G. Ruang Lingkup Penelitian
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
5. Metode Pembelajaran Kooperatif
Tugas utama guru adalah menciptakan suasana proses belajar mengajar di dalam kelas agar terjadi interaksi kegiatan pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik. Salah satu keberhasilan belajar tergantung pada metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru di dalam kelas. Metode pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya guru boleh memilih metode pembelajaran yang sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan.Salah satu cara agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien serta tujuan belajar dapat tercapai adalah guru harus memiliki strategi-strategi tertentu. Langkah yang dapat ditempuh untuk memiliki strategi tersebut adalah penguasaan terhadap teknik- teknik penyajian atau biasa disebut dengan metode mengajar. Teknik penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh guru.
Metode atau method secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pelajaran dengan menggunakan faktor dan konsep secara sistematis (Syah, 1995: 202). Metode mengajar diartikan juga sebagai teknik guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, agar pelajaran tersebut
dapat ditangkap, dipahami, dan digunakan oleh siswa dengan baik (Roestiyah, 2001: 1).
Metode pembelajaran adalah cara (langkah) yang ditempuh dan direncanakan sebaik-baiknya untuk usaha yang bersifat sadar, disengaja, dan bertanggungjawab yang secara sistematis dan terarah pada pencapaian tujuan pengajaran. Salah satu metode yang perlu dikembangkan seiring dengan penerapan kurikulum berbasis kompetensi adalah metode pembelajaran kooperatif.Pembelajaran kooperatif adalah aktifitas belajar kelompok yang teratur sehingga ketergantungan pembelajaran pada struktur sosial pertukaran informasi antara anggota dalam kelompok dan tiap anggota bertanggungjawab untuk kelompoknya dan dirinya sendiri dan dimotivasi untuk meningkatkan pembelajar lainnya (Kessler, 1992: 8). Belajar kooperatif merupakan satu strategi pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan kumpulan-kumpulan kecil pelajar dengan memberi peluang untuk berinteraksi sesama mereka di dalam proses pembelajaran (Kadir, 2002: 54).
Metode pembelajaran kooperatif menciptakan sebuah revolusi pembelajaran di kelas. Tidak ada kelas yang sunyi selama proses pembelajaran, karena
pembelajaran dapat dicapai ditengah-tengah percakapan antara siswa. Guru dapat menciptakan suatu lingkungan kelas yang baru tempat siswa secara rutin dapat saling membantu satu sama lain, guna menuntaskan bahan ajar pada
akademiknya. Siswa diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat mereka tentang materi yang disampaikan.
Pengalaman belajar secara kooperatif menghasilkan keyakinan yang lebih kuat bahwa seseorang merasa disukai, diterima oleh siswa lain, dan menaruh perhatian tentang bagaimana kawannya belajar, dan ingin membantu kawannya belajar. Siswa sebagai subjek yang belajar merupakan sumber belajar bagi siswa lainnya yang dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan, misalnya diskusi, pemberian umpan balik, atau bekerja sama dalam melatih keterampilan- keterampilan tertentu (Suparno, 2001: 156).
Menurut Slavin (1995:12) belajar kelompok dalam pembelajaran kooperatif berbeda dengan belajar kelompok biasa. Metode pembelajaran kooperatif mempunyai karakteristik tertentu, yaitu:
a. Tujuan kelompok
Sebagian besar metode belajar kelompok ini mempunyai beberapa bentuk tujuan kelompok.
b. Pertanggung jawaban individu
Pertanggung jawaban individu dicapai dengan dua cara, pertama
memperoleh skor kelompok. Cara yang kedua dengan memberikan tugas khusus yaitu setiap siswa diberi tanggung jawab untuk setiap bagian dari tugas kelompok.
c. Kesempatan untuk sukses
Keunikan dalam metode belajar kelompok ini yaitu menggunakan metode scoring yang menjamin setiap siswa memiliki kesempatan untuk berperan aktif dalam kelompok mereka.
d. Kompetisi antar kelompok
Adanya kompetisi antar kelompok berarti memotivasi siswa untuk ikut aktif dan berperan dalam pembentukan konsep suatu materi.
Metode pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai 3 tujuan utama, yaitu: 1) pencapaian akademik; 2) penerimaan atau perbedaan;
3) mengembangkan kemampuan sosial (Arends, 1997: 111-112).
Ada beberapa alasan yang mendasari dikembangkan pembelajaran kooperatif, antara lain:
1) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial terhadap sesama. 2) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan,
informasi, perilaku sosial dan pandangan-pandangan. 3) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial. 4) Memudahkan siswa memahami lingkungan sosial.
5) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.
6) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois sehingga bisa tercipta hubungan yang sehat.
7) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa. 8) Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan
saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan. 9) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
10)Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif, tidak hanya dari satu pandangan saja sehingga nantinya akan ditemukan pemecahan masalah.
11)Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.
12)Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan
kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasinya juga (Nurhadi, 2004: 116).
Roger dan Johnson (2004: 31-35) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal,
mereka mengatakan bahwa ada 5 unsur yang harus diterapkan dalam pembelajaran cooperative, yaitu: 1) saling ketergantungan positif ;
2) tanggungjawab perseorangan; 3) tatap muka; 4) komunikasi antar anggota; 5) evaluasi proses kelompok.
Tabel 2. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif Dengan Pembelajaran Tradisional
Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Tradisional Adanya saling ketergantungan
positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif.
Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok. Adanya akuntabilitas individual
yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok. Kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para
anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang
memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.
Akuntabilitasi individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan anggota
kelompok yang lainnya hanya ’enak- enak saja’ di atas keberhasilan
temannya yang dianggap pemborong.
Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.
Kelompok belajar biasanya homogen.
Pemimpin kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok.
Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing.
Keterampilansosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.
Keterampilansosial sering tidak diajarkan secara langsung.
Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru terus
memberikan pemantauan melalui observasi dan melakukan
intervensi jika terjadi masalah dalam kerjasama antar anggota
Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.
Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Tradisional kelompok.
Guru memperhatikan secara langsung proses kelompok, yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Penekanan tidak hanya pada
penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling
menghargai).
Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.
(Nurhadi, 2004: 114-115)
Suhaida Abdul Kadir (2002: 59) menyebutkan bahwa berbagai metode belajar kooperatif yang sedang berkembang yaitu:
1) Belajar Bersama (Learning Together) oleh Johnson et al. di University of Minnesota.
2) Belajar dalam Bentuk Tim Siswa (Student Team Learning) oleh Slavin et al. di Johns Hopkins University.
3) Jigsaw oleh Aronson et al. di University of Texas.
4) Investigasi Kelompok (Group Investigation) oleh Sharan et al. di Tel Aviv University.
5) Pendekatan Berstruktur oleh Kagan di University of California, Riverside.
Belajar kooperatif cenderung menaikkan pencapaian pada semua tugas sekolah yang terkait, superioritas atas belajar kompetitif dan individualistik yang lebih jelas tampak dalam belajar konseptual dalam dan tugas-tugas pemecahan masalah (Usman H.B, 2001: 305). Menurut Yusuf (2004:15) pembelajaran kooperatif secara nyata semakin meningkatkan pengembangan sikap sosial dan belajar dari teman sekelompoknya dalam berbagai sikap positif yang memberikan gambaran bahwa pembelajaran kooperatif meningkatkan sikap sosial yang positif dan
kemampuan kognitif yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai karena adanya kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Selain itu juga guru memperhatikan secara langsung proses kelompok, yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar sehingga pemahaman siswa lebih optimal.
Berikut ini langkah-langkah yang harus diterapkan guru dalam pembelajaran kooperatif:
Tabel 3. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Fase Indikator Kegiatan Guru
1 Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memberi motovasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif.
2 Menyajikan informasi
Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan cara mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.
3 Mengorganisasikan siswa dalam
kelompok- kelompok
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas-tugas.
5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari dan juga terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok.
Berdasarkan tabel 3, apabila diperhatikan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif maka tampak bahwa proses demokrasi dan peran aktif siswa di kelas
sangat menonjol dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain (http://www.naskahakademik.net, 18 Agustus 2013).Metode pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan-kelebihan dibanding metode lain, di antaranya:
1) Meningkatkan kemampuan siswa. 2) Meningkatkan rasa percaya diri.
3) Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian. 4) Memperbaiki hubungan antar kelompok.
Metode pembelajaran kooperatif juga mempunyai kelemahan-kelemahan, antara lain:
1) Memerlukan persiapan yang rumit untuk melaksanakan. 2) Bila terjadi persaingan yang negatif maka hasilnya akan buruk.
3) Bila ada siswa yang malas atau ada yang ingin berkuasa dalam kelompok mengakibatkan usaha kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya. 4) Adanya siswa yang tidak memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam
kelompok belajar (Slavin, 1995:2).
Melihat kelemahan-kelemahan ini maka dalam pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif diperlukan seorang guru yang mampu menjadikan kondisi kelas yang kondusif dan sepenuhnya menguasai tentang metode pembelajaran kooperatif sehingga proses pelaksanaannya akan menjadi lancar dan siswa dapat berperan secara aktif dalam proses pembelajaran, serta siswa dapat bersaing secara positif.