BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerusakan kulit dapat disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah
karena adanya goresan benda tajam. Akibatnya, jaringan epitel yang menyusun kulit terbuka. Pembuluh darah yang terpotong menyebabkan keluarnya darah.
Bila tidak segera ditutup, maka darah akan terus menerus keluar. Hal ini akan menyebabkan korban kehabisan darah sehingga menyebabkan kematian.
Berdasarkan kedalaman dan luasnya, luka dapat dibagi menjadi 4 jenis yaitu stadium I, luka superfisial (Non-Blanching Erithema): yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit. stadium II, luka partial thickness: yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal. stadium III, luka full thickness: yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya
sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya. stadium IV, luka full thickness: yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas (Baroroh, 2011).
produk teh lainnya. Teh memiliki lebih banyak manfaatnya disamping sebagai bahan minuman, teh juga mengandung gizi (nutrisi) yang cukup tinggi dan berkhasiat obat. Beberapa manfaat produk teh berdasarkan hasil penelitian para
pakar di bidangnya, yaitu untuk meningkatkan kinerja otak dan memperkuat pikiran, mencegah serangan jantung, mencegah sakit gigi, menjaga kesehatan
kulit, menjaga kesehatan rambut, mencegah penyakit diabetes, mencegah kanker, membersihkan jerawat, menekan darah tinggi dan menstabilkan tekanan darah (Rukmana dan Herdi, 2015).
Telah sejak lama para petani di Jawa Barat bagian selatan mempunyai kebiasaan mengobati luka yang didapatinya ketika sedang bekerja di sawah
dengan air teh hijau yang dibawanya sebagai bekal minuman dan sembuh tanpa pengobatan lain, katekin yang terdapat dalam teh hijau dapat membantu percepatan penyembuhan luka (Kertadjaja, 2002).
Berdasarkan hasil penelitian ilmiah menyatakan bahwa teh hijau dapat digunakan secara topikal pada luka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak teh hijau secara topikal (Vaseline + 0,6% ekstrak teh hijau)
pada tikus wistar dapat meningkatkan proses penyembuhan luka secara signifikan (Asadi, et al., 2013). Selain itu teh hijau jika dikombinasikan dengan kitosan dapat
meningkatkan penyembuhan luka dengan meningkatkan kekuatan luka insisi. Pada luka insisi, periode epitelisasi dipercepat. Pelepasan polifenol dari kompleks kitosan dipertahankan stabil selama 6 jam setelah dilukai (Qin, et al., 2010).
Kekuatan luka semakin meningkat ketika luka mendekati kesembuhan.
Aktivitasnya dalam penyembuhan luka pada teh hijau, dikarenakan teh
karbohidrat, lipid, sterol, vitamin, xanthin, mineral, trace elemen, asam gallic (GA) dan asam fenolik lain seperti asam klorogenik, asam kafein, dan flavonoid. Flavonoid adalah derivate fenol yang disintesis dalam jumlah tertentu dan
terdistribusi luas dalam sejumlah tanaman. Flavonoid utama dalam teh hijau adalah catechin, epigallocatechin-3-gallat (EGCG), epigallocatechin (EGC),
epicatechin-3-gallat (ECG dan epicatechin (EC) (Rukmana dan Herdi, 2015). Epigalokatekin galat memiliki efek antiinflamasi, antioksidan, antibakteri, antiviral, antienzymatic effects, dan probiotik pada manusia (Asadi, et al., 2013).
Salah satu cara penanganan penderita luka sayat yaitu dengan mengobati luka tersebut menggunakan sediaan topikal. Pemberian sediaan topikal yang tepat
dan efektif diharapkan dapat mengurangi dan mencegah infeksi pada luka. Bentuk sediaan topikal yang dipilih adalah gel. Keuntungan sediaan gel dibandingkan sediaan topikal yang lain adalah mudah merata jika dioleskan pada kulit tanpa
penekanan, memberi sensasi dingin, tidak menimbulkan bekas dikulit, dan mudah digunakan.
Senyawa katekin yang terkandung dalam daun teh merupakan senyawa
yang mengandung 2 cincin aromatik dengan gugus hidroksil lebih dari satu. Semakin banyak gugus hidroksil suatu senyawa fenol memiliki kelarutan dalam
air semakin besar atau bersifat polar, sehingga memiliki kelarutan yang baik dalam basis gel yang banyak mengandung air.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian adalah:
a. apakah ekstrak etanol daun teh hijau dapat diformulasi dalam sedian gel? b. apakah sediaan gel yang mengandung ekstrak etanol daun teh hijau dapat
menyembuhkan luka akibat sayatan pada tikus putih?
1.3Hipotesa Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesa dalam penelitian ini
adalah:
a. ekstrak etanol daun teh hijau dapat diformulasikan dalam sediaan gel.
b. sediaan gel yang mengandung ekstrak etanol daun teh hijau dapat menyembuhkan luka akibat sayatan pada tikus putih.
1.4Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
a. memformulasi sediaan gel denganmenggunakan ekstrak etanol daun teh hijau b. mengetahui efek penyembuhan luka akibat sayatan menggunakan sediaan gel
ekstrak etanol daun teh hijau pada tikus putih.
1.5Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi bahwa
Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter