• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1. Metode Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving

Dalam bahasa indonesia Thinking Aloud artinya berpikir keras, Pair

artinya berpasangan dan Problem Solving artinya pemecahan atau

penyelesaian masalah. Jadi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dapat diartikan sebagai teknik berpikir keras secara berpasangan dalam penyelesaian masalah, yang merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat menciptakan kondisi belajar aktif kepada peserta didik. Saat peserta didik memecahkan suatu permasalahan, peserta didik dapat langsung menyampaikan pemikirannya kepada teman sebayanya. Kesempatan ini mengajarkan peserta didik untuk menjadi problem solver yang baik. Sehingga metode TAPPS memberikan tantangan kepada peserta didik untuk belajar dan berpikir sendiri.

Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Claparade, yang kemudian digunakan oleh Bloom dan Bloder untuk meneliti proses pemecahan masalah pada peserta didik SMP. Arthur Whimbey dan Jack Lochhead telah mengembangkan metode ini lebih jauh dengan maksud untuk mendorong keterampilan memecahkan masalah dengan cara membicarakan hasil

pemikiran dalam menyelesaikan masalah pada pengajaran matematika dan fisika. Pada metode TAPPS, peserta didik di kelas dibagi menjadi beberapa tim, setiap tim terdiri dari dua orang. Satu orang peserta didik menjadi problem solver (PS) dan satu orang lagi menjadi listener (L), menggambarkan pasangan yang bekerja sama sebagai problem solver dan listener untuk memecahkan suatu permasalahan dan setelah selesai mereka bertukar peran.

Setiap tim atau kelompok tersebut peserta didik akan mengerjakan beberapa masalah matematika yang diberikan oleh guru sesuai dengan perannya masing-masing. Pada metode pembelajaran ini lebih menekankan pada proses penyelesaian yang digunakan dalam menyelesaikan masalah matematika berupa tulisan beserta penjelasannya. PS akan terus berusaha membuat L mengerti dengan proses yang dipilihnya sedangkan L berperan mendorong PS untuk terus berpikir dan menggambarkan langkah-langkah penyelesaian masalah tersebut. Selain itu L juga dapat mengajukan pertanyaan klarifikasi dan memeberikan saran tetapi tetap harus menahan diri untuk menyampaikan semua ide-ide yang dimilikinya dalam proses penyelesaian masalah.9

Dengan demikian dapat disimpulkan metode TAPPS merupakan metode yang menuntut peserta didik berkelompok kemudian dalam satu

9 Lely Suci Handayani, “Pengaruh Metode Thinkig Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Peserta didik SMA”, Jurnal Pendidikan Matematika Vol.3 No.1 (2014), h.51.

kelompok tersebut peserta didik akan berperan sebagai problem solver dan listener dalam menyelesaikan masalah. Selain itu, perincian tugas problem solver dan listener pada pembelajaran TAPPS dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Tugas seorang problem solver (PS)

a) Membaca soal listener mengetahui permasalahan yang akan dipecahkan.

b) Mulai menyelesaikan soal dengan cara sendiri. Problem solver mengemukakan semua pendapat serta gagasan yang terpikirkan, mengemukakan semua langkah yang akan dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut diambil agar listener mengerti penyelesaian yang dilakukan problem solver.

c) Problem solver harus lebih berani dalam mengungkapkan segala hasil pemikirannya. Anggaplah bahwa listener tidak sedang mengevaluasi. d) Mencoba untuk terus menyelesaikan masalah sekalipun problem selver

menganggap masalah tersebut sulit. 2) Tugas seorang listener (L) sebagai berikut:

a) Menentukan problem solver tetap berbicara, tetapi jangan menyela ketika problem solver sedang berpikir.

b) Memastikan bahwa langkah dari solusi permasalahan yang diungkapkan problem solver tidak ada yang salah dan tidak ada yang terlewatkan.

c) Membantu problem solver agar lebih teliti dalam mengungkapkan solusi permasalahannya.

d) Memahami setiap langkap yang diambil problem solver jika tidak mengerti, maka bertanyalah kepada problem solver.

e) Jangan membiarkan problem solver melanjutkan jika problem solver membuat kesalahan. Disini tugas listener menghindari untuk langsung mengoreksi, melainkan berikan pertanyaaan penuntun yang mengarah ke jawaban yang benar.10

b. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS)

Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) adalah sebagai berikut:

1. Peserta didik dibagi menjadi berkelompok.

2. Setiap kelompoknya terdiri dari dua sampai empat orang peserta didik. 3. Peserta didik diminta duduk secara berpasangan dan saling berhadapan. 4. Setiap anggota kelompok menentukan siapa yang terlebih dahulu menjadi

problem solver dan siapa yang menjadi listener.

5. Setelah itu, guru memberikan soal kepada setiap kelompok.

6. Yang berperan sebagai problem solver harus membacakan soal dengan jelas kepada listener.

10 Yurike Marantika, “Pengaruh Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Terhadap Kemamapuan Berpikir Analitis Matematika Peserta didik”, (Skripsi IAIN Raden Intan Lampung Bandar Lampung, 2016), h.19-20.

7. Selanjutnya, problem solver memberikan gagasannya mengenai soal tersebut, problem solver juga menjelaskan langkah yang akan digunakan. 8. Setelah itu barulah problem solver menyampaikan hasil pemikirannya. 9. Listener bertugas untuk mendengarkan apa yang disampaikan oleh

problem solver dan memahami setiap langkah, jawaban, dan analisa yang diberikan.

10.Listener tidak diperkenankan menambahkan jawabannya problem solver karena listener disini hanya berhak untuk memberitahukan apabila terjadi kekeliruan dalam analisa problem solver.

11.Apabila suatu soal atau masalah telah terselsaikan oleh problem solver maka mereka segera bertukar tugas, problem solver menjadi listener dan listener menjadi problem solver.

12.Setelah mereka bertukar tugas lalu guru memberikan masalah baru yang harus diselsaikan oleh problem solver yang baru. Hal ini dilakukan agar setiap peserta didik berkesempatan untuk memberikan hasil analisa dan berkesempatan juga menjadi pendengar.11

c. Keunggulan dan Kelemahan Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS)

Menurut Elizabeth mengutarakan bahwa metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dapat meningkatkan kemampuan analitis dengan

membantu peserta didik untuk mengutarakan gagasan, berlatih konsep, memahami urutan langkah-langkah yang mendasari pemikiran dalam menyelesaikan masalah yang diberikan dan dapat mengidentifikasi kesalahan dalam penalaran orang lain.12 Kyungmoon Jeon juga mengatakan bahwa metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) lebih efektif dalam mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah, terutama dalam mengingat kembali konsep-konsep yang terkait dalam menyelesaikan soal matematika. Sejalan dengan pendapat di atas, Caruso dan Tudge mengungkapkan bahwa metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) adalah metode yang efektif dan efisien membangun kemampuan menjelaskan analitis peserta didik karena metode ini melibatkan pertukaran konsepsi antar peserta didik, yang membantu mereka meningkatkan pembelajaran dan pemahaman mereka dalam memahami konsep dengan pemahaman yang lebih baik.13

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa keunggulan dalam pembelajaran dengan menggunakan metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) yaitu:

1)Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah. 2)Meningatkan pemahaman konsep.

12 Ibid

13 Vindarini Novianti, “Pengaruh Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dan Gender Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa”, (Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2014), h.26.

3) Meningkatkan keahlian mendengarkan aktif. 4) Meningkatkan keahlian berkomunikasi.

5) Membangun rasa percaya diri dalam memecahkan masalah.

Melalui metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) peserta didik belajar untuk bertanggung jawab dalam kegiatan belajar, tidak sekedar menjadi penerima informasi yang pasif, namun harus dituntut bergerak aktif untuk terampil bertanya dan mengemukakan pendapat, menemukan informasi yang relevan dari sumber yang tersembunyi, mencari berbagai cara alternatif untuk mendapatkan solusi, dan menentukan cara yang paling efektif untuk menyelesaikan masalah, sehingga dari hal-hal tersebut dapat terlihat jelas aktivitas yang dilakukan peserta didik dalam memecahkan masalah yang dihadapi ketika proses pembelajaran berlangsung. Menurut A. Tabrani Rusyan dan Yani Daryani, Kekurangan cara belajar dengan metode TAPPS adalah proses belajar ini memerlukan waktu yang cukup banyak, dan mengubah kebiasaan belajar seseorang dari belajar dengan banyak mendengarkan dan menerima informasi menjadi berfikir memecahkan permasalahan.14

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) merupakan metode pembelajaran yang mengelompokkan peserta didik secara berpasangan yang tiap peserta didik mempunyai peran dan tugas masing-masing yaitu sebagai problem solver dan

listener bertugas mendengarkan setiap langkah penyelesaian yang disampaikan oleh problem solver serta berhak mengarahkan jawaban jka menemukan kesalahan.

Dokumen terkait