• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2. Metode Pembelajaran

3. Kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran yang tepat pada pembelajaran IPS selama ini masih rendah.

4. Partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS masih rendah. 5. Interaksi antara guru dan siswa pada pembelajaran IPS masih rendah. 6. Kreativitas siswa pada pembelajaran IPS selama ini masih rendah.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, batasan masalah dalam penelitian ini yaitu kreativitas siswa yang masih rendah dalam pembelajaran IPS.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah “Adakah perbedan efektivitas penerapan metode pembelajaran Mind Mapping dan Problem Solving (pemecahan masalah) dalam meningkatkan kreativitas pada pembelajaran IPS siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Pajangan?”

E.Tujuan Penelitain

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah “untuk mengetahui perbedaaan efektifitas penerapan metode pembelajaran Mind Mapping dan metode Problem Solving (pemecahan masalah) dalam meningkatkan kreativitas siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Pajangan.”

F. Mafaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi ilmu pengetahuan khusunya pada peningkatan kreativitas peserta didik dalam mata pelajaran IPS melalui metode pembelajaran Mind Mapping dan Problem Solving (pemecahan masalah).

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat memberikan tambahan pengalaman wawasan dan pengetahuan bagi peneliti dalam penerapan metode pembelajaran Mind Mapping dan Problem Solving (pemecahan masalah) pada pembelajaran IPS guna meningkatkan kreativitas peserta didik.

b. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru IPS dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa serta mengembangkan keterampilan guru dalam penerapan metode pembelajaran Mind Mapping dan Problem Solving (pemecahan masalah) pada pembelajaran IPS guna meningkatkan kreativitas peserta didik.

c. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat mendorong peserta didik terbiasa dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa serta mengasah kreativitas peserta didik.

12

A. Deskripsi Teori

1. Kreativitas

a. Pengertian Kreativitas

Kreativitas (creativity) diartikan sebagai sebuah daya cipta, kreatif (creative) yang berarti bersifat memiliki daya cipta, kreasi (creation) yang artinya ciptaan, dan kreator (creator) yang artinya pencipta (Shadily, 2010: 98). Sejumlah ahli lainnya memberikan definisi yang berbeda-beda mengenai kreativitas. Revans (2009: 67) mengartikan kreativitas sebagai keterampilan untuk menentukan pertalian baru, melihat perspektif baru, dan membentuk kombinasi-kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang telah tercetak dalam pikiran. Santrock (2008: 15) mengartikan kreativitas sebagai kemampuan untuk memikirkan tentang sesuatu dalam cara yang baru dan tidak biasanya serta untuk mendapatkan solusi-solusi yang unik.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, kreativitas dapat diartikan sebagai suatu pemikiran atau ide kreatif, kemudian melakukan kegiatan kreatif, sehingga tercipta hasil yang kreatif. Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru atau relatif baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.

Menurut pendapat Sandiawan (2009: 67) kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Sementara Widayatun (2008: 45) mengartikan kreativitas sebagai suatu kemampuan untuk memecahkan masalah yang memberikan individu mampu menciptakan ide-ide asli adaptif untuk berkembang.

Mengacu pada pengertian tersebut, kreativitas siswa pada pembelajaran dapat diartikan sebagai kemampuan siswa dalam menciptakan ide-ide baru atau relatif baru, baik berupa gagasan berkaitan dengan pembelajaran. Kreativitas siswa pada pembelajaran mencakup kemampuan siswa dalam menemukan berbagai cara atau solusi dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada pembelajaran.

b. Ciri-ciri siswa Kreatif

Siswa kreatif pada pembelajaran ditunjukkan dari berbagai hal yang dimiliki terutama selama proses pembelajaran berlangsung. Beberapa ahli mengemukakan ciri-ciri siswa kreatif pada pembelajaran. Asrori (2009: 89) mengemukakan bahwa siswa kreatif memiliki beberapa ciri diantaranya 1) Memiliki daya imajinasi yang kuat

2) Memiliki inisiatif

3) Memiliki minat yang luas

4) Bebas dalam berpikir (tidak kaku atau terhambat) 5) Bersifat ingin tahu

7) Percaya pada diri sendiri

8) Berani mengambil risiko (tidak takut membuat kesalahan)

9) Berani menyatakan pendapat meskipun mendapat kritik dan berani mempertahankannya.

Sementara menurut Guilford (dalam Kuncoro, 2012: 94) ciri-ciri siswa kreatif dapat dilihat dari aspek berpikir, dan aspek dorongan atau motivasi. Aspek berpikir kreatif ditunjukkan oleh sifat-sifat kelancaran (fluency), kelenturan (flexibility), keaslian (originality), dan penguraian (elaboration). Sementara aspek dorongan atau motivasi ditunjukkan oleh sifat-sifat karakter, seperti sikap, percaya diri, tidak konversional.

Menurut Semiawan (2008: 212) beberapa ciri siswa kreatif pada pembelajaran ditunjukkan beberapa hal, seperti: siswa mampu berkonsentrasi, memiliki ketertarikan terhadap sesuatu yang kompleks , memiliki rasa ingin tahu, memiliki keinginan untuk selalu berbagi ide, selalu berusaha memperbaiki kekacauan atau ketidakteraturan.

c. Aspek-aspek Kreativitas

Sejumlah ahli mengemukakan aspek-aspek kreativitas siswa pada pembelajaran. DeGraff dan Khaterine (2010: 79) mengemukakan terdapat empat aspek kreativitas siswa yakni:

1) Imajinatif (imagine)

Imajinatif (imagine) merupakan salah satu aspek dari kreativitas siswa. Individu imajinatif mengeksplorasi ide-ide baru, menciptakan tata artistik baru, mewujudkan produk baru, membangun pelayanan baru,

memecahkan masalah dengan cara-cara baru. Potensinya akan berkembang jika didukung dengan kultur lingkungan yang menghargai dengan baik percobaan, melakukan langkah-langkah spekulatif, fokus pada pengembangan ide-ide baru, bahkan melakukan hal yang tidak dapat dilakukan orang sebelumnya (DeGraff dan Khaterine, 2010: 79).

Individu imajinatif (imagine) memiliki kompetensi dalam mengembangkan kreativitas bersumber dari daya imajinasinya. Setiap individu memiliki kemampuan menghayal, namun individu imajinatif mampu mewujudkan hayalannya dalam ide dan karya yang unik. hasil akhir dari hayalnya adalah berkarya (DeGraff dan Khaterine, 2010: 79). 2) Penanam modal (invest)

Profil individu penanam modal (invest) menunjukkan daya kompetisi yang kuat, memiliki kesungguhan dalam berjuang serta intensif dalam mewujudkan keunggulan. Tipe pribadi ini berani kalah dan siap menang dan siap menanggung resiko. Kepribadian investor mengembangkan kreasi dengan cepat sebelum kopetitor dapat melakukannya. Pribadi yang cerdas dan pekerja keras, pikirannya fokus pada kebaikan yang yang akan diraihnya. Karena itu ia memiliki motivasi yang kuat untuk mewujudkan keberhasilan. Kelebihannya ditunjukkan dengan kemampuan merespon dengan cepat tiap perubahan (DeGraff dan Khaterine, 2010: 82).

3) Pembaharu (improve)

Profil individu pembaharu (improve)ditandai dengan karakter yang kreativitasnya yang tak pernah surut. Aktivitas meniru sesuatu yang ada, memodifikasi, dan menyempurnakannya dan merekayasa sesuatu menjadi baru atau lebih baik, hingga membuat sesuatu berbeda dari sebelumnya. Profil individu pembaharu, seperti julukannya, memiliki karakter sangat kompleks, tak pernah kehabisan ide, pejuang sejati, dan selalu berusaha keras tidak gagal (DeGraff dan Khaterine, 2010: 85).

Keunggulannya bemodalkan keunggulan berpikir yang sistematik, berhati-hati, dan selalu memperbaharui idenya dengan cepat serta dapat menapilkannya sebagai ide dan karya nyata. Orang seperti ini akan bekembang optimal jika tumbuh pada kultur yang berorientasi pada masa depan, fokus pada rencana, mengkreasi sistem dan proses, Lebih dari itu, konsisten terhadap standar dan peraturan yang dijadikan dasar pijakan.

4) Pengeram (incubate)

Profil pengeram (incubate) adalah orang yang mematangkan atau mengeram ide-ide inovatif dalam dirinya sebelum gagasan direalisasikan. Karakter pribadinya selalu mendapat tempat dalam kegiatan belajarnya maupun dalam pekerjaannya (DeGraff dan Khaterine, 2010: 86). Profil penggagas memiliki komitmen yang kuat

terhadap komunitasnya, fokus membangun kekuatan yang menghargai ide bersama, menjunjung kebersamaan dan efektif berkomunikasi. Kekuatannya didukung pula dengan kebiasaannya tak pernah berhenti belajar, tumbuh kuat dalam kebersamaan, kompeten dalam membangun dukungan, memahami bagaimana belajar dan membangun kekuatan, memahami baik situasi dan kondisi, dan memilih tindakan yang tepat tanpa harus menunggu keputusan yang terlalu lama (DeGraff dan Khaterine, 2010: 86).

Keempat aspek kreativitas siswa pada pembelajaran ini dapat digambarkan seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Aspek Kreativitas Seseorang

Berdasarkan Gambar 1 tersebut, aspek kreativitas individu dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Imajinatif (imagine) aspek kreativitas yang mementingkan pencapain tujuan inovasi dan pertumbuhan. Karakter siswa yang memiliki aspek imajinatif adalah generalis, senang bereksplorasi, menyukai perubahan, dan menyukai keragaman.

2) Penanam Modal (invest) aspek kreativitas yang mementingkan kecepatan dan keuntungan. Karakter siswa yang memiliki aspek penanaman modal adalah berorientasi pada kinerja, mengandalkan daya pikir, disiplin, dan menyukai tantangan.

3) Pembaharu (improve), aspek kreativitas yang mementingkan kualitas dan optimalisasi. Karakter sistematik, menyukai teknik, praktis, dan memiliki perhatian terhadap proses.

4) Penggagas (Incubate), aspek kreativitas yang mementingkan peran minat dan keluasan ide-ide. Karakter siswa yang memiliki penggagas yang menyukai saluran ide, berorientasi pada kekuatan komunikasi, bersifat komunikatif dan menyukai belajar.

Kreativitas siswa pada pembelajaran ditunjukkan dari aspek imajinatif, invest, improve, dan incubate yang dimiliki individu siswa. Pembelajaran kreatif membuat siswa mengembangkan kreativitasnya. Itu berarti bahwa pembelajaran kreatif itu membuat siswa aktif membangkitkan kreativitasnya sendiri. Mengembangkan kreativitas siswa pada pembelajaran berarti mengembangkan kompetensi

memenuhi standar proses atau produk belajar yang selalu terbarukan. Keempat aspek kreativitas yakni imajinatif, invest, improve, dan incubate membuat siswa menjadi kreatif pada pembelajaran.

d. Tahap-tahap Kreativitas

Semiawan (2008: 79) mengemukakan terdapat empat tahapan kreativitas siswa pada pembelajaran. Keempat tahap tersebut seperti berikut:

1) Tahap persiapan (preparation)

Tahap persiapan (preparation) merupakan tahap pertama dimana pada tahap ini ide datang dan timbul dari berbagai kemungkinan. Namun biasanya ide itu berlangsung dengan hadirnya suatu keterampilan, keahlian, atau ilmu pengetahuan tertentu sebagai latar belakang atau sumber dari mana ide itu lahir (Semiawan, 2008: 80).

2) Tahap inkubasi (incubation)

Tahap inkubasi (incubation) yakni tahap kedua dimana dalam pengembangan kreativitas pada tahap ini diharapkan hadirnya suatu pemahaman serta kematangan terhadap ide yang timbul. Berbagai teknik dalam menyegarkan dan meningkatkan kesadaran itu, seperti meditasi, latihan peningkatan kreativitas, dapat dilangsungkan untuk memudahkan “perembetan”, perluasan, dan pendalaman ide (Semiawan, 2008: 80).

Tahap iluminasi (illumination) yaitu tahap ketiga dimana pada tahap ini terjadi komunikasi terhadap hasilnya dengan orang yang signifikan bagi penemu, sehingga hasil yang telah dicapai dapat lebih disempurnakan lagi (Semiawan, 2008: 80).

4) Tahap verifikasi (verification)

Tahap verifikasi (verification) merupakan tahap akhir dari proses ini. Dimensi dari perwujudan karya kreatif untuk diteruskan kepada masyarakat yang lebih luas setelah perbaikan dan penyempurnaan terhadap karyanya berlangsung (Semiawan, 2008: 84).

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas

Menurut Mulyasa (2009: 123) beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas siswa pada pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Metode pembelajaran

Metode pembelajaran yang diterapkan guru merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas siswa pada pembelajaran. Penerapan metode pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan kreativitas, keterlibatan, interaksi siswa pada pembelajaran. Sehubungan dengan itu, Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merancang desain pembelajaran yang berpotensi mengembangkan kreatifitas siswa adalah sebagai berikut:

a) proses pembelajaran dirancang untuk membangun pengalaman belajar yang baru bagi siswa.

b) proses pembelajaran dirancang agar siswa memperoleh informasi terbaru.

c) proses belajar dirancang sehingga siswa dapat mengembangkan pikiran atau ide-ide baru.

d) proses belajar dapat mengasilkan produk belajar yang berbeda dari produk sebelumnya.

e) produk belajar diekspersikan dan dikomunikasi melalui media yang kreatif.

2) Pembelajaran yang berpusat pada siswa

Pembelajaran yang berpusat pada siswa dapat meningkatkan kreativitas siswa. Kreatifitas siswa akan lebih terasah jika guru senantiasa membiasakan siswa lebih aktif menggali informasi dan membangun pemahamannya sendiri dari sumber-sumber belajar yang telah disiapkan, baik secara mandiri maupun secara kelompok. Sebaliknya, jika setiap informasi yang dipelajari semuanya tersampaikan oleh paparan ceramah guru di depan kelas maka niscaya akan sulit mengembangkan sikap kreatif pada diri siswa.

3) Memperbanyak diskusi

Memperbanyak upaya penggalian gagasan dari siswa melalui kegiatan diskusi atau tanya jawab dengan tujuan membiasakan dan melatih keberanian siswa mengeksplor lebih banyak lagi ide, gagasan atau pemahaman siswa tentang suatu konsep atau materi.

4) Belajar kelompok

Membiasakan aktifitas siswa belajar dalam kelompok untuk membuka kesempatan interaksi yang lebih banyak di antara siswa sehingga peluang penemuan gagasan baru lebih terbuka. Dalam

interaksi antar individu, kadangkala terjadi upaya saling melengkapi sehingga alur pemikiran siswa dapat berkembang.

5) Memfasilitasi siswa belajar menggunakan bahan mentah

Memfasilitasi siswa belajar dan bekerja dengan memanfaatkan berbagai bahan mentah dan mengurangi penggunaan media jadi. Tujuannya membelajarkan kemandirian pada diri siswa untuk mengkonstruksi pemahamannya sendiri dan menghasilkan produk belajar yang beragam

6) Membiasakan menggunakan pembelajaran alternatif

Membiasakan siswa menggunakan media pembelajaran alternatif dan beragam. Dalam hal ini dibutuhkan kreatifitas guru dalam menciptakan media-media alternatif. Langkah ini bertujuan memberikan gambaran sebuah kreatifitas memiliki nilai dan manfaat. 7) Membudayakan memberi penghargaan

Mebiasakan memberikan penghargaan pada setiap ide, gagasan, dan karya-karya yang dihasilkan oleh siswa bagaimanapun buruknya. Sebab hal tersebut dapat terus memacu keberlangsungan daya cipta siswa dalam waktu yang panjang.

2. Metode Pembelajaran

a. Pengertian Metode Pembelajaran

Pembelajaran terdiri dari dua karakter yakni karakter pertama belajar yang memiliki arti mengakumulasikan pengetahuan. Karakter kedua adalah mempraktikkan terus-menerus (Arends, 2008: 81). Dari kedua karakter yakni belajar dan mempraktikkan terus-menerus,

pembelajaran memiliki arti penguasaan cara pengembangan diri (Senge et.al, 2012: 60-61). Senge et.al (2012: 59) mendefinisikan pembelajaran merupakan pengujian pengalaman secara terus-menerus dan pengubahan pengalaman itu menjadi pengetahuan yang dapat diakses oleh seluruh anggota organisasi, dan relevan dengan tujuan utamanya.

Istilah pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk menunjukkan kegiatan guru dan siswa. Istilah pembelajaran mengacu pada segala kegiatan yang berpengaruh langsung terhadap proses belajar siswa. Menurut Surya (2004: 24) pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sementara menurut Knirk dan Gustafson (2005: 67) pembelajaran merupakan setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seorang siswa untuk mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar.

Dalam Undang-Undang SISDIKNAS Tahun 2003 dijelaskan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Segala sesuatu yang berkaitan dengan proses belajar, yang telah dirancang oleh guru dalam sebuah proses interaksi yang sistematis untuk membantu seseorang dalam mempelajari suatu hal baru di dalam suatu lingkungan (Sardiman, 2006:

69). Pada pembelajaran, interaksi siswa tidak dibatasi oleh kehadiran guru secara fisik. Siswa dapat belajar melalui bahan ajar cetak, program radio, program televisi, atau media lainnya (Dhajiri, 2005: 56). Pengertian tersebut memperlihatkan bahwa ciri utama pembelajaran adalah meningkatkan dan mendukung proses belajar siswa. Hal ini menunjukkan unsur kesengajaan dari pihak di luar individu yang melakukan proses belajar (Kusnin, 2008: 2).

Menurut Suprijono (2009: 23) pembelajaran menunjuk pada proses belajar yang menempatkan peserta sebagai center stage performance. Pembelajaran lebih menekankan pada tumbuhnya kebutuhan peserta didik terhadap kesadaran dalam memahami arti penting interaksi dirinya dengan lingkungan yang menghasilkan pengalaman. Kebutuhan baginya mengembangkan seluruh potensi kemanusiaan yang dimilikinya. Peserta atau siswa pada pembelajaran ditempatkan sebagai pusat perhatian, siswa memiliki kesadaran betapa pentingnya menjalin sebuah hubungan yang timbalbalik dengan lingkungan dan hal tersebut merupakan sebuah kebutuhan dalam rangka meningkatkan potensi yang dimikinya (Suprijono, 2009: 23).

Hakekat pembelajaran yaitu membekali siswa untuk bisa hidup mandiri kelak setelah dirinya dewasa tanpa tergantung pada orang lain, karena dirinya telah memiliki kompetensi, kecakapan hidup (Suyatno, 2009: 123). Dengan demikian, pembelajaran tidak hanya sampai mengetahui dan memahami. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan satu sama lain.

Komponen tersebut meliputi tujuan/kompetensi, materi, metode, dan evaluasi (Suherman, 2008: 2).

Metode merupakan salah satu yang penting diperhatikan guru pada pembelajaran (Rusman, 2008: 1). Untuk melakukan proses belajar-mengajar perlu dipikirkan metode yang tepat karena dengan menggunakan metode yang tepat maka pembelajaran itu akan berhasil (Adi, 2010: 75). Hal senada juga dikemukakan Jamalus (2011: 28), bahwa “dalam proses belajar-mengajar ada beberapa komponen yang memegang peranan, yaitu guru, siswa, tujuan, materi, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran serta evaluasi.” Kesesuaian antara metode dan materi pelajaran sangat terkait karena akan dapat mempermudah atau memperlancar penerimaan materi bila metode yang dipilih sesuai dengan materi yang sedang diajarkan.

Menurut Jamalus (2011: 30) metode pembelajaran dalam proses belajar-mengajar adalah “seperangkat upaya yang direncanakan dan disusun dengan tujuan menciptakan suasana belajar-mengajar yang saling menguntungkan”. Pendapat ini didukung oleh Moeslichatoen (2009: 7) bahwa “metode merupakan bagian dari strategi kegiatan”, sehingga yang dimaksud dengan metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode pembelajaran ialah cara kerja yang bersistem dan direncanakan serta disusun guna mencapai tujuan pembelajaran yang saling menguntungkan dalam proses belajar-mengajar.

Dokumen terkait