• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

3. Metode Pembelajaran

Mengajar menurut Tirtaraharja (2005: 51) adalah aktivitas mengarahkan, memberikan kemudahan bagaimana cara menemukan sesuatu (bukan memberi sesuatu) berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh pelajar. Menurut Surakhmad (1982) metode mengajar adalah cara untuk mempermudah anak didik mencapai kompetensi tertentu. Hal ini berlaku baik

bagi guru maupun bagi siswa. Langkah memilih metode pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar adalah merupakan hal yang sangat penting, yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan dan prestasi belajar siswa.

Menurut Dahar Wilis (1996: 106) metode pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan dan cara pengorganisasian materi pelajaran, peralatan, dan bahan serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan pembelajaran, guru dituntut untuk memiliki kemampuan memilih metode pembelajaran yang tepat. Kemampuan tersebut sebagai sarana serta usaha dalam menentukan dan memilih metode pembelajaran untuk menyajikan materi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan program pembelajaran. Suatu metode pembelajaran dikatakan efektif dan efisien apabila metode tersebut dapat mencapai tujuan dengan waktu yang lebih singkat dari metode yang lain.

4. Quantum Teaching

a. Pengertian Quantum Teaching

Quantum teaching adalah penggubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya (DePorter et al., 2007: 3). Quantum teaching

menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses belajar melalui perpaduan unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah. Quantum teaching pada awalnya adalah badan ilmu pengetahuan dan metodologi yang digunakan dalam rancangan, penyajian, dan fasilitasi Super Camp.

Quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Semua kehidupan adalah energi, sedangkan learning artinya belajar. Belajar bertujuan untuk meraih sebanyak mungkin cahaya: interaksi, hubungan, dan inspirasi agar menghasilkan energi cahaya. Dengan demikian quantum teaching adalah cara penggubahan bermacam-macam interaksi, hubungan, dan inspirasi yang ada di dalam dan di sekitar kegiatan belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. interaksi ini akan mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka maupun bagi orang lain (DePorter et al., 2007: 5).

Quantum teaching menggabungkan suggestologi, teknik pemercepatan belajar atau accelerated learning, dan neurolinguistik dengan teori, keyakinan, dan metode tertentu (DePorter et al., 2007: 10).

Quantum teaching mengasumsikan bahwa siswa, jika mampu

mempergunakan potensi nalar dan emosinya secara jitu, akan mampu membuat loncatan prestasi yang tidak terduga sebelumnya. Dengan metode belajar yang tepat, siswa dapat meraih prestasi belajar secara berlipat ganda. Salah satu dari metode ini adalah bahwa belajar harus mengasyikkan dan berlangsung dalam suasana gembira, sehingga pintu masuk untuk informasi baru akan lebih lebar dan terekam dengan baik.

b. Asas Utama Quantum Teaching

Asas utama atau alasan dasar dari segala strategi, model, dan keyakinan quantum teaching adalah ”bawalah mereka ke dunia kita, dan

antarkan dunia kita ke dunia mereka.” Dalam hal ini, setiap interaksi dengan siswa, setiap rancangan kurikulum, dan setiap metode instruksional dibangun dan dilakukan berdasarkan asas utama tersebut.

Asas utama quantum teaching tersebut menegaskan bahwa pada pada dasarnya belajar melibatkan semua aspek kepribadian manusia, yaitu pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh, di samping juga pengetahuan, sikap, dan keyakinan yang sudah dimiliki atau dianut dan persepsi atau harapan masa depan.

c. Prinsip-Prinsip Quantum Teaching

Quantum teaching memiliki lima prinsip, yaitu (1) segalanya berbicara, (2) segalanya bertujuan, (3) pengalaman sebelum pemberian nama, (4) akui setiap usaha, dan (5) jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.

Prinsip tersebut menegaskan bahwa semua hal yang berkaitan dengan pembelajaran, seperti ruang kelas, buku, kertas, pakaian, bahasa tubuh, ucapan, dan rancangan pembelajaran yang dibuat oleh guru memiliki makna dan menyampaikan pesan tentang belajar. Suasana kelas yang berantakan, buku yang sobek, kertas yang berserakan, dan pakaian kotor yang dikenakan oleh guru menyampaikan pesan bahwa proses pembelajarn tidak akan menyenangkan dan menjadi beban.

Lingkungan kelas sangat berpengaruh terhadap proses dan keberhasilan belajar. Dorothy dalam DePorter et al. (2007: 66) menyatakan bahwa segala sesuatu dalam lingkungan kelas menyampaikan

pesan yang memacu atau menghambat belajar. Penataan meja dan bangku, pemasangan poster, kebersihan kelas, susunan buku di rak yang rapi, dan sebagainya memberikan pesan yang dapat memacu atau bahkan menghambat belajar.

Kegiatan belajar adalah satu hal yang mengandung resiko oleh karena itu guru perlu memberikan pengakuan atas keberanian siswa dalam belajar. Setelah melakukan usaha atau kegiatan belajar, maka harus dirayakan. Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.

d. Delapan Kunci Keunggulan dalam Quantum Teaching

Delapan kunci keunggulan dalam quantum teachingadalah: 1) Integritas

2) Kegagalan awal kesuksesan. 3) Bicaralah dengan niat baik. 4) Hidup di saat ini.

5) Komitmen. 6) Tanggung jawab.

7) Sikap luwes dan fleksibel. 8) Keseimbangan.

Kunci-kunci tersebut dapat ditulis dengan huruf besar dan dipasang di dinding kelas. Kunci tersebut bukan hanya bermakna sebagai pengingat atau penyemangat untuk siswa dan guru, tetapi juga sebagai landasan dalam pembelajaran di kelas. Hal ini berarti bahwa kunci tersebut harus

dimasukkan dalam kurikulum, diterapkan dalam pelajaran dan permainan. Pada akhirnya kunci tersebut akan menjadi kosa kata umum antara guru dan siswa.

Agar siswa menerapkan kunci-kunci tersebut dalam kegiatan pembelajaran dan dalam kegiatan sehari-hari, maka guru juga harus melakukan hal yang sama. Dengan kata lain, guru harus menjadi teladan dalam penerapan kunci-kunci tersebut. Selain memberikan teladan, guru dapat mengajarkan kunci-kunci tersebut melalui cerita-cerita atau perumpamaan yang berkaitan. Kunci-kunci tersebut juga dapat diajarkan dengan cara disisipkan dalam atau diintegrasikan dengan mata pelajaran yang sedang dipelajari.

Misalnya adalah dalam menjelaskan materi lingkungan sekitar atau flora fauna, kunci tersebut dapat disisipkan dengan tangung jawab untuk memelihara alam semesta, untuk menjaga pepohonan dan keberlangsungan hewan dan sumber daya alam lainnya sehingga keseimbangan kehidupan dapat terjaga.

e. Kerangka Perancangan Quantum Teaching

Kerangka perancangan quantum teaching memiliki 5 unsur, yaitu ”TANDUR.” T adalah akronim untuk Tumbuhkan, A adalah Alami, N adalah Namai, D adalah Demonstrasikan, U adalah Ulangi, dan R adalah Rayakan. Kerangka ini dimaksudkan untuk menarik siswa dalam belajar dan berminat pada setiap pelajaran.

Unsur pertama adalah Tumbuhkan. Dalam unsur ini terdapat tiga aktivitas, yaitu melibatkan siswa, menarik siswa, dan memuaskan dengan memberikan manfaat bagi mereka. Keikutsertaan atau keterlibatan siswa menciptakan jalinan dan kemampuan saling memahami.

Unsur kedua adalah Alami. Unsur ini memberikan pengalaman kepada siswa. Guru perlu melakukan permainan atau kegiatan sehingga siswa mengalami secara langsung dengan memanfaatkan pengetahuan yang sudah mereka miliki, misalnya adalah pengalaman menanam pohon, mengidentifikasi tanaman atau hewan. Hal yang penting adalah guru harus mampu mengkaitkan antara konsep dengan pengalaman atau kehidupan sehari-hari. Untuk melaksanakan unsur kedua ini, guru dapat memberikan tugas kelompok atau kegiatan penelitian kepada kelompok untuk mengaktifkan pengetahuan-pengetahuan yang sudah mereka miliki sebelumnya.

Unsur ketiga adalah Namai. Unsur pengalaman harus dilakukan sebelum pemberian nama. Pengalaman dapat menciptakan ikatan emosional. Pengalaman juga memberikan pertanyaan mental yang harus dijawab seperti mengapa dan bagaimana. Pengalaman menciptakan pertanyaan, membuat siswa penasaran dan kemudian baru dilakukan pemberian nama. Penamaan dapat dilakukan dengan membuat perumpamaan atau metafora, misalnya laporan tulisan terdiri dari tiga hal, pendahuluan, isi dan penutup. Hal ini dapat diumpamakan dengan biskuit isi seperti Oreo.

Unsur keempat adalah Demonstrasikan. Siswa perlu diberi kesempatan untuk mendemonstrasikan pengetahuan mereka dengan menerapkannya. Misalnya dengan membuat laporan. Penerapan ini dilakukan dengan bertahap, latihan demi latihan. Melalui latihan siswa mengetahui dan mengalami sendiri cara pembuatan laporan yang baik, dan pada akhirnya siswa akan menguasai cara pembuatan laporan tersebut.

Unsur kelima adalah Ulangi. Unsur ini berkaitan dengan unsur terdahulu, yaitu demonstrasikan. Pengulangan pembelajaran dapat memperkuat koneksi syaraf dan menumbuhkan rasa ”aku tahu bahwa aku tahu ini.”

Unsur keenam adalah Rayakan. Setelah pembelajaran usai dan siswa mampu menjalankan proses pembelajaran dengan baik maka hal tersebut perlu dirayakan. Perayaan dapat dilakukan dengan bertepuk tangan, meneriakkan yel-yel atau bernyanyi bersama. Perayaan ini memberi rasa rampung dengan menghormati usaha, ketekunan, dan kesuksesan.

f. Alat Bantu dalam Pembelajaran dengan Quantum teaching

Pembelajaran dengan quantum teaching membutuhkan berbagai alat bantu. Namun demikian, alat bantu yang dibutuhkan dalam pembelajaran adalah alat bantu yang dapat dikreasikan sendiri oleh guru. Guru harus kreatif dalam memakai alat bantu. Alat bantu tersebut misalnya adalah tumbuhan, aroma wangi, hewan peliharaan, dan musik. Pemakaian musik di dalam pembelajaran memiliki pengaruh yang positif, yaitu

(1) menata suasana hati, (2) meningkatkan hasil belajar yang diinginkan, dan (3) menyoroti hal-hal yang penting.

Musik dipakai untuk menata hati. Oleh karena itu pemakaian musik harus mempertimbangkan aspek yang diinginkan, misalnya musik dengan nada yang cepat dan riang dipergunakan pada waktu pergantian jam atau memulai jam pelajaran yang baru. Musik instrumentalia yang lembut dan nada lambat dapat dipakai untuk menumbuhkan keadaan refleksi. Jenis musik ini dapat dimainkan pada waktu siswa sedang membuat jurnal atau menulis esai.

Musik juga dapat dipergunakan untuk meningkatkan hasil belajar. Misalnya, pada awal diskusi kelas, musik yang keras dapat merangsang siswa untuk berbicara. Hal ini disebabkan karena suara musik yang keras membebaskan siswa untuk berbicara tanpa menarik perhatian terhadap diri mereka. Setelah beberapa saat musik dapat dikecilkan volumenya. Pergantian antara tugas kelompok dengan tugas individu juga dapat diiringi dengan musik yang riang. Suara musik yang riang mendorong siswa untuk segera bangun dan berpindah.

Musik juga dapat dipergunakan untuk menyoroti hal-hal penting. Misalnya, lagu tema kuis di televisi dapat dipakai untuk menambah kesan permainan dan ketegangan. Guru dapat memakai beragam efek suara untuk meningkatkan semangat, merangsang pengalaman, menumbuhkan relaksasi, dan lain sebagainya.

5. Taraf Inteligensia a. Arti Inteligensia

Kata kecerdasan merupakan padanan kata inteligensia. Kolensik dalam Slameto (1995:128) melalui Learning Educational Application menyatakan

”In most cases there isa fairly a person’s IQ, the higher the grades he receives.” Kalimat tersebut mengandung pengertian bahwa pengetahuan mengenai tingkat kemampuan intelektual atau inteligensia siswa akan membantu pengajaran yang diberikan, serta meramalkan keberhasilan atau gagalnya siswa yang bersangkutan bila telah mengikuti pengajaran yang diberikan.

Menurut Wechler dalam Dimyati dan Mudjiono (2002: 245) inteligensia adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat betindak secara terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Hamalik (1992: 89) mendefinisikan inteligensia adalah kemampuan untuk memudahkan penyesuaian secara tepat terhadap berbagai ksegi dari keseluruhan lingkungan seseorang.

Baharuddin dan Wahyuni (2008: 20) mengartikan kecerdasan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa inteligensia adalah kemampuan yang berisikan kecakapan menyeluruh dari seseorang untuk bertindak secara bertujuan, berpikir secara rasional dan

beradaptasi dengan lingkungan secara efektif di berbagai segi kehidupannya untuk memecahkan masalah yang muncul dari lingkungannya.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inteligensia

Bayley dikutip oleh Slameto (1995:131) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan inteligensia individu, yaitu:

1) Keturunan

2) Latar belakang sosial ekonomi

Pendapatan keluarga, pekerjaan orang tua dan faktor-faktor sosial ekonomi lainnya, berkorelasi positif dan cukup tinggi dengan taraf kecerdasan individu mulai usia tiga tahun hingga remaja.

3) Lingkungan hidup

Lingkungan yang kurang baik akan menghasilkan kemampuan intelektual yang kurang baik pula..

4) Kondisi fisik

Keadaan gizi yang kurang baik, kesehatan yang buruk, perkembangan fisik yang lambat menyebabkan tingkat kemampuan mental yang rendah. 5) Iklim emosi

Iklim emosi di mana individu dibesarkan mempengaruhi perkembangan mental individu yang bersangkutan.

c. Tingkatan dan Pengukuran Inteligensia

Masing-masing individu memiliki tingkatan inteligensia yang berbeda-beda. Para ahli membagi tingkatan inteligensia bermacam-macam, salah

satunya adalah menurut Stanford Revisions sebagai berikut (dalam Baharuddin dan Wahyuni, 2008: 21).

Tabel 2.

Distribusi Inteligensia menurut Stanford Revision Taraf Inteligensia Klasifikasi

140 – 169 Amat superior

120 – 139 Superior

110 – 119 Rata-rata tinggi

90 – 109 Rata-rata

80 – 89 Rata-rata rendah

70 – 79 Batas lemah mental

20 - 69 Lemah mental

Untuk mengetahui taraf inteligensia seseorang maka diperlukan pengukuran atau tes yang dikenal dengan tes inteligensia.

6. Karakteristik dan Materi Geografi SMA

Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat dan mendorong peningkatan kehidupan yang bidang kajiannya memungkinkan peserta didik memperoleh jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya yang menekankan pada aspek spasial, dan ekologis dari eksistensi manusia (Depdiknas, 2000 : 533). Pembelajaran Geografi bukan hanya untuk menguasai tentang pengetahuan belaka, tetapi juga untuk mampu menggunakan ilmu yang telah dipelajarinya dan membentuk siswa agar menjadi warga masyarakat yang percaya diri dalam berperan serta secara produktif (Depdiknas, 2000 : 47).

Standar Kompetensi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang harus dicapai oleh siswa SMA adalah sebagai berikut.

a. Membangun dan menerapkan informasi, pengetahuan, dan teknologi secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif.

b. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif secara mandiri.

c. Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk pemberdayaan diri.

d. Menunjukkan sikap kompetitif, sportif, dan etos kerja untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam bidang IPTEK.

e. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks.

f. Menunjukkan kemampuan menganalisis fenomena alam dan sosial sesuai dengan kekhasan daerah masing-masing.

g. Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab. h. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun melalui berbagai

cara termasuk pemanfaatan teknologi informasi. i. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis.

j. Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

k. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan tinggi.

Dokumen terkait