• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SASTRA KELAS XI SEKOLAH INKLUSI MAN MAGUWOHARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SASTRA KELAS XI SEKOLAH INKLUSI MAN MAGUWOHARJO."

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogayakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

oleh

Arbaina Nurru Hidayati NIM 12201241066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI

▸ Baca selengkapnya: biaya sekolah man 4 jakarta

(2)
(3)
(4)
(5)

v

“Bahagiankanlah orang tuamu maka akan terbuka jalan kesuksesanmu”

(Penulis)

“Tulislah sesuatu yang layak untuk dibaca atau lakukan sesuatu yang layak untuk ditulis”

(Benjamin Franklin)

“Seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan”

(6)

vi

1. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Suharno dan Ibu Farida Nurlaila 2. Ketiga kakakku, Mas Jajang, Mas Ujik, Mas Uma

3. Seluruh keluargaku 4. Teman-teman tersayang

(7)

vii

memberikan berkat rahmat, hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Pelaksanaan Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi MAN Maguwoharjo”. Skripsi ini disusun sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, dan Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan kesempatan dan berbagai kemudahan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.

Rasa hormat, terima kasih, dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada dosen pembimbing, Dr. Anwar Efendi, M.Si., yang dengan penuh kesabaran dan kearifan telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi yang tidak henti-hentinya di sela kesibukannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Tidak lupa terima kasih penulis sampaikan kepada Kepala Sekolah MAN Maguwoharjo, Bapak Drs. Aris Fuad, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di MAN Maguwoharjo. Penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Heru Prabowo, S.Pd., selaku guru bahasa Indonesia sekaligus pembimbing selama penelitian. Terima kasih pula kepada siswa Kelas XI IPA 2, XI IPS 1, dan XI Agama MAN Maguwoharjo yang sudah bekerja sama selama penelitian. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada teman-teman Bahtera atas kebersamaan, dukungan moral, bantuan, dan dorongan kepada penulis sehingga dapat menjalani studi dengan baik dan penuh kebahagiaan.

(8)
(9)

ix

A. Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi Masalah ...

(10)

x

7. Media Pembelajaran ... 8. Evaluasi Pembelajaran ... E. Metode yang Relevan ...

17 17 18 BAB III METODE PENELITIAN ... 20

A. Pendekatan Penelitian ... B. Objek dan Subjek Penelitian ... C. Wujud Data ... D. Teknik Pengumpulan Data ... 1. Pengamatan Berpartisipasi ... 2. Wawancara ... 3. Analisis Dokumen ... E. Instrumen Penelitian ... F. Teknik Kredibilitas Penelitian ...

1. Perpanjangan Keikutsertaan ... 2. Ketekunan ... 3. Triangulasi ... G. Teknik Analisis Data ...

20 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

A. Hasil Penelitian ... 1. Materi Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi

MAN Maguwoharjo ... 2. Metode Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi

MAN Maguwoharjo ... 3. Evaluasi Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi

MAN Maguwoharjo ... 4. Permasalahan Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah

Inklusi MAN Maguwoharjo ... 5. Kegiatan Penunjang Pembelajaran Sastra Kelas XI

29

30

31

33

(11)

xi

2. Metode Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi MAN Maguwoharjo ... 3. Evaluasi Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi

MAN Maguwoharjo ... 4. Permasalahan Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah

Inklusi MAN Maguwoharjo ... 5. Kegiatan Penunjang Pembelajaran Sastra Kelas XI

Sekolah Inklusi MAN Maguwoharjo ...

42

50

59

65 BAB V PENUTUP ... 66

A. Simpulan ... B. Saran ...

(12)

xii

Tabel 2 : Jumlah Siswa Inklusi MAN Maguwoharjo ... 21 Tabel 3 : Deskripsi Kondisi Fisik MAN Maguwoharjo ... 22 Tabel 4 : Hasil Penelitian Pelaksanaan Pembelajaran Sastra

Kelas XI MAN Maguwoharjo ...

30

Tabel 5 : Materi Pembelajaran Sastra Kelas XI MAN Maguwoharjo ...

40

Tabel 6 : Kompetensi Dasar dan Indikator pada RPP yang Dibuat Guru ...

41

Tabel 7 : Penggunaan Metode dalam Kegiatan Pembelajaran ... 44 Tabel 8 : Hasil Penilaian Sikap Siswa oleh Guru ... 57 Tabel 9 : Nilai Ulangan Harian dan Tugas Terstruktur ... 58 Tabel 10 : Koleksi Novel Indonesia Perpustakaan MAN

Maguwoharjo ...

60

Tabel 11 : Koleksi Novel Terjemahan Perpustakaan MAN Maguwoharjo ...

61

Tabel 12 : Koleksi Kumpulan Puisi Perpustakaan MAN Maguwoharjo ...

(13)

xiii

Gambar II : Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia Kelas IX ...

132

Gambar III : Buku Paket dan LKS yang Digunakan ... 133

Gambar IV : Metode Pembelajaran yang Digunakan di Kelas XI MAN Maguwoharjo ... 133 Gambar V : Guru Melakukan Presensi dan Memantau Siswa sebagai Bentuk Penilaian Sikap ... 134 Gambar VI : Siswa Mengerjakan Soal dari LKS ... 135

Gambar VII : Guru dan Siswa Mengoreksi Tugas Bersama ... 135

Gambar VIII : Koleksi Buku-buku Sastra di Perpustakaan ... 136

(14)

xiv

A. Pedoman Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Sastra ... B. Pedoman Observasi Lingkungan Sekolah ... C. Pedoman Observasi Guru ... D. Pedoman Observasi Siswa ... E. Pedoman Wawancara Pihak Sekolah ... F. Pedoman Wawancara Guru ... G. Pedoman Wawancara Siswa ...

72 LAMPIRAN II : HASIL OBSERVASI

A. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Sastra ... B. Hasil Observasi Lingkungan Sekolah ... C. Hasil Observasi Guru ... D. Hasil Observasi Siswa ...

81 84 86 88 LAMPIRAN III : HASIL WAWANCARA

A. Hasil Wawancara Pihak Sekolah ... B. Hasil Wawancara Guru ... C. Hasil Wawancara Siswa I ... D. Hasil Wawancara Siswa II ... E. Hasil Wawancara Siswa III ... F. Hasil Wawancara Siswa IV ... G. Hasil Wawancara Siswa V ...

(15)

xv

NIM 12201241066 ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk pelaksanaan pembelajaran sastra di Kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo yang meliputi mendeskripsikan materi pembelajaran sastra di kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo, mendeskripsikan metode pembelajaran sastra di kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo, mendeskripsikan evaluasi pembelajaran sastra di kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo, mendeskripsikan permasalahan pembelajaran sastra di kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo, dan mendeskripsikan kegiatan penunjang pembelajaran sastra di kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia dan siswa Kelas XI MAN Maguwoharjo. Objek penelitian adalah pelaksanaan pembelajaran sastra kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo. Data diperoleh melalui pengamatan partisipasif, wawancara, dan analisis dokumen. Teknik analisis data meliputi 3 tahapan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Kredibilitas data diperoleh dengan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, dan triangulasi.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Pemilihan materi pembelajaran sastra didasarkan pada silabus yang meliputi SKL, KD, indikator, tujuan pembelajaran sastra. Sumber materi didapatkan dari buku paket, LKS, browsing, MGMP, guru-guru senior. (2) Metode yang digunakan selama pembelajaran sastra berlangsung adalah metode ceramah, tanya-jawab, penugasan, diskusi, dan asuh sebaya. Metode asuh sebaya digunakan untuk siswa tuna netra. (3) Dasar pelaksanaan evaluasi adalah silabus. Evaluasi yang digunakan berupa evaluasi tertulis yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung dan setelah pembelajaran selesai. Siswa tuna netra melakukan evaluasi bersama teman sebangku dan nilai diberikan berdua. (4) Permasalahan pembelajaran yang dihadapi adalah minat siswa karya sastra kurang, koleksi buku sastra perpustakaan kurang, tidak ada laboratorium bahasa, dan kelas tidak kondusif yang diatasi dengan guru memberikan tugas membaca karya sastra, mengambil bahan bacaan dari berbagai sumber, siswa memberitahukan masalah yang dihadapi kepada guru. (5) Kegiatan penunjang pembelajaran sastra di MAN Maguwoharjo adalah ekstrakurikuler teater yang bermanfaat untuk siswa lebih aktif dan antusias dan mudah memahami sastra.

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan salah satu identitas bangsa. Komunikasi masyarakat Indonesia dalam kesehariannya juga menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa bahasa Indonesia dijadikan mata pelajaran wajib di sekolah mulai dari jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pembelajaran bahasa Indonesia sendiri terdiri dari empat keterampilan berbahasa, yaitu berbicara, membaca, menulis, dan menyimak. Kempat keterampilan ini mencakup keilmuan bahasa (linguistik) dan sastra.

Pembelajaran sastra adalah hal yang penting dalam proses pendidikan siswa. Siswa dapat memperkaya pengalaman hidup dan membentuk karakter mereka ketika mempelajari sastra. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran sastra siswa tidak hanya mempelajari kata-kata indah yang disajikan dalam karya-karya sastra. Siswa juga mempelajari makna beserta pesan yang terkandung di dalam karya sastra tersebut. Hal ini sesuai dengan teori pragmatik sastra yang dikemukakan oleh Abrams (melalui Wiyatmi, 18: 2009) yaitu karya sastra dipandang sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu, misalnya nilai-nilai atau ajaran terhadap pembaca. Karya sastra dapat digunakan sebagai sarana instropeksi diri siswa karena sastra merupakan cerminan kehidupan manusia yang dituliskan oleh pengarangnya.

(17)

sastra yaitu para peserta didik diharapkan mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa dan menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manuasia Indonesia. Tujuan ini ditujukan untuk seluruh siswa tanpa terkecuali, termasuk pada siswa berkebutuhan khusus. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003Ppasal 5 tentang hak dan kewajiban warga negara

menyatakan “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh

pendidikan yang bermutu”. Siswa berkebutuhan khusus berhak mendapatkan porsi

pembelajaran sastra yang sama dengan siswa umum (normal). Tujuan pembelajaran dapat tercapai apabila pelaksanaan pembelajaran sastra di sekolah selaras dengan komponen-komponen pembelajaran yang meliputi siswa, guru, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.

Siswa berkebutuhan khusus memiliki hambatan-hambatan dalam mengikuti

pembelajaran. Mereka membutuhkan pelayanan bersifat khusus agar dapat

memahami pembelajaran yang dilaksanakan. Kebutuhan akan pelayanan khusus ini

bukan berarti siswa berkebutuhan khusus harus selalu dipisahkan dengan siswa

normal. Masyarakat sudah banyak yang memiliki pemikiran bahwa pendidikan bagi

anak berkebutuhan khusus sebaiknya disatukan dengan pendidikan bagi anak pada

umumnya (anak yang normal). Hal ini bertujuan agar siswa berkebutuhan khusus

dapat berinteraksi dan belajar secara normal. Pemikiran seperti ini yang kemudian

(18)

siswa yang memiliki kondisi yang berbeda dan mendudukkan mereka dalam kelas

yang sama untuk mengikuti pembelajaran yang serupa.

Keadaan siswa yang beragam di sekolah inklusi membuat pembelajaran sastra yang dilaksanakan memiliki hal yang khas. Siswa umum duduk mendampingi siswa berkebutuhan khusus secara bergantian mengingat jumlah mereka yang lebih banyak dalam satu kelas. Mereka akan saling berinteraksi satu sama lain. Interaksi inilah yang membantu jalannya pembelajaran. Siswa umum akan membantu siswa berkebutuhan khusus ketika pembelajaran sastra dilakukan. Siswa umum akan membantu membacakan teks-teks sastra kepada siswa berkebutuhan khusus. Mereka juga akan menyesuaikan peran ketika mendapat tugas kelompok seperti diskusi dan presentasi. Siswa umum berperan sebagai mentor sebaya namun hanya dalam kapasitas membantu aktivitas siswa berkebutuhan khusus dalam mengikuti pembelajaran sastra di dalam kelas jika diperlukan.

(19)

kesastraan, minimnya keterampilan mengajar mata pembelajaran kesastraan, penetrasi media, dan atmosfer pembelajaran sastra yang masih rendah. Selain itu, kurangnya fasilitas pembelajaran sastra bagi siswa berkebutuhan khusus.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, penelitian untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran sastra di sekolah meliputi persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran perlu dilakukan. Penelitian dilakukan di sekolah inklusi MAN 1 Maguwoharjo. Selain untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran sastra di sekolah tersebut, sekolah ini dipilih untuk mengetahui permasalahan pembelajaran sastra yang dihadapi di sekolah inklusi. MAN 1 Maguwoharjo juga memiliki kegiatan-kegiatan pendukung pembelajaran sastra seperti majalah dinding, jurnalistik, dan majalah sekolah.

Hasil penelitian diharapkan mampu menjadi gambaran pelaksanaan pembelajaran sastra di sekolah inklusi. Selain itu, penelitian diharapkan mampu menunjukkan permasalahan-permasalahan pembelajaran sastra yang terdapat di sekolah inklusi sehingga dapat menjadi bahan untuk perbaikan bagi para pelaksana pendidikan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, identifikasi masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

(20)

2. Guru belum memiliki solusi yang efektif untuk mengatasi hambatan yang dialami siswa berkebutuhan khusus dalam pembelajaran sastra di kelas. 3. Tidak semua guru memiliki keterampilan bahasa isyarat dan membaca huruf

braille.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, permasalahan dibatasi sebagai berikut. 1. Materi pembelajaran sastra kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo. 2. Metode pembelajaran sastra kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo. 3. Evaluasi pembelajaran sastra kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo. 4. Permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran sastra kelas XI sekolah

inklusi MAN Maguwoharjo.

5. Kegiatan penunjang pembelajaran sastra di sekolah inklusi MAN Maguwoharjo.

D. Rumusan masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, permasalahan-permasalahan yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana materi pembelajaran sastra yang diberikan oleh guru kepada siswa kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo?

2. Bagaimana metode yang digunakan guru dalam pembelajaran sastra di kelas kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo?

(21)

4. Bagaimana permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran sastra kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo?

5. Bagaimana kegiatan penunjang pembelajaran sastra (ekstrakulikuler/ kokulikuler) di sekolah inklusi MAN Maguwoharjo?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitan ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan materi pembelajaran sastra yang diberikan oleh guru kepada siswa kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo.

2. Mendeskripsikan metode pembelajaran sastra yang digunakan oleh guru di kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo.

3. Mendeskripsikan evaluasi pembelajaran sastra yang dilakukan guru terhadap siswa kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo.

4. Mendeskripsikan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran sastra kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo.

5. Mendeskripsikan kegiatan penunjang pembelajaran sastra (ekstrakulikuler/kokulikuler) di sekolah inklusi MAN Maguwoharjo.

F. Manfaat Penelitian

(22)

1. Manfaat Teoretis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pembelajaran sastra Indonesia di sekolah. b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian bagi para pendidik

dalam menentukan bentuk pembelajaran sastra Indonesia di sekolah secara umum.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman pengembangan pembelajaran sastra di sekolah inklusi MAN 1 Maguwoharjo.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi guru dalam mengelola inovasi pembelajaran sastra di kelas dan menjadi alternatif pemecahan masalah.

c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bentuk masukan positif dalam upaya melakukan pengembangan pembelajaran sastra Indonesia di sekolah.

G. Batasan Istilah

Untuk menghindari adanya salah pengertian sehubungan dengan peggunaan istilah penelitian ini, selanjutnya perlu diberi batasan istilah sebagai berikut.

1. Pembelajaran

(23)

tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mampu menjadi mampu, dan dari tidak terampil menjadi terampil.

2. Pembelajaran sastra

Pembelajaran sastra merupakan aktivitas belajar dan mengajar sastra yang dilakukan secara dua arah oleh siswa dan guru sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

3. Sekolah Inklusi

Sekolah inklusi adalah sekolah yang menerima siswa yang memiliki kondisi

yang berbeda dan mendudukkan mereka dalam kelas yang sama untuk mengikuti

(24)

9 BAB II KAJIAN TEORI

A. Konsep Sekolah Inklusi

Pendidikan inklusif adalah sistem pendidikan yang terbuka bagi semua individu serta mengakomodasi semua kebutuhan sesuai dengan kondisi masing-masing individu (Kustawan, 2012: 8). Kustawan (2012: 8) menambahkan dalam Permendiknas nomor 70 tahun 2009 pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.

Pendidikan inklusif bertujuan agar semua anak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya serta untuk mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman dan tidak diskriminatif bagi semua anak (Kustawan, 2012: 9). Fungsi pendidikan inklusif adalah semua anak mendapat kesempatan yang sama untuk memperoleh layanan pendidikan yang bermutu dan sesuai dengan kebutuhannya, serta terciptanya lingkungan pendidikan yang kondusif bagi semua anak untuk mengembangkan potensinya secara optimal (Kustawan, 2012: 10).

(25)

pengertian dari sekolah inklusi. Sekolah inklusi adalah sekolah yang terbuka bagi semua anak bagaimanapun kondisi mereka dan mengakomodasi segala kebutuhan belajar tanpa diskriminasi. Tujuan sekolah inklusi yaitu untuk memberikan pendidikan yang bermutu serta menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa untuk mengembangkan potensi sesuai dengan bakat dan kondisi mereka.

B. Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu upaya yang telah direncanakan sedemikian rupa oleh guru hingga memungkinkan terciptanya suatu kondisi yang kondusif untuk siswa melakukan aktivitas belajar. Penekanan proses belajar diarahkan pada pentingnya aktivitas belajar siswa baik secara fisik maupun mental (Jamaludin, 2003: 9).

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang berupaya membelajarkan siswa secara terintegrasi dengan memperhitungkan faktor lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik bidang studi, serta sebagai strategi pembelajaran, baik penyampaian, pengelolaan, maupun pengorganisasian pembelajaran (Uno, 2008: 64).

(26)

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah aktivitas belajar yang direncanakan secara khusus oleh guru untuk siswa. Kegiatan belajar disusun secara terintegrasi antara unsur-unsurnya demi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

C. Pembelajaran Sastra

Pembelajaran adalah aktivitas belajar yang direncanakan secara khusus oleh guru untuk siswa. Kegiatan belajar disusun secara terintegrasi antara unsur-unsurnya demi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran sastra dilakukan dalam konteks keterampilan berbahasa yang menggunakan materi sastra, sehingga model pembelajaran mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dapat diterapkan dalam pembelajaran sastra.

Pembelajaran sastra mempunyai beberapa tujuan yang salah satunya adalah agar siswa memiliki kemampuan untuk memahami, menikmati, dan menghargai karya sastra. Efendi (melalui Suryaman, 2010: 15) menyatakan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh sampai tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cita sastra.

(27)

keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta rasa, dan menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1992: 16).

Pembelajaran sastra dapat berjalan dengan baik apabila berjalan sesuai prinsip-prinsip yang ada. Rosenblatt (melalui Gani, 1988: 1-2) mengemukakan prinsip-prinsip yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran sastra tersebut yaitu:

1. Siswa diberi kebebasan untuk menampilkan respon dan reaksinya.

2. Siswa diberi kesempatan untuk mempribadikan dan mengkristalkan rasa pribadinya terhadap cipta sastra yang dibaca serta dipelajarinya.

3. Guru berusaha menemukan butir-butir kontak di antara pendapat para siswa. 4. Peranan dan pengaruh guru merupakan daya dorong terhadap penjelajahan

pengaruh vital yang inheren di dalam sastra itu sendiri. D. Komponen Pembelajaran Sastra

Terdapat delapan komponen yang harus ada dalam suatu sistem pembelajaran. Komponen-komponen tersebut saling bersinergi untuk kesuksesan pembelajaran yang dilaksanakan. Delapan komponen pembelajaran tersebut yaitu siswa, guru, tujuan, materi, strategi, metode, media, dan evaluasi.

1. Siswa

(28)

Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa adalah subjek yang mengalami tindak mengajar dan merespon tindak belajar.

Siswa memiliki hak-hak yang telah diatur dalam undang-undang. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Hamalik, 2001: 8), setiap peserta didik memiliki hak-hak sebagai berikut:

a. mendapatkan perlakuan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya, b. mengikuti program pendidikan yang bersangkutan atas dasar pendidikan

berkelanjutan, baik untuk mengembangkan kemampuan diri maupun untuk memperoleh pengakuan tingkat pendidikan tertentu yang telah dilakukan, c. mendapat bantuan fasilitas belajar, beasiswa, atau bantuan lain sesuai

dengan persyaratan yang berlaku,

d. pindah ke satuan pendidikan yang sejajar atau yang tingkatnya lebih tinggi sesuai dengan persyaratan penerimaan peserta didik pada satuan pendidikan yang hendak dimasuki,

e. memperoleh penilaian hasil belajarnya,

f. menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari waktu yang ditentukan, g. mendapat pelayanan khusus bagi yang menyandang cacat.

2. Guru

(29)

di dalamnya memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran untuk menjamin efektivitas pembelajaran (Sanjaya, 2006: 14-15).

Profesionalitas dan kualitas seorang guru sangatlah penting karena menentukan mutu kegiatan pembelajaran. Di tangan guru lah bagaimana pembelajaran akan terlaksana ditentukan. Hal ini berkaitan dengan peran guru sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, motivator, dan evaluator (Sanjaya, 2006: 21-33).

3. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran adalah tujuan yang hendak dicapai setelah selesai diselenggarakannya suatu proses pembelajaran, misalnya satuan acara pertemuan, yang bertitik tolak pada perubahan tingkah laku siswa (Hamalik, 2001: 6). Sanjaya (2006: 86) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu.

Menurut Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, tujuan pembelajaran adalah proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Kompetensi tersebut meliputi apa yang harus dikuasai, diketahui, atau dapat dilakukan oleh siswa setelah mereka selesai melakukan kegiatan belajar mengajar.

(30)

pembelajaran karena menjadi landasan untuk menyususn sistem pembelajaran yang efektif.

Hamalik (2001: 77) menyebutkan tiga kriteria yang sebaiknya dipenuhi oleh suatu tujuan pembelajaran, yaitu:

a. Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar.

b. Tujuan mendefinisikan toingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur dan dapat diamati.

c. Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki. 4. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran adalah uraian atau pokok bahasan, yakni penjelasan lebih lanjut makna dari setiap konsep yang di dalam pokok bahasan (Sudjana, 1998: 10). Materi secara garis besar mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa guna mencapai standar kompetensi. Materi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi enam jenis yaitu fakta, konsep atau teori, prinsip, proses, nilai dan keterampilan. Kriteria yang digunakan antara lain kesesuaiannya dengan kompetensi dasar ruang lingkup materi, urutan logis materi, kebutuhan peserta didik, dan waktu yang tersedia.

5. Strategi Pembelajaran

(31)

Gerlach dan Ely (melalui Ahmadi, 2011: 9) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam lingkungan tertentu. Strategi pembelajaran meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa.

Berdasarkan kedua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan tindakan yang direncanakan sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah di tetapkan sebelumnya.

6. Metode Pembelajaran

Sanjaya (2006: 147) menyatakan bahwa metode merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan agar tujuan yang telah ditetapkan tercapai secara optimal. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran.

Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Suatu metode mengandung pengertian terlaksananya kegiatan guru dan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran (Hamalik, 2001: 26).

(32)

7. Media Pembelajaran

Hamalik (2001: 51) mengemukakan bahwa media atau alat bantu ajar merupakan semua alat yang dapat digunakan untuk membantu siswa melakukan perbuatan belajar, sehingga kegiatan belajar menjadi lebih efisien dan efektif. Dengan bantuan berbagai alat, maka pelajaran akan lebih menarik, menjadi konkrit, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga, serta hasil belajar lebih bermakna. Gagne dan Briggs (melalui Arsyad, 2011: 4) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran.

Pada intinya, media pembelajaran digunakan untuk mempermudah tugas guru dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Siswa akan lebih mudah memahami materi dari guru karena dapat memvisualisasikan materi dalam benak mereka. Selain itu, media pembelajaran dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kreativitas dan inovasi guru dalam mengajar.

8. Evaluasi Pembelajaran

(33)

Evaluasi digunakan untuk mengukur kemampuan siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Nurgiyantoro (2014: 35) menyebutkan bahwa fungsi dari evaluasi adalah mengetahui kadar pencapaian tujuan, memberikan sifat objektivitas pengamatan tingkah laku hasil belajar peserta didik, mengetahui kemampuan peserta didik dalam hal-hal tertentu, menentukan layak tidaknya seorang peserta didik dinyatakan naik kelas atau lulus, dan untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan belajar mengajar yang dilakukan.

Evaluasi ditujukan untuk mengetahui tingkat perkembangan dan diarahkan terhadap semua aspek pribadi peserta didik, bukan hanya terhadap aspek penguasaan pengetahuan belaka (Hamalik, 2001: 13). Dengan evaluasi dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar siswa (Hamalik, 2001: 29).

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa evaluasi pembelajaran adalah proses penguukuran informasi untuk membuat keputusan hasil belajar siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Evaluasi bertujuan untuk mengukur kemampuan dan tingkah laku siswa dalam mengikuti pembelajaran.

E. Penelitian yang Relevan

1. Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Menulis Kelas VIII SMP Negeri 8 Yogyakarta

Penelitian pelaksanaan pembelajaran berjudul “Pelaksanaan Pembelajaran

(34)

Yunindasari, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta, 2013.

Tujuan penelitian Harda Yunindasari adalah mendeskripsikan (a) materi pembelajaran keterampilan menulis kelas VIII SMP Negeri Yogyakarta. (b) Metode yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan menulis kelas VIII SMP Negeri Yogyakarta. (c) Evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan menulis kelas VIII SMP Negeri Yogyakarta.

Kesimpulan penelitian Harda Yunindasari yaitu materi yang diberikan sesuai dengan pedoman silabus dan RPP. Sumber belajar yang digunakan adalah buku teks Bahasa Indonesia untuk Kelas VIII karya Dawud, dkk., buku teks Bahasa dan Sastra Indonesia karya Nurhadi, dkk., BSE, dan lainnya. Metode yang diterapkan adalah kombinasi antara metode ceramah, inkuiri, diskusi, dan tanya jawab. Evaluasi pembelajaran dilaksanakan pada akhir pembelajaran. Bentuk instrumen yang digunakan adalah soal uraian yang terdiri dari empat butir soal yang disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi. Nilai yang diperolah siswa semuanya mencapai ketuntasan minimal.

(35)
(36)

20 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan tentang keadaan pelaksanaan pembelajaran sastra secara objektif. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang ilmiah dan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2008: 6).

Penelitian ini mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran sastra meliputi materi pembelajaran, metode pembelajaran, evaluasi pembelajaran, permasalahan yang ditemui, dan kegiatan penunjang pembelajaran yang terdapat di MAN Maguwoharjo.

B. Objek dan Subjek Penelitian

(37)

Tabel 1: Jumlah Siswa Kelas XI MAN Maguwoharjo

Kelas L P Jumlah

XI Agama 14 17 31

XI IPA 1 17 16 33

XI IPA 2 16 17 33

XI IPS 1 16 19 35

XI IPS 2 17 18 36

Jumlah 80 87 167

Terdapat 14 siswa berkebutuhan khusus di MAN Maguwoharjo yang semuanya merupakan siswa tuna netra. Kelas X memiliki sepuluh siswa tuna netra. Kesepuluh siswa tuna netra tersebut terdiri dari dua siswa perempuan dan 8 siswa laki-laki. Pembagian kelas bagi siswa tuna netra tersebut dilakukan secara merata yaitu dua siswa per kelas. Kelas XI hanya memiliki satu siswa tuna netra laki-laki yang berada di Kelas XI IPS 1. Kelas XII memiliki tiga siswa tuna netra yang semuanya laki-laki.

Tabel 2: Jumlah Siswa Inklusi MAN Maguwoharjo

Kelas L P Jumlah

X 8 2 10

XI 1 - 1

XII 3 - 3

Jumlah 12 2 14

(38)

Sekolah inklusi MAN Maguwoharjo terletak di Jalan Raya Tajem, Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman. Lokasi sekolah merupakan kawasan ramai karena persis berada di jalan raya dan juga berada di dekat Stadion Maguwoharjo. Kondisi bangunan sekolah pada umumnya dalam kondisi baik. Sarana dan prasarana yang tersedia juga terlihat terawat. Keadaan kondisi fisik MAN Maguwoharjo secara lengkap adalah sebagai berikut.

Fasilitas bagi siswa berkebutuhan khusus tuna netra memadai. Lantai keramik di gedung sekolah terdapat jalur khusus untuk memudahkan siswa tuna netra untuk berjalan. Toilet diakomodasi dengan kebutuhan siswa berkebutuhan khusus. Setiap toilet di MAN Maguwoharjo diberikan pegangan pada dindingnya. Hal ini bertujuan agar siswa tuna netra dapat berpegangan ketika menggunakan toilet sehingga mengurangi resiko terjatuh atau terpeleset.

Tabel 3: Deskripsi Kondisi Fisik MAN Maguwoharjo

No. Ruang Jumlah Kondisi

1. Ruang Kepala Sekolah 1 Baik

2. Ruang Wakasek 1 Baik

3. Ruang Guru 1 Baik

4. Ruang TU 1 Baik

5. Ruang Kelas 17 Baik

6. Perpustakaan 1 Baik

7. Laboratorium 4 Baik

8. Aula 1 Baik

9. UKS 1 Baik

10 Mushola 1 Baik

11. Toilet 15 Baik

(39)

C. Wujud Data

Data dalam penelitian ini adalah deskripsi fakta yang diperoleh di lapangan yang diperoleh melalui pengamatan parsitipasif, wawancara, dan analisis dokumen. Data berupa catatan lapangan, rekaman dan transkrip wawancara, serta dokumentasi kegiatan pembelajaran.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi pengamatan berpartisipasi, wawancara, dan analisis dokumen.

1. Pengamatan Berpartisipasi

Pengamatan berpartisipasi yaitu pengamat dalam hal ini menjadi anggota penuh dari kelompok yang diamatinya (Moleong, 2008: 176). Pengamatan dilakukan di dalam kelas pada saat proses pembelajaran. Pengamatan dilakukan sampai data yang dibutuhkan dirasa mencukupi. Peneliti mencatat semua kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung dalam cacatan lapangan.

Peneliti melakukan pengamatan berpartisipasi di tiga kelas yaitu Kelas XI IPA 2, XI IPS 1, dan XI Agama. Peneliti turut mengikuti jalannya pembelajaran di ketiga kelas tersebut. Pengamatan berpartisipasi dilakukan mulai Rabu, 24 Agustus 2016 sampai dengan Jumat, 16 September 2016. Peneliti melakukan pengamatan berpartisipasi sebanyak tujuh kali per kelas.

2. Wawancara

(40)

(Moleong, 2008: 186). Penelitian ini menggunakan jenis wawancara dengan menggunakan petunjuk umum wawancara. Pewawancara membawa pedoman dan pertanyaan yang merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan dalam wawancara.

Peneliti melakukan wawancara dengan narasumber pengelola program inklusi MAN Maguwoharjo, guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas XI, dan tujuh siswa kelas XI MAN Maguwoharjo. Ketujuh siswa yang menjadi narasumber terdiri dari tiga siswa perempuan dan 3 siswa laki-laki. Wawancara dengan pengelola program inklusi dilakukan pada Selasa, 23 Agustus 2016. Wawancara dengan narasumber guru mata pelajaran bahasa Indonesia dilakukan pada Kamis, 8 September 2016. Wawancara dengan narasumber siswa dilakukan pada Rabu, 21 September 2016 sampai dengan Jumat, 23 September 2016. Isi wawancara meliputi materi, metode, evaluasi, permasalahan, dan kegiatan penunjang sastra kelas XI MAN Maguwoharjo.

3. Analisis Dokumen

Dokumen digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan (Moleong, 2008: 217). Oleh karena itu, untuk mendapatkan keakuratan data dari dokumen perlu dilakukan analisis dokumen.

(41)

beberapa dokumen. Dokumen yang didapatkan selama penelitian yaitu hasil pekerjaan siswa, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), hasil observasi pembelajaran, hasil observasi lingkungan, catatan lapangan, transkrip wawancara, dan dokumentasi. Peneliti juga melakukan analisis dokumen pada hasil evaluasi pembelajaran yang dimiliki oleh guru.

Data yang didapatkan selama melakukan pengamatan disatukan. Data yang berupa dokumen tersebut kemudian diolah dan dianalisis. Analisis dokumen tersebut kemudian disesuaikan dengan data yang telah diperoleh melalui wawancara.

E. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen pengumpul data utama yaitu peneliti sendiri. Peneliti sebagai human instrument, berfungsi untuk menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, mengumpulkan data, menilai kualitas data, menganalisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas datanya (Sugiyono, 2010: 305-306).

(42)

saat pengamatan langsung kegiatan belajar mengajar di kelas dan pedoman wawancara sebagai alat untuk validitas.

F. Teknik Kredibilitas Penelitian

Kredibilitas penelitian adalah keabsahan data-data yang diperoleh selama penelitian dilakukan. Teknik kredilibilitas data dalam penelitian ini adalah perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, dan triangulasi.

1. Perpanjangan Keikutsertaan

Putra (2011: 169) mengemukakan bahwa perpanjangan waktu penelitian dilaksanakan jika data yang terkumpul sudah sangat banyak, telah dianalisis, dan ada temuan yang dapat dikategorikan. Perpanjangan keikutsertaan mengharuskan peneliti lebih lama di lapangan dan bertemu serta berkomunikasi dengan lebih banyak orang. Jika orang-orang yang diteliti semakin akrab dan percaya pada peneliti, maka apa pun yang hendak digali lebih dalam akan didapatkan oleh peneliti (Putra, 2011: 168).

(43)

2. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan berarti melakukan pengamatan lebih cermat dan berkesinambungan. Putra (2011: 173) mengemukakan bahwa peneliti diharuskan untuk lebih fokus, melakukan pengamatan dengan lebih rinci, terus-menerus atau berkesinambungan sampai menemukan penjelasan yang mendalam terhadap gejala atau fenomena yang sangat menarik atau menonjol.

Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal tersebut secara rinci. Dengan meningkatkan ketekunan peneliti dapat melakukan pengecekan kembali terhadap data yang telah ditemukan.

3. Triangulasi

Trianggulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara. Trianggulasi yang dilakukan oleh peneliti adalah trianggulasi sumber, dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Peneliti melakukan uji kredibilitas dengan pengujian data yang telah diperoleh pada siswa maupun guru selama observasi dan wawancara.

G. Teknik Analisis Data

(44)

penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Analisis data dalam penelitian ini memiliki tiga tahapan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan yang terakhir adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi (Sugiyono, 2010: 337-345).

Analisis data pada penelitian ini dimulai dengan melakukan reduksi data. Data berupa transkrip wawancara, hasil observasi, hasil evaluasi, silabus, RPP, dan gambar ditelaah oleh peneliti. Peneliti memilih data yang penting bagi penelitian yang dilakukan sedangkan data yang tidak penting dihilangkan. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar data lebih padat dan berbobot.

Kategorisasi dilakukan dengan menyusun data yang telah direduksi sebelumnya. Data yang ada dibagi sesuai dengan rumusan masalah yang diteliti yaitu: materi, metode, evaluasi, permasalahan, dan kegiatan penunjang pembelajaran sastra kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo. Ketika melakukan kategorisasi, peneliti juga melakukan pemeriksaan keabsahan data yang diperoleh.

(45)

29 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menyajikan hasil penelitian berupa deskripsi mengenai proses pelaksanaan pembelajaran sastra yang dilakukan di kelas XI MAN Maguwoharjo. Peneliti juga menyajikan pembahasan hasil penelitian yang berkaitan dengan permasalahan tersebut. Hasil penelitian dan pembahasan merupakan hasil analisis data yang dikumpulkan selama proses penelitian di kelas XI MAN Maguwoharjo berdasarkan catatan hasil pengamatan, catatan hasil wawancara, dan dokumentasi.

A. Hasil Penelitian

(46)

Tabel 4: Hasil Penelitian Pelaksanaan Pembelajaran Sastra Kelas XI MAN Maguwoharjo

Komponen Hasil Penelitian

Materi Pembelajaran Sastra

a. Sumber : buku paket, LKS, browsing, MGMP, guru-guru senior

b. Dasar pemilihan : silabus (SKL, KD, indikator, tujuan pembelajaran sastra)

Metode Pembelajaran Sastra

a. Metode: ceramah, tanya-jawab, penugasan, diskusi, asuh sebaya

b. Pelaksanaan : beberapa metode digunakan sekaligus Evaluasi

Pembelajaran Sastra

a. Dasar pelaksanaan : RPP dan silabus b. Cara pelaksanaan : tertulis

c. Waktu pelaksanaan : selama pembelajaran dan setelah pembelajaran

Permasalahan Pembelajaran Sastra

a. Jenis : minat siswa karya sastra kurang, koleksi buku sastra perpustakaan kurang, tidak ada lab bahasa, kelas tidak kondusif

b. Cara mengatasi : guru memberi tugas membaca karya sastra, mengambil bahan bacaan dari berbagai sumber, siswa memberitahukan masalah yang dihadapi kepada guru

Kegiatan Penunjang

a. Jenis kegiatan : ekstrakurikuler teater

b. Manfaat : siswa lebih aktif dan antusias dan mudah memahami bahasa sastra

1. Materi Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi MAN Maguwoharjo

a. Sumber Materi Pembelajaran Sastra

(47)

dan pengamatan yang dilakukan, guru sengaja memilih bahan apresiasi langsung yang tidak terdapat gambar agar siswa tunanetra dapat mengikuti pembelajaran dengan lancar.

Guru mengemukakan dalam wawancara yang dilakukan bahwa dia tidak menguasai huruf braille sehingga tidak menggunakan sumber materi sastra dengan huruf braille selama pembelajaran. Berdasarkan RPP yang telah dibuat oleh oleh guru sebelum pembelajaran berlangsung, materi pembelajaran sastra yang disampaikan selama penelitian dilakukan adalah materi cerpen berupa ciri-ciri, unsur intrinsik dan ekstrinsik, kebahasaan, dan penulisan cerpen.

b. Dasar Pemilihan Materi Pembelajaran Sastra

Dasar pemilihan materi pembelajaran sastra oleh guru adalah silabus yang telah dibuat. Guru memilih materi menyesuaikan dengan SKL, KD, indikator, dan tujuan pembelajaran sastra sesuai dengan silabus kemudian menerapkannya pada RPP. Cerpen yang digunakan dalam pembelajaran dipilih berdasarkan buku paket dan LKS yang dipakai.

2. Metode Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi MAN Maguwoharjo

a. Metode yang Digunakan oleh Guru

(48)

sebaya di mana siswa biasa membantu aktivitas siswa tunanetra selama pembelajaran sastra berlangsung.

b. Pelaksanaan Metode Pembelajaran Sastra

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, selama pembelajaran sastra guru tidak hanya menggunakan satu metode saja. Metode ceramah, tanya-jawab, penugasan, diskusi, dan asuh sebaya digunakan selama pembelajaran sastra berlangsung. Penyampaian materi pembelajaran sastra oleh guru menggunakan metode ceramah. Metode tanya-jawab digunakan setelah penyampaian materi. Guru memberi kesempatan siswa bertanya tentang materi yang telah disampaikan. Metode ini digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Selain digunakan setelah menyampaikan materi, metode tanya-jawab juga digunakan selama pelaksanaan metode penugasan dan diskusi.

(49)

3. Evaluasi Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi MAN Maguwoharjo

a. Dasar Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Sastra

Guru melaksanakan evaluasi pembelajaran sastra berdasarkan RPP dan silabus yang telah dipersiapkan sebelum pembelajaran berlangsung.

b. Cara Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Sastra

Evaluasi dilaksanakan dengan cara tertulis berupa tugas harian dan tugas terstruktur. Tugas harian yang diberikan adalah mengerjakan soal pilihan ganda dan soal uraian yang terdapat pada LKS. Tugas terstruktur yang diberikan adalah membuat teks cerpen. Guru juga melakukan penilaian sikap selama pembelajaran berlangsung.

c. Waktu Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Sastra

Evaluasi pembelajaran sastra dilaksanakan selama berlangsungnya pembelajaran dan setelah pembelajaran berlangsung. Evalusi pada saat berlangsungnya pembelajaran sastra dilakukan untuk mengamati sikap dan keaktifan siwa. Evaluasi pada akhir pembelajaran sastra berupa evaluasi tertulis dilakukan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa.

(50)

4. Permasalahan Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi MAN Maguwoharjo

a. Jenis Permasalahan Pembelajaran Sastra

Permasalahan pembelajaran sastra kelas XI MAN Maguwoharjo meliputi kurangnya minat siswa untuk membaca karya-karya sastra, koleksi buku-buku sastra di perpustakaan termasuk buku sastra dengan huruf braille yang jumlahnya sedikit, tidak adanya laboratorium bahasa, dan tidak kondusifnya kelas untuk pembelajaran.

b. Cara Mengatasi Pembelajaran Sastra

Guru mengatasi pembelajaran sastra yang dihadapi dengan memberikan tugas membaca karya sastra pada siswa. Bahan bacaan diambil dari berbagai sumber untuk mengakali kurangnya koleksi buku sastra di perpustakaan. Siswa mengatasi masalah yang dihadapi saat pembelajaran sastra dengan memberitahukan masalah yang dihadapi kepada guru untuk mencari solusi. 5. Kegiatan Penunjang Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi

MAN Maguwoharjo

(51)

B. Pembahasan

Bagian ini menguraikan pembahasan hasil penelitian. Pembahasan merupakan deskripsi pelaksanaan pembelajaran sastra kelas XI MAN Maguwoharjo meliputi materi pembelajaran sastra, metode pembelajaran sastra, evaluasi pembelajaran sastra, permasalahan pembelajaran sastra, dan kegiatan penunjang pembelajaran sastra.

1. Materi Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi MAN Maguwoharjo

Pengelola program inklusi dalam wawancara mengemukakan bahwa pada dasarnya sekolah inklusi sama dengan sekolah umum. Letak perbedaannya terdapat pada peserta didiknya, di mana sekolah inklusi menerima siswa-siwa berkebutuhan khusus. Siswa berkebutuhan khusus mendapatkan pelayanan dan bimbingan seperti siswa pada umumnya. Ketika siswa berkebutuhan khusus membutuhkan pelayanan khusus, sekolah mengakomodasi kebutuhan tersebut sesuai dengan kebutuhan siswa berkebutuhan khusus.

(52)

Materi yang digunakan oleh guru selama pembelajaran sastra berlangsung diambil dari berbagai sumber sesuai dengan bahan apresiasi apa yang digunakan. Jenis materi pembelajaran yang digunakan guru dibagi menjadi dua macam yaitu bahan apresiasi tidak langsung dan bahan apresiasi langsung. Bahan apresiasi tidak langsung berupa teori sastra dan sejarah sastra sedangkan bahan apresiasi langsung berupa karya-karya sastra. Bahan apresiasi tidak langsung digunakan sebagai penunjang keberhasilan pembelajaran oleh guru karena menjadi dasar siswa untuk memahami materi dan mengerjakan tugasnya.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan guru. Guru mendapatkan bahan apresiasi tidak langsung ini dari buku paket dan LKS. Selain kedua sumber tersebut, guru juga melakukan browsing di internet untuk mencari bahan apresiasi tidak langsung. Guru mengemukakan bahwa browsing di internet sangat membantu mendapatkan materi tambahan karena banyaknya bahan materi yang tersedia di sana.

(53)

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, buku paket dan LKS masih menjadi pegangan utama guru dalam mengajarkan materi pembelajaran sastra. buku paket yang digunakan yaitu Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas XI Semester 1 yang diterbitkan oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. LKS yang digunakan yaitu Penunjang Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester 1 yang diterbitkan oleh Penerbit WDP. Guru biasanya menginstruksikan siswa untuk membaca penjelasan materi yang terdapat kedua buku tersebut terlebih dahulu ketika memberikan tugas. Cerpen yang digunakan dalam pembelajaran pun adalah cerpen yang terdapat dalam buku paket dan LKS yang dipakai.

Fokus pembelajaran sastra yang dilaksanakan di kelas XI MAN Maguwoharjo adalah bahan apresiasi sastra langsung berupa teks cerpen. Bahan apresiasi langsung cerpen ini bersumber dari buku paket dan LKS. Cerpen dari buku paket berjudul “Perihal Orang Miskin yang Bahagia” karya Agus Noor dan

cerpen dari LKS berjudul “Maling” karya Lidya Kartika Dewi. Guru melaksanakan pembelajaran sastra dengan mengintegrasikan bahan apresiasi langsung dengan 4 keterampilan berbahasa yaitu berbicara, menyimak, membaca, dan menulis, sehingga kemampuan bersastra siswa dapat sejajar dengan kemampuan berbahasanya.

(54)

sastra tersebut dimunculkan dan kemudian dituangkan ke dalam RPP. Pada penyusunan pada RPP guru juga memperhatikan kesesuaian alokasi waktu pembelajarannya. Dalam wawancara yang dilakukan, guru mengemukakan bahwa dia melakukan penyesuaian materi pada siswa berkebutuhan khusus. Contohnya guru memilih materi yang bukan berupa gambar yang dianggap sulit oleh siswa tunanetra. Pada wawancara dengan siswa tunanetra, dia mengungkapkan hal yang sama yaitu merasa kesulitan jika materi yang diberikan berupa gambar. Oleh karena itu, guru melakukan hal ini yang bertujuan agar siswa tunanetra dapat mengikuti pembelajaran secara lancar.

Dalam wawancara, guru menyatakan bahwa pembelajaran sastra yang dilakukannya tidak menggunakan sumber materi berhuruf braille. Hal ini dikarenakan guru tidak menguasai huruf braille. Guru tidak dapat menulis dan membaca huruf braille. Apabila siswa tunanetra membutuhkan, guru akan meminta bantuan kepada guru pendamping program inklusi yang ada di MAN Maguwoharjo untuk menerjemahkan dalam huruf braille. Biasanya hal ini dilakukan pada soal-soal ujian untuk siswa tunanetra.

(55)

sastra ini dengan tujuan pembelajaran bahasa yang dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Guru mencapai tujuan pembelajaran tersebut dengan mengaplikasikan 4 keterampilan berbahasa dalam pelaksanaannya. Guru menekankan bahwa salah satu cara meningkatkan apresiasi siswa pada karya sastra adalah dengan banyak membaca. Oleh karena itu, salah satu upaya guru untuk mencapai tujuan pembelajarannya adalah membiasakan siswa untuk membaca. Guru mengemukakan dia memberi tugas membaca karya sastra di rumah kepada siswa dan kemudian mereka mengumpulkan sinopsis dari apa yang telah mereka baca.

Guru sendiri tidak selalu meyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa namun pada RPP guru selalu mencantumkan tujuan pembelajarannya. Pada KD 3.8 dan KD 4.8 terdapat dua tujuan yaitu siswa dapat mendeskripsikan struktur cerita pendek dan siswa dapat menjelaskan unsur-unsur cerita pendek yang dibacanya. Pada KD 3.9 dan KD 4.9 memiliki dua tujuan yaitu siswa dapat mendeskripsikan struktur cerita pendek dan siswa dapat menjelaskan unsur-unsur cerita pendek yang dibacanya.

(56)

dimilikinya untuk kemudian dihubungkan dengan pengetahuan yang akan disampaikan guru.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, materi sastra yang diajarkan selama waktu penelitian adalah sebagai berikut.

Tabel 5: Materi Pembelajaran Sastra Kelas XI MAN Maguwoharjo Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran 3.8 Mengidentifikasi nilai-nilai

 Unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen

 Kebahasaan cerpen (majas, peribahasa, ungkapan) 4.8 Mendemostrasikan salah satu

nilai kehidupan yang dipelajari dalam cerita pendek 4.9 Mengkonstruksi sebuah cerita

pendek dengan memperhatikan unsur-unsur pembangun cerpen

(57)

siswa dapat memiliki gambaran ketika hendak melaksanakan tugas membuat cerpen.

Tabel 6: Kompetensi Dasar dan Indikator pada RPP yang Dibuat Guru

Kompetensi Dasar Indikator Mengkonstruksi sebuah cerita pendek dengan memerhatikan unsur-unsur pembangun cerpen.

 Mengidentifikasi cerpen dengan memerhatikan unsur-unsur pembangun cerpen

 Menyusun kembali cerpen dengan memerhatikan unsur-unsur pembangun cerpen

Pada KD 3.8 dan KD 4.8 memiliki dua indikator yaitu menentukan unsur intrinsik, ekstrinsik, dan nilai-nilai dalam cerpen serta menerapkan nilai-nilai dalam cerpen ke dalam kehidupan sehari-hari. Bahan apresiasi langsung yang digunakan pada kedua KD ini adalah teks cerpen berjudul “Maling” yang

(58)

Terdapat dua indikator pada KD 3.9 dan KD 4.9 yaitu mengidentifikasi cerpen dengan memerhatikan unsur-unsur pembangun cerpen dan menyusun kembali cerpen dengan memerhatikan unsur-unsur pembangun cerpen. Bahan apresiasi langsung yang digunakan adalah teks cerpen berjudul “Perihal Orang

Miskin yang Bahagia” yang ada di buku paket. Penguasaan materi yang baik

guru pada KD ini dapat dilihat dari cara menjelaskan materi kepada siswa dan pemberian contoh oleh guru. Selain mengaitkan isi cerpen dengan kehidupan siswa, guru juga secara implisit selalu menyisipkan pesan dan nasihat ketika menjelaskan materi sastra.

Penyampaian materi sastra selama pembelajaran berlangsung sebagian besar menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun berdasarkan pengamatan, guru beberapa kali menggunakan bahasa daerah ketika menjelaskan materi sastra. Guru tidak memaksakan harus menggunakan bahasa Indonesia sepenuhnya. Hal ini bertujuan untuk menekankan penjelasan tentang materi yang disampaikan sehingga membuat siswa dapat lebih mudah dalam memahaminya.

2. Metode Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi MAN Maguwoharjo

(59)

terdapat siswa berkebutuhan khusus tunanetra, guru juga menerapkan metode asuh sebaya.

Guru mengungkapkan dalam wawancara bahwa alasan penggunaan metode pembelajaran sastra disesuaikan pada ketepatan metode-metode tersebut dengan situasi kelas. Selain situasi kelas, penyesuaian juga dilakukan dengan mengacu pada karakteristik siswa tiap kelasnya. Guru mengemukakan bahwa selama menjadi guru di MAN Maguwoharjo dia selalu memperhatikan karakteristik siswa-siswa di kelas. Setiap kelas memiliki karakteristik yang berbeda, tergantung dari jurusannya. Oleh karena itu, metode pembelajaran yang digunakan juga berbeda. Berikut kutipan wawancara dengan guru.

(60)

Tabel 7: Penggunaan Metode dalam Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran Metode yang Digunakan Guru menjelaskan materi Ceramah

Tanya-jawab Guru menugaskan siswa mengerjakan

soal LKS dan membuat cerpen

Penugasan

Hasil pengamatan selama pembelajaran sastra menunjukkan bahwa guru tidak hanya menggunakan satu metode saja ketika mengajar. Beberapa metode pembelajaran digunakan sekaligus selama pembelajaran sastra berlangsung. Metode-metode pembelajaran digunakan secara bergantian meskipun terdapat metode yang tidak tercantum dalam RPP.

Hal tersebut juga diungkapkan dalam wawancara guru. Guru mengemukakan bahwa pembelajaran sastra yang berlangsung menggunakan banyak metode. Alasan guru memakai berbagai metode dalam pembelajaran adalah supaya siswa dapat belajar dengan menyenangkan. Ketika siswa merasa senang dengan pembelajaran yang dilakukan, maka siswa akan lebih mudah dan cepat dalam memahami materi pembelajaran oleh guru.

(61)

pada praktik. Guru mengungkapkan bahwa pembelajaran sastra yang dilakukannya tidak terlalu banyak memberikan materi namun berbasis tugas sehingga penggunaan metode ceramah bukan prioritas dalam pembelajaran.

Siswa dalam wawancara juga mengungkapkan bahwa guru hanya menjelaskan sedikit materi kemudian langsung memberi tugas. Siswa mengemukakan bahwa meskipun guru menjelaskan materi dengan runtut namun karena porsinya sedikit mereka merasa kesulitan ketika mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Siswa merasa bahwa metode ceramah yang sedikit tidak efektif bagi pembelajaran karena mereka menjadi kurang paham dengan materi sastra yang diberikan sehingga ketika diberikan tugas oleh guru mereka asal mengerjakan saja.

Namun demikian, metode ceramah ini justru disukai oleh siswa berkebutuhan khusus tunanetra. Keterbatasan penglihatan yang dimiliki oleh siswa tunanetra membuat mereka memiliki pendengaran yang lebih kuat. Metode ini sangat efektif bagi siswa tunanetra yang mengandalkan pendengarannya selama pembelajaran sastra berlangsung. Siswa tunanetra lebih mudah memahami materi yang diberikan oleh guru jika disampaikan dengan metode ceramah. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, metode ini merupakan metode yang paling cocok untuk diaplikasikan kepada siswa tunanetra.

(62)

metode tanya-jawab adalah untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Siswa yang belum memahami materi pembelajaran sastra akan bertanya kepada guru.

Guru juga mengaplikasikan metode ini ketika metode penugasan dan diskusi sedang dilakukan. Ketika guru berkeliling memantau siswa yang sedang mengerjakan tugas, guru juga melakukan tanya-jawab pada siswa. Berdasarkan pengamatan, siswa sering kali menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti dari tugas yang sedang dikerjakan kepada guru.

Berdasarkan hasil pengamatan, siswa tunanetra cenderung pasif ketika guru mengaplikasikan metode tanya-jawab selama pembelajaran sastra berlangsung. Ketika guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya, siswa tunanetra terlihat tidak bertanya langsung, begitu juga ketika sedang mengerjakan tugas. Siswa tunanetra justru bertanya lewat teman sebangkunya. Guru harus menghampiri dan bertanya kepada siswa tunanetra untuk memastikan bahwa siswa tunanetra tersebut sudah memahami materi sastra yang diberikan.

Metode penugasan selalu digunakan oleh setiap pembelajaran sastra berlangsung. Hal ini dikarenakan guru lebih mengarahkan pembelajaran sastra yang dilakukannya ke arah praktik. Guru mengungkapkan dalam wawancara bahwa pembelajaran sastra di kelas XI lebih banyak praktik dengan disisipi teori-teori namun hanya dalam porsi sedikit. Siswa juga mengungkapkan bahwa guru hampir setiap pertemuan memberikan tugas seperti tugas membuat cerpen.

(63)

Guru juga melatih siswa untuk terbiasa membaca karya sastra dengan metode ini. Hal ini dikarenakan hampir semua tugas yang diberikan pada siswa terdapat kegiatan membaca karya sastra. Guru berharap minat baca siswa kelas XI di MAN Maguwoharjo terhadap karya sastra dapat meningkat. Jika minat baca siswa terhadap karya sastra tinggi, maka kemampuan apresiasi sastra mereka pun akan ikut meningkat.

Pada metode penugasan ini siswa tunanetra selalu bekerja sama dengan teman sebangkunya untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini juga diungkapkan pada hasil wawancara yang dilakukan terhadap keduanya. Mereka mengemukakan bahwa selalu saling menolong dalam aktivitas pembelajaran di kelas.

Teman sebangku siswa tunanetra bertugas untuk membacakan soal-soal dan menulis jawaban. Lembar jawab dan LKS tidak berada di hadapan siswa tunanetra melainkan di hadapan teman sebangkunya. Siswa tunanetra mendengarkan dengan seksama Berdasarkan pengamatan, siswa tunanetra mendengarkan dengan seksama ketika teman sebangkunya membacakan soal. Siswa tunanetra menyampaikan pendapat yang dimilikinya setelah soal selesai dibacakan. Keduanya kemudian mendiskusikan dan memilih jawaban yang dirasa benar.

(64)

siswa. Pembagian kelompok dilakukan secara acak oleh guru. Hal ini dilakukan guru dengan tujuan supaya siswa lebih dapat berbaur satu sama lain.

Guru kemudian menugaskan mereka membaca cerpen “Perihal Orang Miskin yang Bahagia” karya Agus Noor yang terdapat pada buku paket. Para

siswa saling berdiskusi mengenai isi yang terkandung dalam cerpen tersebut. Selama pelaksanaan metode diskusi, para siswa diperbolehkan memanfaatkan telepon genggam dan laptop yang mereka miliki untuk mencari bahan dari internet.

Berdasarkan pengamatan, sebagian besar siswa terlihat aktif ketika berdiskusi. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa siswa dalam tiap kelompok yang pasif atau tidak serius. Guru menegur siswa-siswa tersebut karena mengganggu teman-teman yang sedang berdiskusi. Setelah mendapat teguran dari guru, pelaksanaan metode diskusi berlangsung dengan tertib kembali. Metode tanya-jawab diaplikasikan selama pelaksanaan metode diskusi. Beberapa kali siswa bertanya pada guru jika ada hal yang kurang dimengerti.

(65)

sesuai dengan pemahaman yang didapatkannya. Sekretaris kelompok kemudian mencatat pendapat siswa tunanetra dan anggota kelompok lainnya.

Berdasarkan hasil pengamatan, metode asuh sebaya diaplikasikan dalam pembelajaran di kelas yang terdapat siswa tunanetra. Metode ini dilakukan selama berlangsungnya metode penugasan dan diskusi. Siswa berkebutuhan khusus memerlukan pendamping agar mendapatkan pantauan dan bimbingan khusus. Guru mengungkapkan dalam wawancara bahwa tugas pembelajaran sastra selalu terdapat kegiatan membaca sehingga siswa berkebutuhan khusus terlebih siswa tunanetra memerlukan bantuan.

Ketika guru menugaskan siswa membaca cerpen berjudul “Perihal Orang Miskin yang Bahagia”, teman sebangku siswa tunanetra akan membacakannya.

Hal tersebut merupakan cerminan dari metode asuh sebaya yang terjadi selama pembelajaran sastra berlangsung. Peran sebagai pelaksana metode asuh sebaya diberikan kepada teman sebangkunya. Teman sebangku siswa tunanetra membantu aktivitas belajarnya selama di kelas. Siswa tunanetra dalam wawancara mengatakan bahwa dia kesulitan ketika pembelajaran menggunakan media gambar. Di sinilah teman sebangkunya berperan sebagai asuh untuk mendampingi. Teman sebangkunya akan memberikan penjelasan mengenai soal-soal yang sedang dikerjakan.

(66)

3. Evaluasi Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi MAN Maguwoharjo

Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara, dan RPP, guru melaksanakan evaluasi pada pembelajaran sastra yang dilakukan di kelas XI MAN Maguwoharjo. Evaluasi dilakukan oleh guru untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah diberikan oleh guru selama pembelajaran. Alasan lainnya adalah untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran sastra yang telah direncanakan oleh guru sudah tercapai.

Evaluasi pembelajaran sastra yang dilaksanakan oleh guru didasarkan pada silabus yang telah ditetapkan. Guru kemudian menuangkan poin evaluasi tersebut dalam RPP dan menerapkannya dalam pembelajaran sastra yang berlangsung di kelas. Guru juga menyesuaikan kriteria penilaian untuk siswa tunanetra terlebih untuk kegiatan yang sifatnya membaca. Siswa tunanetra mengungkapkan dalam wawancara bahwa untuk beberapa tugas yang diberikan, teman sebangkunya membacakan soal untuknya dan mereka mengerjakan tugas tersebut secara bersama-sama. Nilai tugas yang didapatkan juga diberikan bersamaan.

(67)

tercantum pada RPP yaitu kelengkapan isi cerpen, tata tulis, ejaan, organisasi isi cerpen, dan kesinambungan.

Evaluasi psikomotorik pada RPP merupakan bagian dari penilaian sikap siswa. Ranah psikomotorik meliputi sikap siswa selama mengikuti pembelajaran sastra di kelas. Pada RPP terdapat lima aspek yang dinilai. Kelima aspek tersebut yaitu keaktifan, minat belajar, kesiapan menerima pelajaran, ketepatan mengerjakan tugas, dan etika.

Pada pembelajaran sastra yang dilakukan, guru melakukan evaluasi berupa nontes dan tes. Evaluasi nontes digunakan untuk mengetahui proses dan perkembangan siswa selama mengikuti pembelajaran sastra. Evaluasi yang termasuk sebagai evaluasi nontes adalah evaluasi sikap. Guru mengungkapkan dalam wawancara bahwa dia melakukan evaluasi dengan tertulis kemudian pengamatan tingkah laku siswa ketika mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Selain itu, guru menilai hasil kerja suatu produk akhir pembelajaran termasuk keseriusan pengerjaannya.

(68)

nilai karena guru tidak menguasai huruf braille. Siswa tunanetra dalam wawancara mengungkapkan bahwa lebih menyukai mengerjakan dengan diketik karena jika menggunakan huruf braille melelahkan. Penulisan cerpen dengan huruf braille juga membutuhkan halaman yang lebih banyak.

Evaluasi tertulis dilakukan untuk mengukur keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran sastra. Hal yang dinilai adalah tugas menganalisis cerpen yang terdapat dalam buku paket, soal pilihan ganda dan uraian pada LKS, serta hasil akhir berupa produk karya sastra siswa. Guru juga melakukan penilaian sikap selama pembelajaran berlangsung.

Waktu pelaksanaan evaluasi pembelajaran sastra kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo dilaksanakan selama berlangsungnya pembelajaran dan setelah pembelajaran berlangsung. Evaluasi yang dilakukan pada saat berlangsungnya pembelajaran sastra adalah penilaian sikap siswa. Evaluasi yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran adalah evaluasi tertulis.

(69)

Berdasarkan pengamatan, keterlibatan siswa ketika berdiskusi menjadi poin penting yang diperhatikan dengan seksama oleh guru. Selama berdiskusi, siswa terbagi menjadi dua tipe. Tipe pertama adalah siswa-siswa yang serius selama diskusi berlangsung. Tipe kedua adalah siswa yang sibuk mengobrol dan tidak ikut berpartisipasi dalam diskusi kelompok. Guru memastikan bahwa siswa yang serius dalam berdiskusi mendapatkan penilaian yang tinggi sedangkan siswa yang mengobrol mendapatkan nilai yang rendah. Rata-rata hasil penilaian sikap pada tiga kelas yang dijadikan objek penelitian adalah 78,5.

Evaluasi pembelajaran sastra yang dilakukan pada akhir pembelajaran adalah evaluasi dalam bentuk tertulis. Evaluasi bentuk ini bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi sastra yang telah diberikan sehingga guru dapat memberikan nilai yang sesuai. Berdasarkan pengamatan, tugas tertulis yang dikerjakan oleh siswa yaitu soal-soal yang terdapat pada LKS, tugas menemukan isi cerpen yang dibaca, dan tugas membuat cerpen.

Gambar

Gambar I : Wawancara dengan Pengelola Program Inklusi ...
Tabel 2: Jumlah Siswa Inklusi MAN Maguwoharjo
Tabel 4: Hasil Penelitian Pelaksanaan Pembelajaran Sastra Kelas XI MAN
Tabel 5: Materi Pembelajaran Sastra Kelas XI MAN Maguwoharjo
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bekasi Nomor : 600/06-Disbimarta/sk/IV/2012 tanggal 17 April 2012 telah melakukan telah selesai melakukan proses pelelangan dengan rincian sebagai berikut :I. Nama Kegiatan

is a figure of speech used in rhetoric in which a thing or concept is not called by its own name, but by the name of something intimately associated with that thing or concept.

Kecamatan Minggir merupakan kecamatan paling barat di Kabupaten Sleman yang merupakan penghasil padi dan satu-satunya penghasil mendong di Kabupaten Sleman khususnya di

[r]

2016 pada Unit Layanan Pengadaan (ULP) Pemerintah Kabupaten Simalungun untuk kegiatan tersebut diatas, dengan ini ditetapkan perusahaan-perusahaan dibawah ini sebagai Pemenang,

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena Allah Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan

yang disampaikan secara online melalui Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) untuk paket kegiatan: Pada hari ini Senin Tanggal Dua Puluh Lima Bulan Juni Tahun Dua Ribu Dua

demikian visualisasi yang disertai aksi akan dapat diingat lama oleh otak.. Dalam satu penelitian, para mahasiswa fisika di Southwest