• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Pengumpulan dan pengolahan sampel

3.4.1.1 Teknik pengumpulan sampel daun teh hijau

Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan tumbuhan daerah yang satu dengan daerah lain. Bahan yang diambil adalah pucuk daun teh hijau yang masih segar, bewarna hijau yang diperoleh dari PT. Perkebunan Nusantara IV (persero) Medan – Sumatera Utara. Bagian daun yang diambil adalah pucuk yang berada tiga helai dari bagian daun.

3.4.1.2 Identifikasi tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Bogoriense Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor.

3.4.1.3 Pengolahan tumbuhan

Sebanyak 2 kg daun teh yang telah dikumpulkan dicuci bersih dengan air mengalir. Daun ini diangin-anginkan kemudian ditimbang sebagai berat basah, lalu dikeringkan dilemari pengering pada suhu 40 - 60 oC hingga kering, simplisia disebut sudah kering jika simplisia diremas akan hancur, kemudian ditimbang sebagai berat kering yaitu 620 gram, selanjutnya simplisia diserbuk menggunakan

blender, disimpan dalam wadah plastik yang tertutup rapat, terlindung dari panas dan sinar matahari.

3.4.1.4 Pembuatan ekstrak

Serbuk simplisia diekstraksi dengan cara maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70%. Sebanyak 300 g serbuk simplisia dimasukkan ke dalam wadah gelas berwarna gelap lalu dimaserasi dengan 2000 ml pelarut etanol 70% selama 5 hari terlindung dari cahaya matahari sambil sering diaduk, kemudian diserkai, diperas, disaring, dipisahkan maserat dengan ampas, lalu ampas dicuci dengan 1000 ml cairan penyari, maserat I dan II dicampur. Kemudian didiamkan selama 2 hari dan dienap tuangkan atau disaring. Maserat diuapkan dengan rotary

evaporator pada temperatur tidak lebih dari 40oC dan dikeringkan dengan freeze

dryer pada suhu -40oC sampai diperoleh ekstrak kental (Ditjen, POM., 1979).

3.4.1.5Penetapan kadar air ekstrak

Penetapan kadar air dilakukan menurut metode azeotropi (destilasi toluen). Dimasukkan 200 mL toluen dan 2 mL air suling kedalam labu alas bulat, lalu didestilasi selama 2 jam. Setelah itu toluen dibiarkan mendingin selama 30 menit, dan dibaca volume air pada tabung penerima dengan ketelitian 0,05 mL. Kemudian kedalam labu tersebut dimasukkan 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama, labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluen mendidih, kecepatan diatur lebih kurang 2 tetes tiap detik sampai sebagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan tetesan dinaikkan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen. Destilasi dilakukan dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air memisah dengan toluen secara

sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 mL. Selisih kedua volume air, yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa (Ditjen, POM., 1995).

3.4.2 Pembuatan gel

3.4.2.1 Komposisi dasar gel

R/ Karbopol 934 1 g MetIl Paraben 0,2 g Propil Paraben 0,1 g Propilen Glikol 5 g Trietanolamin 1,2 ml Akuades ad 100 ml

Karbopol 934 dikembangkan diatas akuades sebanyak 20 bagian dari berat nya. Kemudian didiamkan 15 menit, lalu digerus. Ditambahkan metil paraben dan propil paraben yang telah dilarutkan dalam 5 ml air panas, lalu gerus, homogen. Ditambahkan propilen glikol dan tritanolamin yang telah dilebur, gerus homogen. Dicukupkan dengan akuades sedikit demi sedikit. Digerus hingga terbentuk massa gel (Das et al., 2011).

3.4.2.2 Cara pembuatan sediaan

a. Formula I

Cara pembuatan: ke dalam lumpang dimasukkan 2,5 g ekstrak daun teh hijau ditambahkan 97,5 g basis gel sambil gerus sampai homogen.

b. Formula II

Cara pembuatan: ke dalam lumpang dimasukkan 5 g ekstrak daun teh hijau ditambahkan 95 g basis gel sambil gerus sampai homogen.

c. Formula III

Cara pembuatan: ke dalam lumpang dimasukkan 7,5 g ekstrak daun teh hijau ditambahkan 92,5 g basis gel sambil gerus sampai homogen. Komposisi formula gel ekstrak daun teh hijau dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1 Komposisi formula gel ekstrak daun teh hijau

NO Nama Bahan B (g) FI (g) FII (g) FIII (g)

1. Ekstrak daun teh hijau - 2,5 5 7,5

2. Basis gel 100 97,5 95 92,5

Keterangan: B = Basis gel

FI = Formula mengandung ekstrak daun teh hijau 2,5% FII = Formula mengandung ekstrak daun teh hijau 5% FIII = Formula mengandung ekstrak daun teh hijau 7,5%

3.4.3Pemeriksaan stabilitas sediaan

Pemeriksaan stabilitas sediaan meliputi pemeriksaan bentuk, warna, bau, pH, dan viskositas. Pengamatan dilakukan pada suhu kamar pada saat setelah selesai dibuat sediaan dan setelah penyimpanan 4 minggu, 8 minggu dan 12 minggu .

3.4.3.1 Pemeriksaan bentuk, warna, bau dari sediaan

Cara: masing-masing formula sediaan dimasukkan kedalam pot plastik, ditutup bagian atasnya. Selanjutnya pengamatan dilakukan pada saat sediaan telah selesai dibuat. Perubahan yang diamati berupa perubahan warna, bentuk, dan bau dari sediaan (Ansel, 2008).

3.4.3.2 Pemeriksaan homogenitas sediaan

Cara: sejumlah tertentu sediaan dioleskan pada dua keping kaca, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen, POM., 1979).

3.4.3.3 Penentuan pH sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan mengunakan pH meter.

Cara: alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar pH netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut, elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan kertas tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling, kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut, sampai alat menunjukkan harga pH yang konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan harga pH sediaan (Rawlins, 2003).

3.4.3.4 Penentuan viskositas sediaan

Penentuan viskositas sediaan menggunakan viskometer Brookfield.

Cara: Letakkan dipermukaan yang datar, atur waterpass. Hubungkan steker ke sumber listrik, kemudiaan pilih spindel sesuai dengan jenis sampel dan pasangkan pada alat dan atur speed yang dibutuhkan. Celupkan perangkat kedalam sampel yang akan diukur sampai tanda spindle. Kemudian geser tuas kearah ON, skala akan berputar. Amati skala hingga jarum penunjuk menunjukkan angka yang stabil, kemudian geser tuas ke arah OFF. Cabut steker dari sumber listrik, naikkan perangkat keluar dari sampel, lepaskan spindle dari alat. Kemudian bersihkan perangkat dari spindle menggunakan tissue basah dan lap dengan kain flannel.

3.4.4 Uji iritasi terhadap kulit sukarelawan

Uji iritasi terhadap kulit sukarelawan dilakukan dengan cara uji terbuka (open test). Uji tempel terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada lengan bawah bagian dalam yang dibuat pada lokasi lekatan dengan luas tertentu (2,5 x 2,5 cm), dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada kulit lengan bawah bagian dalam sebanyak 2 kali sehari selama dua hari berturut-turut. Reaksi iritasi positif ditandai oleh adanya kemerahan, gatal-gatal, atau bengkak pada kulit lengan bawah bagian dalam yang diberi perlakuan. Adanya kemerahan diberi tanda (+), gatal-gatal (++), bengkak (+++) dan yang tidak menunjukkan reaksi apa-apa diberi tanda (-) (Wasitaatmadja, 1997; Tranggono dan Latifah, 2007).

3.4.5 Uji aktivitas terhadap pertumbuhan rambut

Tikus diaklimatisasi terlebih dahulu selama 2 minggu sebelum percobaan di lakukan, rambut pada punggung masing–masing tikus dicukur dengan alat pencukur rambut.

Semua hewan uji ditandai berbentuk segi empat pada punggung belakang berdiameter 4 x 4 cm, kemudian dioleskan krem depilatory (vit®). Hewan uji dibagi dalam VI kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 ekor tikus, dioleskan gel yang mengandung ekstrak daun teh hijau pada pagi dan sore hari selama 21 hari. Dengan perlakuan setiap kelompok yaitu :

a. Kelompok I : Tanpa treatment (tidak diberi apa-apa) b. Kelompok II : Diberi basis gel (hanya basis gel)

c. Kelompok III : Diberi sediaan gel Formula I (konsentrasi ekstrak daun teh hijau 2,5%)

d. Kelompok IV : Diberi sediaan gel Formula II (konsentrasi ekstrak daun teh hijau 5%)

e. Kelompok V : Diberi sediaan gel Formula III (konsentrasi ekstrak daun teh hijau 7,5%)

f. Kelompok VI : Diberi pembanding (produk Sari Ayu)

3.4.5.1 Penentuan panjang rambut

Pengukuran panjang rambut dilakukan setelah 7, 14, dan 21 hari setelah dilakukan perawatan menggunakan gel ekstrak daun teh hijau. Pengukuran panjang rambut dilakukan dengan cara: 10 helai rambut terpanjang dicabut secara acak, masing-masing di ukur dengan menggunakan jangka sorong, dan kemudian dihitung rata-rata panjang rambut (Amin, 2014).

3.4.5.2 Penentuan berat rambut

Penimbangan berat rambut dilakukan dengan menimbang berat rambut pada hari sebelum pemberian gel dan setelah 21 hari pemberian gel ekstrak daun teh hijau (Amin, 2014).

3.4.5.3Penentuan diameter rambut

Pengukuran diameter rambut dilakukan setelah 21 hari pemberiaan gel ekstrak daun teh hijau, dengan mengamati ketebalan rambut menggunakan mikroskop cahaya pada perbesaran 10 X.

BAB IV

Dokumen terkait