• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi

BAB I PENDAHULUAN

A. Hasil Penelitian

2. Metode Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi

3. Evaluasi Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi

MAN Maguwoharjo ... 4. Permasalahan Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah

Inklusi MAN Maguwoharjo ... 5. Kegiatan Penunjang Pembelajaran Sastra Kelas XI

Sekolah Inklusi MAN Maguwoharjo ...

42 50 59 65 BAB V PENUTUP ... 66 A. Simpulan ... B. Saran ... 66 69 DAFTAR PUSTAKA ... 71 LAMPIRAN ... 72

xii

Tabel 2 : Jumlah Siswa Inklusi MAN Maguwoharjo ... 21 Tabel 3 : Deskripsi Kondisi Fisik MAN Maguwoharjo ... 22 Tabel 4 : Hasil Penelitian Pelaksanaan Pembelajaran Sastra

Kelas XI MAN Maguwoharjo ...

30

Tabel 5 : Materi Pembelajaran Sastra Kelas XI MAN Maguwoharjo ...

40

Tabel 6 : Kompetensi Dasar dan Indikator pada RPP yang Dibuat Guru ...

41

Tabel 7 : Penggunaan Metode dalam Kegiatan Pembelajaran ... 44 Tabel 8 : Hasil Penilaian Sikap Siswa oleh Guru ... 57 Tabel 9 : Nilai Ulangan Harian dan Tugas Terstruktur ... 58 Tabel 10 : Koleksi Novel Indonesia Perpustakaan MAN

Maguwoharjo ...

60

Tabel 11 : Koleksi Novel Terjemahan Perpustakaan MAN Maguwoharjo ...

61

Tabel 12 : Koleksi Kumpulan Puisi Perpustakaan MAN Maguwoharjo ...

xiii

Gambar II : Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia

Kelas IX ...

132 Gambar III : Buku Paket dan LKS yang Digunakan ... 133

Gambar IV : Metode Pembelajaran yang Digunakan di Kelas XI MAN Maguwoharjo ...

133 Gambar V : Guru Melakukan Presensi dan Memantau Siswa sebagai Bentuk Penilaian Sikap ...

134 Gambar VI : Siswa Mengerjakan Soal dari LKS ... 135

Gambar VII : Guru dan Siswa Mengoreksi Tugas Bersama ... 135

Gambar VIII : Koleksi Buku-buku Sastra di Perpustakaan ... 136

xiv

A. Pedoman Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Sastra ...

B. Pedoman Observasi Lingkungan Sekolah ...

C. Pedoman Observasi Guru ...

D. Pedoman Observasi Siswa ...

E. Pedoman Wawancara Pihak Sekolah ...

F. Pedoman Wawancara Guru ...

G. Pedoman Wawancara Siswa ...

72 73 74 76 77 78 80 LAMPIRAN II : HASIL OBSERVASI A. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Sastra ...

B. Hasil Observasi Lingkungan Sekolah ...

C. Hasil Observasi Guru ...

D. Hasil Observasi Siswa ...

81 84 86 88 LAMPIRAN III : HASIL WAWANCARA A. Hasil Wawancara Pihak Sekolah ...

B. Hasil Wawancara Guru ...

C. Hasil Wawancara Siswa I ...

D. Hasil Wawancara Siswa II ...

E. Hasil Wawancara Siswa III ...

F. Hasil Wawancara Siswa IV ...

G. Hasil Wawancara Siswa V ...

89 92 96 99 103 106 109 LAMPIRAN IV : CATATAN LAPANGAN ... 113

LAMPIRAN V : DOKUMENTASI ... 132

xv

NIM 12201241066 ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk pelaksanaan pembelajaran sastra di Kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo yang meliputi mendeskripsikan materi pembelajaran sastra di kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo, mendeskripsikan metode pembelajaran sastra di kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo, mendeskripsikan evaluasi pembelajaran sastra di kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo, mendeskripsikan permasalahan pembelajaran sastra di kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo, dan mendeskripsikan kegiatan penunjang pembelajaran sastra di kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia dan siswa Kelas XI MAN Maguwoharjo. Objek penelitian adalah pelaksanaan pembelajaran sastra kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo. Data diperoleh melalui pengamatan partisipasif, wawancara, dan analisis dokumen. Teknik analisis data meliputi 3 tahapan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Kredibilitas data diperoleh dengan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, dan triangulasi.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Pemilihan materi pembelajaran sastra didasarkan pada silabus yang meliputi SKL, KD, indikator, tujuan pembelajaran sastra. Sumber materi didapatkan dari buku paket, LKS, browsing, MGMP, guru-guru senior. (2) Metode yang digunakan selama pembelajaran sastra berlangsung adalah metode ceramah, tanya-jawab, penugasan, diskusi, dan asuh sebaya. Metode asuh sebaya digunakan untuk siswa tuna netra. (3) Dasar pelaksanaan evaluasi adalah silabus. Evaluasi yang digunakan berupa evaluasi tertulis yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung dan setelah pembelajaran selesai. Siswa tuna netra melakukan evaluasi bersama teman sebangku dan nilai diberikan berdua. (4) Permasalahan pembelajaran yang dihadapi adalah minat siswa karya sastra kurang, koleksi buku sastra perpustakaan kurang, tidak ada laboratorium bahasa, dan kelas tidak kondusif yang diatasi dengan guru memberikan tugas membaca karya sastra, mengambil bahan bacaan dari berbagai sumber, siswa memberitahukan masalah yang dihadapi kepada guru. (5) Kegiatan penunjang pembelajaran sastra di MAN Maguwoharjo adalah ekstrakurikuler teater yang bermanfaat untuk siswa lebih aktif dan antusias dan mudah memahami sastra.

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan salah satu identitas bangsa. Komunikasi masyarakat Indonesia dalam kesehariannya juga menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa bahasa Indonesia dijadikan mata pelajaran wajib di sekolah mulai dari jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pembelajaran bahasa Indonesia sendiri terdiri dari empat keterampilan berbahasa, yaitu berbicara, membaca, menulis, dan menyimak. Kempat keterampilan ini mencakup keilmuan bahasa (linguistik) dan sastra.

Pembelajaran sastra adalah hal yang penting dalam proses pendidikan siswa. Siswa dapat memperkaya pengalaman hidup dan membentuk karakter mereka ketika mempelajari sastra. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran sastra siswa tidak hanya mempelajari kata-kata indah yang disajikan dalam karya-karya sastra. Siswa juga mempelajari makna beserta pesan yang terkandung di dalam karya sastra tersebut. Hal ini sesuai dengan teori pragmatik sastra yang dikemukakan oleh Abrams (melalui Wiyatmi, 18: 2009) yaitu karya sastra dipandang sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu, misalnya nilai-nilai atau ajaran terhadap pembaca. Karya sastra dapat digunakan sebagai sarana instropeksi diri siswa karena sastra merupakan cerminan kehidupan manusia yang dituliskan oleh pengarangnya.

Liliani (2012) mengemukakan dua tujuan pembelajaran bahasa di sekolah menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang menyinggung soal

sastra yaitu para peserta didik diharapkan mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa dan menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manuasia Indonesia. Tujuan ini ditujukan untuk seluruh siswa tanpa terkecuali, termasuk pada siswa berkebutuhan khusus. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003Ppasal 5 tentang hak dan kewajiban warga negara menyatakan “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”. Siswa berkebutuhan khusus berhak mendapatkan porsi pembelajaran sastra yang sama dengan siswa umum (normal). Tujuan pembelajaran dapat tercapai apabila pelaksanaan pembelajaran sastra di sekolah selaras dengan komponen-komponen pembelajaran yang meliputi siswa, guru, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.

Siswa berkebutuhan khusus memiliki hambatan-hambatan dalam mengikuti pembelajaran. Mereka membutuhkan pelayanan bersifat khusus agar dapat memahami pembelajaran yang dilaksanakan. Kebutuhan akan pelayanan khusus ini bukan berarti siswa berkebutuhan khusus harus selalu dipisahkan dengan siswa normal. Masyarakat sudah banyak yang memiliki pemikiran bahwa pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus sebaiknya disatukan dengan pendidikan bagi anak pada umumnya (anak yang normal). Hal ini bertujuan agar siswa berkebutuhan khusus dapat berinteraksi dan belajar secara normal. Pemikiran seperti ini yang kemudian memunculkan adanya sekolah inklusi. Sekolah inklusi adalah sekolah yang menerima

siswa yang memiliki kondisi yang berbeda dan mendudukkan mereka dalam kelas yang sama untuk mengikuti pembelajaran yang serupa.

Keadaan siswa yang beragam di sekolah inklusi membuat pembelajaran sastra yang dilaksanakan memiliki hal yang khas. Siswa umum duduk mendampingi siswa berkebutuhan khusus secara bergantian mengingat jumlah mereka yang lebih banyak dalam satu kelas. Mereka akan saling berinteraksi satu sama lain. Interaksi inilah yang membantu jalannya pembelajaran. Siswa umum akan membantu siswa berkebutuhan khusus ketika pembelajaran sastra dilakukan. Siswa umum akan membantu membacakan teks-teks sastra kepada siswa berkebutuhan khusus. Mereka juga akan menyesuaikan peran ketika mendapat tugas kelompok seperti diskusi dan presentasi. Siswa umum berperan sebagai mentor sebaya namun hanya dalam kapasitas membantu aktivitas siswa berkebutuhan khusus dalam mengikuti pembelajaran sastra di dalam kelas jika diperlukan.

Pelaksanaan pembelajaran sastra di sekolah inklusi akan ditemui banyak hambatan. Hambatan ini muncul baik dari pihak siswa, guru, maupun sekolah. Hambatan dari pihak siswa terletak pada dibutuhkannya perhatian lebih dalam mengikuti pembelajaran sastra pada siswa berkebutuhan khusus. Perhatian dan perlakuan pada siswa berkebutuhan khusus akan menentukan hasil akhir pembelajaran sastra yang didapatkan oleh siswa. Hambatan dari pihak guru terletak pada tuntutan untuk bekerja lebih keras dan berinovasi dengan berbagai metode pembelajaran sastra yang sesuai untuk seluruh murid. Hambatan dari pihak sekolah (Liliani, 2012) yaitu minimnya jumlah jam pembelajaran

kesastraan, minimnya keterampilan mengajar mata pembelajaran kesastraan, penetrasi media, dan atmosfer pembelajaran sastra yang masih rendah. Selain itu, kurangnya fasilitas pembelajaran sastra bagi siswa berkebutuhan khusus.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, penelitian untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran sastra di sekolah meliputi persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran perlu dilakukan. Penelitian dilakukan di sekolah inklusi MAN 1 Maguwoharjo. Selain untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran sastra di sekolah tersebut, sekolah ini dipilih untuk mengetahui permasalahan pembelajaran sastra yang dihadapi di sekolah inklusi. MAN 1 Maguwoharjo juga memiliki kegiatan-kegiatan pendukung pembelajaran sastra seperti majalah dinding, jurnalistik, dan majalah sekolah.

Hasil penelitian diharapkan mampu menjadi gambaran pelaksanaan pembelajaran sastra di sekolah inklusi. Selain itu, penelitian diharapkan mampu menunjukkan permasalahan-permasalahan pembelajaran sastra yang terdapat di sekolah inklusi sehingga dapat menjadi bahan untuk perbaikan bagi para pelaksana pendidikan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, identifikasi masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Fasilitas pembelajaran sastra berupa buku-buku sastra di perpustakaan kurang. Buku sastra dengan huruf braille bagi siswa berkebutuhan khusus juga kurang.

2. Guru belum memiliki solusi yang efektif untuk mengatasi hambatan yang dialami siswa berkebutuhan khusus dalam pembelajaran sastra di kelas. 3. Tidak semua guru memiliki keterampilan bahasa isyarat dan membaca huruf

braille.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, permasalahan dibatasi sebagai berikut. 1. Materi pembelajaran sastra kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo. 2. Metode pembelajaran sastra kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo. 3. Evaluasi pembelajaran sastra kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo. 4. Permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran sastra kelas XI sekolah

inklusi MAN Maguwoharjo.

5. Kegiatan penunjang pembelajaran sastra di sekolah inklusi MAN Maguwoharjo.

D. Rumusan masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, permasalahan-permasalahan yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana materi pembelajaran sastra yang diberikan oleh guru kepada siswa kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo?

2. Bagaimana metode yang digunakan guru dalam pembelajaran sastra di kelas kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo?

3. Bagaimana evaluasi pembelajaran sastra yang dilakukan guru terhadap siswa kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo?

4. Bagaimana permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran sastra kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo?

5. Bagaimana kegiatan penunjang pembelajaran sastra (ekstrakulikuler/ kokulikuler) di sekolah inklusi MAN Maguwoharjo?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitan ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan materi pembelajaran sastra yang diberikan oleh guru kepada siswa kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo.

2. Mendeskripsikan metode pembelajaran sastra yang digunakan oleh guru di kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo.

3. Mendeskripsikan evaluasi pembelajaran sastra yang dilakukan guru terhadap siswa kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo.

4. Mendeskripsikan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran sastra kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo.

5. Mendeskripsikan kegiatan penunjang pembelajaran sastra (ekstrakulikuler/kokulikuler) di sekolah inklusi MAN Maguwoharjo.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian pelaksanaan pembelajaran sastra di kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo diharapkan dapat bermanfaat secara praktis maupun teoretis.

1. Manfaat Teoretis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pembelajaran sastra Indonesia di sekolah. b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian bagi para pendidik

dalam menentukan bentuk pembelajaran sastra Indonesia di sekolah secara umum.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman pengembangan pembelajaran sastra di sekolah inklusi MAN 1 Maguwoharjo.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi guru dalam mengelola inovasi pembelajaran sastra di kelas dan menjadi alternatif pemecahan masalah.

c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bentuk masukan positif dalam upaya melakukan pengembangan pembelajaran sastra Indonesia di sekolah.

G. Batasan Istilah

Untuk menghindari adanya salah pengertian sehubungan dengan peggunaan istilah penelitian ini, selanjutnya perlu diberi batasan istilah sebagai berikut.

1. Pembelajaran

Pembelajaran berarti proses dan aktivitas belajar dan mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru sebagai proses pengubahan perilaku siswa dari

tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mampu menjadi mampu, dan dari tidak terampil menjadi terampil.

2. Pembelajaran sastra

Pembelajaran sastra merupakan aktivitas belajar dan mengajar sastra yang dilakukan secara dua arah oleh siswa dan guru sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

3. Sekolah Inklusi

Sekolah inklusi adalah sekolah yang menerima siswa yang memiliki kondisi yang berbeda dan mendudukkan mereka dalam kelas yang sama untuk mengikuti pembelajaran yang serupa.

9 BAB II KAJIAN TEORI

A. Konsep Sekolah Inklusi

Pendidikan inklusif adalah sistem pendidikan yang terbuka bagi semua individu serta mengakomodasi semua kebutuhan sesuai dengan kondisi masing-masing individu (Kustawan, 2012: 8). Kustawan (2012: 8) menambahkan dalam Permendiknas nomor 70 tahun 2009 pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.

Pendidikan inklusif bertujuan agar semua anak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya serta untuk mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman dan tidak diskriminatif bagi semua anak (Kustawan, 2012: 9). Fungsi pendidikan inklusif adalah semua anak mendapat kesempatan yang sama untuk memperoleh layanan pendidikan yang bermutu dan sesuai dengan kebutuhannya, serta terciptanya lingkungan pendidikan yang kondusif bagi semua anak untuk mengembangkan potensinya secara optimal (Kustawan, 2012: 10).

Sekolah inklusi pada dasarnya adalah implementasi dari pendidikan inklusif. Dari penjelasan yang telah dijabarkan, dapat ditarik kesimpulan mengenai

pengertian dari sekolah inklusi. Sekolah inklusi adalah sekolah yang terbuka bagi semua anak bagaimanapun kondisi mereka dan mengakomodasi segala kebutuhan belajar tanpa diskriminasi. Tujuan sekolah inklusi yaitu untuk memberikan pendidikan yang bermutu serta menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa untuk mengembangkan potensi sesuai dengan bakat dan kondisi mereka.

B. Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu upaya yang telah direncanakan sedemikian rupa oleh guru hingga memungkinkan terciptanya suatu kondisi yang kondusif untuk siswa melakukan aktivitas belajar. Penekanan proses belajar diarahkan pada pentingnya aktivitas belajar siswa baik secara fisik maupun mental (Jamaludin, 2003: 9).

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang berupaya membelajarkan siswa secara terintegrasi dengan memperhitungkan faktor lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik bidang studi, serta sebagai strategi pembelajaran, baik penyampaian, pengelolaan, maupun pengorganisasian pembelajaran (Uno, 2008: 64).

Pembelajaran menurut Hamalik (2001: 57) adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Suatu sistem pembelajaran mempunyai tiga ciri utama yaitu memiliki rencana khusus, kesalingtergantungan antara unsur-unsurnya, dan tujuan yang hendak dicapai (Hamalik, 2001: 65).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah aktivitas belajar yang direncanakan secara khusus oleh guru untuk siswa. Kegiatan belajar disusun secara terintegrasi antara unsur-unsurnya demi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

C. Pembelajaran Sastra

Pembelajaran adalah aktivitas belajar yang direncanakan secara khusus oleh guru untuk siswa. Kegiatan belajar disusun secara terintegrasi antara unsur-unsurnya demi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran sastra dilakukan dalam konteks keterampilan berbahasa yang menggunakan materi sastra, sehingga model pembelajaran mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dapat diterapkan dalam pembelajaran sastra.

Pembelajaran sastra mempunyai beberapa tujuan yang salah satunya adalah agar siswa memiliki kemampuan untuk memahami, menikmati, dan menghargai karya sastra. Efendi (melalui Suryaman, 2010: 15) menyatakan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh sampai tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cita sastra.

Rahmanto (1992: 15) berpendapat jika pengajaran sastra dilakukan dengan cara yang tepat, maka pengajaran sastra dapat juga memberikan sumbangan yang besar untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang cukup sulit untuk dipecahkan dalam masyarakat. Pembelajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu membantu

keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta rasa, dan menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1992: 16).

Pembelajaran sastra dapat berjalan dengan baik apabila berjalan sesuai prinsip-prinsip yang ada. Rosenblatt (melalui Gani, 1988: 1-2) mengemukakan prinsip-prinsip yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran sastra tersebut yaitu:

1. Siswa diberi kebebasan untuk menampilkan respon dan reaksinya.

2. Siswa diberi kesempatan untuk mempribadikan dan mengkristalkan rasa pribadinya terhadap cipta sastra yang dibaca serta dipelajarinya.

3. Guru berusaha menemukan butir-butir kontak di antara pendapat para siswa. 4. Peranan dan pengaruh guru merupakan daya dorong terhadap penjelajahan

pengaruh vital yang inheren di dalam sastra itu sendiri. D. Komponen Pembelajaran Sastra

Terdapat delapan komponen yang harus ada dalam suatu sistem pembelajaran. Komponen-komponen tersebut saling bersinergi untuk kesuksesan pembelajaran yang dilaksanakan. Delapan komponen pembelajaran tersebut yaitu siswa, guru, tujuan, materi, strategi, metode, media, dan evaluasi.

1. Siswa

Hamalik (2001: 7) menyebutkan bahwa peserta didik merupakan suatu komponen masukan dalam sistem pendidikan yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan ppendidikan nasional. Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa siswa atau peserta didik merupakan komponen utama dalam pembelajaran.

Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa adalah subjek yang mengalami tindak mengajar dan merespon tindak belajar.

Siswa memiliki hak-hak yang telah diatur dalam undang-undang. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Hamalik, 2001: 8), setiap peserta didik memiliki hak-hak sebagai berikut:

a. mendapatkan perlakuan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya, b. mengikuti program pendidikan yang bersangkutan atas dasar pendidikan

berkelanjutan, baik untuk mengembangkan kemampuan diri maupun untuk memperoleh pengakuan tingkat pendidikan tertentu yang telah dilakukan, c. mendapat bantuan fasilitas belajar, beasiswa, atau bantuan lain sesuai

dengan persyaratan yang berlaku,

d. pindah ke satuan pendidikan yang sejajar atau yang tingkatnya lebih tinggi sesuai dengan persyaratan penerimaan peserta didik pada satuan pendidikan yang hendak dimasuki,

e. memperoleh penilaian hasil belajarnya,

f. menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari waktu yang ditentukan, g. mendapat pelayanan khusus bagi yang menyandang cacat.

2. Guru

Guru adalah pekerjaan profesional yang membutuhkan kemampuan khusus hasil proses pendidikan yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan keguruan (Sanjaya, 2006: 15). Guru perlu memiliki kemampuan merancang dan mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang dianggap cocok dengan minat dan bakat serta sesuai dengan taraf perkembangan siswa termasuk

di dalamnya memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran untuk menjamin efektivitas pembelajaran (Sanjaya, 2006: 14-15).

Profesionalitas dan kualitas seorang guru sangatlah penting karena menentukan mutu kegiatan pembelajaran. Di tangan guru lah bagaimana pembelajaran akan terlaksana ditentukan. Hal ini berkaitan dengan peran guru sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, motivator, dan evaluator (Sanjaya, 2006: 21-33).

3. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran adalah tujuan yang hendak dicapai setelah selesai diselenggarakannya suatu proses pembelajaran, misalnya satuan acara pertemuan, yang bertitik tolak pada perubahan tingkah laku siswa (Hamalik, 2001: 6). Sanjaya (2006: 86) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu.

Menurut Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, tujuan pembelajaran adalah proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Kompetensi tersebut meliputi apa yang harus dikuasai, diketahui, atau dapat dilakukan oleh siswa setelah mereka selesai melakukan kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan merupakan komponen pokok pembelajaran diharapkan untuk dicapai oleh siswa setelah selesainya proses pembelajaran. Tujuan penting dalam sistem

pembelajaran karena menjadi landasan untuk menyususn sistem pembelajaran yang efektif.

Hamalik (2001: 77) menyebutkan tiga kriteria yang sebaiknya dipenuhi oleh suatu tujuan pembelajaran, yaitu:

a. Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar.

b. Tujuan mendefinisikan toingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur dan dapat diamati.

c. Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki. 4. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran adalah uraian atau pokok bahasan, yakni penjelasan lebih lanjut makna dari setiap konsep yang di dalam pokok bahasan (Sudjana, 1998: 10). Materi secara garis besar mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa guna mencapai standar kompetensi. Materi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi enam jenis yaitu fakta, konsep atau teori, prinsip, proses, nilai dan keterampilan. Kriteria yang digunakan antara lain kesesuaiannya dengan kompetensi dasar ruang lingkup materi, urutan logis materi, kebutuhan peserta didik, dan waktu yang tersedia.

5. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, sebelum merencanakan strategi perlu dirumuskan tujuan pembelajaran yang dapat diukur keberhasilannya (Sanjaya, 2006: 126).

Gerlach dan Ely (melalui Ahmadi, 2011: 9) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam lingkungan tertentu. Strategi pembelajaran meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman

Dokumen terkait