BAB II LANDASAN TEORITIS
3. Metode Pembentukan Karakter
Guna mencapai pertumbuhan integral dalam pendidikan karakter perlu dipertimbangkan berbagai macam unsur yang membantu mencapai idealisme dan tujuan pendidikan karakter. Unsur-unsur tersebut sangat penting bagi sebuah proyek pendidikan karakter disekolah. Menurut Doni Koesoema A. Sebagaimana yang dikutip Novan Ardy Wiyani, terdapat lima unsur yang perlu dipertimbangkan.
a. Mengajarkan
Salah satu unsur penting dalam membentuk karakter ialah mengajarkan nilai-nilai sehingga peserta didik mempunyai gagasan konseptual tentang nilai-nilai pemandu perilaku yang dapat dikembangkan dalam mengembangkan karakter pribadinya.
b. Keteladanan
Keteladanan menjadi hal klasik bagi berhasilnya sebuah tujuan pendidikan karakter. Anak akan banyak belajar dari apa yang mereka lihat. Kata-kata dapat menggerakkan orang, tetapi keteladanan lebih menarik hati. Pentingnya keteladanan dalam mendidik anak menjadi pesan yang kuat dalam Al-Qur‟an. Sebab keteladanan adalah sarana
penting dalam pembentukan karakter seseorang. Satu kali perbuatan baik dicontohkan lebih baik dari seribu kata yang diucapkan
c. Menentukan Prioritas
Lembaga pendidikan memiliki prioritas dan tuntunan dasar atau karakter yang ingin diterapakan di lingkungan mereka. Tanpa adanya prioritas yang jelas, proses evaluasi atas berhasil tidaknya pendidikan karakter tidak jelas.
d. Praksis Prioritas
Praksis prioritas merupakan unsur lain yang sangat penting bagi pendidikan karakter adalah bukti dilaksnakannya prioritas nilai pendidikan karakter tersebut.
e. Refleksi
Refleksi merupakan kemampuan sadar khas manusiawi. Melalui kemampuan ini, manusia mampu mengatasi diri dan meningkatkan kualitas hidup menjadi lebih baik. Jadi, setelah tindakan dan praksis pendidikan karakter terjadi, perlu diadakan semacam pendalaman, refleksi, untuk melihat sejauh mana lembaga pendidikan telah berhasil atau gagal dalam melaksanakan pendidikan karakter.25
4. Orang Yang Bertanggung Jawab Dalam Membentuk Karakter
Pengembangan karakter merupakan proses seumur hidup, pengembangan karakter anak merupakan upaya yang perlu melibatkan
25 Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter : Strategi Mendidik Anak Zaman Global, (Jakarta: Gramedia, 2007), hal. 212-216
semua pihak, Baik keluarga, sekolah, masyarakat maupun pemerintah. Oleh karna itu keempat koridor ini harus berjalan secara terintegral.
a. Keluarga
Keluarga adalah komunitas pertama dimana manusia, sejak usia dini belajar konsep baik dan buruk, pantas dan tidak pantas, benar dan salah. Karna tata nilai yang diyakini seseorang akan tercermin dalam karakternya maka dari keluargalah proses pendidikan karakter berawal.26
Pada keluarga inti, peran utama pendidikan terletak pada ayah dan ibu. Menurut Gunadi, ada tiga peran utama yang dapat dilakukan ayah dan ibu dalam mengembangkan karakter anak. Pertama berkewajiban menciptakan suasana yang hangat dan tentaram, kedua , menjadi panutan yang positif bagi anak, sebab anak belajar banyak dari apa yang dilihatnya, bukan dari apa yang didengarnya. Karakter orang tua yang diperlihatkan melalui perilaku nyata merupakan bahan pelajaran yang akan diserap anak. Ketiga, mendidik anak, artinya mengajarkan karakter yang baik dan mendisiplinkan anak agar berperilaku sesuai dengan apa yang telah diajarkan.
b. Sekolah
Setelah keluarga, sekolah mempunyai peran yang sangat strategis dalam membentuk manusia yang berkarakter. Agar pendidikan karakter dapat berjalan dengan baik memerlukan pemahaman yang cukup dan konsisten oleh seluruh personalia pendidikan. Disekolah, kepala sekolah,
26 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), Cet-1, hal.165
pengawas, guru, dan karyawan harus memiliki persamaan persepsi tentang pendidikan karakter bagi peserta didik.
Adapun fungsi dan peranan sekolah dalam membentuk karakter adalah sebagai berikut:
1) Anak didik belajar bergaul sesama anak didik, antara guru dan anak didik, dan antara anak didik dengan orang yang bukan guru (karyawan).
2) Anak didik belajar mentaati peraturan-peraturan sekolah
3) Mempersiapkan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.
Kepala sekolah sebagai manajer, harus mempunyai komitmen yang kuat tentang pendidikan karakter. kepala sekolah harus mampu membudayakan karakter-karakter unggul di sekolahnya. Revitalisasi peran-peran kepala sekolah menjadi hal yang mendesak agar mampu menjalankan peran-peran yang sesuai dengan kedudukannya, baik langsung maupun tidak langsung.
Pengawas, meskipun tidak berhubungan langsung dengan proses pembelajaran kepada peserta didik, tetapi ia dapat mendukung keberhasilan penyelenggaraan pendidikan melalui peran fungsi yang diemban. Peran pengawas tidak lagi hanya mengacu pada tugas mengawasi dan mengevaluasi hal-hal bersifat administratif sekolah, tetapi juga sebagai agen atau mediator pendidikan karakter.
Para pendidik atau guru dalam konteks pendidikan karakter dapat menjalankan lima peran. Peran tersebut adalah konservator (pemelihara), sistim nilai yang merupakan sumber norma kedewasaan, inivator (pengembang) sistim nilai ilmu pengetahuan, transmitor (penerus) sistem-sistem nilai kepada peserta didik, transformator (penerjemah), sistem-sistem nilai melalui penjelmaan dalam pribadinya dan prilakunya, dalam proses interaksi dan sasaran didik, organisator (penyelenggara) terciptanya proses edukatif yang dapat dipertanggung jawabkan, baik secara formal maupun moral.
Pendidik merupakan teladan bagi siswa dan memiliki peran yang sangat besar dalam pembentukan karakter siswa. Peran pendidik sebagai membentuk generasi muda yang berkarakter sesuai UU Guru dan Dosen, UU No. 14 tahun 2005 guru didefenisikan sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.27
Agar guru dapat mengembangkan pendidikan karakter secara efektif, serta dapat meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya dalam peningkatan pribadi peserta didik, guru perlu memiliki hal-hal sebagai berikut:
27 Zubaedi, Desain Pendidikan...hal 165
1) Menguasai dan memahami pendidikan karakter dan hubungannya dengan pembelajaran yang baik.
2) Menyukai pendidikan karakter.
3) Memahami peserta didik, pengalaman, kemampuan dan prestasinya.
4) Menggunakan metode pendidikan karakter yang bervariasi
5) Mengeliminasi bahan-bahan yang berkarakter dan yang kurang berarti
6) Mengikuti perkembangan pendidikan karakter
7) Mempersiapkan proses pendidikan karakter secara matang
8) Mendorong peserta didiknya untuk memiliki karakter yang lebih baik.
c. Masyarakat
Masyarakat adalah salah satu lingkungan pendidikan yang sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi seseorang.
Masyarakat turut serta memikul tanggung jawab pendidik. Pandangan hidup, cita-cita bangsa, sosial budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan akan mewarnai keadaan masyarakat tersebut. Masyarakat mempunyai peran yang penting dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Peran yang telah disumbangkan dalam rangka tujuan pendidikan nasional yaitu berupa ikut membantu menyelenggarakan pendidikan, membantu pengadaan tenaga biaya, prasarana dan sarana,
menyediakan lapangan kerja, biaya, membantu pengembangan potensi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Semua anggota masyarakat memikul tanggung jawab membina, memakmurkan, memperbaiki, mengajak kepada kebaikan, memerintahkan kepada hal yang yang makruf dan mencegah kepada yang mungkar seperti mengajak untuk bergotong royong, menasehati jika ada anak yang berkata kotor, dan lain sebagainya.
B. Pembelajaran Akidah Akhlak
1. Pengertian, Ciri-Ciri dan Metode Pembelajaran Akidah Akhlak a. Pengertian, Ciri-Ciri Pembelajaran Akidah Akhlak
Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk mengarahkan timbulnya perilaku belajar mengajar. Dalam hal ini beberapa defenisi pengertian pembelajaran menurut beberapa para ahli diuraikan sebagai berikut:
1) Menurut Oemar Hamalik pembelajaran diartikan sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.28
2) Menurut Dimyati dan Mudjono yang dikutip oleh Syaiful Sagala mendefinisikan bahwa pembelajaran adalah kegiatan pendidik
28 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 57
secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat peserta didik belajar.29
Dari beberapa pengertian diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik sehingga timbul interaksi dari keduanya dalam situasi edukatif dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Pembelajaran menjadikan kegiatan pendidik secara terprogram yang sudah didesain dalam bentuk instruksional untuk membuat peserta didik belajar aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar pada lingkungan belajar.
Akidah adalah aspek ajaran islam yang membicarakan pokok-pokok keyakinan tentang Allah sang Pencipta (al-khaliq) dengan alam semesta sebagai ciptaan Allah atau makhluk, termasuk bagaiman hubungan antara manusia sebagai makhluk dengan makhluk lain berupa lingkungan, rohani, sosial maupun jasad.30
Sedangkan Akhlak adalah kehendak jiwa manusia menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pemikiran terlebih dahulu.31 Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Akidah Akhlak adalah serangkaian kegiatan dalam proses belajar mengajar mengenai pembahasan tentang pemahaman dan keyakinan atau kemampuan serta yang berhubungan dengan akhlak.
29 Syaiful Sagala, Konsep dan Makro Pembelajaran, (Bandung: Alfa Beta, 2005), Cet.
Ke-2, h. 61
30 Abu Su‟ud, Islamologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet. Ke-1, h. 144
31 A. Mustafa, Akhlak Tasawuf, ..., h. 14
b. Ciri- ciri pembelajaran Akidah Akhlak
Salah satu ciri dari proses pembelajaran adalah adanya disiplin yang merupakan salah satu syarat terlaksananya proses pembelajaran karena proses pembelajaran tidak mungkin akan terjadi tanpa adanya pencapaian displin.
Ada tiga khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran yaitu:
1) Rencana, yaitu penetapan ketenagaan, material dan prosedur yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran dalam suatu rencana khusus.
2) Saling ketergantungan (interdependence), antar unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan.
3) Tujuan, Sistem pembelajaran mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Tujuan utama sistem pembelajaran agar siswa belajar.
Tugas seorang perancang system ialah mengorganisasi tenaga, material dan prosedur agar siswa belajar secara efisien dan efektif.32
Tujuan penting dalam sistem pembelajaran, yakni merupakan suatu komponen sistem pembelajaran yang menjadi titik tolak dalam merancang sistem yang efektif. Yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan peserta didik, materi
32 http://budiman2013.blogspot.co.id ciri khas yang terkandung dalam sistem. Html, pada tanggal 12 maret 2017, pada pukul 16:05 WIB.
pelajaran dan pendidik itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan peserta didik dapat ditetapkan apa yang hendak dicapai, dan dikembangkan dan diapresiasi. Berdasarkan materi pelajaran yang ada dalam petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan.
Sedangkan pendidik merupakan sumber utama tujuan bagi peserta didik dan dia harus mampu menulis dan memilih tujuan dan pendidikan yang bermakna dan dapat terukur.
c. Metode pembelajaran Akidah Akhlak
Metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran, Sehingga pendidik sebagai pengguna metode perlu memahami hakekat yang akan dilaksanakan.
Secara etomologi metode berasal dari bahasa latin yang terdiri dari dua suku kata yaitu “metha” yang berarti melalui dan “hodos” yang berarti cara atau jalan. Jadi metode dalah suatu cara dan siasat penyampaian bahan pelajaran tertentu dari suatu mata pelajaran agar peserta didik dapat mengetahui, memahami, mempergunakan dan dengan kata lain menguasai bahan pelajaran tersebut.33
Dari defenisi diatas dapat dikatakan bahwa metode mengandung arti adanya urutan kerja yang terencana, sistematis dan merupakan hasil eksperimen ilmiah guna mencapai tujuan yang telah direncanakan.
33 Zakiah Derajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara 1995), Cet. Ke-1, h. 1
Beberapa para ahli merumuskan berbagai defenisi tentang metode pembelajaran yang dikutip Ramayulis diantaranya sebagai berikut:34
1) Hasan Langgulung, mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan.
2) Abdul al-Rahman Ghunaimah, mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara-cara yang praktis dalam mencapai tujuan pengajaran.
3) Muhammad Athiyah al-Abrasyi mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah jalan yang kita ikuti untuk memberikan pengertian kepada peserta didik tentang segala macam materi dalam berbagai pelajaran.
Dalam proses pendidikan, metode mempunyai kedudukan yang sangat penting untuk mencapai tujuan pendidikan. Bahkan metode dianggap sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan atau materi pelajaran kepada peserta didik yang dianggap lebih signifikan dibanding dengan materi sendiri. Sebuah adigum mengatakan bahwa “al- Thariqat Ahamm Min al- Maddah” (metode jauh lebih penting dibanding materi).
Adalah sebuah realita bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi oleh peserta didik walaupun sebenarnya materi yang disampaikan sesungguhnya tidak terlalu menarik.35
34 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), Cet. Ke-2, h. 77
35 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, h. 39
Sebaliknya, materi yang cukup baik karena disampaikan dengan cara yang kurang menarik maka materi itu sendiri kurang dapat dicerna oleh peserta didik. Oleh karena itu penerapan metode yang tepat sangat mempengaruhi pencapaian keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
Penggunan metode dalam suatu mata pelajaran bisa lebih dari satu macam atau bervariasi. Metode yang variatif dapat membangkitkan motivasi belajar peserta didik. Dalam pemilihan dan penggunaan semua metode harus mempertimbangkan aspek efektifitasnya dan relevansinya dengan materi yang disampaikan. Hal ini dilakukan agar perhatian peserta didik dalam proses pembelajaran terarah pada pelajaran.
Pada setiap proses pembelajaran seorang pendidik selalu berusaha agar peserta didiknya dapat mengerti dan paham apa yang diterangkannya. Kemudian setelah peserta didik memperoleh pelajaran yang diberikan diharapkan ada perubahan pada diri mereka, terhadap pengetahuan yang baru mereka peroleh.
Pembelajaran sering dikonotasikan sebagai proses aktifitas belajar mengajar dikelas yang tentunya bersifat formal, sehingga pembelajaran itu hanyalah salah satu bentuk instruksi, karena pembelajaran ini adalah tugas dan tanggung jawab utama seorang pendidik, yaitu mengelola pembelajaran secara lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif yang ditandai dengan adanya keadaan dan keterlibatan aktif diantara dua subjek pembelajaran. Pendidik sebagai penginisiatif awal dan pengarah
serta pembimbing, sedangkan peserta didik sebagai yang mengalami dan terlibat aktif.
Pembelajaran yang efektif akan terwujud jika pendidik mampu dalam merumuskan tujuan dari setiap pelajaran yang diberikan dan pendidik juga harus mampu menguasai bahan pelajaran. Sehingga dapat membimbing peserta didik ke arah yang diharapkan tanpa kehilangan akan kepastian atau kepercayaan dirinya.
Dalam proses pembelajaran, pendidik dan peserta didik terlibat langsung dalam satu lingkungan pembelajaran tertentu. Oleh karena itu , pendidik harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan metode pembelajaran yang dapat mempertinggi mutu dan efektifitas suatu metode pembelajaran.
Dalam hai ini akan diuraikan beberapa metode pelajaran yang dapat digunakan dalam mata pelajaran Akidah Akhlak antara lain:
1) Metode ceramah
Metode ceramah adalah suatu metode di dalam pendidikan dimana cara penyampaian materi-materi pelajaran kepada peserta didik dilakukan dengan cara penerangan dan penuturan secara lisan.
Metode ceramah layak dipakai oleh pendidik dalam menyampaikan pesan di depan kelas bila pesan yang akan disampaikan berupa fakta atau informasi, jumlah peserta didiknya
terlalu banyak, pendidik adalah seorang pembicara yang baik, berwibawa, dan merangsang peserta didik.
2) Metode diskusi
Metode diskusi ialah suatu cara mempelajari mata pelajaran dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi secara rasional dan objektif.36
3) Metode tanya jawab
Adalah penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan peserta didik memberikan jawaban, atau sebaliknya peserta didik di beri kesempatan bertanya dan pendidik yang menjawab pertanyaan.
4) Metode kisah
Metode kisah mengandung arti suatu cara dalam menyampaikan materi pelajaran dengan menuturkan secara kronologis tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan saja.37
Dalam mengaplikasikan metode ini pada proses belajar mengajar, metode kisah merupakan salah satu metode pendidikan yang mashur dan terbaik, sebab kisah itu mampu menyentuh jiwa jika disadari oleh ketulusan hati yang mendalam.
36 M, Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 36
37 M, Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, h. 161
5) Metode pemberian tugas
Yaitu cara menyajikan bahan pelajaran dimana pendidik memberikan sejumlah tugas terhadap peserta didik untuk mempelajari sesuatu, kemudian mereka disuruh untuk mempertanggung jawabkannya.
Penekanan metode ini terletak pada jam pelajaran berlangsung dimana peserta didik disuruh untuk mencari informasi atau fakta-fakta berupa data yang dapat ditemukan di laboratorium, perpustakaan, pusat sumber belajar dan lain sebagainya, tugas yang diberikan oleh pendidik bisa berbentuk memperbaiki, memperdalam, mengecek, mencari informasi, atau menghafal pelajaran yang akhirnya membuat kesimpulan tetentu.
6) Metode kerja kelompok
Adalah suatu cara menyajikan materi pelajaran dimana pendidik mengelompokkan peserta didik ke dalam beberapa kelompok atau group tertentu untuk menyelesaikan tugas yang telah di tetapkan dengan cara bersama-sama dan bergontong royong.
7) Metode keteladanan
Keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh oleh seseorang dari orang lain. Metode keteladanan memiliki perasaan yang sangat signifikan dalam upaya mencapai keberhasilan pendidikan. Karena, secara psikologis peserta didik
banyak meniru dan mencontoh perilaku sosok figurnya termasuk diantaranya adalah para pendidik. Oleh karena itu, keteladanan banyak kaitannya dengan perilaku, dan perilaku yang baik adalah tolak ukur keberhasilan peserta didik.
Suri tauladan adalah alat pendidikan yang sangat efektif bagi kelangsungan komunikasi nilai-nilai agama. Fitrah untuk mencari suri teladan harus dimanfaatkan oleh pendidik terhadap peserta didik. Apabila keteladanan dianalisis secara pedagogis, ia bertumpu pada unsur-unsur pembentukan diri, karena keteladanan yang disuri teladankan oleh pendidik secara tidak langsung akan diinternalisasikan atau diserap langsung oleh peserta didik.
Pengaruh suri tauladan dalam penanaman nilai-nilai agama dapat secara langsung dan disengaja. Pada hakikatnya di lembaga pendidikan peserta didik haus akan suri teladan, karena sebagian besar hasil pembentukan kepribadian adalah keteladanan yang diamatinya dari para pendidiknya. Di rumah, keteladanan ini diterimanya dari kedua orang tuanya dan dari orang-orang dewasa dalam keluarga.
Begitu pula keteladanan yang dilihatnya dilingkungan sosial di tempat ia berinteraksi dengan lingkungannya. Sebagai peserta didik, ia secara pasti meyakinkan semua yang dilihat, didengarkannya dari cara pendidiknya adalah suatu kebenaran,
sebab itu ditirunya.38 Oleh sebab itu, para pendidik hendaknya menampilkan akhlak karimah sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW
8) Metode pemberian hukuman
Melalui hukuman atau sanksi kepada peserta didik merupakan alternatif yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk memperbaiki keselarasan peserta didik. Sebelum memberikan sanksi, terlebih dahulu dengan cara lemah lembut dan bijaksana.
Dengan demikian, peserta didik dapat membedakan antara perbuatan yang salah dengan perbuatan yang benar.
Sebelum memberikan hukuman kepada peserta didik yang harus diperhatikan terlebih dahulu adalah:
a) Hukuman boleh dilakukan jika kesalahan itu telah dilakukan berkali-kali.
b) Pemberian hukuman harus sesuai dengan kadar dan besarnya kesalahan.
c) Terlebih dahulu memberikan petunjuk kepada peserta didik agar kembali kepada kesadaran
d) Hukuman yang diberikan kepada peserta didik sesuai dengan kemampuannya.
Hukuman merupakan alat pendidikan yang apabila akan dipergunakan harus dipikirkan secara matang sebelum
38 Fuad Hasan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta. 2008), Cet. Ke-5, h.
157
memberikannya kepada peserta didik. Sebab hukuman belum tentu merupakan alternatif yang sangat tepat untuk diberikan kepada peserta didik.
2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Akidah Akhlak dan Standar Kompetensi Dasar
a. Prinsip-prinsip pembelajaran Akidah Akhlak
Dari konsep belajar dan pembelajaran dapat diidentifikasi prinsip-prinsip belajar dalam pelaksanaan pembelajaran, diantaranya sebagai berikut:
1) Prinsip kesiapan
Proses belajar sangat dipengaruhi oleh kesiapan peserta didik sebagai subjek yang melakukan kegiatan belajar. Kesiapan belajar adalah kondisi fisik-psikis (jasmani-mental) peserta didik yang memungkinkan subjek dapat melakukan belajar. Kesiapan belajar merupakan kematangan dan pertumbuhan fisik, psikis, inteligensi, latar belakang pengalaman,. Hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi, dan faktor-faktor lain yang memungkinkan seseorang dapat belajar.
2) Prinsip motivasi
Motivasi dapat diartikan sebagai tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan tingkah laku kearah satu tujuan tertentu. Ada tidaknya motivasi apabila peserta dididk mempunyai motivasi maka ia akan: pertama, bersungguh-sungguh, menunujukkan minat,
mempunyai perhatian, dan rasa ingin tahu yang kuat untuk ikut serta dalam kegiatan belajar. Kedua, berusaha keras dan memberikan waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan tersebut. Ketiga, terus bekerja sampai tugas-tugas tersebut terselesaikan.
3) Prinsip perhatian
Perhatian merupakan suatu strategi kognitif yang mencakup empat keterampilan yaitu beriorientasi pada suatu masalah, meninjau sepintas isi masalah, memusatkan diri pada aspek-aspek yang relevan, mengabaikan stimuli yang tidak relevan.
Dalam proses pembelajaran, perhatian merupakan faktor yang besar pengaruhnya. Kalau peserta didik mempunyai perhatian yang besar mengenai apa yang disajikan atau dipelajari, peserta didik dapat menerima atau memilih stimuli yang relevan untuk diproses lebih lanjut diantaranya stimuli yang datang dari luar.
4) Prinsip persepsi
Persepsi adalah suatu proses yang bersifat kompleks yang menyebabkan orang yang dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari lingkungannya. Semua proses belajar selalu dimulai dengan persepsi, yaitu setelah peserta didik menerima stimulus atau suatu pola stimuli dari lingkungannya. Persepsi dianggap kegiatan awal struktur kognitif seseorang.
5) Prinsip retensi
Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat kembali setelah seseorang mempelajari sesuatu. Dengan retensi membuat apa yang dipelajari dapat bertahan atau tertinggal lebih lama dalam struktur kognitif dan dapat diingat kembali jika diperlukan. Karena itu, retensi sangat menentukan hasil yang diperoleh peserta didik dalam proses pembelajaran.
6) Prinsip transfer
Transfer merupakan suatu proses dimana sesuatu yang pernah dipelajari dapat mempengaruhi proses dalam mempelajari sesuatu yang baru. Dengan demikian, transfer berarti pengaitan pengetahuan yang sudah dipelajari dengan pengetahuan yang baru dipelajari.
Transfer merupakan suatu proses dimana sesuatu yang pernah dipelajari dapat mempengaruhi proses dalam mempelajari sesuatu yang baru. Dengan demikian, transfer berarti pengaitan pengetahuan yang sudah dipelajari dengan pengetahuan yang baru dipelajari.