• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DISKRIPSI TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teori

2. Metode Pembelajaran

a. Pengertian Metode Pembelajaran

Pengetahuan tentang metode-metode pembelajaran sangat diperlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya peserta didik dalam belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Hal ini sesuai dengan tuntutan terhadap guru dan tenaga kependidikan dalam undang-undang No. 20 tahun 2000 pasal 40, yang berbunyi sebagai berikut: Guru dan tenaga kependidikan berkewajiban untuk menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis dan Peraturan Pemerintah No.19 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat 1. Dalam Peraturan Pemerintah No.19 ayat 1 dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, memberi ruang gerak yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi siswa.34

Metode berasal dari Bahasa Yunani Methodos yang artinya adalah cara atau jalan yang ditempuh. Dalam kegiatan-kegiatan ilmiah, metode berkaitan dengan masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Menurut Oemar Hamalik, “fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.”35

Menurut Indrawati dan Wawan Setiawan metode pembelajaran dapat diartikan sebagai “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar

mengajar.”36

Menurut Wina Sanjaya metode adalah “cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar

tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.”37

Dalam pengertian ini metode

34

Indrawati dan Wanwan Setiawan, Pembelajaran Aktif , Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan Untuk Guru SD, (Bandung: PPPPTK IPA, 2009), h. 9

35 “Pengertian Metode,” artikel diakses pada 3 November 2010 dari

http://ktiptk.blogspirit.com/,

36Rachmad Widodo, “Metode Pembelajaran”, artikel diakses pada 21 Juni 2010 dari

http://www.infogue.com/viewstory/2009/10/13/pengertian_dan_macam_metode_pembelajaran/?ur l=http://wyw1d.wordpress.com/2009/10/12/metode-pembelajaran.

37

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 147

merupakan penerapan suatu rencana. Rencana dalam proses pembelajaran yang tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), direalisasikan dengan penerapan metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Metode pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian metode pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Menurut Syaiful B. Djamarah metode memiliki kedudukan sebagai “ alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar, menyiasati perbedaan individual anak didik, untuk mencapai tujuan pembelajaran.”38

Peserta didik yang memiliki karakter yang berbeda-beda, tingkat kecerdasan yang berbeda-beda, tujuan yang berbeda, sedangkan tuntutannya sama yakni memahami materi pelajaran, maka dalam hal ini peran metode pembelajaran sangat penting.

Semakin tepat dalam menentukan metode pembelajaran, semakin efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pemilihan metode harus disesuaikan dengan tujuan intruksional khusus, karena salah satu tujuan menggunakan metode pembelajaran adalah untuk mencapai tujuan. Menurut Pupuh Fathurrohman Dan M.Sobry Sutikno, dalam memilih media harus memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut “ tujuan yang hendak dicapai, materi pelajaran, peserta didik,

situasi, fasilitas yang tersedia”39

Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan di atas, metode pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam mengkoordinasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar, yang berfungsi sebagai pedoman guru dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengelola lingkungan pembelajaran dan mengelola kelas. Dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran diperlukan perangkat pembelajaran yang dapat disusun dan dikembangkan oleh guru. Perangkat-perangkat itu meliputi buku pedoman bagi guru dan para peserta didik, lembar kerja peserta didik, media yang dipakai untuk membantu terlaksanakannya

38

Pupuh Fathurrohman Dan M.Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar-Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Pemahaman Konsep Umum&Konsep Islami, (Bandung: Retika Aditama, 2007), h.55.

39

Pupuh Fathurrohman Dan M.Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar-Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Pemahaman Konsep Umum&Konsep Islami. h. 60

proses pembelajaran seperti komputer, Over Head Proyektor (OHP), film, pedoman pelaksanaan pembelajaran, seperti kurikulum dan administrasi pembelajaran.

Dalam metode pembelajaran terdapat lima unsur dasar yakni yang pertama langkah-langkah operasional pembelajaran, yang ke dua suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran, yang ketiga menggambarkan seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon peserta didik, yang ke empat semua sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, yang terakhir adalah hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang akan dicapai.

b. Jenis-Jenis Model Pembelajaran

Berbagai metode pembelajaran dikelompokkan berdasarkan model-model yang merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Pengertian model pembelajaran menurut Nurochim, dkk, adalah “kesatuan yang utuh antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran.” 40

Sedangkan pengertian model

pembelajaran menurut Sugandi adalah “kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan bagi para pengajar dalam merencanakan dan

melaksanakan aktifitas belajar mengajar.”41

Jadi model pembelajaran merupakan bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman pendidik untuk mencapai tujuan belajar. Model-model pembelajaran adalah sebagai berikut:

1) Model Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual adalah konsep pembelajaran yang mengharuskan guru untuk menghubungkan antara materi pelajaran dengan situasi

40

Nurochim, dkk, Bahan Ajar Strategi Pembelajaran IPS, h.81

41 Nurul Inayah, “Keefektifan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Circ (Cooperatife Integrated Reading And Composition) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Pokok Bahasan Segiempat Siswa Kelas VII Smp Negeri 13 Semarang Tahun Ajaran 2006/2007”, Skripsi S1 Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

dunia nyata peserta didik. Model pembelajaran ini berusaha untuk mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menghubungkan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan anggota masyarakat. Dengan konsep ini diharapkan proses pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Pembelajaran kontekstual ini didasarkan pada hasil penelitian dari John Dewey yang menyimpulkan bahwa peserta didik akan belajar dengan baik apabila apa yang dipelajari terkait dengan apa yang diketahui dan kegiatan atau peristiwa yang terjadi di sekelilingnya. Juga dilandasi oleh teori belajar dari Jerome Brunner yang mengatakan belajar merupakan usaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya sehingga siswa mendapatkan pengetahuan yang benar-benar bermakna bagi dirinya.42

Dalam penerapan model pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran melalui peristiwa yang terjadi di sekelilingnya. Dalam hal ini guru lebih banyak menerapkan dengan strategi penyelesaian suatu masalah daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi peserta didik.

Hakekat Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemetodean (Metodeing), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).43

Konstrukstivisme adalah membangun pemahaman peserta didik dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal dan pembelajaran harus diatur menjadi proses membangun bukan menerima pengetahuan. Inquiry adalah proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman dan peserta didik belajar

42“Metode Pembelajaran Berbasis Kontekstual”, artikel diakses pada 27 Februari 2011

dari http://wahyuti4tklarasati.blogspot.com/2010/10/metode-pembelajaran-berbasis-kontekstual.html

43Sohibul Mutolib Al Jabaly, “ Metode Pembelajaran Kontekstual”, artkel diakses pada

27 Februari 2011 dari http://pendidikanberkarakter.blogspot.com/2008/10/metode-pembelajaran-kontekstual.html

menggunakan keterampilan berpikir kritis. Questioning adalah kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Learning community (masyarakat belajar) adalah sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar, bekerja sama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri untuk bertukar pengalaman dan berbagi ide. Metodeing adalah proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar. Reflection adalah berpikir tentang apa yang telah dipelajari kemudian mencatat apa yang telah dipelajari lalu membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok. Authentic Assesment (Penilaian yang sebenarnya) adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa dengan menggunakan penilaian kinerja dan tugas-tugas yang relevan dan kontekstual.

Dapat disimpulkan bahwa karakteristik dari metode pembelajaran kontekstual teaching learning adalah kerjasama, saling menunjang, menyenangkan, belajar dengan bersemangat, pembelajaran yang terintegrasi dengan menggunakan berbagai sumber, peserta didik berperan aktif dan kritis sedangkan guru kreatif, laporan kepada orang tua tidak hanya rapor tetapi hasil karya siswa. Melalui metode pembelajaran kontekstual teaching learning peserta didik memperoleh pengalaman dari lingkungan sekitar.

2) Model Pembelajaran Kuantum

Menurut Herdian, “Pengembang dari Quantum Teaching adalah De Porter

dan mulai dipraktekkan pada tahun 1992 dengan mengilhami rumus yang terkenal dalam fisika kuantum yaitu masa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi. Dengan rumus itulah mendefinisikan Quantum sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.”44

Dalam hal ini makna dari pembelajaran quantum adalah adanya interaksi-interaksi yang dapat mengubah kemampuan dan bakat alamiah peserta didik yang berbeda-beda (dalam hal ini sebagai energi) menjadi ketrampilan yang bermanfaat (dalam hal ini dianggap sebagai cahaya).

Karakteristik quantum teaching adalah sebagai berikut: berdasar pada psikologi kognitif, pembelajar sebagai pusat perhatian, menyeimbangkan potensi manusia dengan lingkungan, pembelajaran dipandang sebagai penciptaan

44Herdian, “Metode Pembelajaran Quantum,” artikel diakses pada 27 Februari 2011 dari http://herdy07.wordpress.com/

interaksi bermutu dan bermakna yang dapat mengubah pikiran dan bakat alamiah yang bermanfaat, dan memadukan konteks dan isi pembelajaran.

Quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Dengan demikian menurut Rachmad Widodo quantum teaching adalah “berbagai macam interaksi yang terjadi di dalam dan di sekitar peristiwa belajar.”45

Interaksi-interaksi ini membangun landasan dan kerangka untuk belajar yang dapat mengubah kemampuan dan bakat siswa menjadi cahaya yang bermanfaat bagi peserta didik. Quantum Teaching ini juga menerapkan percepatan belajar dengan menhilangkankan hambatan-hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah dengan menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan pengajaran yang sesuai, cara penyajian yang efektif, dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Di samping itu Quantum Teaching juga memudahkan segala hal untuk menghilangkan hambatan belajar dan mengembalikan proses belajar ke keadaan yang mudah dan alami.

Prinsip-prinsip yang dijadikan pedoman dalam pelaksanaan model pembelajaran quantum adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan kelas mengandung dan menyampaikan pesan tentang belajar. Belajar mempunyai tujuan yang terukur. Model pembelajaran quantum menghendaki agar siswa belajar dengan mengalami sesuatu yang terkait dengan informasi yang sedang dipelajarinya. Belajar merupakan suatu rangkaian usaha siswa dalam mencapai tujuan-tujuan belajar, dan usaha itu sendiri mengandung resiko. Oleh sebab itu siswa-siswa pantas memperoleh pengakuan terutama dari guru atas usaha, kerja keras, kecakapan, dan kepercayaan diri siswa.

Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran quantum merupakan model pembelajaran yang dapat mengubah potensi yang ada di diri siswa menjadi hal yang bermanfaat dengan menggunakan lingkungan yang terkait dengan materi yang sedang dipelajari sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam belajar.

45Rachmad Widodo, “Model Pembelajaran,” artikel diakses pada Artikel diakses pada 21

Juni 2010 dari

http://www.infogue.com/viewstory/2009/10/13/pengertian_dan_macam_model_pembelajaran/?url =http://wyw1d.wordpress.com/2009/10/12/model-pembelajaran.

3) Model Pembelajaran Tematik

Model pembelajaran yang lain adalah model pembelajaran tematik. Pengertian tema menurut Departemen Pendidikan Nasional, “tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan.”46

Sedangkan

menurut Kunandar, “tema merupakan alat atau wadah untuk mengedepankan

berbagai konsep kepada anak didik secara utuh.”47

Di dalam pembelajaran, tema diberikan untuk menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan pengetahuan peserta didik dan membuat pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna. Jadi, pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi yang terdapat di dalam beberapa mata pelajaran dan diberikan dalam satu kali pertemuan.

Dengan model pembelajaran tematik diharapkan peserta didik dapat memahami konsep-konsep yang dipelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkan dengan konsep lain yang telah dipahami. Pelaksanaan model pembelajaran tematik ini, berawal guru memilih tema yang berkaitan dengan materi pelajaran. Tema dalam pembelajaran tematik menjadi pokok bahasan yang harus dikembangkan. Tema yang dipilih diharapkan peserta didik dapat memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu sehingga mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama.

Beberapa keuntungan dari pelaksanaan model pembelajaran tematik adalah sebagai berikut yang pertama pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan sehingga kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi. Yang kedua peserta didik lebih mampu merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas sehingga lebih bersemangat belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata. Yang ketiga guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat

46

Tarmidzi Ramadhan, “Pembelajaran Tematik,” artikel diakses pada 27 Februari 2011

dari http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/04/metode-pembelajaran-tematik-kelebihan-dan-kelemahannya/

47

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. h.311.

dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.

Menurut Kunandar kelebihan dari model pembelajaran tematik adalah sebagai berikut:

1. Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik.

2. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.

3. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna. 4. Mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik sesuai dengan

persoalan yang dihadapi.

5. Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama

6. Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

7. Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik.48

Selain terdapat beberapa kelebihan pembelajaran tematik memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan pembelajaran tematik tersebut terjadi apabila dilakukan oleh guru tunggal. Contohnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema sehingga dalam pembelajaran tematik akan merasa sulit untuk mengaitkan tema dengan materi pokok setiap mata pelajaran. Di samping itu, jika skenario pembelajaran tidak menggunakan metode yang inovatif maka pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tidak akan tercapai.

Karakteristik model pembelajaran tematik adalah sebagai berikut berpusat pada peserta didik yang terlibat langsung sebagai subjek belajar sedangkan guru sebagai fasilitator. Pembelajaran tematik memberikan pengalaman langsung sehingga siswa dapat memahami hal-hal yang lebih abstrak. Dalam pembelajaran tematik pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas. Pembelajaran tematik menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran. Pembelajaran tematik menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

48

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. h.315

Dalam pembelajaran tematik tidak semua mata pelajaran dapat dipadukan. Tema yang dipilih hendaknya dekat dengan kehidupan peserta didik, dari tema yang paling sederhana hingga yang lebih sulit, tema tersebut hendaknya menarik minat untuk belajar, tema yang dipilih seharusnya adalah peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi.

Tahap-tahap pelaksanaan model pembelajaran tematik adalah sebagai berikut: penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar kedalam indikator, menentukan tema, menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema pemersatu, sebelum pelaksanaan pembelajaran guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran.

4) Model Pembelajaran PAIKEM

Model pembelajaran PAIKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Yang dimaksud dengan aktif menurut A.Tarmidzi Ramadhan adalah “suasana kelas yang peserta didiknya aktif bertanya dan mengungkapkan gagasan.”49

Menurut Agus Suprijono, inovatif dalam hal ini adalah “proses pembelajaran yang dapat memberikan fasilitas

kepada peserta didik untuk menemukan sesuatu melalui aktivitas belajar”.50

Kreatif adalah pembelajaran seharusnya dapat mengembangkan pemikiran kritis kemampuan berpikir tentang hal-hal yang baru dan menghasilkan penyelesaian tentang suatu masalah. Efektif adalah memudahkan peserta didik untuk belajar sesuatu yang bermanfaat. Menyenangkan dalam hal ini adalah pembelajaran diciptakan sebagai kondisi yang peserta didik dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan ikhlas tanpa ada beban dalam diri peserta didik tersebut. Menurut Bustamam Ismail ada empat prinsip utama dalam proses pembelajaran PAIKEM. Prinsip utama tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama, proses Interaksi dalam hal ini adalah siswa berinteraksi secara aktif dengan guru, rekan siswa, multi-media, referensi, dan

49 A.Tarmizi Ramadhan, “Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan,” artikel diakses pada Jum’at 3 Juni 2011 dari

http://tarmizi.wordpress.com/2008/11/11/pembelajaran-aktif-inovatif-kreatif-efektif-dan-menyenangkan/

50

Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori Dan Aplikasinya, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009) h. X

lingkungan. Kedua, proses Komunikasi siswa mengkomunikasikan pengalaman belajar mereka dengan guru dan rekan siswa lain melalui cerita, dialog atau melalui simulasi role-play. Ketiga, proses Refleksi, siswa memikirkan kembali tentang kebermaknaan apa yang mereka telah pelajari, dan apa yang mereka telah lakukan. Keempat, proses Eksplorasi siswa mengalami langsung dengan melibatkan semua indera mereka melalui pengamatan, percobaan, penyelidikan dan wawancara.51

Berdasarkan pendapat di atas model pembelajaran PAIKEM merupakan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa untuk mengungkapkan ide dan gagasanya sehingga dapat menemukan dan memahami materi pelajaran sendiri. Model pembelajaran PAIKEM juga menekankan adanya interaksi antar siswa dengan siswa yang lain atau dengan sumber belajar sehingga suasana belajar menjadi menyenangkan dan dapat saling bertukar ide.

5) Model Pembelajaran Kolaboratif

Menurut Ted Panitz, “pembelajaran kolaboratif adalah filsafat interaksi dan gaya hidup yang menjadikan kerjasama sebagai suatu struktur interaksi yang dirancang sedemikian rupa guna memudahkan usaha kolektif untuk mencapai

tujuan bersama.”52

Dari pendapat tersebut dapat diperoleh pengertian bahwa kolaborasi adalah sekelompok orang yang saling menghormati dan menghargai kemampuan dan sumbangan setiap anggota kelompok. Di kelompok tersebut terdapat pembagian kewenangan dan penerimaan tanggung jawab di antara para anggota kelompok untuk melaksanakan tindakan kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

Pembelajaran kolaboratif adalah pembelajaran yang dilaksanakan untuk mengembangkan kerjasama, interaksi, berbagi ide dan gagasan, saling membina antar peserta didik atau dengan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Inti dari pembelajaran kolaboratif adalah adanya saling belajar dan membelajarkan saling bertukar pikiran, bertanggung jawab untuk mencapai tujuan bersama, keberhasilan kelompok adalah keberhasilan inividu begitu juga sebaliknya.

51

Bustamam Ismail, “Pengembangan model Pembelajaran PAIKEM dengan Pendekatan SETS, Artikel diakses pada 3 Juni 2011 dari http://hbis.wordpress.com/2010/07/04/pengembangan-model-pembelajaran-paikem-dengan-pendekatan-sets/

52 Pembelajaran Kolaboratif”, artikel diakses pada 27 Februari 2011 dari

Pembelajaran kolaboratif dilandasi oleh pandangan bahwa pengetahuan diperoleh sebagai dari proses konstruksi yang berkesinambungan di dalam diri setiap peserta didik.

Pembelajaran kolaboratif menciptakan lingkungan sosial yang kondusif untuk terlaksananya interaksi yang memadukan segenap kemauan dan kemampuan belajar peserta didik. Lingkungan sosial yang dibentuk berupa kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat atau lima peserta didik pada setiap kelas dengan anggota-anggota kelompok yang sedapat mungkin tidak bersifat homogen. Anggota-anggota suatu kelompok diupayakan terdiri dari siswa laki-laki dan perempuan, siswa yang relatif aktif dan yang kurang aktif, siswa yang relatif pintar dan yang kurang pintar.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kolaboratif adalah peserta didik belajar secara berkelompok dan bekerjasama, sehingga keberhasilan individu tergantung pada keberhasilan kelompoknya, pengetahuan diperoleh melalui interaksi antara panca indra dan anggota kelompoknya.

Menurut Johnsons terdapat lima unsur dasar agar dalam suatu kelompok terjadi pembelajaran kolaboratif, yaitu:

1. Saling ketergantungan positif. Dalam pembelajaran ini setiap peserta didik harus merasa bahwa ia bergantung secara positif dan terikat dengan antarsesama anggota kelompoknya dengan tanggung jawab untuk menguasai bahan pelajaran dan memastikan bahwa semua anggota kelompoknya pun menguasainya.

2. Interaksi langsung antar peserta didik. Hasil belajar yang terbaik dapat diperoleh dengan adanya komunikasi verbal antar anggota kelompok yang didukung oleh saling ketergantungan positif. Siswa harus saling berhadapan dan saling membantu dalam pencapaian tujuan belajar. 3. Pertanggungjawaban individu. Agar dalam suatu kelompok dapat

menyumbang, mendukung dan membantu satu sama lain, setiap anggota dituntut harus menguasai materi yang dijadikan pokok bahasan. Dengan demikian setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari pokok bahasan dan bertanggung jawab pula terhadap hasil

Dokumen terkait