METODE PEMBELAJARAN KITAB KUNING
DI PONDOK PESANTREN SUNAN GIRI
KRASAK KEC. ARGOMULYO KOTA SALATIGA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga Untuk memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
MUHAMMAD TAUFIK
NIM: 111 12 220
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Motto
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan:
1. Bapak dan Ibu serta Keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi dan doanya dengan ikhlas.
2. KH. Maslihuddin Yazid, KH. Muslimin Al-Asy‟ari, dan K. Sa‟dullah sebagai guru spiritual dan pencerah hati.
3. Seluruh Ustadz Pondok Pesantren Sunan Giri yang telah mendidik dalam memahami agama.
4. Seseorang yang oleh Allah akan dipertemukan penulis dengan rahmat dan anugerah-Nya, semoga kita bersama-sama menggapai cinta dengan Ridho-Nya.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang maha memberikan pengampunan, rahmat, taufik, dan hidayah-Nya kepada kita. Semoga kita selalu mensyukurinya. Solawat dan salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, para tabi‟in, para ulama, para guru kita dan kepada kita semua, Amin.
Syukur Alhamdulillah penulis telah menyelesaikan karya ilmiah ini dengan berbagai macam usaha, demi menyelesaikan tugas, tanggungjawab, dan kewajiban supaya memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Maka penulis membuat karya ilmiah ini dengan judul “METODE
PEMBELAJARAN KITAB KUNING DI PONDOK PESANTREN SUNAN GIRI KRASAK KEC. ARGOMULYO KOTA SALATIGA” . Tentunya bantuan dari
berbagai pihak ikut serta terselesainya karya ini, maka penulis ucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK).
4. Ibu Dra. Urifatun Anis M.Pd.I., selaku pembimbing skripsi, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan dukungan kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini berjalan lancar sampai selesai.
5. Ibu Dra. Jamiatul Islamiyah M.Ag., selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan selama masa kuliah. 6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu
pengetahuan, sehingga peneliti mampu menyelesaikan penelitian skripsi ini.
7. Karyawan-karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan.
8. Kedua orang tua penulis Bapak Bahrudin Khumaidi dan Ibu Tri Rahayu, yang senantiasa membimbing, mendidik dengan sabar dan penuh kasih sayang, serta doa yang tidak pernah luput untuk penulis.
9. KH. Maslihudin Yazid, KH. Muslimin Al-Asy‟ari, K. Sa‟dullah, sertapara Ustadz Pondok Pesantren Sunan Giri yang telah membantu banyak hal baik doa maupun usaha, terutama dalam hal pemberian informasi mengenai penulisan skripsi ini.
Semoga bantuan bapak dan ibu diatas menjadi amal saleh dan mendapatkan imbalan yang setimpal dari Allah SWT.
ABSTRAK
Muhammad Taufik. 2016. Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri Krasak Kec. Argomulyo Kota Salatiga. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Urifatun Anis, M.pd.I.
Kata Kunci: Metode Pembelajaran, Kitab Kuning, Pondok Pesantren Sunan Giri Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui metode-metode pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri. Pertanyaan yang ingin dijawab pada penelitian ini adalah (1) Apa sajakah metode pembelajaran kitab kuning yang diterapkan di Pondok Pesantren?, (2) Bagaimana penerapan metode pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri?, (3) Apa saja faktor pendukung dan penghambat pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif dengan rancangan studi penelitian lapangan (field research). Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi sebagai alat pengumpulan data dari sumber data primer maupun sekunder.
Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini adalah: (1) Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren yang digunakan berupa metode klasikal, bandongan, sorogan, diskusi, hafalan, ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi. (2) Penerapan metode pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri sesuai dengan metode warisan turun temurun dari para ulama salaf yakni: metode klasikal (perpaduan metode konvensional) yang pembelajaranya berjenjang dan berkelas-kelas, metode bandongan yakni santri menyimak apa yang disampaikan ustadz, metode sorogan yakni ustadz menyimak apa yang disampaikan santri, metode diskusi sebagai pemecahan masalah, metode hafalan sebagai pengingat materi ajar. (3) Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri, pertama faktor pendukung berupa pengajian keilmuan dengan waktu yang cukup lama, materi ilmu alat (nahwu dan sorof) yang dikaji secara rinci dan mendalam, peraturan pondok yang cukup ketat, dan ustadz yang mengajar adalah alumni PPSG yang terpilih, kedua faktor penghambat berupa materi dan metode yang serba klasik terkadang membuat santri mudah bosan, kurangnya sarana dan prasarana, serta sulitnya pentranslitan (penerjemahan) bahasa kitab.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN BERLOGO ... ii
HALAMAN DEKLARASI ... iii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... vi
MOTTO... vii
PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
ABSTRAK ... xii
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Kegunaan Penelitian ... 5
E. Penegasan Istilah ... 6
F. Metode Penelitian ... 10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Metode Pembelajaran ... 17
B. Pengertian Kitab Kuning ... 19
C. Jenis-Jenis Kitab Kuning... 19
D. Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren. 24 1. Metode Bandongan... 25
2. Metode Sorogan ... 26
3. Metode Diskusi... 28
4. Metode Hafalan ... 30
5. Metode Klasikal ... 31
BAB III HASIL PENELITIAN A. Kondisi Umum Pondok Pesantren Sunan Giri ... 33
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Sunan Giri ... 33
2. Latar Belakang Pendirian Pondok Pesantren Sunan Giri. 37 3. Data Pengurus Pondok Pesantren Sunan Giri ... 39
B. Penyelenggaraan Pembelajaran ... 40
1. Visi dan Misi Pondok Pesantren Sunan Giri ... 40
2. Kurikulum Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri ... 40
3. Pengajar Kitab Kuning ... 45
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran
kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri... 49 6. Solusi Untuk Mengatasi Hambatan Dalam
Melaksanakan Pembelajaran ... 51 BAB IV ANALISIS DATA
A. Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri ... 53 1. Kurikulum Pembelajaran ... 53 2. Metode Pembelajaran ... 55 B. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Kitab
Kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri ... 57 C. Upaya Untuk Mengatasi Faktor-Faktor Penghambat
Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Sunan
Giri ... 58 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 60 B. Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Agenda Harian……….. 43
Tabel 2: Agenda Mingguan………. 44
Tabel 3: Agenda Bulanan……… 45
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berbicara tentang metode pembelajaran berarti berbicara dunia pendidikan, didalam dunia pendidikan, guru sebagai salah satu komponen pendidikan dan merupakan suatu bidang profesi, mempunyai peranan yang sangat vital didalam proses belajar mengajar untuk membawa anak didiknya kepada kedewasaan dalam arti yang sangat luas. Bahkan boleh dikatakan bahwa keberhasilan suatu proses belajar mengajar ini terletak ditangan guru.
Pembelajaran sebagai perubahan dalam kemampuan, sikap, atau perilaku siswa yang relatif permanen sebagai akibat dari pengalaman atau pelatihan (Darmansyah, 2003: 3). Baik oleh orangtua, guru, dan masyarakat.
Oleh karena itu proses belajar mengajar yang dibabaki oleh guru tidak akan pernah tenggelam atau digantikan oleh alat atau lainnya. Pembelajaran pada intinya suatu proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Majid, 2014: 37). Maka hal itu perlu adanya metode-metode pembelajaran yang dijadikan pedoman untuk guru agar proses belajar mengajar lebih menarik yang nantinya mampu membentuk anak didiknya karena kedewasaan seperti yang diharapkan.
PAUD) sampai pada Perguruan Tinggi yang telah berkembang dan berperan dalam mencerdaskan anak bangsa. Lain halnya dengan pendidikan formal, masih banyak pendidikan non formal yang tetap memiliki eksistensi yang tinggi dalam kehidupan masyarakat Indonesia baik yang bersifat tradisional maupun yang bersifat modern, semua mengalami perkembangan dan kemajuan yang pesat, serta selalu mendapatkan perhatian dari pemerintah Indonesia, yang salah satunya adalah lembaga pendidikan pondok pesantren.
Pesantren sebagai bentuk lembaga pendidikan non formal merupakan salah satu jenis lembaga pendidikan Islam di Indonesia bersifat tradisional, yang tujuan pendidikannya adalah untuk mendalami ilmu-ilmu agama dan mengamalkanya sebagai pedoman dalam hidup sehari-hari atau disebut dengan Tafaqquh Fiddin.
Penyelenggaran lembaga pendidikan pesantren berbentuk asrama yang merupakan komunitas tersebut diasuh oleh kiyai atau ulama dan dibantu oleh para ustadz. Tujuan pendidikan di pesantren adalah untuk membentuk watak dan peribadi yang berbudi, berakhlakul karimah, serta sebagai penerus dan penegak agama dan negara. Ini sebabnya pesantren telah diakui sebagai lembaga pendidikan yang telah ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.
Indonesia (Depag RI, 2003: 1), dan pesantren telah menjangkau hampir seluruh lapisan masyarakat muslim yang mampu menampung berjuta santri.
Semakin banyaknya pesantren yang berdiri yang bersifat modern, tidak menjadikan lemahnya eksistensi pesantren yang masih bersifat Salaf. Terbukti pada salah satu pesantren yang berada dikawasan Kota Salatiga, yaitu Pondok Pesantren Salaf Sunan Giri Krasak, Ledok, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga yang tetap mempertahankan eksistensinya sebagai pondok pesantren yang masih menerapkan metode-metode pembelajaran yang bersifat salafiyah (klasik) seperti metode pembelajaran sorogan, bandongan, musyawaroh, dan sebagainya.
Pesantren ini tentunya memiliki keunikan tersendiri dalam proses pembelajaran yang membuat peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang metode pembelajaran yang telah diterapkan. Pesantren ini juga telah menghasilkan lulusan yang dapat mengembangkan ilmu agama di daerah masing-masing, diantaranya mendirikan pondok pesantren, mendirikan TPA, dan mendirikan majlis ta‟lim.
Kajian kitab kuning di Pesantren Sunan Giri mengajarkan kitab besar yang hanya dipelajari di pondok ini se kota Salatiga, semisal kitab „Uqudu Al -Juman (sastra arab) dan masih banyak lainya.
Realita yang ada ini, menjadikan ide pokok bagi penulis untuk membedah eksistensi pondok pesantren salaf, dengan memfokuskan pada hal-hal yang mendasar yang ada pada pondok pesantren tersebut. Sehingga penulis hendak melakukan penelitian dengan judul “METODE
PEMBELAJARAN KITAB KUNING DI PONDOK PESANTREN SUNAN GIRI KRASAK KEC.ARGOMULYO KOTA SALATIGA”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penelitian ini difokuskan pada rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa sajakah metode pembelajaran kitab kuning yang diterapkan di Pondok Pesantren?
2. Bagaimana penerapan metode pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri Krasak Kec. Argomulyo Kota Salatiga?
3. Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam proses pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri Krasak Kec. Argomulyo Kota Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
2. Untuk mengetahui implikasi metode pembelajaran kitab kuning yang diterapkan di Pondok Pesantren Sunan Giri Krasak Kec. Argomulyo Kota Salatiga.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam proses pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri Krasak Kec. Argomulyo Kota Salatiga.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi semua pihak baik secara teoritis maupun secara praktis.
1. Kegunaan Secara Teoritis
a. Untuk menambah wawasan dalam rangka pengembangan pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan yang masih eksis di negeri ini.
b. Untuk menambah pengetahuan tentang berbagai macam metode pembelajaran kitab kuning di pesantren sebagai sarana dalam proses pembelajaran.
c. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai reverensi bagi peneliti berikutnya.
2. Kegunaan Praktis
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak Pondok Pesantren Sunan Giri Krasak Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga untuk lebih memperbaiki metode pembelajaran kitab kuning yang ada.
c. Sebagai masukan bagi masyarakat pada umumnya untuk lebih memperhatikan putra-putrinya dengan mengarahkan pada pendidikan yang menciptakan Akhlakul Karimah seperti Pondok Pesantren Sunan Giri Krasak Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari adanya salah penafsiran dan supaya mudah dalam memahami penelitian ini yang berjudul “METODE PEMBELAJARAN
KITAB KUNING DI PONDOK PESANTREN SUNAN GIRI KRASAK KEC. ARGOMULYO KOTA SALATIGA”, maka penulis perlu memaparkan
penegasan istilah-istilah dalam judul tersebut.
1. Metode Pembelajaran a. Metode
Berikut penjelasan tentang pengertian kata metode:
metode ialah suatu sistem atau cara yang mengatur suatu cita-cita.
2) Metode menurut Abudin Nata (1997: 91) dapat berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Kesimpulan peneliti dari pemaparan metode menurut tokoh diatas bahwa metode adalah cara/jalan menuju tujuan.
b. Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang belajar (Depdiknas, 2008: 17).
Menurut Aminudin Rosyad (2003: 11) pembelajaran merupakan proses yang terjadi yang membuat orang atau sejumlah orang, yaitu peserta didik melakukan proses belajar sesuai dengan rencana pengajaran yang telah diprogramkan.
Pengertian tentang metode dan pembelajaran diatas penulis menyimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara atau jalan dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh seseorang untuk menjadikan orang belajar sesuai tujuan yang diprogramkan.
2. Kitab Kuning
sebagian besar pelajaran pesantren memfokus pada kitab-kitab lama dan bahasa arab (kitab kuning) dan kajian-kajian kontroversi didalamnya (trj. Sonhaji, 1988: 254). Pada umumnya kajian kitab kuning di pondok pesantren berupa nahwu, sorof, fiqih, aqidah, tasawuf, hadis dan lain sebagainya. Dinamakan kitab kuning karena memang kertas yang digunakan dalam kitab-kitab tersebut berwarna kuning. Maklum saja istilah ini bertujuan memudahkan orang dalam menyebut. Sebutan kitab kuning ini adalah khas Indonesia. Ada juga yang menyebutnya kitab gundul. Ini karena disandarkan pada kata perkata dalam kitab yang tidak berharokat, bahkan tidak ada tanda bacanya sama sekali, tak seperti layaknya kitab-kitab belakangan. Istilah kitab kuno juga sebutan lain kitab kuning (Ali Yafi, 1988: 3).
Penggalian hazanah budaya Islam melalui kitab-kitab klasik salah satu unsur yang terpenting dari keberadaan sebuah pesantren dan yang membedakan dengan lembaga pendidikan lainnya. Maka pengajaran “kitab-kitab kuning” telah menjadi karakteristik yang merupakan ciri
3. Pondok Pesantren a. Pondok
Pondok yang digunakan dalam bahasa jawa berarti madrasah dan asrama sebagai tempat mengaji dan belajar agama Islam (Purwodarminto, 2006: 906).
Pondok berasal dari bahasa arab funduq, yang berarti hotel, asrama, rumah dan tempat tinggal sederhana (Hasbullah, 1996: 138). Pada intinya pondok merupakan tempat tinggal para santri, berbentuk rumah yang berkamar-kamar yang digunakan demi kelangsungan proses belajar mengajar.
b. Pesantren
Perkataan pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri (Dhofier, 1994: 18).
Sedangkan asal usul kata “santri”, dalam pandangan
Nurcholish Madjid dapat dilihat dari dua pendapat. Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa “santri” berasal dari perkataan
“sastri”, sebuah kata dari bahasa sansekerta yang artinya Melek
Huruf. Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa perkataan santri
sesungguhnya berasal dari bahasa jawa, dari kata “cantrik”, berarti
Pesantren adalah asrama dan tempat murid-murid belajar mengaji dan menuntut ilmu terutama yang berkaitan dengan agama Islam (Purwodarminto, 2006: 884).
Pondok pesantren berarti asrama dan madrasah yang digunakan untuk tempat belajar mengaji dan menuntut ilmu dalam bidang agama Islam yang pembelajaranya masih menggunakan model-model dan metode-metode pembelajaran terdahulu (tradisional).
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subjek) itu sendiri (Bogdan & Taylor, 1992: 21-22). Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan sebagainya) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tepat sebagaimana adanya.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian pada skripsi ini adalah di Pondok Pesantren Sunan Giri yang beralamatkan di Jl. Argowilis, Dsn. Krasak, Kel. Ledok, Kec. Argomulyo, Kota Salatiga.
3. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrumen, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan
sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuanya (Sugiyono, 2009: 220).
Seluruh proses dalam penelitian yang melakukanya adalah peneliti itu sendiri.
4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah: a. Data Primer
b. Data Sekunder
Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2009: 225). Dokumen yang didapat dari lokasi pondok, profil pondok, sejarah pondok, visi-misi pondok. Data sekunder merupakan data penguat untuk melengkapi informasi yang telah ditemukan.
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data tentang metode pembelajaran kitab kuning yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Sunan Giri, peneliti menggunakan beberapa metode, yaitu:
a. Metode Observasi
Metode observasi adalah suatu metode penelitian yang digunakan dengan jalan pengamatan suatu obyek dengan seluruh indra. Jadi observasi dapat dilakukan melalui penglihatan, pendengaran, peraba dan pengecap (Arikunto, 1999: 146).
b. Metode Interview
Interview adalah kegiatan pengumpulan data dengan cara bertanya secara langsung kepada responden (Furchan, 1992: 23). Peneliti secara langsung menemui narasumber dan memberikan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan tema yang diangkat.
Dalam penelitian ini tentunya yang menjadi narasumber adalah kiyai, ustadz, dan para santri Pondok Pesantren Sunan Giri, dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan metode pembelajaran kitab kuning yang telah diterapkan di pesantren.
Metode pengumpulan data interview ini merupakan pendukung dari metode pengamatan, jadi sekali terjun ke lapangan peneliti juga mewawancarai narasumber yang terkait.
c. Metode Dokumentasi
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2009: 240). Dokumentasi memberikan informasi yang lebih konkrit mengenai sejarah, letak geografisnya, visi-misi, stuktur organisasi dan lain sebagainya. 6. Analisis Data
pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2009: 244).
7. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk memperoleh keabsahan data, maka peneliti menggunakan teknik trianggulasi, adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2009: 331). Ada dua macam trianggulasi yang digunakan, yaitu:
a. Trianggulasi Sumber Data
Trianggulasi sumber data berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama (Sugiyono, 2011: 241).
b. Trianggulasi Metode
Trianggulasi metode dilakukan dengan cara mengecek derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama (Moleong, 2011: 331). 8. Tahap-tahap Penelitian
a. Tahap Pra Lapangan
Tahap pra lapangan yaitu memperhatikan segala macam persoalan dan segala macam persiapan sebelum peneliti terjun kedalam kegiatan penelitian, berupa: menyusun rancangan penelitian, mengurus perizinan kepada pihak pondok pesantren, menjajaki dan menilai keadaan, memilih dan memanfaatkan informasi, serta menyiapkan perlengkapan penelitian.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada tahap ini peneliti harus bersungguh-sungguh dalam memahami latar penelitian dan mempersiapkan diri dengan segala daya dan upayanya, memasuki lapangan dengan berperan serta sambil mengumpulkan data.
c. Tahap Analisis Data
Pada tahap ini dikemukakan konsen analisis data juga dipersoalkan bahwa analisis data itu dibimbing oleh usaha untuk menemukan data dan kesimpulan.
G. Sistematika Penulisan
1. Bab I Pendahuluan
Pada bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
2. Bab II Landasan Teori
Landasan teori pada bab ini meliputi: Pengertian metode pembelajaran, Pengertian kitab kuning, Jenis-jenis kitab kuning, Metode pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri Krasak Kec. Argomulyo kota Salatiga.
3. Bab III Hasil Penelitian
Pada bab ini berisi: Kondisi umum pondok pesantren dan penyelenggaraan pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri Krasak kec. Argomulyo kota Salatiga.
4. Bab IV Analisis Data
Penganalisisan data pada skipsi ini adalah Metode pembelajaran kitab kuning, faktor pendukung dan penghambat pembelajaran kitab kuning, dan upaya untuk mengatasi faktor-faktor penghambat pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri Krasak kec. Argomulyo kota Salatiga.
5. Bab V Penutup
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Metode Pembelajaran
Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa “metode”
adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksana kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa metode mengandung arti adanya urutan kerja yang terencana, sistematis dan merupakan hasil eksperimen ilmiah guna mencapai tujuan yang telah direncanakan (Armai, 2002: 87). Sementara itu pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Oemar Hamalik menjelaskan pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran (2001: 57).
Pentingnya penggunaan metode dalam mengajar diungkapkan oleh Zuharini (1983: 79), yaitu karena metode merupakan salah satu komponen dari pada proses pendidikan, metode merupakan alat mencapai tujuan yang didukung oleh alat-alat bantu mengajar, dan metode merupakan alat kebulatan dalam suatu sistem pendidikan.
Dalam pemilihan suatu metode yang hendak digunakan dalam pembelajaran, Abu al Ainain (dalam Nafi‟, 2007: 70) mengingatkan ada 6
prinsip untuk menentukan baik tidaknya metode pendidikan Islam dilihat dari filsafat pendidikan Islam, yaitu:
1. Bersumber dan diambil dari jiwa ajaran dan akhlak Islam yang mulia, sehingga menjadi bagian terpadu dengan materi dan tujuan pendidikan Islam.
2. Fleksibel, dapat menerima perubahan dan penyesuaian dengan keadaan dan suasana proses pendidikan.
3. Selalu menghubungkan teori dengan praktik, proses belajar dengan amal, dan harapan dengan pemahaman secara terpadu.
4. Menghindarkan cara-cara mengajar yang bersifat meringkas, karena ringkasan-ringkasan itu merusak kemampuan-kemampuan rinci keilmuan yang berguna.
6. Menghormati hak dan kedudukan pendidik untuk memilih metode yang menurutnya sesuai dengan watak pelajaran dan warga belajar yang mengikutinya.
B. Pengertian Kitab Kuning
Pengajaran kitab-kitab Islam klasik, terutama karangan-karangan ulama
yang menganut faham Syafi‟iyah, merupakan satu-satunya pengajaran formal
yang diberikan dalam lingkungan pesantren (Dhofier, 1994: 50).
Sistem pembelajaran Islam dengan melalui budaya kitab-kitab klasik salah satu unsur yang terpenting dari keberadaan sebuah pesantren dan yang membedakanya dengan lembaga pendidikan yang lainnya. Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional tidak dapat diragukan lagi berperan sebagai pusat transmisi dan desiminasi ilmu-ilmu ke-Islaman, terutama yang bersifat kajian-kajian klasik (Yasmadi, 2002: 67). Hal inilah yang menjadikan ciri khas pesantren, yakni sebagai sebuah lembaga pendidikan dengan materi-materi yang diajarkan adalah hasil karya-karya ulama kuno.
Pada intinya kitab kuning merupakan kitab Islam klasik atau kitab-kitab lama dalam bahasa arab karangan ulama yang menganut faham Syafi‟iyah yang merupakan ciri khas dalam proses belajar mengajar di pondok
pesantren.
C. Jenis-Jenis Kitab Kuning
pengajianya, dilihat dari kreatifitas penulisanya, dan dilihat dari penampilan urainnya.
1. Dilihat Dari Kandungan Maknanya
Kitab kuning dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu: a) Kitab yang berbentuk penawaran atau penyajian ilmu secara polos
(naratif) seperti sejarah, hadis, dan tafsir.
b) Kitab yang menyajikan materi yang berbentuk kaidah keilmuan, seperti nahwu, sorof, ushul fiqih, dan mustalah hadis (istilah-istilah yang berkenaan dengan hadis).
2. Dilihat Dari Kadar Pengajianya
Kitab kuning dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a) Mukhtasar yaitu kitab yang tersusun secara ringkas dan menyajikan pokok-pokok masalah, baik muncul dalam bentuk nadhom atau syi‟ir (puisi) maupun dalam bentuk nasr (prosa).
b) Syarah yaitu kitab yang memberikan uraian panjang lebar, menyajikan argumentasi ilmiah secara komparatif dan banyak mengutip ulasan para ulama dengan argumentasi masing-masing. c) kitab kuning yang penyajian materinya tidak terlalu ringkas dan
3. Dilihat Dari Kreatifitas Penulisanya
Kitab kuning dapat dikelompokkan menjadi tujuh macam, yaitu: a) Kitab yang menampilkan gagasan baru, seperti kitab Ar- Risalah
(kitab ushul fiqih) karya Imam Syafi‟i, Al-„Arud Wa Al-Qowafi
(kaidah-kaidah penyusunan sya‟ir) karya Imam Khalil bin Ahmad Farahidi, atau teori-teori ilmu kalam yang dimunculkan oleh Washil bin „Atho‟, Abu Hasan al Asy‟ari, dan lain-lain.
b) Kitab yang muncul sebagai penyempurnaan terhadap karya yang telah ada, seperti kitab nahwu (tata bahasa arab) karya Imam Sibawaih yang menyempurnakan kitab Abu Aswad Ad-Duwali. c) Kitab yang berisi keterangan (syarah) terhadap kitab yang telah ada,
seperti kitab hadis karya Ibnu Hajar Al-Asqolani yang memberikan komentar terhadap kitab Shahih Bukhari.
d) Kitab yang meringkas karya yang panjang lebar, seperti kitab Lubb Al-Usul (buku tentang ushul fiqih) karya Zakariya Al-Ansori sebagai ringkasan dari Jam‟u Al-Jawami‟ (buku tentang ushul fiqih) karya As-Subki.
e) Kitab yang berupa kutipan dari berbagai kitab lain seperti „Ulumu Al-Quran (buku tentang ilmu-ilmu Al-Quran) karya Al-„Aufi. f) Kitab yang memperbarui sistematika kitab yang telah ada, seperti
g) Kitab yang berisi kritik, seperti kitab Mi‟yaru Al-„Ilmi (sebuah buku yang meluruskan kaidah-kaidah logika) karya Al-Ghozali.
4. Dilihat Dari Penampilan Urainnya Kitab memiliki lima dasar, yaitu:
a) Mengulas pembagian sesuatu yang umum menjadi khusus, sesuatu yang ringkas menjadi terperinci, dan seterusnya.
b) Menyajikan redaksi yang teratur dengan menampilkan beberapa pernyataan dan kemudian menyusun kesimpulan.
c) Membuat ulasan tertentu ketika mengulangi uraian yang dianggap perlu, sehingga penampilan materinya tidak acak-acakan dan pola pikirnya dapat lurus.
d) Memberikan batasan-batasan jelas ketika penulisnya menurunkan sebuah definisi.
e) Menampilkan beberapa ulasan dan argumentasi yang dianggap perlu.
Martin Van Bruinessen (dalam Yasmadi,2002: 69-70) merinci kekayaan hazanah kitab-kitab klasik yang dipelajari di pondok pesantren yang sesuai dengan kategori keilmuan sebagai berikut:
1. Dalam ilmu fiqih dipelajari kitab-kitab sebagai berikut: Fathu Al-Mu‟in, I‟anatu Ath-Tholibin, Taqrib, Fathu Al-Qorib, Kifayatu Al-Akhyar,
Bajuri, Minhaju Ath-Tholibin, Minhaju Ath-Thulab, Fathu Al-Wahab,
Minhaju Al-Qowim, Safinah, Kasyifatu As-Saja, Sullamu Al-Munajat,
„Uqudu Al-Lujain, Sittin, Muhadzab, Bughyatu Al-Mustarsyidin,
Mabadi Fiqhiyyah, dan Fiqhu Al-Wadhih. Untuk kelengkapan ilmu fiqih
biasanya juga dikenal ilmu ushul fiqih yang mempelajari kitab-kitab: Lathaifu Al-Isyarat, Jam‟u Al-Jawami‟, Faroidu Al-Bahiyyah, Waroqot,
Al-Asybah wa Al-Nadlair, Bayan, dan Bidayatu Al-Mujtahid.
2. Dalam ilmu sorof mempelajari: Kaylani (syarah Kaylani), Maqshud (syarah Maqshud), Amtsilatu Al-Tashrifiyah, dan Bina‟.
3. Dalam ilmu nahwu: Al-Imriti (syarah Al-Imriti), Al-Jurumiyah (syarah Al-Jurumiyah), Mutammimah, Asymawi, Al-Fiyah Ibnu
Malik,Al-FiyahIbnu „Aqil, Dahlan Al-Fiyah, Qothru Al-Nada, Awamil, Qawaidu Al-I‟rob, Nahwu Wadlih, dan Qawaidu Al-Lughoh.
4. Sedangkan dalam ilmu balaghoh: Jauharu Al-Maknun, „Uqudu Al-Juman, dan lain sebagainya.
Zulam, Jawahiru Kalamiyah, Husnu Hamidiyah, Aqidatu
Al-Islamiyah.
6. Dalam ilmu tafsir: Al-Jalalain, Tafsir Al-Munir, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Baidhawi, Jami‟u Al-Bayan, Al-Maraghi, dan Tafsiru Al-Manar.
7. Dan kitab-kitab hadis: Bulughu Al-Maram, Subulu As-Salam, Riyadhu As-Sholihin, Shahih Bukhari, Tajridu As-Shorih, Jawahiru Al-Bukhari,
Shahih Muslim, Arba‟in An-Nawawi, Majalishu As-Saniyah, Duratu
An-Nashihin, dan lain-lain.
8. Dalam ilmu tasawuf: Ta‟limu Al-Muta‟alim, Washaya, Akhlaqu Li Al -Banat, Akhlaqu Li Al-Banin, Irsyadu Al-„Ibad, Minhaju Al-Abidin,
Al-Hikam, Risalatu Al-Mu‟awanah wa Al-Mudzaharah, Bidayatu
Al-Hidayah, Ihya‟ Ulumu Ad-Din, dan lain sebagainya.
D. Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren
Metode pembelajaran kitab kuning merupakan cara-cara yang digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar demi tercapainya tujuan pembelajaran kitab kuning. Metode-metode pembelajaran diharapkan agar sesuai dengan keadaan dan kondisi suatu lembaga pendidikan, kiyai, maupun santri itu sendiri.
1. Metode Bandongan
Metode pembelajaran ini biasanya berlangsung satu jalur (monolog), yakni kiyai membacakan, menerjemahkan, dan kadang-kadang memberi komentar, sedang santri atau anak didik mendengarkan penuh perhatian sambil mencatat makna harfiah (sah-sahan)-nya dan memberikan simbol-simbol I‟rob (kedudukan kata dalam struktur kalimat)-nya (Barizi, 2002: 65).
Armai (2002: 154) mengungkapkan dalam bukunya bahwa metode bandongan adalah kiyai menggunakan bahasa daerah setempat, kiyai membaca, menerjemahkan, menerangkan kalimat demi kalimat kitab yang dipelajarinya, santri secara cermat mengikuti penjelasan yang diberikan oleh kiyai dengan memberikan catatan-catatan tertentu pada kitabnya masing-masing dengan kode-kode tertentu sehingga kitabnya disebut kitab jenggot karena banyaknya catatan yang menyerupai jenggot seorang kiyai.
Lebih lanjut Armai juga menjelaskan tentang kelebihan dan kekurangan metode bandongan yaitu:
a. Kelebihan metode bandongan
1) Lebih cepat dan praktis untuk mengajar santri yang jumlahnya banyak.
3) Materi yang diajarkan sering diulang-ulang sehingga memudahkan anak untuk memahaminya.
4) Sangat efisien dalam mengajarkan ketelitian memahami kalimat yang sulit dipelajari.
b. Kekurangan metode bandongan
1) Metode ini dianggap lamban dan tradisional, karena dalam penyampaian materi sering diulang-ulang.
2) Guru lebih kreatif dari pada siswa, karena proses belajarnya berlangsung satu jalur (monolog).
3) Dialog antara guru dan murid tidak banyak terjadi sehingga murid cepat bosan.
4) Metode bandongan ini kurang efektif bagi murid yang pintar karena materi yang disampaikan sering diulang-ulang sehingga terhalang kemajuanya (2002: 155-156).
2. Metode Sorogan
Metode sorogan adalah pengajian yang merupakan permintaan dari seorang atau beberapa orang santri kepada kiyainya untuk diajari kitab tertentu, pengajian sorogan biasanya hanya diberikan kepada santri-santri yang cukup maju, khususnya yang berminat hendak menjadi kiyai (Madjid, 1997: 28).
Al-Quran atau kitab-kitab bahasa arab dan menerjemahkan kata demi kata kedalam bahasa tertentu yang pada giliranya murid mengulangi dan menerjemahkan kata perkata sepersis mungkin seperti yang dilakukan gurunya (1994: 28).
Adapun kelebihan dan kekurangan metode sorogan adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan metode sorogan
1) Terjadi hubungan yang erat dan harmonis antara guru dengan murid.
2) Memungkinkan bagi seorang guru untuk mengawasi, menilai dan membimbing semaksimal kemampuan seorang murid dalam menguasai bahasa arab, serta murid mendapatkan penjelasan yang pasti tanpa harus mereka-reka tentang interpretasi suatu kitab karena berhadapan dengan guru secara langsung yang memungkinkan terjadinya tanya jawab.
3) Guru dapat mengetahui secara pasti kualitas yang telah dicapai muridnya.
b. Kekurangan metode sorogan
1) Tidak efisien karena hanya menghadapi beberapa murid (tidak lebih dari 5 orang), sehingga kalau menghadapi murid yang banyak metode ini kurang begitu tepat.
2) Membuat murid cepat bosan karena metode ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan, dan disiplin pribadi.
3) Murid kadang hanya menangkap kesan verbalisme semata terutama mereka yang tidak mengerti terjemahan dari bahasa tertentu.
3. Metode Diskusi
Metode diskusi dapat diartikan sebagai jalan untuk memecahkan sesuatu permasalahan yang memerlukan jawaban alternatif yang dapat mendekati kebenaran dalam proses belajar mengajar (Armai, 2002: 149-150). Didalam forum diskusi atau munadhoroh ini, para santri biasanya mulai pada jenjang menengah, membahas atau mendiskusikan suatu kasus dalam kehidupan masyarakat sehari-hari untuk kemudian dicari pemecahanya secara fiqih. Dan pada dasarnya para santri tidak hanya belajar memetakan dan memecahkan suatu permasalahan hukum namun didalam forum tersebut para santri juga belajar berdemokrasi dengan menghargai pluralitas pendapat yang muncul dalam forum (Nafi‟ dkk,
Berikut kelebihan dan kekurangan metode diskusi menurut Armai (2002: 148-149):
a. Kelebihan metode diskusi
1) Suasana kelas lebih hidup, sebab siswa mengarahkan perhatian atau pikiranya kepada masalah yang sedang didiskusikan. 2) Dapat menaikkan prestasi kepribadian individu, seperti sikap
toleransi, demokrasi, berfikir kreatif, sistematis, sabar dan sebagainya.
3) Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami oleh siswa atau santri, karena mereka mengikuti proses berfikir sebelum sampai kepada suatu kesimpulan.
b. Kekurangan metode diskusi
1) Kemungkinan ada siswa yang tidak ikut aktif, sehingga diskusi baginya hanyalah merupakan kesempatan untuk melepaskan tanggungjawab.
2) Sulit menduga hasil yang dicapai, karena waktu yang dipergunakan untuk diskusi cukup panjang.
4. Metode Hafalan
serta melatih daya kognisinya, ingatan dan fantasinya (Muhaimin, 1993: 276).
a. Kelebihan metode hafalan
1) Cara baik untuk mengingat pelajaran sekaligus melatih daya ingat santri.
2) Bagi santri yang menyukai metode ini akan mendukung pemahaman terhadap kitab.
b. Kekurangan metode hafalan
1) Memungkinkan akan terjadi kebosanan pada diri santri jika metode ini dijalankan terus menerus.
2) Bagi santri yang ingatanya minim akan menyita banyak waktu, karena waktu belajar hanya digunakan untuk menghafal.
5. Metode Klasikal
Abdurrahman Wahid akrab dengan panggilan Gus Dur menjelaskan bahwa pemberian pengajaran tradisional ini dapat berupa pendidikan formal di sekolah atau madrasah dengan jenjang pendidikan yang bertingkat-tingkat, maupun pemberian pengajaran dengan sistem halaqoh (lingkaran) dalam bentuk pengajian weton dan sorogan. Ciri
utama dari pengajian tradisional ini adalah cara pemberian pengajaranya yang ditekankan pada penangkapan harfiyah (letterlijk) atas suatu kitab (teks) tertentu. Pendekatan yang digunakan ialah menyelesaian pembacaan kitab (teks) tersebut, untuk kemudian dilanjutkan dengan pembacaan kitab (teks) lain. Ciri utama ini masih dipertahankan hingga dalam sistem sekolah atau madrasah, sebagaimana dapat dilihat dari mayoritas sistem pendidikan di pesantren dewasa ini (2010: 71).
Meskipun pemberian pengajaran bersitem sedemikian rupa, Gus Dur nampaknya masih berpendapat bahwa pemberian pengajaran tradisional di pesantren masih bersifat non klasikal (tidak didasarkan pada unit mata pelajaran), walaupun di sekolah atau madrasah yang ada di pesantren dicantumkan juga kurikulum klasikal (2010: 71-72). Akan tetapi paling tidak madrasah yang ada di pesantren telah berjalan dan berkurikulumkan klasikal.
6. Metode Tanya Jawab
135-136). Metode Tanya jawab ialah penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab.
7. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah penerangan atau penuturan secara lisanoleh guru terhadap kelas (Rama, 2001: 133). Metode inilah yang selama ini seringdigunakan dalam pengajaran di dalam kelas pada pesantren.
Metode ceramah dalam pengajaran kitab kuning di lembaga pendidikan formal dapat digunakan apabila guru ingin menyampaikan hal-hal baru yang merupakan penjelasan atau generalisasi darimateri/bahan pengajaran yang disampaikan. Menurut Nana Sudjana, metode ceramah ini wajar digunakan apabila guru ingin mengajarkan topik baru, tidak ada sumber bahan pelajaran pada siswa, dan menghadapi sejumlah siswa yang cukup banyak (Sudjana, 2000: 78). 8. Metode Demonstrasi
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Umum Pondok Pesantren Sunan Giri
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Sunan Giri
Pondok Pesantren Salafiyah Sunan Giri ini terletak di kota Salatiga, tepatnya di Jl. Argowilis No. 15-16 Krasak Ledok Argomulyo Salatiga.
Pesantren ini pada mulanya dirintis oleh Kiyai Muslimin Al-Asy'ari pada tahun 1992, dengan jumlah santri yang sedikit yakni delapan orang. Pesantren ini belum diberi nama, belum memiliki tempat menetap (pondok), belum memiliki tempat belajar. Sehingga segala aktifitas para santri belum sesuai dengan adat kepesantrenan. Para santri sendiri masih tinggal bersama dirumah kiyai dan di masjid.
Ditahun yang sama Kiyai Muslimin berinisiatif mengajak musyawarah dengan para kiyai setempat yakni Kiyai Maslihuddin, Kiyai Zumrani, dan Kiyai Sa‟dullah supaya mendirikan sebuah lembaga
ditunjuk sebagai ketua masyayikh, beliau merupakan alumni PP-MHM Ngunut, yakni Kiyai Maslihuddin.
Kiyai Maslihuddin merupakan alumni Pondok Pesantren Madarasah Hidayatul Mubtadiin Ngunut, Tulungagung, Jawa Timur, beliau ketika masih menyantri di PP-MHM merupakan pimpinan (lurah pondok) di salah satu unit pondok yakni Unit Sunan Giri, Pesantren Hidayatul Mubtadiin. Alasan inilah yang membuahkan hasil diberikanya nama pesantren yang berada di dukuh krasak argomulyo dengan nama Sunan Giri. Nama ini pun telah disepakati oleh para dewan masyayikh.
Peresmian Pondok Pesantren Sunan giri pada tahun 1992, di resmikan langsung oleh KH. Ali Shodiq Umam, pengasuh PP-MHM Ngunut, Tulungagung, Jawa Timur, dengan simbol peletakan batu pertama.
Adapun nama-nama dewan masyayikh Pondok Pesantren Sunan Giri adalah :
a. Romo Kiyai H. Maslikhuddin Yazid b. Romo Kiyai H. Muslimin Al-Asy'ari c. Romo Kiyai H. Zumroni
d. Romo Kiyai Sa'dulloh
Namun pembelajaran yang diberikan di pondok ini tidak kalah dibandingkan dengan pondok lain yang ada di wilayah Salatiga dan sekitarnya.
Adapun kitab yang saat ini dikaji, antara lain : a. Awwamil Al-Jurjani
b. Al-Jurumiyah c. Al-Imriti
d. Alfiyah Ibnu Malik e. Jauharu Al-Maknun f. 'Uqudu Al-Juman
Pengkajian kitab di Sunan Giri tidak hanya itu saja, namun masih banyak lagi kemungkinan kurikulumnya sama dengan kitab-kitab yang dikaji di pondok-pondok yang lainnya.
Berikut adalah identitas lengkap lembaga pendidikan Islam Pondok Pesantren Sunan Giri:
a. Nama Pondok Pesantren : Sunan Giri
b. Status : Yayasan
c. Nomor Telp /Hp : (0298)322179
d. Alamat : Jalan Argowilis No. 15-16Krasak, Ledok, Argomulyo, Salatiga 1) Kelurahan : Ledok
3) Kota : Salatiga
e. Nama Pendiri :
1) KH. Muslimin Al-Asyari 2) KH. Maslihuddin Yazid 3) Alm. KH. Zumroni 4) K. Sa‟dullah
f. Tahun Berdiri : 1992 g. Nama Pengasuh :
1) KH. Maslihuddin Yazid 2) KH. Muslimin Al-Asyari 3) K. Sa‟dullah
h. Nama Yayasan : Sunan Giri i. Status Yayasan : Diakui
j. Waktu Belajar : Ba‟da Maghrib k. Tempat Belajar : Gedung Madrasah l. Status Tempat Belajar : Milik Sendiri m. Status Tanah Rencana
Gedung : Milik Sendiri
n. Luas Tanah : 627 m2
o. No. Sertifikat Tanah : 110311061003542 p. Luas Bangunan : 300 m2
r. Keadaan siswa :
1) Laki – laki : 223 Orang 2) Perempuan : 150 Orang
s. Sumber dana : 1. Swadaya Santri
2. Para Donatur Masyarakat 3. Pemerintah Daerah 4. Kementerian Agama 5. Usaha lain yang halal 2. Latar Belakang Pendirian Pondok Pesantren Sunan Giri
Kebutuhan akan pengetahuan ilmu agama pada zaman modern ini harus tetap dikembangbiakan, mengingat generasi muda saat ini telah banyak mengikuti budaya-budaya luar yang keluar dari garis syariat Islam.
dan Anggaran Rumah Tangga (AD-ART) Pondok Pesantren Sunan Giri, alasan berdirinya pondok pesantren ini adalah:
a. Pesantren ini didirikan berdasarkan sumber hukum Islam yang empat dan juga perundangan negara, sesuai pada AD-ART bab II (Visi, Misi, Landasan, Asas, dan Prinsip), Pasal 4 berbunyi: Pesantren ini berlandaskan kepada Al-Qur‟an, Hadis, Ijma‟, Qiyas serta perundangan yang berlaku.
b. Pada bab III (Fungsi, Peran, Tujuan, dan Usaha), pasal 7: Pesantren berfungsi sebagai pusat tholabu al-`ilmi, pembinaan akhlaqu al-karimah, kegiatan dakwah, pengembangan keterampilan, dan kepedulian sosial di lingkungan Pondok Pesantren Sunan Giri dan masyarakat pada umumnya.
c. Pasal 8, Pesantren berperan :
1) Merintis, menyelenggarakan dan membina kegiatan-kegiatan pendidikan dakwah dan kegiatan sosial di Pondok Pesantren Sunan Giri
2) Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak dalam rangka kegiatan kepesantrenan.
3) Mempublikasikan seluruh kegiatan yang ada dalam binaan Pondok Pesantren Sunan Giri.
d. Pasal 9:
2) Terbentuknya generasi yang berpengetahuan luas dan berkhidmat pada masyarakat.
3) Melindungi secara legal terhadap kegiatan-kegiatan positif yang ada didalam dan diluar lingkungan pesantren. 4) Meningkatkan kualitas akhlak, ibadah, skill, dakwah para
santri dan para alumni.
3. Data Pengurus Pondok Pesantren Sunan Giri a. Pengasuh : KH. Maslihuddin Yazid
: KH. Muslimin Al-Asy‟ari : K. Sa‟dullah
b. Ketua Umum : Musbichin Wahid c. Sekretaris : Abdul Aziz d. Bendahara : Ma‟mun Zuhri e. Kepala Bagian
1) Pendidikan : Muhammad Toni Azka 2) Keamanan : Ridholillah
3) Humas : Mutakalim 4) Perlengkapan : Agus Rohani
B. Penyelenggaraan Pembelajaran
1. Visi dan Misi Pondok Pesantren Sunan Giri Visi:
a. Pesantren merupakan syiar tholabu al-„ilmi dan sumber pengetahuan Islam untuk mencapai Ridho Allah SWT.
b. Mencetak kader-kader ulama dan menciptakan masyarakat Islami yang berhaluan ahlu as-sunnah wa al-jama‟ah.
Misi:
a. Mempersiapkan pribadi umat yang berilmu pengetahuan, berakhlak mulia, dan berkhidmat kepada agama, masyarakat dan negara. b. Mengajarkan ilmu pengetahuan agama dan umum menuju
terbentuknya kader ulama yang taqwa.
2. Kurikulum Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri
Kurikulum pembelajaran di Pondok Pesantren Sunan Giri tentunya masih berkisar pada kajian ke-Islaman. Pengkajian kitab-kitab dipesantren ini ada dua jenis, yaitu: Madrasah Diniyah (formal) dan pengajian kitab diluar madrasah (non formal).
dimulai pukul 18:30-21:00 WIB (untuk kelas 6 Ibtidaiyah, jenjang Tsanawiyah, dan jenjang Aliyah).
Berikut ini merupakan mata pelajaran (kitab-kitab) yang dikaji sesuai jenjang pendidikan berdasarkan data yang diperoleh peneliti: a. Madrasah Diniyah (Formal)
1) Madrasah Diniyah Ibtidaiyah
a) Kelas 1 mempelajari: Tahaji, Fasholatan, Doa‟iyah, Yan Bu‟a,danAl-Quran.
b) Kelas 2 mempelajari: Fasholatan, Al-Quran, Do‟aiyah, Tarikh Islam, Bahasa Arab,danYan Bu‟a.
c) Kelas 3 mempelajari: Fasholatan, Al-Quran, Tauhid Jawi, Tarikh Islam, Bahasa Arab, dan Yan Bu‟a.
d) Kelas 4 mempelajari: Hidayatu As-Sibyan, Al-Quran, Alaa laa, Mabadi Fiqh, Akhlaq Jawi,dan Aqidatu Al-Awam.
e) Kelas 5 mempelajari: Tashilu Mubtadi, Tuhfatu Al-Athfal, „Izzu Al-Adab, Khoridatu Bahiyah, Taisiru
Al-Kholaq, dan Tuhfatu Al-Mubtadiin.
f) Kelas 6 mempelajari: Al-Jurumiyah, Qo‟idatu As -Sorfiyah(juz 1), I‟lal, Tasrif Isthilahi, Nuru Al-Yaqin,
2) Madrasah Diniyah Tsanawiyah
a) Kelas 1 mempelajari: Imriti, Tashrif Lughowi, Al-Maqsud, Qo‟idatu As-Sorfiyah (juz 2), Al-I‟lal, Tahliyah,
Fathu Al-Qorib,dan Jawahiru Al-Kalamiyah.
b) Kelas 2 mempelajari: Al-Fiyah Ibnu Malik (juz 1), Qowa‟idu Al-I‟rob, I‟rob, Fathu Al-Qorib, Ta‟limu Al -Muta‟alim, dan Mukhtaru Al-Ahadis.
c) Kelas 3 mempelajari: Al-Fiyah Ibnu Malik (juz 2), Kifayatu Al-„Awam, Rohabiyah, Waroqot, Mushtholahu Al-hadis,
Mukhtaru Al-Ahadis, danFathu Al-Mu‟in.
3) Madrasah Diniyah Aliyah
a) Kelas 1 mempelajari: Jawaharu Al-Maknun, Jam‟u Al -Jawami‟, Faroidu Al-Bahiyah, Fathu Al-Mu‟in, Sulamu Al
-Munawwaroq, dan „Ilmu Al-„Urudh.
b) Kelas 2 mempelajari: „Uqudu Al-Juman, Fathu Al-Mu‟in, Lathoifu Al-Isyarot, Jam‟u Al-Jawami‟, dan Kifayatu Al-Atqiya‟.
4) Ma‟had Ali
Tingkatan Ma‟had Ali merupakan jenjang pendidikan
tertinggi di Sunan Giri. Tingkatan ini diperuntukkan bagi para ustadz dan pengurus yang telah menyelesaikan pendidikan dijenjang Aliyah. Adapun kitab yang dikaji yakni kitab
Mau‟idhotu Al-Mukminindan Waroqot. Waktu pembelajaran
Ma‟had Ali dimulai pukul 18:45 WIB sampai pukul 20:00 WIB.
b. Pengajian Kitab Kuning Diluar Madrasah (Non Formal)
Asy‟ari bukhori
K. Sa‟dulloh Tankihul Qoul Madrasah
6 16.00 Umum
Sabtu Diskusi Tsanawiyah Sie Pendidikan Ibtidaiyah
3 Kamis Sore
Pengajian
Ta‟lim Umum KH. Maslihuddin
4 Malam
2 Bahsul Matsail Kondidional
3. Pengajar Kitab Kuning
Berikut adalah keadaan pengajar kitab kuning di Pesantren Sunan Giri berdasarkan data yang diperoleh peneliti:
Tabel 4: Pengajar Kitab Kuning
No Pengajar No Pengajar
1 KH. Maslihuddin Yazid 15 Ustadz H. Abdul Qodir 2 KH. Muslimin Al-Asy‟ari 16 Ustadz Nur Kholis Yazid
3 K. Sa‟dullah 17 Ustadz Jamali
4 Ustadz Slamet Rosyidi 18 Ustadz Musbihin Wahid
5 Ustadz Yasin 19 Ustadz Nurtadho
6 Ustadz Muhlison 20 Ustadz Slamet Ihsan 7 Ustadz Anas Muhlison 21 Ustadz Dzawil 8 Ustadz Nadhir 22 Ustadz Sanusi
10 Ustadz Misbah 24 Ustadz Ma‟mun Zuhri 11 Ustadz Yahya Hanafi 25 Ustadz Eka Setia Budi 12 Ustadz Mufid 26 Ustadz Nur Wahid 13 Ustadz Fauzan 27 Ustadz Imam Qusayri
14 Ustadz Musta‟in 28 Ustadz Da‟i Sholih
29 Ustadz M. Rosyidi 39 Ustadz Burhanudin 30 Ustadz Ratno Mustofa 40 Ustadz Ridho Lillah 31 Ustadz Ali Mustofa 41 Ustadz Sholahuddin 32 Ustadz Hasan Ali 42 Ustadz Ali Mahfudz 33 Ustadz Agus Rohani 43 Ustadz Yasin Mustofa 34 Ustadz Yusuf 44 Nyai Hj. „Aidah Shodaqoh 35 Ustadz Abdul Aziz 45 Ustadzah Hj. Fatimah Puji 36 Ustadz Ibnu Rosyadi 46 Ustadzah Isma
37 Ustadzah Atina AS 47 Ustadzah Asiyah 38 Ustadz Kalim
4. Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri
Metode pembelajaran merupakan cara berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar sesuai dengan kaidah pembelajaran. Sedangkan Pesantren Sunan Giri sendiri telah menerapkan metode pembelajaran sesuai dengan ciri khas kepesantrenan.
Menurut lurah pondok yakni Ustadz Musbichin Wahid mengatakan bahwa metode pembelajaran yang digunakan di Pesantren Sunan Giri masih menggunakan sistem ala pesantren (klasikal, bandongan, hafalan, sorogan, musyawaroh) sejak dulu hingga sekarang.
Peneliti : Menurut Pak Ustadz metode apa saja yang digunakandi Pesantren ini?
Narasumber : Yaaa…seperti pesantren yang lain juga kang…ada bandongan, hafalan, klasikal, trusss
sorogan,musyawarah juga…
Peneliti : Metode bandongan sendiri itu yang bagaimana?
Narasumber : Kayak gini kang…semisal didalam mesjid itu (isyaroh ke masjid Darunnajah di lokasi pesantren)mbah yai
membaca kitab trus kita memberikan makna…istilahnya
ngesahi….
Peneliti : Kemudian yang metode hafalan bagaimana pak?
Narasumber : Kalu hafalan ya biasa…santri cuma disuruh menghafal pelajaran atau nadhoman yang kemaren dipelajari atau
yang besok dipelajari…trus nanti disetorkan ke ustadz
yang ngajar…
Peneliti : Yang klasikal sendiri bagaimana pak?
Narasumber : Klasikal itu kayak di sekolah umum...formal…tapi tetepkitabkuning yang dipelajari….pembelajaranya di
kasih kelas-kelas atau jenjang…jadi ada jenjang
Peneliti : Kemudian sorogan itu apa Pak?
Narasumber : Naaahhh….kalu yang metode ini saya lebih suka…sebab guru tau betul perkembangan santrinya...mereka pada
belajar apa gak….kan modelnya gini kang…santri itu
disuruh ngadep ustadznya...trus santri itu baca kitab,
menerangkan apa yang dibaca tadi…kemudian nanti
ditanya-tanya alasan, kok dibaca gini kenapa...i‟robnya
gimana, tasrifnya gimana…macem-macem….jadi santri
dirusuh betul serius belajar kitab…
Peneliti : Terakhir dari yang dikatakan njenengan tadi Pak, yakni metode musywaroh. Bagaimana keterangan njenengan
tentang metode musyawaroh?
Narasumber : Metode ini juga bagus kang….jadi santri berkumpul membahas suatu pelajaran...nanti ada yang mimpin satu
sampai empat anak…itu nanti bergilir….smua santri
dapet jatah….intinya metode ini untuk pemecahan
masalah bagaimana mereka paham dengan
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri
a. Faktor Pendukung
Dalam melaksanakan proses pendidikan di Pondok Pesantren Sunan Giri terdapat beberapa faktor pendukung antara lain, kesabaran para Kiyai dan Ustadz dalam membimbing para murid, ketekunan dan keuletan para santri dalam mengikuti pelajaran, dan dukungan dari masyarakat disekitar pondok pesantren yang mempunyai kerja sama yang baik.
Begitu pentingnya faktor tersebut, sehingga pembelajaran tidak akan dapat berjalan dengan baik jika hanya dengan menggunakan peralatan seadanya, seperti pena dan kertas saja.
Berikut hasil wawancara peneliti dengan narasumber Ustadz Abdul Aziz sebagai sekretasis Pondok Sunan Giri pada tanggal 22 Juli 2016, di kamar 13 PPSG:
Peneliti : Menurut pak Aziz, faktor apa yang mendukung terlaksananya pembelajaran di Pesantren Sunan
Giri?
Narasumber : Yang jelas jenjang pendidikan yang cukup lama….memungkinkan santri belajar kitab kuning
lebih dalam dan paham…sebagaimana yang
ilmu iku seng sue mangsane (kalau cari ilmu itu
harus lama)”…biar paham betul..
Peneliti : Kira-kira masih ada faktor lain gak pak selain tadi?
Narasumber : Banyak lah…antara lain ustadz yang mengajar di Pesantren ini ya alumni sini juga, jadi tahu betul
keadaan pondok,,, ada semangat ustadz, semangat
santri…dan sebagainya…
b. Faktor Penghambat
Dalam melaksanakan proses pembelajaran dipesantren tentunya terdapat beberapa hambatan yang dirasakan oleh pengurus pondok, ustadz, maupun oleh para santri. Diantaranya adalah kurangnya sarana dan prasarana, dan karakter santri yang berbeda dalam proses belajar mengajar.
Berikut hasil wawancara peneliti dengan Ustadz Burhanudin pada tanggal 23 Juli 2016, di Kantor PPSG:
Peneliti : Faktor apa saja, yang menghambat terlaksananya kegiatan belajar mengajar kitab kuning di Pondok
ini?
Narasumber : Banyak kang Topik…antaranya Sarana prasarana, Ruang belajar sedikit dan sempit buat menampung
4X6…..hal ini kurang efisien.., kemudiankeadaan
santri yang kadang ada yang nyambungan dan
kadang juga ada yang gak nyambungan…disini guru
sulit mengkondisikan kelas…, Kemudian media
pembelajaran, papan tulis yang masih pakek kapur
itu juga kurang relevan hehehe
6. Solusi Untuk Mengatasi Hambatan Dalam Melaksanakan Pembelajaran
Dalam kegiatan proses pembelajaran tentunya banyak permasalahan yang memperlambat target atau tujuan pendidikan, seperti yang telah dipaparkan diatas. Hambatan-hambatan tersebut bisa teratasi dengan cara/solusi yang tepat. Solusi itu bisa timbul dari dalam maupun dari luar lembaga pesantren.
Solusi untuk mengatasi hambatan-hambatan pembelajaran di Pondok Pesantren Sunan Giri diantaranya menjalankan aturan-aturan atau undang-undang pesantren yang telah berlaku, menjalankan kurikulum sesuai dengan semestinya, dan menjalankan syarat-syarat mencari ilmu bagi santri sebagaimana disebutkan dalam kitab ta‟limmuta‟alim (cerdas, ada kemauan, sabar, memiliki bekal, adanya
Berikut hasil wawancara peneliti dengan narasumber Ustadz Abdul Aziz dan Ustadz Burhanudin pada tanggal 24 Juli 2016, di kamar 13 PPSG:
Peneliti : Menurut bapak-bapak ini solusi apa untuk mengatasi hambatan atau kendala dalam proses kegiatan belajar
mengajar di Pondok Sunan Giri ini? Di mulai dari Pak
Burban dulu, kemudian baru Pak Aziz.
Ustadz Burhan : Kalau saya kang…kembalikan lagi pada kitab ta‟lim lagi… syarat supaya hasil dalam mencari ilmu itu
adalah cerdas, ada kemauan, sabar, memiliki bekal,
ada yang mengajar, waktu belajar itu lama…saya kira
kalau itu dicermati sudah cukup….
Ustadz Aziz : Kalau saya ya kang, sebagai pengurus….pesantren ini tentunya ada aturan-aturan atau undang-undangnya
lah…ya kita tinggal tegakkan aja bareng-bareng aturan
itu…kurikulum yang ada tinggal dijalani semestinya
BAB IV ANALISIS DATA
A. Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri 1. Kurikulum Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses interaksi, pentransferan ilmu pengetahuan dan pengalaman oleh pendidik kepada peserta didik. Begitu juga dalam dunia pesantren, proses pembelajaran di dunia pesantren melalui interaksi antara kiyai dan santri, tentunya dengan menggunakan metode khusus ala pesantren bersifat klasik. Merupakan ciri khas pesantren dalam penyampaian materi bahwa kitab kuning karangan para ulama dari dulu hingga sekarang masih eksis dan semakin digemari didunia pesantren. Kitab-kitab yang diajarkan di pesantren ini pada
umumnya karangan dari ulama yang bermazhab Syafi‟iyah. Alasan
pesantren menggunakan kitab-kitab karangan ulama Syafi‟iyah dikarenakan hampir seluruh masyarakat muslim di Indonesia adalah bermazhab Syafi‟iyah. Hal ini lah yang menyebabkan mazhab Syafi‟iyah
akan semakin kuat di Indonesia yang didukung melalui pesantren-pesantren diseluruh tanah air.
memahami sumber hukum Islam yang utama (al-Quran dan Hadis). Ilmu nahwu, tasrif, balaghoh, tafsir dan ilmu-ilmu lainya dipesantren hanya berupa materi pendukung pemahaman terhadap Al-Quran dan Hadis.
Berikut ini materi pendukung untuk memahami isi Al-Quran dan Hadis:
a. Ilmu alat (nahwu dan sorof), tujuan pembelajaran pada materi ini adalah agar para santri mengetahui susunan dan makna bahasa arab dimulai dari perkata (mufrodanya) hingga perkalimat-kalimat, maupun mengetahui asal usul dan perubahan-perubahan sebuah kata dan kalimat. Dari pembelajaran ini diharapkan agar santri mengetahui secara dalam makna yang diharapkan dari kata tersebut. b. Ilmu balaghoh dan mantiq, kajian pada ilmu balaghoh dan mantiq ini ditujukan agar para santri tidak membaca mentah-mentah makna yang terkandung dalam bahasa arab, dikarenakan bahasa arab sering kali menggunakan kata majas, atau menggunakan pinjaman kata, sehingga sering kali kelompok tertentu salah mengartikan dan menafsirkan Al-Quran dan Hadis.
d. Ilmu hadis, termasuk Mustholahu Al-Hadis dan Hadis-Hadis (Shohih Bukhori, Shohih Muslim, Sunan Ibnu Majah, Mukhtaru Al-Hadis dan sebagainya) yang mendukung menafsirkan isi Al-Quran. e. Ilmu ushul fiqih dan ilmu fiqih. Ushul fiqih yakni ilmu pengambilan
dalil dan menggali hukum dari suatu ayat. Sedangkan ilmu fiqih merupakan hukum-hukum hasil dari para ulama yang diambil dari Al-Quran dan Hadis.
Setidaknya, keilmuan diatas mampu mendukung untuk memahami Al-Quran dan Hadis, sehingga santri mengetahui aturan, perintah, dan larangan Allah. Sebagaimana tujuan kehidupan manusia untuk beribadah kepada Allah SWT.
Bahan ajar diatas adalah karangan ulama masa kejayaan Islam.Berbeda dengan materi yang diajarkan disekolah umum, materi yang diajarkan bersifat kreatif, artinya ada pembaruan dalam materi. 2. Metode Pembelajaran
bagaimana menumbuhkan jiwa santri yang berakhlakul karimah sesuai dengan aturan syariat Islam sekaligus menghidup-hidupkan (nguri-uri dan ngalap berkah) dari para ulama dahulu.
Justru dari pembelajaran yang bersistem klasik inilah pesantren terbukti mampu mendidik anak menjadikan pribadi yang baik. Pesantren telah mampu mendidik anak menjadi diri yang soleh dan solehah.
Pembelajaran dipesantren meskipun bersifat klasik, namun santri tidak hanya disuruh untuk belajar mampu membaca sebuah kitab saja, akan tetapi santri dituntut langsung untuk mengamalkan isi dari kitab tersebut, sehingga antara belajar dan praktek berjalan bersamaan, seperti kata pepatah arab “al-„ilmu bilaa „amalin kasy-syajaroti bilaa tsamrotin”,
nampaknya pepatah ini sangat tepat ditujukan kepada pesantren, yang telah mampu menerapkan ilmu sekaligus bagaimana cara pengamalan ajaran kitab.
Lebih dasar lagi, demi terlaksananya metode pembelajaran yang efektif, guru merupakan tokoh utama atau yang bertanggung jawab besar dalam tercapainya tujuan pendidikan. Oleh karena itu guru harus mampu menguasai materi belajar sekaligus mampu menguasai metode pembelajaran. Dalam hal ini tentunya tertuju pada penguasaan metode pembelajaran kitab kuning yang biasa terlaku di pesantren.
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri
1. Faktor Pendukung
Peneliti setuju jika pesantren harus tetap melaksanakan proses belajar dengan menggunakan ke-khasan dari pesantren. Faktor pendukung yang benar-benar sebagai penentu kemajuan dan perkembangan lembaga pendidikan adalah terletak bagaimana lembaga itu sendiri mengelola pesantren, disamping ustadz sebagai tokoh utama keberhasilan suatu pendidikan.
Selain itu, perlu dingat bahwa pesantren sangat erat kaitanya dengan istilah “barokah”, entah bagaimana proses barokah itu berjalan,
materi kitab. Hal ini peneleti meyakininya jika barokah itu disertai dengan usaha keras dari santri.
2. Faktor Penghambat
Faktor penghambat pembelajaran kitab kuning dikembalikan lagi pada sistem kerja pesantren atau aturan-aturan pesantren.
Pada penelitian ini Pesantren Sunan Giri dalam masalah kepengurusan nampak masih sulit untuk melaksanakan dan mengembangkan program kerja pondok. Hal ini dikarenakan santri yang belajar ilmu di Pesantren Sunan Giri datang dengan berbagai macam latar belakang yang berbeda-beda, membuat pesantren ini kesulitan untuk mengatur dan menjalankan aturan yang ada.
C. Upaya Untuk Mengatasi Faktor-Faktor Penghambat Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri
kepesantrenan, akan tetapi disela-sela pembacaan kitab kuning yang dibaca, juga harus dijelaskan secara mendetail sehingga murid paham betul isi kandungan yang disampaikan didalam kitab. Karena menurut peneliti metode bandongan bagi santri terasa keberatan jika tidak ada penjelasan dari pengajar tentang masalah-masalah yang telah disampaikan.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri (PPSG) Krasak kec. Argomulyo kota Salatiga telah berjalan sesuai dengan adat kepesantrenan yang serba klasik, materi yang diajarkan adalah kitab karangan ulama kuno yang bermazhab Syafi‟iyah.
1. Metode Pembelajaran Kitab Kuning pada pondok pesantren yang biasa digunakan adalah metode klasikal, bandongan, sorogan, diskusi, hafalan, tanya jawab, ceramah, dan demonstrasi.