• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL PENELITIAN

B. Penyelenggaraan Pembelajaran

4. Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok

Metode pembelajaran merupakan cara berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar sesuai dengan kaidah pembelajaran. Sedangkan Pesantren Sunan Giri sendiri telah menerapkan metode pembelajaran sesuai dengan ciri khas kepesantrenan.

Menurut lurah pondok yakni Ustadz Musbichin Wahid mengatakan bahwa metode pembelajaran yang digunakan di Pesantren Sunan Giri masih menggunakan sistem ala pesantren (klasikal, bandongan, hafalan, sorogan, musyawaroh) sejak dulu hingga sekarang.

Berikut adalah hasil wawancara dengan Ustadz Musbichin yang dilaksanakan pada tanggal 22 juli 2016, di kantor PPSG, tentang metode pembelajaran kitab kuning yang diterapkan di Pesantren Sunan Giri:

Peneliti : Menurut Pak Ustadz metode apa saja yang digunakandi Pesantren ini?

Narasumber : Yaaa…seperti pesantren yang lain juga kang…ada bandongan, hafalan, klasikal, trusss sorogan,musyawarah juga…

Peneliti : Metode bandongan sendiri itu yang bagaimana?

Narasumber : Kayak gini kang…semisal didalam mesjid itu (isyaroh ke masjid Darunnajah di lokasi pesantren)mbah yai membaca kitab trus kita memberikan makna…istilahnya ngesahi….

Peneliti : Kemudian yang metode hafalan bagaimana pak?

Narasumber : Kalu hafalan ya biasa…santri cuma disuruh menghafal pelajaran atau nadhoman yang kemaren dipelajari atau yang besok dipelajari…trus nanti disetorkan ke ustadz yang ngajar…

Peneliti : Yang klasikal sendiri bagaimana pak?

Narasumber : Klasikal itu kayak di sekolah umum...formal…tapi tetepkitabkuning yang dipelajari….pembelajaranya di kasih kelas-kelas atau jenjang…jadi ada jenjang ibtidaiyah, tsanawiyah, aliyah…

Peneliti : Kemudian sorogan itu apa Pak?

Narasumber : Naaahhh….kalu yang metode ini saya lebih suka…sebab guru tau betul perkembangan santrinya...mereka pada belajar apa gak….kan modelnya gini kang…santri itu disuruh ngadep ustadznya...trus santri itu baca kitab, menerangkan apa yang dibaca tadi…kemudian nanti ditanya-tanya alasan, kok dibaca gini kenapa...i‟robnya gimana, tasrifnya gimana…macem-macem….jadi santri dirusuh betul serius belajar kitab…

Peneliti : Terakhir dari yang dikatakan njenengan tadi Pak, yakni metode musywaroh. Bagaimana keterangan njenengan tentang metode musyawaroh?

Narasumber : Metode ini juga bagus kang….jadi santri berkumpul membahas suatu pelajaran...nanti ada yang mimpin satu sampai empat anak…itu nanti bergilir….smua santri

dapet jatah….intinya metode ini untuk pemecahan

masalah bagaimana mereka paham dengan pelajaranya…

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri

a. Faktor Pendukung

Dalam melaksanakan proses pendidikan di Pondok Pesantren Sunan Giri terdapat beberapa faktor pendukung antara lain, kesabaran para Kiyai dan Ustadz dalam membimbing para murid, ketekunan dan keuletan para santri dalam mengikuti pelajaran, dan dukungan dari masyarakat disekitar pondok pesantren yang mempunyai kerja sama yang baik.

Begitu pentingnya faktor tersebut, sehingga pembelajaran tidak akan dapat berjalan dengan baik jika hanya dengan menggunakan peralatan seadanya, seperti pena dan kertas saja.

Berikut hasil wawancara peneliti dengan narasumber Ustadz Abdul Aziz sebagai sekretasis Pondok Sunan Giri pada tanggal 22 Juli 2016, di kamar 13 PPSG:

Peneliti : Menurut pak Aziz, faktor apa yang mendukung terlaksananya pembelajaran di Pesantren Sunan Giri?

Narasumber : Yang jelas jenjang pendidikan yang cukup lama….memungkinkan santri belajar kitab kuning lebih dalam dan paham…sebagaimana yang diutarakan kitab ta‟limu al muta‟alim “nak golek

ilmu iku seng sue mangsane (kalau cari ilmu itu harus lama)”…biar paham betul..

Peneliti : Kira-kira masih ada faktor lain gak pak selain tadi?

Narasumber : Banyak lah…antara lain ustadz yang mengajar di Pesantren ini ya alumni sini juga, jadi tahu betul keadaan pondok,,, ada semangat ustadz, semangat santri…dan sebagainya…

b. Faktor Penghambat

Dalam melaksanakan proses pembelajaran dipesantren tentunya terdapat beberapa hambatan yang dirasakan oleh pengurus pondok, ustadz, maupun oleh para santri. Diantaranya adalah kurangnya sarana dan prasarana, dan karakter santri yang berbeda dalam proses belajar mengajar.

Berikut hasil wawancara peneliti dengan Ustadz Burhanudin pada tanggal 23 Juli 2016, di Kantor PPSG:

Peneliti : Faktor apa saja, yang menghambat terlaksananya kegiatan belajar mengajar kitab kuning di Pondok ini?

Narasumber : Banyak kang Topik…antaranya Sarana prasarana, Ruang belajar sedikit dan sempit buat menampung jumlah santri 35 dalam kelas dengan ukuran

4X6…..hal ini kurang efisien.., kemudiankeadaan santri yang kadang ada yang nyambungan dan kadang juga ada yang gak nyambungan…disini guru sulit mengkondisikan kelas…, Kemudian media pembelajaran, papan tulis yang masih pakek kapur itu juga kurang relevan hehehe

6. Solusi Untuk Mengatasi Hambatan Dalam Melaksanakan Pembelajaran

Dalam kegiatan proses pembelajaran tentunya banyak permasalahan yang memperlambat target atau tujuan pendidikan, seperti yang telah dipaparkan diatas. Hambatan-hambatan tersebut bisa teratasi dengan cara/solusi yang tepat. Solusi itu bisa timbul dari dalam maupun dari luar lembaga pesantren.

Solusi untuk mengatasi hambatan-hambatan pembelajaran di Pondok Pesantren Sunan Giri diantaranya menjalankan aturan-aturan atau undang-undang pesantren yang telah berlaku, menjalankan kurikulum sesuai dengan semestinya, dan menjalankan syarat-syarat mencari ilmu bagi santri sebagaimana disebutkan dalam kitab ta‟limmuta‟alim (cerdas, ada kemauan, sabar, memiliki bekal, adanya pengajar, waktu belajar yang lama).

Berikut hasil wawancara peneliti dengan narasumber Ustadz Abdul Aziz dan Ustadz Burhanudin pada tanggal 24 Juli 2016, di kamar 13 PPSG:

Peneliti : Menurut bapak-bapak ini solusi apa untuk mengatasi hambatan atau kendala dalam proses kegiatan belajar mengajar di Pondok Sunan Giri ini? Di mulai dari Pak Burban dulu, kemudian baru Pak Aziz.

Ustadz Burhan : Kalau saya kang…kembalikan lagi pada kitab ta‟lim lagi… syarat supaya hasil dalam mencari ilmu itu adalah cerdas, ada kemauan, sabar, memiliki bekal, ada yang mengajar, waktu belajar itu lama…saya kira kalau itu dicermati sudah cukup….

Ustadz Aziz : Kalau saya ya kang, sebagai pengurus….pesantren ini tentunya ada aturan-aturan atau undang-undangnya lah…ya kita tinggal tegakkan aja bareng-bareng aturan itu…kurikulum yang ada tinggal dijalani semestinya aja….

BAB IV ANALISIS DATA

A. Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri 1. Kurikulum Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses interaksi, pentransferan ilmu pengetahuan dan pengalaman oleh pendidik kepada peserta didik. Begitu juga dalam dunia pesantren, proses pembelajaran di dunia pesantren melalui interaksi antara kiyai dan santri, tentunya dengan menggunakan metode khusus ala pesantren bersifat klasik. Merupakan ciri khas pesantren dalam penyampaian materi bahwa kitab kuning karangan para ulama dari dulu hingga sekarang masih eksis dan semakin digemari didunia pesantren. Kitab-kitab yang diajarkan di pesantren ini pada

umumnya karangan dari ulama yang bermazhab Syafi‟iyah. Alasan

pesantren menggunakan kitab-kitab karangan ulama Syafi‟iyah dikarenakan hampir seluruh masyarakat muslim di Indonesia adalah bermazhab Syafi‟iyah. Hal ini lah yang menyebabkan mazhab Syafi‟iyah akan semakin kuat di Indonesia yang didukung melalui pesantren- pesantren diseluruh tanah air.

Jika dilihat dari tampilan kitab-kitab yang dikaji di pesantren semuanya berbahasa arab. Materi ini tentunya menunjukkan arti bahwa tujuan pendidikan pesantren adalah bagaimana para santri mampu

memahami sumber hukum Islam yang utama (al-Quran dan Hadis). Ilmu nahwu, tasrif, balaghoh, tafsir dan ilmu-ilmu lainya dipesantren hanya berupa materi pendukung pemahaman terhadap Al-Quran dan Hadis.

Berikut ini materi pendukung untuk memahami isi Al-Quran dan Hadis:

a. Ilmu alat (nahwu dan sorof), tujuan pembelajaran pada materi ini adalah agar para santri mengetahui susunan dan makna bahasa arab dimulai dari perkata (mufrodanya) hingga perkalimat-kalimat, maupun mengetahui asal usul dan perubahan-perubahan sebuah kata dan kalimat. Dari pembelajaran ini diharapkan agar santri mengetahui secara dalam makna yang diharapkan dari kata tersebut. b. Ilmu balaghoh dan mantiq, kajian pada ilmu balaghoh dan mantiq ini ditujukan agar para santri tidak membaca mentah-mentah makna yang terkandung dalam bahasa arab, dikarenakan bahasa arab sering kali menggunakan kata majas, atau menggunakan pinjaman kata, sehingga sering kali kelompok tertentu salah mengartikan dan menafsirkan Al-Quran dan Hadis.

c. Ulumul Quran (ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Al-Quran) termasuk didalamnya: tafsir, asbabun nuzul, tajwid, qiro‟ati, nasikh mansukh dan lainya. Ilmu-ilmu ini termasuk pedukung dalam memahami teks dalam Al-Quran. Agar santri mengetahui betul alasan, tujuan diturunkannya ayat demi ayat Al-Quran.

d. Ilmu hadis, termasuk Mustholahu Al-Hadis dan Hadis-Hadis (Shohih Bukhori, Shohih Muslim, Sunan Ibnu Majah, Mukhtaru Al- Hadis dan sebagainya) yang mendukung menafsirkan isi Al-Quran. e. Ilmu ushul fiqih dan ilmu fiqih. Ushul fiqih yakni ilmu pengambilan

dalil dan menggali hukum dari suatu ayat. Sedangkan ilmu fiqih merupakan hukum-hukum hasil dari para ulama yang diambil dari Al-Quran dan Hadis.

Setidaknya, keilmuan diatas mampu mendukung untuk memahami Al-Quran dan Hadis, sehingga santri mengetahui aturan, perintah, dan larangan Allah. Sebagaimana tujuan kehidupan manusia untuk beribadah kepada Allah SWT.

Bahan ajar diatas adalah karangan ulama masa kejayaan Islam.Berbeda dengan materi yang diajarkan disekolah umum, materi yang diajarkan bersifat kreatif, artinya ada pembaruan dalam materi. 2. Metode Pembelajaran

`Selanjutnya mengenai metode yang diterapkan di sekolah umum dan di pesantren pun sudah berbeda. Di sekolah umum metode yang digunakan adalah metode–metode baru, sesuai dengan perkembangan zaman, yang disesuaikan dengan keadaan siswa, sedangkan di pesantren, metode yang digunakan adalah metode klasik (warisan para ulama) berupa metode bandongan, sorogan, klasikal dan sebagainya yang menolak metode pembaruan. Didunia pesantren yang dipentingkan adalah

bagaimana menumbuhkan jiwa santri yang berakhlakul karimah sesuai dengan aturan syariat Islam sekaligus menghidup-hidupkan (nguri-uri dan ngalap berkah) dari para ulama dahulu.

Justru dari pembelajaran yang bersistem klasik inilah pesantren terbukti mampu mendidik anak menjadikan pribadi yang baik. Pesantren telah mampu mendidik anak menjadi diri yang soleh dan solehah.

Pembelajaran dipesantren meskipun bersifat klasik, namun santri tidak hanya disuruh untuk belajar mampu membaca sebuah kitab saja, akan tetapi santri dituntut langsung untuk mengamalkan isi dari kitab tersebut, sehingga antara belajar dan praktek berjalan bersamaan, seperti kata pepatah arab “al-„ilmu bilaa „amalin kasy-syajaroti bilaa tsamrotin”, nampaknya pepatah ini sangat tepat ditujukan kepada pesantren, yang telah mampu menerapkan ilmu sekaligus bagaimana cara pengamalan ajaran kitab.

Sebuah kritikan perlu disampaikan bahwa didunia pesantren nampaknya agak tidak peduli dengan perkembangan dunia yang serba menggunakan elektronik (bukan berarti tidak peduli sama sekali). Adanya pesantren menolak perkembangan zaman bukan tidak beralasan, bahwa pesantren telah mengetahui dampak dari kemajuan zaman yang merusak moralitas anak bangsa. Nampaknya dalam hal ini pesantren lebih mengutamakan pendidikan dan pengetahuan tentang agama secara mendalam dibandingkan dengan perkembangan dunia modern.

Lebih dasar lagi, demi terlaksananya metode pembelajaran yang efektif, guru merupakan tokoh utama atau yang bertanggung jawab besar dalam tercapainya tujuan pendidikan. Oleh karena itu guru harus mampu menguasai materi belajar sekaligus mampu menguasai metode pembelajaran. Dalam hal ini tentunya tertuju pada penguasaan metode pembelajaran kitab kuning yang biasa terlaku di pesantren.

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri

1. Faktor Pendukung

Peneliti setuju jika pesantren harus tetap melaksanakan proses belajar dengan menggunakan ke-khasan dari pesantren. Faktor pendukung yang benar-benar sebagai penentu kemajuan dan perkembangan lembaga pendidikan adalah terletak bagaimana lembaga itu sendiri mengelola pesantren, disamping ustadz sebagai tokoh utama keberhasilan suatu pendidikan.

Selain itu, perlu dingat bahwa pesantren sangat erat kaitanya dengan istilah “barokah”, entah bagaimana proses barokah itu berjalan, akan tetapi pesantren telah mengakuinya dan meyakininya bahwa barokah adalah bagian yang sangat penting dalam penentuan keberhasilan seorang santri. Meskipun santri sendiri tidak paham isi kitab, tapi jika santri telah mendapatkan barokah atau ridho dari kiyai, maka santri menjadi paham

materi kitab. Hal ini peneleti meyakininya jika barokah itu disertai dengan usaha keras dari santri.

2. Faktor Penghambat

Faktor penghambat pembelajaran kitab kuning dikembalikan lagi pada sistem kerja pesantren atau aturan-aturan pesantren.

Pada penelitian ini Pesantren Sunan Giri dalam masalah kepengurusan nampak masih sulit untuk melaksanakan dan mengembangkan program kerja pondok. Hal ini dikarenakan santri yang belajar ilmu di Pesantren Sunan Giri datang dengan berbagai macam latar belakang yang berbeda-beda, membuat pesantren ini kesulitan untuk mengatur dan menjalankan aturan yang ada.

C. Upaya Untuk Mengatasi Faktor-Faktor Penghambat Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri

Berbagai komplek persoalan-persoalan proses pembelajaran yang timbul dari berbagai arah, baik dari kelembagaan, pengajar, maupun dari santri. Persoalan-persoalan ini bukan tidak ada jalan keluar, begitu banyak solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Semisal, metode bandongan yang diterapkan pada proses pembalajaran di pondok pesantren, metode ini dalam pemahaman kitab kurang begitu relevan, karena pengajar hanya membacakan kitab, mendektekan kata perkata yang diikuti santri dengan jumlah banyak, dan hanya sedikit menjelaskan isi dari kitab yang diajarkan. Menurut peneliti metode bandongan ini harus tetap dilaksanakan, demi menjaga adat

kepesantrenan, akan tetapi disela-sela pembacaan kitab kuning yang dibaca, juga harus dijelaskan secara mendetail sehingga murid paham betul isi kandungan yang disampaikan didalam kitab. Karena menurut peneliti metode bandongan bagi santri terasa keberatan jika tidak ada penjelasan dari pengajar tentang masalah-masalah yang telah disampaikan.

Sebenarnya hambatan-hambatan yang dirasakan Pesantren Sunan Giri bisa teratasi melalui sistem kelembagaan itu sendiri, bagaimana pesantren menjalankan programnya, bagaimana ketegasan dan kebijakan pesantren, harus diberjalankan sesuai dengan semestinya.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri (PPSG) Krasak kec. Argomulyo kota Salatiga telah berjalan sesuai dengan adat kepesantrenan yang serba klasik, materi yang diajarkan adalah kitab karangan ulama kuno yang bermazhab Syafi‟iyah.

1. Metode Pembelajaran Kitab Kuning pada pondok pesantren yang biasa digunakan adalah metode klasikal, bandongan, sorogan, diskusi, hafalan, tanya jawab, ceramah, dan demonstrasi.

2. Penerapan metode pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri sesuai dengan metode warisan turun temurun dari para ulama salaf yakni: a) metode klasikal (perpaduan metode konvensional) yang pembelajaranya berjenjang dan berkelas-kelas, b) metode bandongan yakni santri menyimak/mengikuti apa yang disampaikan ustadz, c) metode sorogan yakni ustadz menyimak/mengikuti apa yang disampaikan santri, d) metode diskusi sebagai pemecahan masalah, dan e) metode hafalan adalah metode untuk mengingat materi ajar.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri

Faktor Pendukung yaitu: Pengajian keilmuan dengan waktu yang cukup lama, materi ilmu alat (nahwu dan sorof) yang dikaji secara rinci dan mendalam, peraturan pondok yang cukup ketat, dan ustadz yang mengajar adalah alumni PPSG yang terpilih.

Faktor Penghambat yaitu: Materi dan metode yang serba klasik terkadang membuat santri mudah bosan, kurangnya sarana dan prasarana, sulitnya pentranslitan (penerjemahan) bahasa kitab.

B. Saran

1. Bagi Pondok Pesantren Sunan Giri

Telah diketahui materi ajar (kitab kuning) dan metode pembelajaran yang diterapkan di Pesantren Sunan Giri keduanya bersifat klasik dan konvensional, maka diharapkan lembaga melakukan ide yang inovatif agar pembelajaran berjalan dengan lancar dan juga melakukan pengembangan dana keuangan pondok semisal pengembangan KOPONTREN.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini masih bersifat global yang hanya berkisar pada metode pembelajaran saja. Maka diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar meneliti secara lebih rinci terutama pada perkembangan pondok, ustadz dan para santri.

3. Bagi Masyarakat Umum

Diharapkan agar orangtua lebih mempertimbangkan pendidikan anaknya, karena pendidikan sangat berpengaruh kepada perkembangan dan moral anak. Seperti menyerahkan putra putrinya di pesantren yang sesuai dengan ajaran syariat Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Armai, Arief. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Perss.

Barizi, Ahmad. 2002. Pendidikan Integratif: Akar Tradisi & Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam. Malang: UIN Maliki Press.

Darmansyah, Dasim. 2003. Model Pembalajaran Berbasis Portofolio Sosiologi. Bandung: Genesindo.

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Dhofier, Zamakhsyari. 1994. Tradisi Pesantren, studi tentang pandangan hidup kyai. Jakarta: LP3ES.

Furchan, Arief. 1992. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional.

Hamalik, Oemar. 2001. Cetakan Ketiga. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasbullah. 1996. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan.

Ismail, Faisal. 1997. Paradigma Kebudayaan.

Karcher, Wolfgang. trj. Sonhaji Saleh. 1988. Dinamika pesantren: kumpulan makalah seminar internasional “the role of pesantren in education and community development in indonesia”. Jakarta: P3M.

Madjid, Nurcholish. 1997. Bilik-Bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta: Paramadina.

Majid, Abdul. 2014. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: edisi revisi. Bandung: Remaja

Muhaimin, dan Abdul Mujib. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Trigenda Karya.

Nata, Abudin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Rosyad, Aminudin. 2003. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Uhamka Press. Sirajd, Said Aqil. 2004. Pesantren Masa Depan. Cirebon: Pustaka Hidayah.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta.

Syafaat, Aat, Sohari Sahrani & Muslih. 2008. Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam mencegah Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency). Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Uno, B. Hamzah. 2009. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Wahid, Abdurrahman. 2010. Menggerakkan Tradisi: Esai-Esai Pesantren. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.

Yasmadi. 2002. Modernisasi Pesantren, Kritik Nurcholish Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional. Jakarta: Ciputat Press.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

Nama : Muhammad Taufik

Tempat, Tanggal lahir : Banyuasin, 24 Februari 1994

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Dana Mulya, Kec. Pulau Rimau, Kab. Banyuasin, Prov. Sumatera Selatan

B. Jenjang Pendidikan

1. SD Negeri 9 Sumber Rejeki, Banyuasin, lulus pada tahun 2006 2. MTs Darul Muttaqin, Banyuasin, lulus pada tahun 2009

LAMPIRAN: CONTOH KITAB KUNING A. Kitab ihya‟ „Ulumi Ad-Din

LAMPIRAN: PEDOMAN WAWANCARA

1. Wawancara Tentang Metode Pembelajaran Kitab Kuning Peneliti : Muhammad Taufik

Narasumber : Ustadz Musbichin Wahid Hari, Tanggal : Jumat, 22 September 2016 Tempat : Kantor PPSG

Hasil wawancara :

Peneliti : Menurut Pak Ustadz metode apa saja yang digunakan di Pesantren ini?

Narasumber : Yaaa…seperti pesantren yang lain juga kang…ada bandongan, hafalan, klasikal, trusss sorogan, musyawarah juga…, tapi umumnya ya 5 itu...

Peneliti : Metode bandongan sendiri itu yang bagaimana pak?

Narasumber : Owhhh itu kayak gini kang…semisal didalam mesjid itu (isyaroh ke masjid Darunnajah di lokasi pesantren) mbah yai membaca kitab trus kita memberikan makna…istilah tepatnya ngesahi….

Peneliti : Kemudian yang metode hafalan bagaimana pak?

Narasumber : Kalu hafalan ya biasa…santri cuma disuruh menghafal pelajaran atau nadhoman yang kemaren dipelajari atau yang besok dipelajari…trus nanti disetorkan ke ustadz yang ngajar… Peneliti : Yang klasikal sendiri bagaimana pak?

Narasumber : Klasikal itu kayak di sekolah umum...formal…tapi tetep kitab kuning yang dipelajari….pembelajaranya di kasih kelas-kelas atau jenjang…jadi ada jenjang ibtidaiyah, tsanawiyah, aliyah… Peneliti :Kemudian sorogan itu apa Pak?

Narasumber : Naaahhh….kalu yang metode ini saya lebih suka…sebab guru tau betul perkembangan santrinya...mereka pada belajar apa

gak….kan modelnya gini kang…santri itu disuruh ngadep ustadznya...trus santri itu baca kitab, menerangkan apa yang dibaca tadi…kemudian nanti ditanya-tanya alasan, kok dibaca

gini kenapa...i‟robnya gimana, tasrifnya gimana…macem-

macem….jadi santri dirusuh betul serius belajar kitab…

Peneliti : Terakhir dari yang dikatakan njenengan tadi Pak, yakni metode musywaroh/diskusi. Bagaimana keterangan njenengan tentang metode ini?

Narasumber : Metode ini juga cukup bagus kang….jadi santri berkumpul membahas suatu pelajaran...nanti ada yang mimpin satu sampai empat anak…itu nanti bergilir….smua santri dapet jatah….intinya metode ini untuk pemecahan masalah bagaimana mereka paham dengan pelajaranya…

2. Wawancara Tentang Faktor Pendukung Pembelajara Kitab Kuning Peneliti : Muhammad Taufik

Narasumber : Ustadz Abdul Aziz

Hari, Tanggal : Jumat, 22 September 2016 Tempat : Kamar 13 PPSG

Peneliti : Menurut pak Aziz, faktor apa yang mendukung terlaksananya pembelajaran di Pesantren Sunan Giri?

Narasumber : Yang jelas jenjang pendidikan yang cukup lama….memungkinkan santri belajar kitab kuning lebih dalam dan paham…sebagaimana yang diutarakan kitab ta‟limu al muta‟alim “nak golek ilmu iku seng sue mangsane (kalau cari ilmu itu harus lama)”…biar paham betul tentang materinya.. Peneliti : Kira-kira masih ada faktor lain gak Pak selain tadi?

Narasumber : Banyak lah…antara lain ustadz yang mengajar di Pesantren

Dokumen terkait