhan DAK 6 unit Nelayan 2015 3 Pemasangan

rumpon dasar Desa Kranji DAK 50 unit nelayan 2009 Desa

Kemantren DAK 50 unit nelayan 2010 Desa

Sedayulaw as

DAK 50 unit nelayan 2011 Desa

Sedayulaw as

DAK 25 unit nelayan 2015 4 Pemasangan

Rumah Ikan Desa Sedayulaw as

APBD Prov 50 unit nelayan 2012 DAK 30 unit nelayan 2013 DAK 30 unit nelayan 2014 5 Pembentukan / pembinaan Kelompok Masyarakat Pengawas KP Kec. Paciran dan Kec. Brondong APBD Kab.,

Prov, DAK rutin 8 Pokmaswa s Tiap tahun 6 Patroli Laut terpadu (Dinas PK, Polair, AL, Kec. Paciran dan Brondong

APBD Kab rutin Tiap

51 Kamladu) 7 Zonasi Pengelolaan Wilayah Pesisir Kec. Paciran dan Brondong APBN 2014 8 Sosialisasi Peraturan/ Undang-undang KP Kec. Paciran dan Brondong APBD Kab.

Dan Prov. rutin Masyarakat perikanan Tiap tahun 9 Penanaman terumbu karang Kec.

Brondong Pasukan Marinir Nelayan 2015 10 Sosialisasi Permen KP no. 1 dan 2 Kec. Paciran dan Brondong

APBD Kab Nelayan 2015

11 Pembinaan dan penilaian/audi t Cara Budidaya Ikan Yang Baik Kec. Paciran dan Brondong

APBD Kab rutin Pembudid

aya ikan Tiap tahun

12 Perijinan Usaha Perikanan Kec. Paciran dan Brondong

APBD Kab rutin Pelaku utama dan pelaku usaha perikanan Tiap tahun 13 Bantuan alat tangkap ramah lingkungan Kec. Paciran dan Brondong APBD Kab.,

Prov. rutin Nelayan Tiap tahun 14 Terbitnya Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan No.11 tahun 2011 tentang Pengerukan dan Reklamasi di Kabupaten Lamongan Kabupaten Lamongan - 15 Lamongan Green And Clean (LGC) Kab

Lamongan APBD Kab rutin Masyarakat Lamongan

2011 – 2015 Sumber : Data primer diolah, 2015

4.2 Identifikasi Status dan Permasalahan Pengembangan Ekonomi Kawasan

Pada awal tahun 2015, telah di berlakukan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang pelarangan alat tangkap yang digunakan oleh nelayan dengan spesifikasi yang merusak. Salah satunya yaitu alat tangkap cantrang dan banyak digunakan oleh nelayan di Kabupaten Lamongan. Hampir lebih dari 50% kapal kapal cantrang yang beroperasi di Kabupaten Lamongan berhenti beroperasi. Akibatnya, ratusan nelayan terpaksa berhenti melaut dan tidak punya pekerjaan.

Kondisi tersebut memperparah nasib kehidupan nelayan di Kabupaten Lamongan, karena sebelum kebijakan tersebut diberlakukan, kehidupannya juga sudah sulit. Banyak permasalahan yang ada sulit diselesaikan. Permasalahan kemiskinan terutama dirasakan oleh nelayan skala kecil yang memiliki armada < 5GT, terjadi ketimpangan yang tinggi antara nelayan kecil dan besar. Permasalahan pengurasan sumberdaya karena beroperasinya

kapal-52 kapal besar (kapal freezer) dengan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. Permasalahan sumberdaya manusia yang secara umum masih berpengetahuan rendah, sehingga sulit untuk meampaikan inovasi teknologi. Permasalahan finansial yaitu dengan semakin meningkatnya biaya operasional melaut, sehingga usaha penangkapan bukan lagi sebagai usaha yang menguntungkan. Secara lebih rinci, permasalahan nelayan yang ada di Kabupaten Lamongan dapat dilihat dalam tabel 10 di bawah. Dampak kebijakan peraturan menteri kelautan dan perikanan juga pada industri pengolahan produk perikanan yang menggantungkan usahanya pada hasil tangkapan nelayan. Pada kondisi tersebut terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) karena industri perikanan tidak berproduksi.

Tabel 10. Permasalahan, Kebutuhan dan Bentuk penyadaran yang Dapat Dilakukan Terhadap nelayan

Permasalahan Kebutuhan Penyadaran

Sumberdaya alam Terjadi penurunan produksi

hasil tangkapan ikan Perbaikan cara penangkapan ikan Kegiatan penyuluhan Sumberdaya

Manusia Untuk nelayan skala kecil berpendidikan masih rendah Peningkatan kapasitas nelayan Pelatihan Sosial Kelembagaan Sistem gotong royong,

kekeluargaan, dan kepercayaan yang kuat

Percontohan satu atau dua orang nelayan untuk di beri teknologi alternatif

Pendampingan

Finansial Terjadi peningkatan biaya operasional, sehingga usaha penangkapan tidak lagi menguntungkan Mencari alternatif usaha selain menangkap ikan Fasilitasi akses lembaga permodalan

Lingkungan Dukungan kebijakan

pemerintah daerah terhadap pengurasan sumberdaya karena membolehkan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan

Harus ada pelarangan penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan

Masukan kebijakan

Teknologi Teknologi penangkapan menggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan

Perubahan alat tangkap yang digunakan

Kaji terap

4.3 Identifikasi alternatif-alternatif pemecahan masalah/pengembangan gagasan.

Dari permasalahan yang ada tersebut, diperlukan suatu upaya yang bertujuan untuk mengurangi dampak dari implementasi kebijakan serta kondisi permasalahan yang ada. Pemecahan permasalahan dilakukan dengan melibatkan Klinik Iptek Minabisnis (KIMBis) yaitu

53 kelembagaan yang berfungsi sebagai kelembagaan inovasi dan penyampai teknologi kelautan dan perikanan dan sebagai lembaga bisnis melalui kegiatan brainstorming dengan pengambil kebijakan yang ada di lokasi seperti Dinas Perikanan dan Kelautan. Kegiatan yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan yang ada dengan sumberdaya yang ada baik pada KIMBis maupun pada pengambil kebijakan di daerah.

Dari hasil brainstorming yang dilakukan, maka diidentifikasi alternatif-alternatif pemecahan masalah yang ada untuk kemudian ditentukan bersama alternatif pemecahan masalah yang dirasa paling memungkinkan untuk dikerjakan. Beberapa alternatif kegiatan yang terpilih dapat dilihat seperti pada tabel di bawah.

Tabel 11. Alternatif Pemecahan Masalah

Kegiatan Jeneis kegiatan Sasaran

Pendampingan teknologi Pendampingan teknologi diversifikasi olahan ikan

Isteri nelayan

Studi banding Studi banding ke lokasi usaha yang sesuai dengan potensi yang ada (ke Kota Tegal)

Nelayan, Pengurus KIMBis

4.4 Pelaksanaan Aksi Kegiatan Pemecahan Masalah

Kegiatan penelitian Model pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi di Lamongan pada tahap identifikasi unsur pembentuk model. Salah satu tahap kegiatan pada tahap ini adalah Peningkatan Peran Kooperator dalam Penerapan Teknologi Adaptif Lokasi. Morgan dan Hunt (1994) memberikan pengertian co-operation sebagai situasi dimana setiap pihak dalam organisasi terlibat secara bersama-sama untuk mencapai tujuan organisasi. Pelaksanaan aksi kegiatan pemecahan masalah dilakukan dengan studi banding ke Kota Tegal yang mempunyai kesamaan tipologi perikanan yaitu perikanan tangkap pelagis kecil. Berikut hasil kegiatan yang dilakukan:

1. Penanganan produksi ikan hasil tangkapan

 Dipasarkan dalam bentuk ikan beku dengan tujuan daerah Jakarta  Dijual dalam bentuk segar untuk konsumsi lokal

 Diolah menjadi fillet ikan segar yang dijual ke Brebes, Cirebon, Pemalang, Indramayu, Jakarta, serta Lampung, dan Medan serta Palembang untuk dijadikan bahan baku kerupuk, bakso dan otak-otak;

 Dalam bentuk ikan panggang/asap untuk konsumsi Kota Tegal  Ikan asin kering yang dijual ke daerah Jakarta

54  Diolah menjadi tepung ikan

2. Peningkatan kooperator dengan pendirian koperasi

Jenis produk olahan hasil perikanan di Kota Tegal sebagian besar sama dengan jenis olahan hasil perikanan di Kabupaten Lamongan. Namun pemasaran produk olahan Kota Tegal lebih luas jangkauannya daripada Kabupaten Lamongan, begitupun harganya lebih tinggi. Strategi yang dilakukan untuk pengembangan usaha olahan hasil perikanan di Kota Tegal yaitu (1) mendirikan outlet-outlet sebanyak mungkin dan diawal pendirian mendapatkan keuntungan yang kecil terlebih dahulu (Rp 500,-/kemasan); (2) tidak membutuhkan tenaga kerja untuk pengolahan (asal produk dari mitra usaha) dan penjualan menggunakan tenaga kerja karyawan toko yang menjual hasil olahan titipan; (3) meminta dukungan pemda terkait kewajiban menggunakan menu olahan hasil perikanan pada acara-acara rapat pemerintah daerah.

Pendirian koperasi bagi nelayan maupun pengolah hasil perikanan tidak akan terasa berat jika segera di mulai. Dari syarat-syarat pendirian koperasi yang ada dalam format isian, satu per satu di penuhi. Modal awal adalah niat dan kemauan yang kuat dalam memajukan koperasi. Pengurus koperasi tidak boleh melakukan pelanggaran agar tidak dicontoh oleh anggota koperasi yang lain. Modal awal meminjam dari bank dengan jaminan kuat dari salah satu pengurus koperasi yang berkemauan sangat kuat.

3. Pemasaran Ikan Pelagis Kecil

Praktek lapangan terhadap pemasaran ikan pelagis kecil yang ada di Kota Tegal mulai dari hulu ke hilir. Penjualan ikan dilakukan berdasarkan lelang. Lelang yang ada dibagi menjadi dua yaitu :

1. Lelang murni untuk ikan basah. Pemasaran ikan basah ini ke Bandung, Jakarta, Lokal, Cilacap dan Palembang sebagai konsumsi dan bahan baku industry pempek.

2. Lelang langsung untuk ikan beku (cumi-cumi) dengan pemasaran ke Jakarta. Rantai pemasaran yang ada di PPP Tegalsari yaitu :

Nelayan → TPI→ Pengepakan Ikan → Bandung, Jakarta, Lokal, Cilacap Perusahaan fillet → Bandung, Jakarta, Lokal, Palembang

55 Pengolahan Ikan (bakso, nugget, pempek, ekado, lumpia, otak-otak, kaki naga,

krupuk) → Jakarta, Bekasi, Semarang, Lokal

Pengurus/enumerator dari Kabupaten Lamongan melakukan studi banding ke TPI dan pengepakan ikan dan praktek lapangan ke perusahaan fillet dan olahan hasil perikanan serta memahami trik-trik dalam pemasaran hasil perikanan, sehingga diharapkan memberikan manfaat Kabupaten Lamongan khususnya di Kecamatan Paciran untuk memajukan industri pengolahan hasil perikanan.

56

Dokumen terkait