• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi Gel Ekstrak Daun Teh Hijau (Camellia Sinensis, L.) Dan Uji Aktivitas Terhadap Pertumbuhan Rambut Tikus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Formulasi Gel Ekstrak Daun Teh Hijau (Camellia Sinensis, L.) Dan Uji Aktivitas Terhadap Pertumbuhan Rambut Tikus"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

Lampiran 5. Serbuk daun teh (Camellia sinensis L.)

(6)

Lampiran 7. Alat-alat

pH meter

(7)

Lampiran 8. (Lanjutan)

Alat destilasi

(8)

Lampiran 9. Bagan proses pembuatan ekstrak

2 kg Daun Teh

Dicuci dari pengotor sampai bersih Ditiriskan

Disimpan dalam wadah tertutup sebelum digunakan

300 gram serbuk simplisia

Dimasukkan kedalam wadah

Ditambahkan 2000 ml etamol 70% hingga serbuk terendam

Dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil sesekali diaduk

Disaring

Ampas Maserat I

Dimaserasi menggunakan etanol 70% sebanyak 1000 ml

(9)

Lampiran 10. (Lanjutan)

Ekstrak kental

Diformulasi dengan basis gel

Sediaan uji (penumbuh rambut)

konsentrasi 2.5%, 5%, 7.5%

Diuji aktivitas pertumbuhan rambut Diuji stabilitas fisik Uji iritasi

(10)

Lampiran 11. Sediaan gel ekstrak daun teh hijau pada awal minggu

Lampiran 12. Sediaan gel ekstrak daun teh hijau pada minggu ke – 4

B

FI FII FIII

B

(11)

Lampiran 13. Sediaan gel ekstrak daun teh hijau pada minggu ke – 8

Lampiran 14. Sediaan gel ekstrak teh daun hijau pada minggu ke – 12

Keterangan :

B = Formula tanpa mengandung ekstrak daun teh hijau FI = Formula mengandung 2,5 % ekstrak teh hijau FII = Formula mengandung 5 % ekstrak teh hijau FIII = Formula mengandung 7,5% ekstrak teh hijau

B FIII

FII FI

FIII B

(12)

Lampiran 15. Hasil uji homogenitas

Keterangan :

B = Formula tanpa mengandung ekstrak daun teh hijau FI = Formula mengandung 2,5 % ekstrak teh hijau FII = Formula mengandung 5 % ekstrak teh hijau FIII = Formula mengandung 7, 5% ekstrak teh hijau

(13)

Lampiran 16. Hasil uji aktivitas gel ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis,

L.) terhadap pertumbuhan rambut tikus hari ke-0

I.

a b

c d

II.

(14)

Lampiran 16. (Lanjutan)

c d

III.

a b

(15)

Lampiran 16. (Lanjutan)

IV.

a b

c d

V.

(16)

Lampiran 16. (Lanjutan)

c d

VI.

a b

(17)

Lampiran 17. Hasil uji aktivitas gel ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis,

L.) terhadap pertumbuhan rambut tikus setelah 7 hari perawatan

I.

a b

c d

II.

(18)

Lampiran 17. (Lanjutan)

c d

III.

a b

(19)

Lampiran 17. (Lanjutan)

IV.

a b

c d

V.

a b

(20)

Lampiran 17. (Lanjutan)

c d

VI.

a b

c d

(21)

Lampiran 18. Hasil uji aktivitas gel ekstrak daun teh hijau Camellia sinensis, L.)

terhadap pertumbuhan rambut tikus setelah 14 hari perawatan

I.

a b

c d

II.

(22)

Lampiran 18. (Lanjutan)

c d

III.

a b

(23)

Lampiran 18. (Lanjutan)

IV.

a b

c d

V.

(24)

Lampiran 18. (Lanjutan)

c d

VI.

a b

c d

(25)

Lampiran 19. Hasil uji aktivitas gel ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis. L)

terhadap pertumbuhan rambut tikus setelah 21 hari perawatan

I.

a b

c d

II.

(26)

Lampiran 19. (Lanjutan)

c d

III.

a b

(27)

Lampiran 19. (Lanjutan)

IV.

a b

c d

V.

(28)

Lampiran 19. (Lanjutan)

c d

VI.

a b

c d Keterangan:

I : Kelompok hewan I

II : Kelompok hewan II

III : Kelompok hewan III

IV : Kelompok hewan IV

V : Kelompok hewan V

VI : Kelompok hewan VI

a : Tikus 1

b : Tikus 2

c : Tikus 3

(29)

Lampiran 20. Hasil diameter rambut ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis,

L.) terhadap pertumbuhan rambut tikus setelah 21 hari perawatan

(i) (ii)

(iii) (iv)

(vi) (vii)

Keterangan:

i : Rambut kelompok tanpa treatment ii : Rambut kelompok basis gel

iii : Rambut kelompok pembanding

(30)

Lampiran 21. Hasil rata-rata berat rambut awal sebelum diberikan gel ekstrak

daun teh hijau (Camellia sinensis, L.)

(31)

Lampiran 22. Hasil rata-rata berat rambut setelah 21 hari perawatan diberi gel

ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis, L.)

Kelompok Hewan Rata –rata berat rambut setelah (mg)

(32)

Lampiran 23. Hasil rata-rata panjang rambut setelah 7 hari pemberian gel

ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis, L.)

Kelompok No Panjang rambut tikus (mm)

(33)
(34)

Lampiran 24. Hasil rata – rata panjang rambut setelah 14 hari pemberian gel ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis, L.)

Kelompok No Panjang rambut tikus (mm)

(35)
(36)

Lampiran 25. Hasil rata – rata panjang rambut setelah 21 hari pemberian gel ekstrak daun teh hijau (Camellia Sinensis, L.)

Kelompok No Panjang rambut tikus (mm)

(37)
(38)

Lampiran 26. Hasil diameter rambut setelah 21 hari diberikan gel ekstrak daun

teh hijau (Camellia sinensis,L.)

Kelompok No Diameter rambut tikus (mm)

(39)

Lampiran 27. Perhitungan pemeriksaan kadar air ekstrak teh hijau

a. Berat sampel : 5,003 gr Volume air : 0,7 ml

% ����� ��� = ,, x %

= 3, %

b. Berat sampel :5,004 gr Volume air : 0,9 ml

% ����� ��� = ,, × %

= , %

c. Berat sampel : 5,001 gr Volume air : 0,8 ml

% ����� ��� =5,, × %

= 5, %

% ����� ��� ����� = , %+ , %+ , %

=

15,98%

% kadar air =

� � ���

(40)

Lampiran 28. Hasil uji pH

Sediaan Lama penyimpanan (minggu)

(41)

Lampiran 29. Hasil stasistik

Tests of Normality

Formula Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

(42)

Lampiran 29. (Lanjutan)

kelompok pembanding 4 8,6500

konsentrasi 2,5% 4 8,8625

konsentrasi 5% 4 9,8375

konsentrasi 7,5% 4 10,6250

Sig. 1,000 1,000 ,553 1,000 1,000

(43)

Lampiran 29. (Lanjutan)

kelompok tanpa treament 4 7,7750

konsentrasi 7,5% 4 9,1375

kelompok pembanding 4 11,0750

Sig. ,886 ,897 1,000 1,000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000

P.hari21

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, J. Dkk. (2014) . Green Tea (Camellia Sinensa, L.) Ethanolic Extract As

Hair Tonic In Nutraceutical: Physical Stability, Hair Growth Activity On Rats Safety Tes. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical

Sciences. ISSN-0975-1491. Vol 6.

Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Penerjemah: Farida Ibrahim. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Halaman 390-393.

Barel, A.O., Paye, M., dan Howard I.M. (2009). Handbook of Cosmetic Science

and Technology. Edisi ketiga. New York: Informa Healthcare. Halaman

473, 514.

Bariqina, E,. Dan ideawati, Z,. (2001). Perawatan dan penataan rambut. Adicipta. Jakarta. Halaman : 2, 14, 15

Das S, Haldar K, pramanik G. (2011). Formulation And Evaluation Of Herbal Gel

Containing Clerodendron Infortunatum Leaves Extract. International

journal of pharm tech research. India. Vol. 3, No 1, pp 140 -143.

Dalimartha, S. (1999), Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid I, Trabus Agriwijaya, Jakarta. Halaman 86.

Dalimartha, S., dan Soedibyo M. (1999). Perawatan Rambut Dengan Tumbuhan

Obat Dan Diet Suplemen, Swadaya, Jakarta. Halaman 1-10, 28-33.

Draelos, Z.D., dan Thaman, L.A. (2006). Cosmetic Formulation of Skin Care

Products. New York: Taylor and Francis Group. Halaman 191, 234- 235.

Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Depkes. Halaman 10-11.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen kesehatan Republik Indonesia. Halaman 7.

Ditjen POM . (1979). Farmakope Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 9, 33, 817.

Djuanda, A. (2005). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi IV. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Halaman 303.

Esfandiari A, & Kelly AP. (2005). The Effects Of Tea Polyphenolic Compounds

On Hai Loss Among Rodents. J Nalt Med Assoc 2005;97:1165-9.

(45)

Harborne, J.B., (1973). Metode fitokimia: penentuan cara modern menganalisis tumbuhan, diterjemahkan oleh Kosasis, P., And Iwang, S., Edisi Kedua, ITB, bandung. Halaman : 123.

Hsu S .(2005) Gren Tea And The Skin. J Am Acad Dermatol 2005;52:1049-59.doi 10.1016/j.jaad.2004.12.044.

Kim KHA, Kwon OS, Han JH, Yoo HG, Chung JH, Cho KH, et al. (2007).

Human hair growrt enhancement in vitro by green tea epigallocatechin-3-gallate (EGCG). Phytomedicine 2007;14;551-555, doi:10.1016/j.phymed.

2006.09.009.

Junqueira, L,.C.(1997). Basis histologi. Edisi ke delapan. EGC. Jakarta. Halaman 364

Mahmood T, Akhtar N, & Khan BA. (2010) The Morphologi, Characteristics,

And Medicinal Properties Of Camellia Sinensis’ Tea. J Med Plans Res

2010;4:2028-2033.doi:10.5897/JMPR10.010.

Meyvis, T.K.L., De Smedt, S.C., Demeester, J., Hennink, W.E. (2000). Influence

Of The Degradation Mechanisme Of Hydrogels On Their Elastic And Swelling Properties During Degradation, Macromolecules, 33,4717- 4725.

Muliyawan, D., dan suriana, N,. (2013). A-Z tentang kosmetik. Gramedia. Jakarta. Halaman :246-247.

Putro, S. D,. (1997). Perawatan kulit dan rambut normal. Jakarta. Halaman :12-13.

Rawlins, E.A. (2003). Betley of Pharmaceuttics. Edisi ke-18. London: Baillierre Tindall. Halaman 22, 31.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., Owen, S.C., (2009). Handbook of pharmaceutical

exipients. Pharmaceutical press. London. Halaman :110-113, 441-444,

592-594, 754-755.

Rukmana, H.R., dan Yudirachman, H.H,. (2015). Untung Selangit Dari Agribisnis

Teh. Edisi I. Yogyakarta: Penerbit Lily Publisher. Halaman 14-15, 22- 27,

42-46.

Setiawan, Tri. (2010). Uji Stabilitas Fisik Dan Penentuan Nilai SPF Krim Tabir

(46)

Oktil Metoksinamat dan Titanum Dioksida. Program Sarjana Farmasi,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Depok.

Tranggono, R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan

Kosmetik. Editor: Joshita Djajadisastra . Jakarta: Penerbit Pustaka Utama.

Halaman 34, 165-166.

Voigt, R. (1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Halaman 170, 436.

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental. Penelitian ini meliputi pembuatan ekstrak daun teh hijau, pembuatan sediaan gel ekstrak teh hijau, pemeriksaan terhadap sediaan gel (bentuk, bau, warna, uji homogenitas, uji pH, uji stabilitas sediaan, uji viskositas, dan uji iritasi), dan pengujiaan kemampuan sediaan sebagai penyubur rambut.

3.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: pH meter (Hanna Instrumen), viskometer Brookfield, rotary evaporator (Haake D), blender, lemari pengering, pipet tetes, jangka sorong, mortir, stamfer, spatula dan peralatan gelas di laboratorium.

3.2Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak daun teh hijau, etanol 70%, karbopol 934, metil paraben, propil paraben, propilen glikol, trietanolamin, dan akuades.

3.3Hewan uji

Hewan uji yang digunakan adalah tikus sebanyak 24 ekor dibagi menjadi enam kelompok, masing-masing kelompok yaitu:

(48)

c. Kelompok III : Diberi sediaan gel Formula I (konsentrasi ekstrak daun teh

f. Kelompok VI : Diberi pembanding (produk Sari Ayu)

3.4Prosedur Kerja

3.4.1 Pengumpulan dan pengolahan sampel

3.4.1.1 Teknik pengumpulan sampel daun teh hijau

Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan tumbuhan daerah yang satu dengan daerah lain. Bahan yang diambil adalah pucuk daun teh hijau yang masih segar, bewarna hijau yang diperoleh dari PT. Perkebunan Nusantara IV (persero) Medan – Sumatera Utara. Bagian daun yang diambil adalah pucuk yang berada tiga helai dari bagian daun.

3.4.1.2 Identifikasi tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Bogoriense Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor.

3.4.1.3 Pengolahan tumbuhan

(49)

blender, disimpan dalam wadah plastik yang tertutup rapat, terlindung dari panas dan sinar matahari.

3.4.1.4 Pembuatan ekstrak

Serbuk simplisia diekstraksi dengan cara maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70%. Sebanyak 300 g serbuk simplisia dimasukkan ke dalam wadah gelas berwarna gelap lalu dimaserasi dengan 2000 ml pelarut etanol 70% selama 5 hari terlindung dari cahaya matahari sambil sering diaduk, kemudian diserkai, diperas, disaring, dipisahkan maserat dengan ampas, lalu ampas dicuci dengan 1000 ml cairan penyari, maserat I dan II dicampur. Kemudian didiamkan selama 2 hari dan dienap tuangkan atau disaring. Maserat diuapkan dengan rotary

evaporator pada temperatur tidak lebih dari 40oC dan dikeringkan dengan freeze

dryer pada suhu -40oC sampai diperoleh ekstrak kental (Ditjen, POM., 1979).

3.4.1.5Penetapan kadar air ekstrak

(50)

sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 mL. Selisih kedua volume air, yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa (Ditjen, POM., 1995).

3.4.2 Pembuatan gel

3.4.2.1 Komposisi dasar gel

R/ Karbopol 934 1 g

Karbopol 934 dikembangkan diatas akuades sebanyak 20 bagian dari berat nya. Kemudian didiamkan 15 menit, lalu digerus. Ditambahkan metil paraben dan propil paraben yang telah dilarutkan dalam 5 ml air panas, lalu gerus, homogen. Ditambahkan propilen glikol dan tritanolamin yang telah dilebur, gerus homogen. Dicukupkan dengan akuades sedikit demi sedikit. Digerus hingga terbentuk massa gel (Das et al., 2011).

3.4.2.2 Cara pembuatan sediaan

a. Formula I

Cara pembuatan: ke dalam lumpang dimasukkan 2,5 g ekstrak daun teh hijau ditambahkan 97,5 g basis gel sambil gerus sampai homogen.

b. Formula II

(51)

c. Formula III

Cara pembuatan: ke dalam lumpang dimasukkan 7,5 g ekstrak daun teh hijau ditambahkan 92,5 g basis gel sambil gerus sampai homogen. Komposisi formula gel ekstrak daun teh hijau dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1 Komposisi formula gel ekstrak daun teh hijau

NO Nama Bahan B

FI = Formula mengandung ekstrak daun teh hijau 2,5% FII = Formula mengandung ekstrak daun teh hijau 5% FIII = Formula mengandung ekstrak daun teh hijau 7,5%

3.4.3Pemeriksaan stabilitas sediaan

Pemeriksaan stabilitas sediaan meliputi pemeriksaan bentuk, warna, bau, pH, dan viskositas. Pengamatan dilakukan pada suhu kamar pada saat setelah selesai dibuat sediaan dan setelah penyimpanan 4 minggu, 8 minggu dan 12 minggu .

3.4.3.1 Pemeriksaan bentuk, warna, bau dari sediaan

(52)

3.4.3.2 Pemeriksaan homogenitas sediaan

Cara: sejumlah tertentu sediaan dioleskan pada dua keping kaca, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen, POM., 1979).

3.4.3.3 Penentuan pH sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan mengunakan pH meter.

Cara: alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar pH netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut, elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan kertas tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling, kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut, sampai alat menunjukkan harga pH yang konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan harga pH sediaan (Rawlins, 2003).

3.4.3.4 Penentuan viskositas sediaan

Penentuan viskositas sediaan menggunakan viskometer Brookfield.

(53)

3.4.4 Uji iritasi terhadap kulit sukarelawan

Uji iritasi terhadap kulit sukarelawan dilakukan dengan cara uji terbuka (open test). Uji tempel terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada lengan bawah bagian dalam yang dibuat pada lokasi lekatan dengan luas tertentu (2,5 x 2,5 cm), dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada kulit lengan bawah bagian dalam sebanyak 2 kali sehari selama dua hari berturut-turut. Reaksi iritasi positif ditandai oleh adanya kemerahan, gatal-gatal, atau bengkak pada kulit lengan bawah bagian dalam yang diberi perlakuan. Adanya kemerahan diberi tanda (+), gatal-gatal (++), bengkak (+++) dan yang tidak menunjukkan reaksi apa-apa diberi tanda (-) (Wasitaatmadja, 1997; Tranggono dan Latifah, 2007).

3.4.5 Uji aktivitas terhadap pertumbuhan rambut

Tikus diaklimatisasi terlebih dahulu selama 2 minggu sebelum percobaan di lakukan, rambut pada punggung masing–masing tikus dicukur dengan alat pencukur rambut.

Semua hewan uji ditandai berbentuk segi empat pada punggung belakang berdiameter 4 x 4 cm, kemudian dioleskan krem depilatory (vit®). Hewan uji dibagi dalam VI kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 ekor tikus, dioleskan gel yang mengandung ekstrak daun teh hijau pada pagi dan sore hari selama 21 hari. Dengan perlakuan setiap kelompok yaitu :

a. Kelompok I : Tanpa treatment (tidak diberi apa-apa) b. Kelompok II : Diberi basis gel (hanya basis gel)

(54)

d. Kelompok IV : Diberi sediaan gel Formula II (konsentrasi ekstrak daun teh hijau 5%)

e. Kelompok V : Diberi sediaan gel Formula III (konsentrasi ekstrak daun teh hijau 7,5%)

f. Kelompok VI : Diberi pembanding (produk Sari Ayu)

3.4.5.1 Penentuan panjang rambut

Pengukuran panjang rambut dilakukan setelah 7, 14, dan 21 hari setelah dilakukan perawatan menggunakan gel ekstrak daun teh hijau. Pengukuran panjang rambut dilakukan dengan cara: 10 helai rambut terpanjang dicabut secara acak, masing-masing di ukur dengan menggunakan jangka sorong, dan kemudian dihitung rata-rata panjang rambut (Amin, 2014).

3.4.5.2 Penentuan berat rambut

Penimbangan berat rambut dilakukan dengan menimbang berat rambut pada hari sebelum pemberian gel dan setelah 21 hari pemberian gel ekstrak daun teh hijau (Amin, 2014).

3.4.5.3Penentuan diameter rambut

(55)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Ekstraksi Serbuk Daun Teh Hijau

Hasil Maserasi dari 300 g serbuk simplisia daun teh hijau dengan pelarut etanol 70%, diperoleh ekstrak kental 20,40 g ekstrak daun teh hijau berwarna coklat kehitaman.

4.2 Hasil Penetapan Kadar Air Ekstrak Daun Teh Hijau

Hasil penetapan kadar air ekstrak daun teh hijau adalah sebesar 15,98%. Hasil ini memenuhi persyaratan yang terdapat dalam Farmakope Herbal Indonesia yang menunjukkan bahwa kadar air tidak boleh lebih dari 16%.

4.3 Hasil Pemeriksaan Stabilitas Fisik Sediaan

4.3.1 Pemeriksaan bentuk, warna, bau dari sediaan gel ekstrak daun teh

hijau

Pemeriksaan bentuk, warna, bau dilakukan secara visual pada suhu kamar selama 12 minggu dengan rentang waktu pemeriksaan 4 minggu. Sediaan dinyatakan stabil jika tidak mengalami perubahan bentuk, warna, dan bau (Draelos dan Thaman, 2006).

(56)

Tabel 4.1 Data pengamatan perubahan bentuk, warna, dan bau sediaan gel ekstrak

daun teh hijau.

Pengamatan Sediaan Awal Lama Penyimpanan (minggu)

4 8 12

FI : Formula mengandung ekstrak daun teh hijau 2,5% FII : Formula mengandung ekstrak daun teh hijau 5% FIII : Formula mengandung ekstrak daun teh hijau 7,5% b : Baik

ck : Coklat kehitaman tw : Tidak bewarna bk : Bau Khas (Bau teh) tb : Tidak berbau

4.3.2 Pengamatan homogenitas sediaan gel ekstrak daun teh hijau

(57)

Tabel 4.2 Data pengamatan homogenitas sediaan gel ekstrak daun teh hijau

Pengamatan Sediaan Awal Lama Penyimpanan (minggu)

4 8 12

FI : Formula mengandung ekstrak daun teh hijau 2,5% FII : Formula mengandung ekstrak daun teh hijau 5% FIII : Formula mengandung ekstrak daun teh hijau 7,5% h : Homogen

Hasil pemeriksaan homogenitas pada awal pembuatan dan setelah penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar menunjukkan bahwa seluruh sediaan gel tidak memperlihatkan adanya butir-butir kasar pada saat sediaan dioleskan pada kaca transparan. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat homogen (Ditjen, POM., 1979).

4.3.3 Hasil pengamatan pH sediaan gel ekstrak daun teh hijau

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter (Hanna instruments). Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3 Data pengukuran pH sediaan gel ekstrak daun teh hijau.

Pengamatan Sediaan Awal Lama Penyimpanan (minggu)

4 8 12

(58)

Berdasarkan tabel 4.3 diatas pengukuran pH dari masing-masing formula selama pengamatan selama penyimpanan terjadi sedikit penurunan pH. Hasil uji stabilitas terhadap pH sediaan gel baik blanko maupun sediaan gel dari ekstrak daun teh hijau adalah 4,7-6,1. pH yang didapat sesuai dengan pH fisiologis kulit yaitu antara 4,5 - 6,5 (Tranggono dan Latifah, 2007).

Hasil pengukuran pH dari sediaan gel didapat bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun teh hijau yang ditambahkan, maka pH sediaan akan menurun. Ini dikarenakan pH ekstrak daun teh hijau memiliki pH asam lemah yaitu 5,3.

4.3.4. Pemeriksaan viskositas sediaan gel ekstrak daun teh hijau

Pemeriksaan viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer brookfield spindel 64 speed 12. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4 Data pengukuran viskositas sediaan gel ekstrak daun teh hijau.

Pengamatan

Sediaan Awal Lama Penyimpanan (minggu)

4 8 12

FI 42.417 * 42.333 * 41.835 * 41.666 * FII 10.167 * 9.756 * 9.592 * 8.833 * FIII 10.002 * 9.506 * 8.588 * 8.166 * Keterangan:

FI : Formula mengandung ekstrak daun teh hijau 2,5% FII : Formula mengandung ekstrak daun teh hijau 5% FIII : Formula mengandung ekstrak daun teh hijau 7,5%

 : centipoise (cPs)

(59)

asam membuat reaksi hidrolisis lebih cepat dibandingkan pH netral (Meyvis et al., 2000).

4.4 Uji Iritasi Sediaan Gel Ekstrak Daun Teh Hijau

Hasil uji iritasi terhadap sukarelawan pada sediaan gel ekstrak daun teh hijau menggunakan sediaan FIII yaitu formula yang mengandung ekstrak daun teh 7,5% dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5 Data hasil uji iritasi sediaan gel ekstrak daun teh hijau

Pengamatan Sediaan Sukarelawan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

FIII : Formula mengandung ekstrak daun teh hijau 7,5% - : Tidak terjadi reaksi

+ : Terjadi reaksi

Uji iritasi dilakukan terhadap 12 orang sukarelawan. Pengujian dilakukan dengan uji terbuka. Reaksi iritasi positif ditandai oleh adanya kemerahan, gatal-gatal, atau bengkak pada kulit lengan bawah bagian dalam yang diberi perlakuan selama dua hari berturut-turut.

(60)

4.5 Uji Aktivitas Gel Ekstrak Daun Teh Hijau Terhadap Pertumbuhan

Rambut

Hasil perhitungan rata-rata panjang rambut tikus tiap minggu dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini:

Tabel 4.6 Data hasil rata-rata panjang rambut tiap perlakuan per hari (n=4)

Keterangan :

FI : Formula yang mengandung ekstrak daun teh hijau 2,5% FII : Formula yang mengandung ekstrak daun teh hijau 5% FIII : Formula yang mengandung ekstrak daun teh hijau 7,5%

Data pada Tabel 4.6 menunjukkan hasil uji aktivitas pertumbuhan rambut tikus dari seluruh gel ekstrak daun teh hijau, dengan berbagai konsentrasi mengalami peningkatan panjang rambut. Pada Gambar 4.1 menunjukkan pertumbuhan rambut tikus kelompok tanpa treatment memiliki tingkat pertumbuhan rambut paling rendah, sedangkan kelompok pembanding yaitu

Kelompok Tikus

Perlakuan

(61)

(produk Sari Ayu) lebih cepat, dibandingkan dengan kelompok V. Kelompok gel yang mengandung ekstrak daun teh hijau 7,5% lebih cepat dibandingkan dengan sediaan yang mengandung ekstrak daun teh hijau 2,5% dan 5%. Pertumbuhan rambut ini kemungkinan terjadi karena adanya senyawa yang berkhasiat sebagai penyubur rambut didalam daun teh seperti senyawa katekin yaitu epigallokatekin-3-gallat dan turunannya. Diduga senyawa ini merupakan senyawa yang paling berperan dalam mempercepat pertumbuhan rambut dan kadar katekin yang paling tinggi (kandungan ekstrak daun teh yang terbesar) memberikan efek yang paling tinggi (Hsu, 2011).

Gambar 4.1 Grafik panjang rambut setelah 7,14 dan 21 hari pemberian gel

ekstrak daun teh hijau

Hasil analisis stasistik dengan test ANOVA yang menunjukkan adanya perbedaan secara bermakna antara keenam perlakuan (p < 0,05) setelah 7, 14, dan 21 hari perawatan, artinya keenam perlakuan tersebut memiliki aktivitas yang berbeda secara bermakna terhadap pertumbuhan rambut. Kemudian dilanjutkan

(62)

dengan uji Tukey HSD menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok VI (pembanding) dan kelompok III (ekstrak daun teh hijau 2,5%) setelah 7 hari perawatan. Sedangkan hasil uji Tukey HDS menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok II (basis gel) dan kelompok III (ekstrak daun teh hijau 2,5%), dan juga kelompok I (tanpa treatment) dan kelompok IV (ekstrak daun teh hijau 5%) setelah 14 hari perawatan. Hasil uji tukey HSD menunjukkan semua kelompok memiliki aktivitas pertumbuhan rambut secara signifikan, setelah 21 hari perawatan. Hasil uji aktivitas pertumbuhan rambut dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut ini:

a. Hasil uji aktivitas pertumbuhan rambut tikus pada hari ke-0

Tanpa treatment Basis gel Formula FI Formula FII

(63)

b. Hasil uji aktivitas pertumbuhan rambut tikus setelah 7 hari perawatan

Tanpa treatment Basis gel Formula FI Formula FII

Formula FIII Pembanding

c. Hasil uji aktivitas pertumbuhan rambut tikus setelah 14 hari perawatan

Tanpa treatment Basis gel Formula FI Formula FII

(64)

d. Hasil uji aktivitas pertumbuhan rambut tikus setelah 21 hari perawatan

Tanpa treatment Basis gel Formula FI Formula FII

Formula FIII Pembanding

Gambar 4.2 Hasil uji aktivitas pertumbuhan rambut pada hari ke 0 dan setelah 7,

14, dan 21 hari perawatan

4.6 Hasil Penimbangan Berat Rambut

(65)

cair. Ini disebabkan karena basis gel tidak stabil pada pH ekstrak daun teh hijau yang bersifat asam yaitu 5,3.

Tabel 4.7 Data hasil rata – rata berat rambut sebelum dicukur dan sesudah 21 hari

Kelompok uji Perlakuan

Rata rata berat rambut (gr)

Sebelum Kelompok III Diberi sediaan gel

Formula I

0,38 ± 0,031 0,78 ± 0,017 Kelompok IV Diberi sediaan gel

Formula II diberikan gel yang mengandung ekstrak daun teh hijau dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut:

Gambar 4.3 Grafik berat rambut sebelum dan sesudah 21 hari perawatan

0

Basis gel FI FII FIII Pembanding

(66)

4.7 Hasil Diameter Rambut

Hasil perhitungan rata–rata diameter rambut tikus pada hari ke 21 setelah diberikan gel yang mengandung ekstrak daun teh hijau dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini:

Tabel 4.8 Data hasil rata – rata diameter rambut tikus setelah 21 hari perawatan

Kelompok Uji Perlakuan Diameter Rambut Setelah 21

hari perawatan (mm)

Kelompok I Tanpa treatment 2,49 ± 0,01

Kelompok II

Diberi basis gel 3,10 ±0,02 Kelompok III Diberi sedian gel

Formula I

4,06 ± 0,03 Kelompok IV Diberi sedian gel

Formula II

Diberi pembanding 8,37 ± 0,02

(67)

Gambar 4.4 Grafik diameter rambut tikus sesudah 21 hari pemberian gel ekstrak

daun teh hijau

Tanpa treatment Basis gel Formula FI Formula FII

Formula FIII Pembanding

Gambar 4.5 Hasil diameter rambut tikus pada setelah 21 hari perawatan

0

Diameter rambut sesudah 21 hari perawatan

(68)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis, L.) dapat diformulasika ke dalam bentuk sediaan gel dengan konsentrasi 2,5; 5 dan 7,5%, dan semua formula sediaan gel stabil pada penyimpanan selama 12 minggu pada suhu kamar.

b. Sediaan Formula FIII yang mengandung daun ekstrak daun teh hijau 7,5% memberikan aktivitas pertumbuhan rambut yang paling cepat dibandingkan formula FI (formula dengan konsentrasi ekstrak daun teh hijau 2,5%) dan FII (formula dengan konsentrasi ekstrak daun teh hijau 5%), tetapi lebih lambat dibandingkan dengan pembanding.

5.2 Saran

(69)

BAB II

TINJAUAAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan Teh Hijau

2.1.1 Klasifikasi tumbuhan teh hijau

Menurut Rukmana dan Yudiracman (2015), sistematika (toksonomi) tumbuhan, tumbuhan teh diklasifikasikan sebagai berikut:

Kindom : Plantea

Divisio : Spermatophyta (tumbuhan biji)

Sub Divisio : Angiospermae (tumbuhan biji terbuka) Kelas : Dicotyledoneae (tumbuhan biji belah) Subkelas : Dialypetalae

Ordo (bangsa) : Guttiferales (Clusiales) Famili (suku) : Camelliaceae (Theaceae) Genus (marga) : Camellia

Spesies : Camellia sinensis L.

Varietas : Sinensis

2.1.2 Morfologi tumbuhan teh hijau

Menurut Rukmana dan Yudiracman (2015), morfologi tumbuhan teh hijau adalah sebagai berikut:

(70)

1. Akar dan batang. Secara umum tanaman teh berakar dangkal, peka terhadap

keadaan fisik tanah, dan cukup sulit untuk dapat menembus lapisan tanah yang dalam. Akar tanaman teh berupa akar tunggang dan mempunyai banyak akar cabang. Apabila akar tunggangnya putus, maka akar–akar cabang akan menggantikan fungsinya dengan arah tumbuh yang semula melintang (horizontal) menjadi kebawah (vertikal). Batang tanaman teh tumbuh tegak, berkayu tingginya antara 3–5 m atau lebih hingga 20 m, banyak bercabang, dan membentuk semak.

2. Daun. Daun berbentuk jorong atau tegak bulat telur terbalik. Tepi daun

bergerigi. Daun tunggal dan letaknya hampir berseling. Tulang daun menyirip. Permukaan atas daun muda berbulu halus, sedangkan permukaan bawah bulunya hanya sedikit. Pada umumnya panjang daun 6 -18 cm dan lebar 2-6 cm serta bertangkai pendek. Daun teh memiliki bau (aroma) yang khas dengan cita rasa agak sepat. Daun–daun baru yang mulai tumbuh setelah pemangkasan lebih besar daripada daun–daun yang terbentuk sesudahnya. Pucuk dan ruasnya berambut, daun tua bertekstur seperti kulit, permukaan atasnya berkilat, dan berwarna hijau kelam.

3. Bunga. Tanaman teh berbunga sempurna tumbuh pada ketiak daun, tunggal

atau beberapa bunga bergabung menjadi satu, berkelamin dua, bergaris tengah 3–4 cm, warnanya kuning, dan berbau harum. Bunga memiliki daun bunga

(calyx) dan mahkota bunga (corolla). Daun bunga berjumlah 5 sepal dan

(71)

terdapat tiga buah sirip. Benang sarinya berjumlah 100–200 tangkai. Sekitar 2 persen dari seluruh bunga pada satu batang tanaman teh berhasil membentuk biji. Penyerbukan buatan (artificial pollination) dapat meningkatkan jumlah buah sampai 14 persen.

4. Buah dan biji. Buahnya berupa buah kotak. Berdinding tebal, dan pecah

menurut ruang. Buah yang masih muda berwarna hijau dan setelah tua menjadi cokelat kehitaman. Bijinya keras, berwarna cokelat, beruang tiga, berkulit tipis berbentuk bundar di satu sisi, dan datar di sisi yang lain. Buah yang masak dan kering akan pecah dengan sendirinya, serta bijinya ikut keluar. Dalam satu buah berisi 1–6 biji, tetapi rata –rata 3 biji. Biji mengandung minyak dengan kadar yang tinggi, yaitu 20% dari berat biji.

2.1.3 Kandungan kimia daun teh hijau

Daun teh hijau mengandung komponen bioaktif. Jenis fenol dalam tanaman teh pada umumnya adalah asam fenolat, flavonoid, dan tanin. Flavonoid yang banyak terdapat di daun teh hijau adalah tanin atau katekin 0,35 gram/100 gram daun, treutama epicatekin 0,63 gram/100 gram daun, epikatekin gallat 2,75 gram/100 gram daun, epigallokatekin 2,35 gram/100 gram daun, dan epigallokatekin gallat 10,55 gram/100 gram daun, vitamin B1,B2 dan vitamin C (Rukmana, 2015).

2.1.4 Manfaat daun teh hijau

Menurut Rukmana (2015), manfaat daun teh hijau adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan kinerja otak dan memperkuat pikiran

(72)

4. Meningkatkan memori dan menjaga daya ingat 5. Mencegah sakit gigi

6. Membantu melawan penuaan dan menjaga awet muda 7. Menjaga kesehatan kulit

Ekstraksi merupakan suatu peristiwa penarikan massa zat aktif kedalam cairan penyari. Tujuannya agar massa zat aktif yang semula berada dalam sel dapat ditarik oleh cairan penyari dan terlarut dalam cairan penyari. Zat aktif dapat berupa bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Semakin luas permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan penyari, maka penyarian akan berlangsung baik. Pertimbangan pemilihan metode penyarian yang baik adalah wujud dari bahan uji yang disari (Harborne, 1973).

Metode ekstraksi

Menurut Ditjen POM (2000), ada beberapa metode ekstraksi: 1. Cara dingin

Ekstraksi dengan cara dingin terdiri dari: a. Maserasi

(73)

pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.

b. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruang. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlah nya 1 – 5 kali bahan.

2. Cara panas

Ekstraksi dengan cara panas terdiri dari: a. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3 - 5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna. b. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinue dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingain balik.

c. Digesti

(74)

d. Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96 -98°C) selama waktu tertentu (15 - 20 menit).

e. Dekok

Dekok adalah infus dengan waktu yang lebih lama (30 menit) dan temperatur sampai titik didih air.

2.3 Rambut

2.3.1 Pengertian rambut

Rambut adalah struktur berkeratin panjang dari epitel epidermis. Warna, ukuran, dan penyebarannya bervariasi sesuai bangsa, umur, jenis kelamin, dan bagian tubuh. Rambut ditemukan diseluruh permukaan tubuh kecuali pada telapak tangan, telapak kaki, dan bibir (Junqueira,1997). Rambut dapat menyerap air dan bahan kimia dari luar. Komposisi rambut terdiri atas zat karbon ± 50%, hydrogen 6%, nitrogen 17%, sulfur 5% dan oksigen 20%. Rambut mudah dibentuk dengan mempengaruhi gugus disulfida, misalnya dengan pemanasan atau bahan kimia (Wasitaatmadja, 1997).

2.3.2 Bagian-bagian rambut

Menurut Barrel, dkk (2009), Bariqina dan Ideawati (2001) bagian-bagian rambut yang terdiri dari tiga bagian sebagai berikut:

1. Ujung rambut

(75)

2. Batang rambut

Bagian rambut yang ada di bagian luar kulit dinamakan batang rambut. Jika rambut dipotong melintang, maka terlihat tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu:

a. Kutikula rambut, terdiri dari sel-sel keratin yang pipih, dan saling bertumpuk seperti sisik ikan. Lapisan ini keras dan berfungsi melindungi rambut dari kekeringan dan masuknya bahan asing ke dalam batang rambut.

b. Korteks rambut, adalah lapisan yang lebih dalam (antara kutikula dan medula), terdiri dari sel-sel yang memanjang, tersusun rapat. Lapisan ini sebagian besar terdiri dari pigmen rambut dan rongga-rongga udara.

c. Medula rambut, terdiri dari tiga atau empat lapis sel yang berbentuk kubus, berisikan keratohialin, butir-butir lemak dan rongga udara. Bagian-bagian batang rambut dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini:

(76)

3. Akar rambut

Akar rambut adalah bagian rambut yang tertanam di dalam kulit. Akar rambut tertanam miring dalam kulit dan terselubung oleh kantong rambut (folikel rambut). Bagian-bagian dari akar rambut adalah sebagai berikut:

a. Kantong rambut (folikel), merupakan suatu saluran yang menyerupai tabung dan berfungsi untuk melindungi akar rambut, mulai dari permukaan kulit sampai di bagian terbawah umbi rambut.

b. Papil rambut, ialah bulatan kecil yang bentuknya melengkung, terletak di bagian terbawah dari folikel rambut dan menjorok masuk ke dalam umbi rambut. Papil rambut bertugas membuat atau memproduksi bermacam-macam zat yang diperlukan untuk pertumbuhan rambut.

c. Umbi rambut (matriks), ialah ujung akar rambut terbawah yang melebar. Struktur bagian akar rambut ini berbeda dengan struktur batang rambut. Pada umbi rambut melekat otot penegak rambut yang menyebabkan rambut halus berdiri bila ada suatu rangsangan dari luar tubuh (Bariqina dan Ideawati, 2001). Bagian-bagian rambut dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut ini:

(77)

2.3.3 Bahan-bahan penyubur rambut

Menurut Tranggono dan latifah (2007) bahan-bahan penyubur rambut diantaranya adalah:

1. Bahan untuk menstimulasi sirkulasi darah di kulit kepala, misalnya derivat asam nikotin

2. Bahan irritant, misalnya camphora

3. Minyak esensial, misalnya ekstrak dari tanaman tertentu seperti cinamon, dan pala

4. Bahan makanan, misalnya asam-asam amino 5. Vitamin, misalnya B1, B2, B6, B12, A, E, H, F

6. Bahan penguat rambut, misalnya senyawa-senyawa dicarbonil 7. Bahan keratolitika, misalnya asam salisilat

8. Antiseptik, misalnya derivat fenol dan senyawa amonium kuartener .

3.3.4 Jenis rambut

Menurut Putro (1997) jenis rambut dapat dibagi dalam beberapa jenis yaitu:

a. Jenis menurut morfologi

1. Rambut velus adalah rambut yang sangat halus dengan pigmen yang sedikit. Rambut ini terdapat hampir di seluruh tubuh.

(78)

b. Jenis rambut menurut sifatnya

Menurut sifatnya, rambut di bagi menjadi tiga yaitu: 1. Rambut berminyak

Jenis rambut ini mempunyai kelenjar minyak yang bekerja secara berlebihan sehingga rambut selalu berminyak.

2. Rambut normal

Rambut ini mempunyai kelenjar minyak yang memproduksi minyak secara cukup. Rambut jenis ini tidak cepat kotor (tahan 2-3 hari bila berpergian).

3. Rambut keriting

Jenis rambut ini tampak kering, mengembang dan mudah rapuh. Hal ini karena kandungan minyak pada kelenjar lemaknya sedikit sekali, akibat kurang aktifnya kelenjar minyak.

2.3.5 Pertumbuhan rambut

Sejak awal kehidupan manusia, rambut aktif tumbuh dan istirahat kemudian pada waktu tertentu akan rontok, lalu tumbuh lagi sebagai siklus yang bergantian. Setiap bulan, rambut akan tumbuh sepanjang 12 mm. Manusia memiliki rata–rata 90.000 sampai 140.000 folikel. Setiap helai rambut, akan mengalami fase pertumbuhan dan kerontokan. Waktu yang dibutuhkan selama proses antara rambut tumbuh dan rontok, biasanya sekitar 2 sampai 3 bulan (Muliyawan dan Suriana, 2013).

(79)

metabolisme, nutrisi dan vaskularisasi (aliran darah) dari masing–masing orang. Waktu hidup rambut bervariasi, misalnya pada rambut kepala waktu hidupnya bisa mencapai 2,5 tahun, tetapi bulu mata hanya mencapai 100–150 hari saja. Ukuran rambut juga bervariasi, rambut kepala yang normal memiliki diameter sekitar 1/15 mm, sedangkan rambut yang tumbuh di daerah dagu, kening, dan bagian lainnya memiliki diameter yang lebih besar (Putro, 1997).

Menurut siklus pertumbuhannya, rambut di bedakan dalam 3 fase yaitu: a. Fase anagen (masa pertumbuhan)

Aktivitas pertumbuhan rambut akan berlangsung antara 2 -6 tahun (rata– rata (1.000 hari). Sel–sel rambut mengalami mitosis untuk membentuk sel–sel baru yang mendorong sel–sel yang lebih tua menuju ke atas sehingga rambut bertambah panjang.

b. Fase katagen (masa peralihan)

Fase ini di mulai dengan penebalan jaringan ikat di sekitar folikel rambut. Bagian tengah akar menyempit, sedangkan bagian bawah melebar serta

mengalami pertandukan sehingga bentuknya seperti “gada”. Aktivitas ini

berlangsung antara 2-3 minggu. c. Fase telogen (masa istirahat)

(80)

Gambar 2.3 Siklus pertumbuhan rambut (Djuanda, dkk., 2005).

2.4 Gel

Gel didefinisikan sebagai suatu sediaan semipadat yang terdiri dari suatu dispersi yang tersusun dari partikel anorganik kecil maupun molekul organik besar yang mengandung cairan. Umumnya, gel merupakan sediaan semipadat yang jernih, tembus cahaya dan mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid yang memiliki kekuatan oleh adanya jaringan yang saling berikatan pada fase terdispersi (Ansel,1989).

(81)

membirikan efek topikal yang baik dan memiliki daya sebar yang baik sehingga dapat bekerja langsung pada lokasi yang sakit dan tidak menimbulkan bau tengik. Selain itu, gel mampu membuat lapisan film sehingga mudah di cuci dengan air (Ansel,1989)

.

2.5 Komponen Dalam Sediaan Gel Dari Ekstrak Daun Teh Hijau

2.5.1 Karbopol 943

Karbopol dengan nama resmi carboxy polymethylene memiliki rumus molekul C10-C30 alkyl acrylates cross polymer. Karbopol memiliki beberapa nama

yang biasa digunakan, seperti carbomer, acitamer, acrylic acid polymer,carboxyvinyl polymer.

Karbopol berbentuk serbuk hablur putih, sedikit berbau khas, dan higroskopis sehingga perlu di simpan dalam wadah yang tertutup baik.karbopol larut dalam air hangat, etanol, dan gliserin. Struktur dari karbopol dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut ini:

Gambar 2.4 Struktur karbopol (Rowe et al, 2009).

Karbopol merupakan polimer dengan berat molekul 104.400 g/mol dari asam akrilik yang berikatan silang dengan eter dari pentaeritritol. Karbopol merupakan basis gel yang kuat, sehingga penggunaaanya hanya diperlukan dalam

(82)

jumlah yang sedikit, yakni sekitar 0,5 – 1%. Dispersi 1% karbopol dalam air mempunyai pH 2,5-3,0.

Karbopol didispersikan kedalam air membentuk larutan asam yang keruh kemudian dinetralkan dengan basa kuat seperti sedium hidroksida, trietanolamin, atau dengan basa anorganik lemah (contoh: ammonium hidroksida), sehingga akan meningkatkan konsistensi dan mengurangi kekeruhan (Rowe et al, 2009).

2.5.2 Propilen glikol

Propilen glikol atau 1,2-hidroksipropana, 2-hidroksipropanol, metil etilenglikol, metil glikol, dan propana-1,2-diol memiliki rumus molekul C3H8O2.

Propilen glikol merupakan larutan jernih atau sedikit berwarna, kental dangan rasa agak manis. Propilen glikol yang memiliki berat molekul sebesar 76,09 g/mol larut dalam kloroform, etanol, gliserin, dan air. Penyimpanan propilen glikol dalam wadah tertutup baik dengan suhu rendah (Rowe et al, 2009). Struktur dari propilen glikol dapat dilihat pada Gambar 2.5 berikut ini:

Gambar 2.5 Struktur propilen glikol (Rowe et al, 2009).

Propilen glikol berfungsi sebagai pengawet, antibakteri, disinfektan, humektan, dan pelarut. Konsentrasi yang digunakan adalah 2-5% (Rowe et al, 2009).

OH

H3C

(83)

2.5.3 Metil paraben

Metil paraben memiliki berat molekul sebesar 152,15 g/mol dengan rumus molekul C8H8

0

3. Metil paraben atau metil ester asam 4-hidroksibenzoat, metil

p-hidroksibenzoat, nipagin M, uniphe p-23 memiliki struktur yang terlihat pada Gambar 2.6 berikut ini:

Gambar 2.6 Struktur metil paraben (Rowe et al, 2009).

Metil paraben merupakan hablur atau serbuk tidak berwarna, atau kristal putih, tidak berbau atau berbau khas lemah yang mudah larut dalam etanol dan eter, praktis tidak larut dalam minyak,dan larut dalam 400 bagian air (Rowe et al, 2009).

Metil paraben digunakan secara luas sebagai bahan pengawet antimikroba dalam kosmetik, produk makanan, dan sediaan farmasi. Golongan paraben efektif pada rentang pH yang luas dan mempunyai aktivitas antimikroba pada spektrum yang luas, meskipun paraben paling efektif melawan kapang dan jamur. Pada sediaan topikal umumnya metil paraben digunakan dengan konsentrasi antara 0,02-0,3% (Rowe et al, 2009).

O OCH3

(84)

2.5.4 Propil paraben

Propil paraben memiliki berat molekul 180,21 g/mol dengan rumus molekul C10H12O3. Metil paraben atau propil p-hidroksibenzoat atau nipagin.

Struktur yang terlihat pada Gambar 2.7 berikut ini :

Gambar 2.7 Struktur propil paraben (Rowe et al, 2009).

Propil paraben merupakan serbuk hablur putih, tidak berbau, dan tidak berasa. Kelarutan sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol (95%) p, dalam 3 bagian aseton p, dalam 140 bagian gliserin p dan dalam 40 bagian minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida. Khasiat dan penggunaan zat tambahan dan pelarut (Depkes, 1979).

2.4.5 Trietanolamin

Trietanolamin dengan rumus molekul C6H15NO3 memiliki sinomin TEA,

tealan, trihidroksitrietilamin. Trietanolamin memiliki berat molekul sebesar 149,19 g/mol dengan struktur terlihat pada Gambar 2.8 berikut ini:

HO

O

O

(85)

Gambar 2.8 Struktur Trietanolamin (Rowe et al, 2009).

Trietanolamin berupa cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat, dengan bau mirip amoniak, perlu disimpan dalam wadah tertutup baik. Trietanolamin larut dalam air, etanol, dan klorofom (Rowe et al, 2009).

Trietanolamin digunakan secara luas pada formulasi sediaan topikal. Trietanolamin akan bereakasi dengan asam mineral menjadi bentuk garam kristal dan ester dengan adanya asam lemak tinggi. Trietanolamin dapat berubah menjadi warna coklat dengan paparan udara dan cahaya. Kegunaannya adalah sebagai penstabil karbopol (Rowe et al, 2009).

N

OH OH

(86)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Manusia mempunyai sifat suka dengan keindahan, menjadikan rambut sebagai penunjang penampilan seseorang. Bahkan ada ungkapan yang menunjukkan betapa pentingnya rambut bagi penampilan seseorang, yaitu : rambut adalah mahkota kecantikan seseorang (Dalimartha dan soedibyo, 1999).

Rambut mempunyai peran dalam proteksi terhadap lingkungan yang merugikan, antara lain suhu dingin atau panas, dan sinar ultraviolet. Rambut juga berfungsi sebagai pengatur suhu, pendorong penguapan keringat, dan sebagai indera peraba yang sensitif (Harahap, 2000). Ada beberapa faktor yang dapat mengakibatkan perubahan kondisi kulit kepala dan rambut seperti faktor usia lanjut, depresi, metabolisme, nutrisi, vaskularisasi, suhu, peradangan sistemik atau setempat, dan obat–obatan (Djuanda, 2005). Perawatan rambut tidak cukup hanya menggunakan shampo dan condisioner saja, karena rambut merupakan sel yang hidup maka perlu dipelihara, dirawat sehingga dapat hidup sehat dan indah. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan hair tonic (Wasitaatmadja, 1997).

Daun teh hijau (Camellia sinensis, L.) secara tradisional mempunyai banyak khasiat, yaitu digunakan untuk mengatasi sakit kepala, diare, kolesterol dan darah tinggi, kencing manis, infeksi saluran cerna, mengurangi terbentuknya karang gigi, penyubur, dan penghitam rambut (Dalimartha, 1999).

(87)

2010). Daun teh hijau telah dikonsumsi sajak usia dini sebagai makanan yang aman, tidak ada efek yang menunjukkan jika mengkonsumsi teh hijau dalam waktu yang lama. Teh hijau juga menunjukkan potensi besar untuk kegiatan pertumbuhan rambut. Hasil penelitian menurut Esfandiari dan Kelly (2005), yang menunjukan 50% dari ekstrak teh hijau fraksi polifenol yang diberikan secara oral kepada tikus yang mengalami rambut rontok, meningkat 33% tikus mengalami pertumbuhan rambut yang signifikan selama 6 bulan. Penelitian lebih lanjut juga ditunjukkan oleh Kim dan kawan-kawan (2007), yang menyatakan pertumbuhan rambut manusia dipengaruhi oleh kandungan dari daun teh hijau yaitu epigalokatekin-3- Gallat (EGCG) secara ex vivo dan in vivo,dengan mekanisme pertumbuhan rambut adalah merangsang proliferasi sel dan efek antiapoptosi pada kulit rambut sel papilla.

Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan (Ditjen, POM., 1995). Gel mempunyai beberapa keuntungan diantaranya kemampuan penyebaran yang baik pada kulit, efek dingin pada kulit akibat lambatnya penguapan air pada kulit, tidak adanya penyumbatan pori-pori kulit, kemudahan pencucian dengan air, dan pelepasan obatnya baik (Voigt, 1994).

(88)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian adalah:

a. Apakah ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis, L.) dapat diformulasi dalam bentuk sediaan gel?

b. Apakah gel yang mengandung ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis, L.) memiliki aktivitas terhadap pertumbuhan rambut tikus?

1.3Hipotesa

Hipotesa dalam penelitian ini adalah:

a. Ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis, L.) dapat diformulasi dalam bentuk

sediaan gel.

b. Sediaan gel yang mengandung ekstrak teh hijau (Camellia sinensis, L.)

memiliki aktivitas pertumbuhan rambut pada tikus.

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

a. Memformulasi sediaan gel yang mengandung ekstrak daun teh hijau dan pengujian stabilitas fisik sediaan gel selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar.

(89)

1.5Manfaat Penelitian

(90)

FORMULASI GEL EKSTRAK DAUN TEH HIJAU

(Camellia sinensis, L.) DAN UJI AKTIVITAS TERHADAP PERTUMBUHAN RAMBUT TIKUS

ABSTRAK

Latar belakang: Daun teh hijau (Camellia sinensis, L.) secara tradisional mempunyai

khasiat sebagai penyubur rambut. Kandungan kimia yang terdapat dalam daun tersebut yang membantu untuk pertumbuhan rambut, seperti flavonoid, vitamin B1, B2, vitamin C, tanin atau katekin yang terdiri dari epikatekin, epikatekin gallat, epigallokatekin, dan epigallokatekin-3-gallat.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak daun teh hijau

dapat diformulasi dalam bentuk gel dan untuk menguji aktivitas terhadap pertumbuhan rambut tikus.

Metode: Prosedur penelitian meliputi pembuatan ekstrak daun teh hijau dengan cara

maserasi, penetapan kadar air ekstrak daun teh hijau dan pembuatan sediaan gel dari ekstrak daun teh hijau. Sediaan gel dibuat menggunakan basis karbopol 934 1%, dengan formula FI, FII dan FIII, masing–masing menggunakan ekstrak daun teh hijau 2,5; 5; dan 7,5%. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan stabilitas fisik sediaan selama 12 minggu pada penyimpanan suhu kamar, uji iritasi pada sukarelawan. Uji aktivitas sediaan terhadap pertumbuhan rambut, meliputi penimbangan berat, pengukuran panjang dan diameter rambut tikus,yang ditentukan setiap sekali minggu selama tiga minggu (21 hari) dan kelompok tikus dibagi menjadi enam kelompok yaitu kelompok I (tanpa treatment), kelompok II (hanya basis gel), kelompok III (diberi sediaan gel formula I), kelompok IV (diberi sediaan gel formula II) dan kelompok V (diberi sediaan gel formula III) dan kelompok VI (pembanding).

Hasil: Kadar air ekstrak daun teh hijau yang diperoleh 15,98%. Sediaan stabil selama

12 minggu pada suhu kamar. Panjang, berat dan diameter rambut setelah 21 hari perawatan mengalami peningkatan secara signifikan. Dimana formula FIII lebih cepat menumbuhkan rambut dibandingkan dengan formula FI dan FII, tetapi lebih lambat dibandingkan dengan pembanding.

Kesimpulan: Ekstrak daun teh hijau dapat di formulasi dalam bentuk sediaan gel dan

stabil selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar, tidak mengiritasi kulit. Gel ekstrak daun teh hijau memiliki aktivitas terhadap pertumbuhan rambut.

(91)

GEL FORMULATION GREEN TEA EXTRACT (Camellia sinensi, L.) AND ACTIVITI TEST ON THE

GROWTH HAIR RATS

ABSTRACT

Background: Green tea leaves (Camellia sinensis, L.,) traditionally help hair growth.

Chemical constituents present in the leaves which help for hair growth, such as flavonoids, vitamins B1, B2, vitamin C, tannin or catechin consist of epicatechin,

epicatechin gallate, epigallocatechin and epigallocatechin-3-gallat

Objective: This study aimed to formulate green tea extract in a gel form and to test the

activity of hair growth in mice.

Methods: The research procedures included the preparation of green tea extract by

maceration, the determination of moisture content of green tea extract and the preparation of green tea extract gel. Gel preparation were made using Carbopol 934 1%, with the formula FI, FII and FIII, each using 2.5; 5; and 7.5% green tea extract. Physical stability of the preparation was examined for 12 weeks in the storage room temperature, irritation test on volunteers. Activity test against hair growth, including weight, the length and diameter of a hair was examined every once a week for three weeks (21 days) and a group of rats was divided into six groups; group I (no treatment), group II ( given only the base gel), group III (given the gel formula FI preparations), group IV (given the gel formula FII preparations), group V(given the gel formula FIII preparations), and group VI(comparator).

Results: The water content of green tea extract was 15.98%. The preparation is stable

for 12 weeks at room temperature. Length, weight and diameter of the hair after 21 days of treatment has increased significantly. The formula FIII was faster hair growth compared to formula FI and FII, but slower than the comparator.

Conclusion: The green tea extract can be formulated in a gel dosage form and is stable

during 12 weeks of storage at room temperature, do not irritate the skin. Green tea extract gel has activity against hair growth.

(92)

FORMULASI GEL EKSTRAK DAUN TEH HIJAU

(Camellia sinensis, L.) DAN UJI AKTIVITAS TERHADAP

PERTUMBUHAN RAMBUT TIKUS

SKRIPSI

OLEH:

RIKA ELPINA

NIM 121524105

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(93)

FORMULASI GEL EKSTRAK DAUN TEH HIJAU

(Camellia sinensis, L.) DAN UJI AKTIVITAS TERHADAP

PERTUMBUHAN RAMBUT TIKUS

SKRIPSI

OLEH:

RIKA ELPINA

NIM 121524105

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi Pada Fakultas Farmasi

(94)

PENGESAHAN SKRIPSI

FORMULASI GEL EKSTRAK DAUN TEH HIJAU

(Camellia sinensis, L.)DAN UJI AKTIVITAS TERHADAP

PERTUMBUHAN RAMBUT TIKUS

OLEH:

RIKA ELPINA

NIM 121524105

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 25 Januari 2015

Disetujui Oleh:

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Dr. Anayanti Arianto, M.Si., Apt. Prof. Dr. Karsono, Apt. NIP 195306251986012001 NIP 195409091982011001

Pembimbing II, Dr. Anayanti Arianto, M.Si., Apt.

NIP 195306251986012001

Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt. Dr. Kasmirul Ramlam Sinaga, M.S., Apt. NIP 195201171980031002 NIP 195504241983031003

(95)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Shalawat beriring salam penulis hadiahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW sebagai suri tauladan dalam kehidupan. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dengan judul: “Formulasi Gel Ekstrak Daun Teh Hijau (Camellia Sinensis, L.) Dan Uji Aktivitas Terhadap Pertumbuhan Rambut Tikus”

(96)

Ucapan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda tercinta Arsyadi dan Ibunda tercinta Suriati serta adinda Yelfi Agusria. Ucapan terima kasih penulis kepada semua teman-teman khususnya Ekstensi Farmasi 2012 yang selalu mendoakan, memberi nasehat, menyayangi dan memotivasi penulis. Terima kasih atas semua doa, kasih sayang, keikhlasan, semangat dan pengorbanan baik moril maupun materil.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda dan pahala yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi.

Medan, Februari 2016 Penulis,

(97)

FORMULASI GEL EKSTRAK DAUN TEH HIJAU

(Camellia sinensis, L.) DAN UJI AKTIVITAS TERHADAP PERTUMBUHAN RAMBUT TIKUS

ABSTRAK

Latar belakang: Daun teh hijau (Camellia sinensis, L.) secara tradisional mempunyai

khasiat sebagai penyubur rambut. Kandungan kimia yang terdapat dalam daun tersebut yang membantu untuk pertumbuhan rambut, seperti flavonoid, vitamin B1, B2, vitamin C, tanin atau katekin yang terdiri dari epikatekin, epikatekin gallat, epigallokatekin, dan epigallokatekin-3-gallat.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak daun teh hijau

dapat diformulasi dalam bentuk gel dan untuk menguji aktivitas terhadap pertumbuhan rambut tikus.

Metode: Prosedur penelitian meliputi pembuatan ekstrak daun teh hijau dengan cara

maserasi, penetapan kadar air ekstrak daun teh hijau dan pembuatan sediaan gel dari ekstrak daun teh hijau. Sediaan gel dibuat menggunakan basis karbopol 934 1%, dengan formula FI, FII dan FIII, masing–masing menggunakan ekstrak daun teh hijau 2,5; 5; dan 7,5%. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan stabilitas fisik sediaan selama 12 minggu pada penyimpanan suhu kamar, uji iritasi pada sukarelawan. Uji aktivitas sediaan terhadap pertumbuhan rambut, meliputi penimbangan berat, pengukuran panjang dan diameter rambut tikus,yang ditentukan setiap sekali minggu selama tiga minggu (21 hari) dan kelompok tikus dibagi menjadi enam kelompok yaitu kelompok I (tanpa treatment), kelompok II (hanya basis gel), kelompok III (diberi sediaan gel formula I), kelompok IV (diberi sediaan gel formula II) dan kelompok V (diberi sediaan gel formula III) dan kelompok VI (pembanding).

Hasil: Kadar air ekstrak daun teh hijau yang diperoleh 15,98%. Sediaan stabil selama

12 minggu pada suhu kamar. Panjang, berat dan diameter rambut setelah 21 hari perawatan mengalami peningkatan secara signifikan. Dimana formula FIII lebih cepat menumbuhkan rambut dibandingkan dengan formula FI dan FII, tetapi lebih lambat dibandingkan dengan pembanding.

Kesimpulan: Ekstrak daun teh hijau dapat di formulasi dalam bentuk sediaan gel dan

stabil selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar, tidak mengiritasi kulit. Gel ekstrak daun teh hijau memiliki aktivitas terhadap pertumbuhan rambut.

Gambar

Tabel 3.1 Komposisi formula gel ekstrak daun teh hijau
Tabel 4.1 Data pengamatan perubahan bentuk, warna, dan bau sediaan gel ekstrak  daun teh hijau
Tabel 4.2 Data pengamatan homogenitas sediaan gel ekstrak daun teh hijau
Tabel 4.4 Data pengukuran viskositas sediaan gel ekstrak daun teh hijau.
+7

Referensi

Dokumen terkait

formulasi yang baik sediaan lotion yang mengandung ekstrak teh hijau dengan. menggunakan zat pengemulsi CMC Na (0,5%, 0,75%) atau carbomer

Gambar 4.5 Nilai viskositas sediaan sampo cair jernih ekstrak kering daun teh hijau ( Camellia sinensis L.) pada berbagai macam formula .... Halaman Gambar 4.6 Nilai kadar

Gambar 4.5 Nilai viskositas sediaan sampo cair jernih ekstrak kering daun teh hijau ( Camellia sinensis L.) pada berbagai macam formula

HASIL UJI TIPE EMULSI SEDIAAN KRIM TABIR SURYA EKSTRAK AIR DAUN TEH HIJAU. Formula Bets

Hasil optimasi memberikan formula optimum pada sediaan sabun transparan ekstrak kering teh hijau (Camellia sinensis L. assamica) yang diperoleh dengan design expert

Ekstrak teh hijau dapat diformulasi dalam sediaan gel dan stabil dalam penyimpanan selama 12 minggu dan kelompok tikus yang diberi semua formula sediaan gel ekstrak daun

Gambar serbuk simplisia dan ekstrak etanol daun teh hijau.. ( Camellia sinensis

Dari uji aktivitas menggunakan uji ANOVA formula 3 dengan dengan perbandinga 3:1 yang terdiri dari ekstrak etanol seledri 7,5 % dan daun teh hijau 2,5 %, memiliki