• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBENTUKAN NILAI-NILAI KARAKTER SISWA MELALUI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MTsP KOTO BARU MANINJAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBENTUKAN NILAI-NILAI KARAKTER SISWA MELALUI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MTsP KOTO BARU MANINJAU"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBENTUKAN NILAI-NILAI KARAKTER SISWA MELALUI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MTsP KOTO BARU

MANINJAU

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam Pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Oleh :

VINDI EKA HADINATA 2113.098

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI

1438 H/2017 M

(2)
(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada seluruh hamba, terutama kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skiripsi ini. Shlawat beserta salam dikirimkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah meningalkan dua pedoman hidup bagi manusia untuk memperoleh kebahagian dunia dan akhirat.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan ribuan terimakasih buat Ayah anda MASWADI dan Ibunda YETRIZA serta Adinda IGA MAYETRI, TRIYA IMELIZA PUTRI, NESA APRI MAYENZI, serta segenap keluarga dan seluruh family yang telah membesarkan, mendidik dan memberikan dorongan moril dan materil dalam mewujudkan cita-cita penulis. Dalam penulisan skiripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak maka dari itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Dr. Ridha Ahida, M.Hum dan wakil rektor IAIN Bukittinggi, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Bapak Dr. Nunu Burhanuddin, Lc, M.Ag, beserta para wakil Dekan, Bapak Dr. Wedra Aprison, M.Ag, Bapak Charles, S.Ag, M.PdI dan Bapak Drs. Khairuddin, M.Pd. serta ketua Jurusan PAI Bapak Fauzan M.Ag, beserta Bapak/Ibu karyawan kepustakaan yang telah memberikan fasilitas kepada penulis dalam menambah ilmu pengetahuan di IAIN Bukittinggi.

(6)

2. Ibu Dr. Silfia Hanani, M.Si selaku Pembimbing I yang telah memeberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skiripsi ini di IAIN Bukittinggi.

3. Bapak Dr. Syafwan Rozi, M.Ag selaku pembimbing II yang telah memberikan motivasi dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan menyelesaikan skiripsi ini di IAIN Bukittinggi.

4. Bapak Dr. Gazali, M.Ag selaku dosen penasehat Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini di IAIN Bukittinggi.

5. Bapak/Ibu Dosen karyawan/ti IAIN Bukittinggi yang telah membekali dan melayani kebutuhan penulis dalam proses perkuliahan di IAIN Bukittinggi.

6. Bapak Desra Supriadi selaku kepala MTs P Koto Baru beserta Jajarannya yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dalam menyelesaikan skiripsi ini.

7. Terimakasih kepada semua sahabat-sahabat, teman-teman dan terkhusus kepada teman-teman PAI. C angkatan 2013 yang telah memberikan motivasi kepada penulis dalam berjuang untuk mengapai cita-cita.

8. Terimakasih kepada semua kawan-kawan Organisasi yang telah mengajari penulis arti dari kesabaran, komitmen, dan rasa tanggungjawab baik kepada diri penulis sendiri, kepada orang banyak maupun di dalam memimpin sebuah Organisasi itu sendiri baik Internal Kampus maupun Eksrternal Kampus.

(7)
(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ... i

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ... ... ii

KATA PENGANTAR ... ... iii

DAFTAR ISI ... ... vi

ABSTRAK ... ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ... 1

B. Identifikasi Masalah ... ... 9

C. Batasan dan Rumusan Masalah ... ... 9

D. Tujuan Penelitian... ... 10

E. Kegunaan Penelitian ... ... 10

F. Penjelasan Judul ... ... 10

G. Sistematika Penulisan ... ... 12

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Nilai-nilai Karakter ... ... 14

1. Pengertian Nilai Karakter ... ... 14

2. Nilai-nilai Dalam Pembentukan Karakter ... ... 16

3. Metode Pembentukan Karakter ... ... 19

4. Orang-orang yang Bertanggung Jawab Dalam membentuk karakter ... ... 20

B. Pembelajaran Akidah Akhlak ... ... 25

1. Pengertian, Ciri-ciri dan Metode Pembelajaran Akidah Akhlak ... ... 25

2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Akidah Akhlak dan Standar Kompetensi Dasar ... ... 36

(9)

3. Tujuan dan Ruang Lingkup Pembelajaran Akidah

Akhlak... ... 39

4. Nilai-nilai Karakter dalam Pembelajaran Akidah Akhlak... ... 41

5. Pembelajaran Akidah Akhlak ... ... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... ... 47

B. Lokasi Penelitian ... ... 47

C. Informan ... ... 48

D. Teknik Pengumpulan Data ... ... 49

E. Teknik Analisis Data ... ... 49

F. Teknik Pengolahan Data ... ... 50

G. Teknik Penjamin Keabsahan Data ... ... 50

H. Teknik Penulisan ... .... ... 51

BAB IV HASILPENELITIAN A. Temuan Umum Sejarah Sekolah ... .... ... 52

B. Temuan Khusus 1. Pembentukan Nilai-nilai Karakter Disiplin Siswa 58 2. Pembentukan Nilai-nilai Karakter Religius Siswa 62 3. Pembentukan Nilai-nilai karakter tanggung jawab siswa ... ... 66

C. Kendala kendala Guru Akidah Akhlak dalam Membentuk Nilai-nilai Karakter di MTsP Koto Baru ... ... 69

BAB V PENUTUP

(10)

A. KESIMPULAN ... ... 73 B. SARAN ... ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... ... 74 LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(11)

ABSTRAK

Nama VINDI EKA HADINATA, NIM 2113.098. Skripsi ini berjudul

“PEMBENTUKAN NILAI-NILAI KARAKTER SISWA MELALUI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MTsP KOTO BARU MANINJAU”. Adapun maksud judul ini secara keseluruhan adalah bagaimana cara guru Akidah Akhlak membentuk nilai-nilai karakter pada mata pelajaran Akidah Akhlak di MTsP Koto Baru.

penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya peserta didik yang masih bersikap tidak sesuai dengan aturan dan nilai-nilai karakter. Misalnya masih adanya peserta didik yang belum disiplin dalam belajar, masih adanya siswa yang belum melaksanakan tuntunan agama, dan masih adanya siswa yang belum mempunyai rasa tanggung jawab dengan tugasnya, Padahal materi pembelajaran Akidah Akhlak itu sudah mengajarkan mengenai tentang nilai-nilai karakter yang dipelajari disekolah.

Jenis penelitian lapangan (fiel reserach) dengan jenis pendekatan kualitatif (qualitatife reserach) penelitian yang mendeskripsikan dan menganalisis penomena peristiwa. Pengolahan data dilakukan dengan cara penyelesaian jawaban informan yang sesuai dengan hal-hal yang penulis teliti, adapun yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran Akidah Akhlak, dan yang menjadi informan pendukungnya adalah kepala sekolah, majelis guru dan siswa kelas VIII teknik pengumpulan data penulis gunakan secara observasi dan wawancara.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa, pembentukan nilai karakter pada mata pelajaran Akidah Akhlak sudah diterapkan tapi belum maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan. terbukti dengan bagaimana pembentukan yang dilakukan oleh guru dalam membentuknya, yaitu tentang nilai kedisiplinan siswa, nilai religius serta nilai tanggung jawab siswa, namun usaha yang dilakukan itu juga mengalami kendala-kendala yang dihadapi guru Akidah Akhlak dalam membentuk nilai-nilai karakter siswa itu sendiri. dalam pembelajaran adalah sikap siswa yang kurang baik, adanya sebagian siswa yang melawan ketika ditegur dan keterbatasan waktu dalam pembelajaran Akidah Akhlak, sehingga nilai karakter itu tidak sampai kepada siswa itu sendiri.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat, pengajar bertugas mengarahkan proses ini agar sasaran dari perubahan itu dapat tercapai sebagaimana yang diinginkannya.1

Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang berbunyi:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.2

Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 di atas menyatakan bahwa diantara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik

1 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta:Bumi Aksara, 2006), h. 79.

2 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), Cet-10, hal. 307

(13)

untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia. Amanah Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter. Sehingga lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur agama dan bangsa.3

Selain itu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 di atas, secara eksplisit menegaskan bahwa tujuan pendidikan nasional bukan saja sekedar membentuk peserta didik yang tampil dan cerdas saja akan tetapi juga membentuk kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, mandiri, kreatif dan menjadi warga negara yang mandiri dan bertanggung jawab.4

Karakter merupakan nilai-nilai, prilaku-prilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan kebangsaan yang berwujud dalam fikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama budaya dan adat istiadat.5 Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal yang baik terhadap Tuhan yang Maha Esa, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa, dan negara dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi, dan perasaannya.

3 Jamal Ma‟ruf Asmaini, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di sekolah, (Yogyakarta:Diva Press, 2011), h. 29.

4 Prayitno, Manullang Belferik, Pendidikan Karakter Dalam...hal. 26

5 Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter, ( Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), Cet-1, hal.

29

(14)

Pembentukan karakter erat kaitannya dengan sentuhan pendidikan, karna hanya mereka yang terdidiklah yang bakal memiliki karakter yang baik.

Orang-orang yang berkarakter kuat dan baik secara individual maupun sosial ialah mereka yang memiliki akhlak, moral, budi pekerti yang baik. Mengingat begitu pentingnya karakter, maka institusi pendidikan memiliki tanggung jawab untuk menanamkannya melalui proses pembelajaran.6

Inti dari sebuah pendidikan adalah pembelajaran. Pembelajaran dapat berlangsung secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya dalam menjalani kehidupan. Apakah pengalaman itu menyenangkan ataupun tidak, semua dapat menjadi proses pembelajaran untuk membangun karakter kehidupan.7

Pendidikan merupakan alat yang paling efektif untuk menyandarkan individu dalam jati diri kemanusiaannya. Dengan pendidikan akan dapat dihasilkan kualitas manusia yang memiliki kehalusan budi dan jiwa, memiliki kecendrungan berfikir, cekatan raga dan memiliki kesadaran penciptaan dirinya. Dibanding faktor lain, pendidikan memberi dampak dua atau tiga kali lebih kuat dalam pembentukan kualitas manusia.8

Selain itu dalam Al-Qur'an maupun hadits juga disebutkan bahwa manusia sejak lahirnya telah dibekali oleh Allah dengan adanya fitrah beragama seperti terdapat QS. Ar-Rum ayat 30 yang berbunyi:

6 Prayitno, Manullang Belferik, Pendidikan Karakter Dalam... Hal. 16

7 Prayitno, Manullang Belferik, Pendidikan Karakter Dalam...hal. 15

8 Zubaidi, Desain Pendidikan Karakter ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hal. 13

(15)















































“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah) (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (Q.S. Ar-Rum / 30 : ayat 30 )

Dan juga terdapat dalam hadits nabi yang berbunyi:

ِةَسْطِفنا َّهَع ُدَنُُْي ٍد ُُْنَُْم ُّمُك مَّهَسََ ًِْيَهَع ُالله َّهَص ّبىنا َلاَق َلاَق ًُْىَع الله َِّضَز َةَسْيَسٌُ ْيبَأ ْهَع تَمْيٍَِبْنا ُجَتْىُت ِتَمْيٍَِبْنا ِمَثَمَك ًِِواَسِّجَمُيََْأ ًِِواَسِصَىُيََ ًِِواَد ٍَُُي ُياَُُبَأَف َااَعْرَ اٍَْيِف َِسَت ْمٌَ ,

. ياَز

يسيغَ كنامَ ّئاسىناَ ِرمستناَ مهسمناَ ِسهٍبنا

“Abi Hurairah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: setiap anak dilahirkan menurut fitrah (potensi beragama islam). Selanjutnya kedua orang tuanyalah yang membelokkannya menjadi yahudi, nasrani, atau majusi bagaikan binatang melahirkan binatang, apakah kamu melihat kekurangan padanya?. (HR. Bukhari, Muslim, Tarmidzi, Nasa‟i, dan Maliki”)9

Dari ayat dan hadits di atas bahwa pada dasarnya anak itu telah membawa fitrah beragama dan kemudian bergantung pada pendidikan selanjutnya. Kalau mereka mendapatkan pendidikan agama yang baik maka mereka akan menjadi orang yang taat beragama pula tetapi sebaliknya

9 Abu „Abdillah Muhammad ibn Isma‟il al-Bukhari, Shahih al-Bukhary, Juz 1, (Indonesia: Dahlan) h. 532.

(16)

bilamana benih agama yang telah dibawa itu tidak dipupuk dan dibina dengan baik maka anak akan menjadi orang yang tidak beragama ataupun jauh dari agama, oleh karena itu anak membutuhkan pendidikan agar ia mampu membentuk dirinya.10 Sebagai contoh pendidikan akhlak yang telah diceritakan di dalam Al-Quran yakni pada surat Luqman ayat 13 yang berbunyi:































“Dan (Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

Pendidikan karakter yang bertujuan untuk menciptakan manusia yang beriman dan berakhlak mulia sangat sejalan dengan tuntunan agama Islam karena di dalam islam pendidikan tingkah laku manusia sangat penting sekali.

Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur‟an surah At-tahrim ayat 6 berbunyi:















































“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap

10 Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional,1983), cet ke 8, h. 31-32

(17)

apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.

Akidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan Akhlak dan kepribadian seorang anak.

Sedangkan yang dimaksud dengan Akhlak sendiri adalah istilah yang berasal dari bahasa Arab yang diartikan sama atau mirip dengan “ budi pekerti” yang berasal dari bahasa Sanskerta, yang memiliki kedekatan dengan istilah tata krama. Akhlak pada dasarnya mengajarkan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan tuhan Allah penciptanya, sekaligus bagaimana seseorang harus berhubungan dengan sesama manusia.11 Tujuan pembelajaran Akidah Akhlak adalah mewujudkan manusia yang mempunyai keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Hal itu bertujuan sama dengan tujuan pendidikan karakter itu sendiri. Pendidikan karakter sangat penting sekali bagi diri siswa karena tujuan pendidikan karakter itu adalah memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujudlah dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah.

Akidah Akhlak adalah mata pelajaran yang menghendaki supaya anak memiliki akidah yang kuat didalam dirinya, serta memiliki kepribadian dan akhlak yang mulia. Akhlak yang mulia ini bisa tercermin dari sikap prilaku seorang anak. Dengan terwujudnya Akhlak yang mulia dalam diri anak, maka hal itu akan menjadi kepribadian dan karakter seorang anak tersebut. Jadi

11 Sutarjo Adisusilo, J.R, Pembelajaran Nilai Karakter ( Jakarta: Rajawali Pers 2013), h.

55

(18)

melalui pembelajaran akidah akhlak disekolah seorang anak bisa dididik supaya memiliki kepribadian dan karakter yang baik.

Bila dilihat dari permasalahan di atas maka akan sangat erat kaitannya dengan pelajaran Akidah Akhlak. pelajaran Akidah Akhlak merupakan aspek yang sangat penting di dalam kehidupan manusia. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa setiap tindakan yang dilakukan oleh seorang manusia harus didasari dengan pendidikan Akidah Akhlak. Tanpa ada pendidikan Akidah Akhlak, hidup seseorang akan tidak terkontrol dan cenderung semena-mena terhadap realita- realita hidup bermasyarakat.

Pendidikan Akidah Akhlak merupakan pendidikan yang tidak hanya menekankan pada aspek intelektual saja. Tetapi aspek moral dan membentuk seseorang yang berkarakter sangat ditekankan dan menjadi tujuan utama dari pelajaran Akidah Akhlak.

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di sekolah MTsP Koto Baru Kelas VIII yang jumlah siswanya sebanyak 27 orang, disini penulis menemukan masalah yang berhubungan dengan karakter yaitu: disiplin, kerja keras, komunikatif dan tanggung jawab siswa sebagai berikut : pertama Nilai disiplin pada diri siswa masih belum maksimal, Hal ini terlihat dengan masih adanya siswa yang terlambat masuk ke dalam kelas tanpa alasan yang jelas, tidak menyelesaikan tugas sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan guru dan minta izin dengan menggunakan waktu yang lama di luar kelas.12 Kedua

12 Observasi penulis ke sekolah MTsP Koto Baru, pada tanggal 02 Februari 2017

(19)

Belum sempurnanya nilai religius siswa dalam proses pembelajaran, Kondisi ini terlihat pada proses pembelajaran berlangsung. Ketiga Komunikasi dalam berdiskusi antar siswa masih belum sempurna. hal ini terlihat pada saat diskusi kelompok, dimana sebagian siswa tidak bisa menerima perbedaan pendapat dengan anggota yang lain, masih adanya siswa yang acuh tak acuh dalam diskusi dan hal tersebut membuat kesal anggota yang lain. Keempat belum maksimalnya tanggung jawab sebagian siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.13

Hal ini terlihat pada saat guru memberikan tugas baik pribadi maupun kelompok, masih adanya siswa yang tidak mengerjakan tugas dirumah, tidak merasa bertanggung jawab dalam menyelesaikan laporan kelompoknya sehingga guru harus berulang kali menegur para siswa agar menyelesaikan apa yang menjadi tugasnya tersebut.

Tujuan dari penerapan pendidikan karakter merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya degradasi nilai-nilai, etika dan moral di kalangan siswa. Keberhasilan dalam membangun karakter siswa, secara otomatis akan membantu keberhasilan membangun karakter bangsa. Oleh karena itu kemajuan suatu bangsa juga akan tergantung bagaimana karakter orang-orangnya, kemampuan intelegensinya, keunggulan berfikir warganya, sinergi para pemimpinnya dan lain sebagainya. Dengan demikian dapat

13 Wawancara dengan Ibuk Farida Hanum ( guru Akidah Akhlak) di MtsP Koto Baru pada tanggal, 02 Februari 2017

(20)

disimpulkan bahwa pendidikan karakter dalam proses pembelajaran adalah penting dalam upaya membangun moral dan kepribadian bangsa.

Melalui pembelajaran Akidah Akhlak pembentukan nilai-nilai karakter siswa dapat di optimalkan, karena Akidah Akhlak pembelajaran yang mengandung dan mengajarkan nilai-nilai karakter seperti, nilai nilai kedisiplinan, religius, tanggung jawab dan lainnya. Dalam pembelajaran Akidah Akhlak anak diajarakan supaya memiliki kedisiplinan diri dalam kehidupanya, selain itu anak juga diajarkan untuk memiliki sifat dan rasa tanggung jawab yang tinggi.

. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul: “ Pembentukan Nilai-nilai Karakter Siswa Melalui Pembelajaran Akidah Akhlak di MTsP Koto Baru Maninjau”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas penulis mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Masih adanya peserta didik yang belum disiplin dalam pembelajaran Akidah Akhlak

2. Masih adanya siswa yang belum melaksankan tuntunan agama.

3. Masih adanya siswa yang belum mempunyai rasa tanggung jawab terhadap tugasnya.

C. Batasan dan Rumusan Masalah

(21)

1. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis paparkan, maka penulis mengemukakan batasan masalah: “Bagaimana pembentukan nilai- nilai karakter siswa melalui pembelajaran Akidah Akhlak di Kelas VIII MTs.P Koto Baru Maninjau?”

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimana Pembentukan nilai-nilai karakter disiplin siswa melalui pembelajaran Akidah Akhlak di MTs.P Koto Baru?

b. Bagaimana Pembentukan nilai-nilai religius siswa melalui pembelajaran Akidah Akhlak di MTs.P Koto Baru?

c. Bagaimana Pembentukan nilai-nilai tanggung jawab siswa melalui pembelajaran Akidah Akhlak di MTs.P Koto Baru?

d. Kendala-kendala guru akidah akhlak dalam membentuk nilai-nilai karakter siswa di kelas VIII MTsP Koto Baru?

D. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui Pembentukan nilai-nilai karakter disiplin siswa melalui pembelajaran Akidah Akhlak di MTs.P Koto Baru.

b. Untuk mengetahui Pembentukan nilai-nilai karakter religius siswa melalui pembelajaran Akidah Akhlak di MTs.P Koto Baru.

c. Untuk mengetahui Pembentukan nilai-nilai tanggung jawab siswa melalui pembelajaran Akidah Akhlak di MTsP Koto Baru.

(22)

d. Untuk mengetahui kendala-kendala guru akidah akhlak dalam membentuk nilai-nilai karakter siswa di kelas VIII MTsP Koto Baru.

E. Kegunaan Penelitian

a. Untuk melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana (SI) IAIN Bukittinggi pada Fakultas Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam.

b. Sebagai sumbangan pemikiran penulis dalam dunia ilmiah khususnya yang berkaitan dengan pendidikan karakter yang di terapkan di sekolah.

c. Untuk membantu memecahkan dan mengantisipasi masalah pendidikan karakter yang ada pada objek yang diteliti.

F. Penjelasan judul

Agar dapat memahami arti dan makna judul ini, maka dijelaskan secara jelas dan rinci sebagai berikut:

Akidah Akhlak : akidah akhlak terdiri dari dua kata, yaitu akidah dan akhlak, akidah adalah kepercayaan dasar, keyakinan pokok.14 Sedangkan akhlak merupakan budi pekerti,

14 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet. Ke-4, h.20

(23)

kelakuan15. Jadi akidah akhlak merupakan hal yang berhubungan dengan keyakinan dan budi pekerti seseorang.

Akidah Akhlak yang dimaksud adalah salah satu sub mata pelajaran pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah.

Nilai-nilai karakter: nilai berasal dari bahasa latin vale‟re yang artinya berguna, mampu, akan, berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau sekelompok orang.16 Sedangkan karakter merupakan kulminasi dari kebiasaan yang dihasilkan dari pilihan etik, perilaku, dan sikap yang dimiliki individu yang merupakan moral yang prima walaupun ketika tidak seorang pun yang melihatnya.17

15 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet. Ke-4, h.20

16 Sutarjo Adisusilo, JR, Pembelajaran Nilai-Karakter, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), cet. Ke-2, hal. 56

17 Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter, (Jakarta: Prenada Media Group, 2014), hal 7

(24)

Adapun Maksud dari judul secara keseluruhan adalah “Pembentukan nilai-nilai karakter siswa melalui pembelajaran Akidah Akhlak di kelas VIII MTsP Koto Baru.

G. Sistematika Penulisan

Supaya skripsi ini terlihat memiliki hubungan yang kuat antara keseluruhan pembahasan perlu dibuat sistematika penulisan, yaitu:

Bab I Merupakan pendahuluan, yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, identifikasi masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, penjelasan judul dan Sistematika Penulisan.

Bab II Merupakan Landasan Teoritis, pendidikan karakter membahas tentang, pengertian, tujuan dan fungsi pendidikan karakter, media, strategi dan aneka, pendidikan karakter, pendidikan karakter disekolah dan proses pembentukan karakter siswa, sedangkan mengenai pembelajaran Akidah Akhlak akan dibahas mengenai pengertian, ciri-ciri dan metode pembelajaran Akidah Akhlak, prinsip-prinsip pembelajaran Akidah Akhlak dan standar kompetensi dan kompetensi dasar, tujuan, nilai-nilai karakter dalam pembelajaran Akidah Akhlak dan pembelajaran Akidah Akhlak.

Bab III, Merupakan Metodologi Penelitian yang terdiri dari jenis Penelitian, Lokasi Penelitian, informan, Teknik Pengumpulan Data, Analisis Data, teknik pengolahan data, teknik penjamin keabsahan data.

dan Teknik Penulisan.

(25)

Bab IV, Merupakan hasil penelitian yang terdiri dari monografi MTsP Koto Baru, pembentukan nilai-nilai karakter pada mata pelajaran Akidah Akhlak di MTsP Koto Baru, kendala-kendala yang dihadapi guru Akidah Akhlak dalam membentuk nilai-nilai karakter di MTsP Koto Baru.

Bab V, Merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran

(26)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Nilai -Nilai Karakter

1. Pengertian Nilai Karakter

Nilai berasal dari bahasa latin vale’re yang artinya berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau sekelompok orang. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna dan dapat membuat orang yang menghayatinya menjadi bermanfaat.18

Menurut Stemaan Eka Darmaputera nilai adalah sesuatu yang memberi makna pada hidup, yang memberi acuan, titik tolak dan tujuan hidup. Nilai adalah sesuatu yang dijunjung tinggi, yang dapat mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang. Nilai itu lebih dari sekedar keyakinan, nilai selalu menyangkut pola pikir dan tindakan, sehingga ada hubungan yang amat erat antara nilai dan etika.

Sedangkan nilai menurut Oyserman adalah nilai dapat dikonseptualkan dalam level individu dan level kelompok. Dalam level individu, nilai merupakan representasi sosial atau keyakinan moral yang internalisasi dan digunakan orang sebagai dasar rasional terakir dari tindakan-tindakannya. Walaupun setiap individu berada dan relatif dalam

18 Sutarjo Adisusilo, JR, Pembelajaran Nilai-Karakter, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), Cet. Ke-2, hal. 56

(27)

menempatkan nilai tertentu sebagai hal yang terpenting, nilai tetap bermakna bagi pengaturan diri terhadap dorongan-dorongan yang mungkin bertentangan dengan kebutuhan kelompok tempat individu berada. Dengan demikian nilai sangat berkaitan dengan kehidupan sosial. Dalam level kelompok, nilai adalah script atau ideal budaya yang dipegang secara umum oleh anggota kelompok, atau dapat dikatakan sebagai pikiran sosial kelompok.19

Sedangkan secara istilah karakter merupakan kulminasi dari kebiasaan yang dihasilkan dari pilihan etik, perilaku, dan sikap yang dimilki individu yang merupakan moral yang prima walaupun ketika tidak seorang pun yang melihatnya. Karakter mencakup keinginan seseorang untuk melakukan yang terbaik, kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain, kognisi dari pemikiran kritis dan alasan moral, dan pengembangan keterampilan interpersonal dan emosional yang menyebabkan kemampuan individu untuk bekerja secara efektif dengan orang lain dalam situasi setiap saat.20

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai karakter adalah keyakinan moral yang diinternalisasi dan digunakan orang sebagai dasar rasional terakir dari tindakan-tindakan perilaku dan sikap yang dimiliki individu mencakup keinginan seseorang untuk melakukan yang terbaik, kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain yang menyebabkan

19 Sri Lestari, Penanaman Nilai Penanganan Konflik Dalam Berkeluarga, (Jakarta:

Prenada Media Group, 2012), Cet- 1, hal. 71

20 Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter, (Jakarta: Prenada Media Group, 2014), hal.

7

(28)

kemampuan individu untuk bekerja secara efektif dengan orang lain, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan negara.

2. Nilai-Nilai Dalam Pembentukan Karakter

Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter pada satuan pendidikan telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional. Berikut ini daftar 18 nilai yang dimaksud beserta deskripsi ringkasnya.

1. Religius: Merupakan sikap perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur: lurus hati, tidak berbohong, sifat jujur ini merupakan terjemahan dari kata siddiq yang merupakan salah satu sifat Rasul. Modal kejujuran akan membuat seseorang dapat diterima dengan baik di dalam masyarakat.21

3. Toleransi: sikap yang harus dibangun. Karena sikap toleransi adalah sikap yang menghargai orang lain serta peduli dengan orang lain.22 4. Disiplin: Tindakan yang menunujukkan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja keras: suatu istilah yang melingkupi suatu uapaya yang terus dilakukan (tidak pernah menyerah) dalam menyelesaikan pekerjaan sampai tuntas.23

21 Elfindri, Dkk, Pendidikan Karakter, (Jakarta : Baduose Media, 2012), hal. 96

22 Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, (Jogjakarta : Ar- ruzz Media, 2011), hal. 30-34

(29)

6. Kreatif: berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri: yakni sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas-tugas.

8. Demokratis: yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain.

9. Rasa ingin tahu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan didengar.

10. Semangat kebangsaan atau nasionalisme, cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya.

11. Cinta tanah air: cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunujukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

12. Menghargai prestasi: yakni sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13. Komunikatif: tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

23 Dharma Kesuma, Johar Pemana, Pendidikan Karakter, Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2011), hal. 17

(30)

14. Cinta damai: yakni sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15. Gemar membaca: yakni kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16. Peduli lingkungan: yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam disekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17. Peduli sosial: yakni sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18. Tanggung jawab: yakni sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan yang Maha Esa.24

Meskipun telah terdapat 18 nilai pembentuk karakter bangsa, namun satuan pendidikan dapat menentukan prioritas pengembangannya dengan cara melanjutkan nilai prakondisi yang diperkuat dengan beberapa nilai yang diprioritaskan dari 18 nilai di atas. Dalam implementasinya jumlah dan jenis karakter yang dipilih tentu akan dapat berbeda antara satu daerah atau sekolah yang satu dengan yang lain. Hal itu tergantung pada kepentingan dan kondisi satuan pendidikan masing-masing.

24 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), Cet-1, h. 74

(31)

Di antara berbagai nilai yang dikembangkan, dalam pelaksanaannya dapat dimulai dari nilai yang esensial, sederhana, dan mudah dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah/wilayah, yakni bersih, rapih, nyaman, disiplin, sopan dan santun.

3. Metode Pembentukan Karakter

Guna mencapai pertumbuhan integral dalam pendidikan karakter perlu dipertimbangkan berbagai macam unsur yang membantu mencapai idealisme dan tujuan pendidikan karakter. Unsur-unsur tersebut sangat penting bagi sebuah proyek pendidikan karakter disekolah. Menurut Doni Koesoema A. Sebagaimana yang dikutip Novan Ardy Wiyani, terdapat lima unsur yang perlu dipertimbangkan.

a. Mengajarkan

Salah satu unsur penting dalam membentuk karakter ialah mengajarkan nilai-nilai sehingga peserta didik mempunyai gagasan konseptual tentang nilai-nilai pemandu perilaku yang dapat dikembangkan dalam mengembangkan karakter pribadinya.

b. Keteladanan

Keteladanan menjadi hal klasik bagi berhasilnya sebuah tujuan pendidikan karakter. Anak akan banyak belajar dari apa yang mereka lihat. Kata-kata dapat menggerakkan orang, tetapi keteladanan lebih menarik hati. Pentingnya keteladanan dalam mendidik anak menjadi pesan yang kuat dalam Al-Qur‟an. Sebab keteladanan adalah sarana

(32)

penting dalam pembentukan karakter seseorang. Satu kali perbuatan baik dicontohkan lebih baik dari seribu kata yang diucapkan

c. Menentukan Prioritas

Lembaga pendidikan memiliki prioritas dan tuntunan dasar atau karakter yang ingin diterapakan di lingkungan mereka. Tanpa adanya prioritas yang jelas, proses evaluasi atas berhasil tidaknya pendidikan karakter tidak jelas.

d. Praksis Prioritas

Praksis prioritas merupakan unsur lain yang sangat penting bagi pendidikan karakter adalah bukti dilaksnakannya prioritas nilai pendidikan karakter tersebut.

e. Refleksi

Refleksi merupakan kemampuan sadar khas manusiawi. Melalui kemampuan ini, manusia mampu mengatasi diri dan meningkatkan kualitas hidup menjadi lebih baik. Jadi, setelah tindakan dan praksis pendidikan karakter terjadi, perlu diadakan semacam pendalaman, refleksi, untuk melihat sejauh mana lembaga pendidikan telah berhasil atau gagal dalam melaksanakan pendidikan karakter.25

4. Orang Yang Bertanggung Jawab Dalam Membentuk Karakter

Pengembangan karakter merupakan proses seumur hidup, pengembangan karakter anak merupakan upaya yang perlu melibatkan

25 Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter : Strategi Mendidik Anak Zaman Global, (Jakarta: Gramedia, 2007), hal. 212-216

(33)

semua pihak, Baik keluarga, sekolah, masyarakat maupun pemerintah. Oleh karna itu keempat koridor ini harus berjalan secara terintegral.

a. Keluarga

Keluarga adalah komunitas pertama dimana manusia, sejak usia dini belajar konsep baik dan buruk, pantas dan tidak pantas, benar dan salah. Karna tata nilai yang diyakini seseorang akan tercermin dalam karakternya maka dari keluargalah proses pendidikan karakter berawal.26

Pada keluarga inti, peran utama pendidikan terletak pada ayah dan ibu. Menurut Gunadi, ada tiga peran utama yang dapat dilakukan ayah dan ibu dalam mengembangkan karakter anak. Pertama berkewajiban menciptakan suasana yang hangat dan tentaram, kedua , menjadi panutan yang positif bagi anak, sebab anak belajar banyak dari apa yang dilihatnya, bukan dari apa yang didengarnya. Karakter orang tua yang diperlihatkan melalui perilaku nyata merupakan bahan pelajaran yang akan diserap anak. Ketiga, mendidik anak, artinya mengajarkan karakter yang baik dan mendisiplinkan anak agar berperilaku sesuai dengan apa yang telah diajarkan.

b. Sekolah

Setelah keluarga, sekolah mempunyai peran yang sangat strategis dalam membentuk manusia yang berkarakter. Agar pendidikan karakter dapat berjalan dengan baik memerlukan pemahaman yang cukup dan konsisten oleh seluruh personalia pendidikan. Disekolah, kepala sekolah,

26 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), Cet-1, hal.165

(34)

pengawas, guru, dan karyawan harus memiliki persamaan persepsi tentang pendidikan karakter bagi peserta didik.

Adapun fungsi dan peranan sekolah dalam membentuk karakter adalah sebagai berikut:

1) Anak didik belajar bergaul sesama anak didik, antara guru dan anak didik, dan antara anak didik dengan orang yang bukan guru (karyawan).

2) Anak didik belajar mentaati peraturan-peraturan sekolah

3) Mempersiapkan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.

Kepala sekolah sebagai manajer, harus mempunyai komitmen yang kuat tentang pendidikan karakter. kepala sekolah harus mampu membudayakan karakter-karakter unggul di sekolahnya. Revitalisasi peran-peran kepala sekolah menjadi hal yang mendesak agar mampu menjalankan peran-peran yang sesuai dengan kedudukannya, baik langsung maupun tidak langsung.

Pengawas, meskipun tidak berhubungan langsung dengan proses pembelajaran kepada peserta didik, tetapi ia dapat mendukung keberhasilan penyelenggaraan pendidikan melalui peran fungsi yang diemban. Peran pengawas tidak lagi hanya mengacu pada tugas mengawasi dan mengevaluasi hal-hal bersifat administratif sekolah, tetapi juga sebagai agen atau mediator pendidikan karakter.

(35)

Para pendidik atau guru dalam konteks pendidikan karakter dapat menjalankan lima peran. Peran tersebut adalah konservator (pemelihara), sistim nilai yang merupakan sumber norma kedewasaan, inivator (pengembang) sistim nilai ilmu pengetahuan, transmitor (penerus) sistem-sistem nilai kepada peserta didik, transformator (penerjemah), sistem-sistem nilai melalui penjelmaan dalam pribadinya dan prilakunya, dalam proses interaksi dan sasaran didik, organisator (penyelenggara) terciptanya proses edukatif yang dapat dipertanggung jawabkan, baik secara formal maupun moral.

Pendidik merupakan teladan bagi siswa dan memiliki peran yang sangat besar dalam pembentukan karakter siswa. Peran pendidik sebagai membentuk generasi muda yang berkarakter sesuai UU Guru dan Dosen, UU No. 14 tahun 2005 guru didefenisikan sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.27

Agar guru dapat mengembangkan pendidikan karakter secara efektif, serta dapat meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya dalam peningkatan pribadi peserta didik, guru perlu memiliki hal-hal sebagai berikut:

27 Zubaedi, Desain Pendidikan...hal 165

(36)

1) Menguasai dan memahami pendidikan karakter dan hubungannya dengan pembelajaran yang baik.

2) Menyukai pendidikan karakter.

3) Memahami peserta didik, pengalaman, kemampuan dan prestasinya.

4) Menggunakan metode pendidikan karakter yang bervariasi

5) Mengeliminasi bahan-bahan yang berkarakter dan yang kurang berarti

6) Mengikuti perkembangan pendidikan karakter

7) Mempersiapkan proses pendidikan karakter secara matang

8) Mendorong peserta didiknya untuk memiliki karakter yang lebih baik.

c. Masyarakat

Masyarakat adalah salah satu lingkungan pendidikan yang sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi seseorang.

Masyarakat turut serta memikul tanggung jawab pendidik. Pandangan hidup, cita-cita bangsa, sosial budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan akan mewarnai keadaan masyarakat tersebut. Masyarakat mempunyai peran yang penting dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Peran yang telah disumbangkan dalam rangka tujuan pendidikan nasional yaitu berupa ikut membantu menyelenggarakan pendidikan, membantu pengadaan tenaga biaya, prasarana dan sarana,

(37)

menyediakan lapangan kerja, biaya, membantu pengembangan potensi baik secara langsung maupun tidak langsung.

Semua anggota masyarakat memikul tanggung jawab membina, memakmurkan, memperbaiki, mengajak kepada kebaikan, memerintahkan kepada hal yang yang makruf dan mencegah kepada yang mungkar seperti mengajak untuk bergotong royong, menasehati jika ada anak yang berkata kotor, dan lain sebagainya.

B. Pembelajaran Akidah Akhlak

1. Pengertian, Ciri-Ciri dan Metode Pembelajaran Akidah Akhlak a. Pengertian, Ciri-Ciri Pembelajaran Akidah Akhlak

Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk mengarahkan timbulnya perilaku belajar mengajar. Dalam hal ini beberapa defenisi pengertian pembelajaran menurut beberapa para ahli diuraikan sebagai berikut:

1) Menurut Oemar Hamalik pembelajaran diartikan sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.28

2) Menurut Dimyati dan Mudjono yang dikutip oleh Syaiful Sagala mendefinisikan bahwa pembelajaran adalah kegiatan pendidik

28 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 57

(38)

secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat peserta didik belajar.29

Dari beberapa pengertian diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik sehingga timbul interaksi dari keduanya dalam situasi edukatif dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Pembelajaran menjadikan kegiatan pendidik secara terprogram yang sudah didesain dalam bentuk instruksional untuk membuat peserta didik belajar aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar pada lingkungan belajar.

Akidah adalah aspek ajaran islam yang membicarakan pokok- pokok keyakinan tentang Allah sang Pencipta (al-khaliq) dengan alam semesta sebagai ciptaan Allah atau makhluk, termasuk bagaiman hubungan antara manusia sebagai makhluk dengan makhluk lain berupa lingkungan, rohani, sosial maupun jasad.30

Sedangkan Akhlak adalah kehendak jiwa manusia menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pemikiran terlebih dahulu.31 Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Akidah Akhlak adalah serangkaian kegiatan dalam proses belajar mengajar mengenai pembahasan tentang pemahaman dan keyakinan atau kemampuan serta yang berhubungan dengan akhlak.

29 Syaiful Sagala, Konsep dan Makro Pembelajaran, (Bandung: Alfa Beta, 2005), Cet.

Ke-2, h. 61

30 Abu Su‟ud, Islamologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet. Ke-1, h. 144

31 A. Mustafa, Akhlak Tasawuf, ..., h. 14

(39)

b. Ciri- ciri pembelajaran Akidah Akhlak

Salah satu ciri dari proses pembelajaran adalah adanya disiplin yang merupakan salah satu syarat terlaksananya proses pembelajaran karena proses pembelajaran tidak mungkin akan terjadi tanpa adanya pencapaian displin.

Ada tiga khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran yaitu:

1) Rencana, yaitu penetapan ketenagaan, material dan prosedur yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran dalam suatu rencana khusus.

2) Saling ketergantungan (interdependence), antar unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan.

3) Tujuan, Sistem pembelajaran mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Tujuan utama sistem pembelajaran agar siswa belajar.

Tugas seorang perancang system ialah mengorganisasi tenaga, material dan prosedur agar siswa belajar secara efisien dan efektif.32

Tujuan penting dalam sistem pembelajaran, yakni merupakan suatu komponen sistem pembelajaran yang menjadi titik tolak dalam merancang sistem yang efektif. Yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan peserta didik, materi

32 http://budiman2013.blogspot.co.id ciri khas yang terkandung dalam sistem. Html, pada tanggal 12 maret 2017, pada pukul 16:05 WIB.

(40)

pelajaran dan pendidik itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan peserta didik dapat ditetapkan apa yang hendak dicapai, dan dikembangkan dan diapresiasi. Berdasarkan materi pelajaran yang ada dalam petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan.

Sedangkan pendidik merupakan sumber utama tujuan bagi peserta didik dan dia harus mampu menulis dan memilih tujuan dan pendidikan yang bermakna dan dapat terukur.

c. Metode pembelajaran Akidah Akhlak

Metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran, Sehingga pendidik sebagai pengguna metode perlu memahami hakekat yang akan dilaksanakan.

Secara etomologi metode berasal dari bahasa latin yang terdiri dari dua suku kata yaitu “metha” yang berarti melalui dan “hodos” yang berarti cara atau jalan. Jadi metode dalah suatu cara dan siasat penyampaian bahan pelajaran tertentu dari suatu mata pelajaran agar peserta didik dapat mengetahui, memahami, mempergunakan dan dengan kata lain menguasai bahan pelajaran tersebut.33

Dari defenisi diatas dapat dikatakan bahwa metode mengandung arti adanya urutan kerja yang terencana, sistematis dan merupakan hasil eksperimen ilmiah guna mencapai tujuan yang telah direncanakan.

33 Zakiah Derajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara 1995), Cet. Ke-1, h. 1

(41)

Beberapa para ahli merumuskan berbagai defenisi tentang metode pembelajaran yang dikutip Ramayulis diantaranya sebagai berikut:34

1) Hasan Langgulung, mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan.

2) Abdul al-Rahman Ghunaimah, mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara-cara yang praktis dalam mencapai tujuan pengajaran.

3) Muhammad Athiyah al-Abrasyi mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah jalan yang kita ikuti untuk memberikan pengertian kepada peserta didik tentang segala macam materi dalam berbagai pelajaran.

Dalam proses pendidikan, metode mempunyai kedudukan yang sangat penting untuk mencapai tujuan pendidikan. Bahkan metode dianggap sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan atau materi pelajaran kepada peserta didik yang dianggap lebih signifikan dibanding dengan materi sendiri. Sebuah adigum mengatakan bahwa “al- Thariqat Ahamm Min al- Maddah” (metode jauh lebih penting dibanding materi).

Adalah sebuah realita bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi oleh peserta didik walaupun sebenarnya materi yang disampaikan sesungguhnya tidak terlalu menarik.35

34 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), Cet. Ke-2, h. 77

35 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, h. 39

(42)

Sebaliknya, materi yang cukup baik karena disampaikan dengan cara yang kurang menarik maka materi itu sendiri kurang dapat dicerna oleh peserta didik. Oleh karena itu penerapan metode yang tepat sangat mempengaruhi pencapaian keberhasilan dalam proses belajar mengajar.

Penggunan metode dalam suatu mata pelajaran bisa lebih dari satu macam atau bervariasi. Metode yang variatif dapat membangkitkan motivasi belajar peserta didik. Dalam pemilihan dan penggunaan semua metode harus mempertimbangkan aspek efektifitasnya dan relevansinya dengan materi yang disampaikan. Hal ini dilakukan agar perhatian peserta didik dalam proses pembelajaran terarah pada pelajaran.

Pada setiap proses pembelajaran seorang pendidik selalu berusaha agar peserta didiknya dapat mengerti dan paham apa yang diterangkannya. Kemudian setelah peserta didik memperoleh pelajaran yang diberikan diharapkan ada perubahan pada diri mereka, terhadap pengetahuan yang baru mereka peroleh.

Pembelajaran sering dikonotasikan sebagai proses aktifitas belajar mengajar dikelas yang tentunya bersifat formal, sehingga pembelajaran itu hanyalah salah satu bentuk instruksi, karena pembelajaran ini adalah tugas dan tanggung jawab utama seorang pendidik, yaitu mengelola pembelajaran secara lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif yang ditandai dengan adanya keadaan dan keterlibatan aktif diantara dua subjek pembelajaran. Pendidik sebagai penginisiatif awal dan pengarah

(43)

serta pembimbing, sedangkan peserta didik sebagai yang mengalami dan terlibat aktif.

Pembelajaran yang efektif akan terwujud jika pendidik mampu dalam merumuskan tujuan dari setiap pelajaran yang diberikan dan pendidik juga harus mampu menguasai bahan pelajaran. Sehingga dapat membimbing peserta didik ke arah yang diharapkan tanpa kehilangan akan kepastian atau kepercayaan dirinya.

Dalam proses pembelajaran, pendidik dan peserta didik terlibat langsung dalam satu lingkungan pembelajaran tertentu. Oleh karena itu , pendidik harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan metode pembelajaran yang dapat mempertinggi mutu dan efektifitas suatu metode pembelajaran.

Dalam hai ini akan diuraikan beberapa metode pelajaran yang dapat digunakan dalam mata pelajaran Akidah Akhlak antara lain:

1) Metode ceramah

Metode ceramah adalah suatu metode di dalam pendidikan dimana cara penyampaian materi-materi pelajaran kepada peserta didik dilakukan dengan cara penerangan dan penuturan secara lisan.

Metode ceramah layak dipakai oleh pendidik dalam menyampaikan pesan di depan kelas bila pesan yang akan disampaikan berupa fakta atau informasi, jumlah peserta didiknya

(44)

terlalu banyak, pendidik adalah seorang pembicara yang baik, berwibawa, dan merangsang peserta didik.

2) Metode diskusi

Metode diskusi ialah suatu cara mempelajari mata pelajaran dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi secara rasional dan objektif.36

3) Metode tanya jawab

Adalah penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan peserta didik memberikan jawaban, atau sebaliknya peserta didik di beri kesempatan bertanya dan pendidik yang menjawab pertanyaan.

4) Metode kisah

Metode kisah mengandung arti suatu cara dalam menyampaikan materi pelajaran dengan menuturkan secara kronologis tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan saja.37

Dalam mengaplikasikan metode ini pada proses belajar mengajar, metode kisah merupakan salah satu metode pendidikan yang mashur dan terbaik, sebab kisah itu mampu menyentuh jiwa jika disadari oleh ketulusan hati yang mendalam.

36 M, Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 36

37 M, Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, h. 161

(45)

5) Metode pemberian tugas

Yaitu cara menyajikan bahan pelajaran dimana pendidik memberikan sejumlah tugas terhadap peserta didik untuk mempelajari sesuatu, kemudian mereka disuruh untuk mempertanggung jawabkannya.

Penekanan metode ini terletak pada jam pelajaran berlangsung dimana peserta didik disuruh untuk mencari informasi atau fakta-fakta berupa data yang dapat ditemukan di laboratorium, perpustakaan, pusat sumber belajar dan lain sebagainya, tugas yang diberikan oleh pendidik bisa berbentuk memperbaiki, memperdalam, mengecek, mencari informasi, atau menghafal pelajaran yang akhirnya membuat kesimpulan tetentu.

6) Metode kerja kelompok

Adalah suatu cara menyajikan materi pelajaran dimana pendidik mengelompokkan peserta didik ke dalam beberapa kelompok atau group tertentu untuk menyelesaikan tugas yang telah di tetapkan dengan cara bersama-sama dan bergontong royong.

7) Metode keteladanan

Keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh oleh seseorang dari orang lain. Metode keteladanan memiliki perasaan yang sangat signifikan dalam upaya mencapai keberhasilan pendidikan. Karena, secara psikologis peserta didik

(46)

banyak meniru dan mencontoh perilaku sosok figurnya termasuk diantaranya adalah para pendidik. Oleh karena itu, keteladanan banyak kaitannya dengan perilaku, dan perilaku yang baik adalah tolak ukur keberhasilan peserta didik.

Suri tauladan adalah alat pendidikan yang sangat efektif bagi kelangsungan komunikasi nilai-nilai agama. Fitrah untuk mencari suri teladan harus dimanfaatkan oleh pendidik terhadap peserta didik. Apabila keteladanan dianalisis secara pedagogis, ia bertumpu pada unsur-unsur pembentukan diri, karena keteladanan yang disuri teladankan oleh pendidik secara tidak langsung akan diinternalisasikan atau diserap langsung oleh peserta didik.

Pengaruh suri tauladan dalam penanaman nilai-nilai agama dapat secara langsung dan disengaja. Pada hakikatnya di lembaga pendidikan peserta didik haus akan suri teladan, karena sebagian besar hasil pembentukan kepribadian adalah keteladanan yang diamatinya dari para pendidiknya. Di rumah, keteladanan ini diterimanya dari kedua orang tuanya dan dari orang-orang dewasa dalam keluarga.

Begitu pula keteladanan yang dilihatnya dilingkungan sosial di tempat ia berinteraksi dengan lingkungannya. Sebagai peserta didik, ia secara pasti meyakinkan semua yang dilihat, didengarkannya dari cara pendidiknya adalah suatu kebenaran,

(47)

sebab itu ditirunya.38 Oleh sebab itu, para pendidik hendaknya menampilkan akhlak karimah sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW

8) Metode pemberian hukuman

Melalui hukuman atau sanksi kepada peserta didik merupakan alternatif yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk memperbaiki keselarasan peserta didik. Sebelum memberikan sanksi, terlebih dahulu dengan cara lemah lembut dan bijaksana.

Dengan demikian, peserta didik dapat membedakan antara perbuatan yang salah dengan perbuatan yang benar.

Sebelum memberikan hukuman kepada peserta didik yang harus diperhatikan terlebih dahulu adalah:

a) Hukuman boleh dilakukan jika kesalahan itu telah dilakukan berkali-kali.

b) Pemberian hukuman harus sesuai dengan kadar dan besarnya kesalahan.

c) Terlebih dahulu memberikan petunjuk kepada peserta didik agar kembali kepada kesadaran

d) Hukuman yang diberikan kepada peserta didik sesuai dengan kemampuannya.

Hukuman merupakan alat pendidikan yang apabila akan dipergunakan harus dipikirkan secara matang sebelum

38 Fuad Hasan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta. 2008), Cet. Ke-5, h.

157

(48)

memberikannya kepada peserta didik. Sebab hukuman belum tentu merupakan alternatif yang sangat tepat untuk diberikan kepada peserta didik.

2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Akidah Akhlak dan Standar Kompetensi Dasar

a. Prinsip-prinsip pembelajaran Akidah Akhlak

Dari konsep belajar dan pembelajaran dapat diidentifikasi prinsip-prinsip belajar dalam pelaksanaan pembelajaran, diantaranya sebagai berikut:

1) Prinsip kesiapan

Proses belajar sangat dipengaruhi oleh kesiapan peserta didik sebagai subjek yang melakukan kegiatan belajar. Kesiapan belajar adalah kondisi fisik-psikis (jasmani-mental) peserta didik yang memungkinkan subjek dapat melakukan belajar. Kesiapan belajar merupakan kematangan dan pertumbuhan fisik, psikis, inteligensi, latar belakang pengalaman,. Hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi, dan faktor-faktor lain yang memungkinkan seseorang dapat belajar.

2) Prinsip motivasi

Motivasi dapat diartikan sebagai tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan tingkah laku kearah satu tujuan tertentu. Ada tidaknya motivasi apabila peserta dididk mempunyai motivasi maka ia akan: pertama, bersungguh-sungguh, menunujukkan minat,

(49)

mempunyai perhatian, dan rasa ingin tahu yang kuat untuk ikut serta dalam kegiatan belajar. Kedua, berusaha keras dan memberikan waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan tersebut. Ketiga, terus bekerja sampai tugas-tugas tersebut terselesaikan.

3) Prinsip perhatian

Perhatian merupakan suatu strategi kognitif yang mencakup empat keterampilan yaitu beriorientasi pada suatu masalah, meninjau sepintas isi masalah, memusatkan diri pada aspek-aspek yang relevan, mengabaikan stimuli yang tidak relevan.

Dalam proses pembelajaran, perhatian merupakan faktor yang besar pengaruhnya. Kalau peserta didik mempunyai perhatian yang besar mengenai apa yang disajikan atau dipelajari, peserta didik dapat menerima atau memilih stimuli yang relevan untuk diproses lebih lanjut diantaranya stimuli yang datang dari luar.

4) Prinsip persepsi

Persepsi adalah suatu proses yang bersifat kompleks yang menyebabkan orang yang dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari lingkungannya. Semua proses belajar selalu dimulai dengan persepsi, yaitu setelah peserta didik menerima stimulus atau suatu pola stimuli dari lingkungannya. Persepsi dianggap kegiatan awal struktur kognitif seseorang.

(50)

5) Prinsip retensi

Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat kembali setelah seseorang mempelajari sesuatu. Dengan retensi membuat apa yang dipelajari dapat bertahan atau tertinggal lebih lama dalam struktur kognitif dan dapat diingat kembali jika diperlukan. Karena itu, retensi sangat menentukan hasil yang diperoleh peserta didik dalam proses pembelajaran.

6) Prinsip transfer

Transfer merupakan suatu proses dimana sesuatu yang pernah dipelajari dapat mempengaruhi proses dalam mempelajari sesuatu yang baru. Dengan demikian, transfer berarti pengaitan pengetahuan yang sudah dipelajari dengan pengetahuan yang baru dipelajari.

Transfer belajar atau transfer latihan berarti aplikasi atau pemindahan pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, sikap atau respon-respon lain dari suatu situasi ke dalam situasi yang lain.39 b. Standar Kompetensi-Kompetensi Dasar (SK-KD)

Standar kompetensi akidah akhlak meliputi mengikuti dan memahami proses penciptaan manusia. Mengetahui dan memahami akhlak terpuji bagi Allah, mengetahui dan memahami akhlak mazmumah terhadap Allah, mengetahui dan memahami iman kepada hari akhir, mengetahui dan memahami akhlak terpuji sesama manusia, mengetahui dan memahami akhlak tercela terhadap manusia.

39 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. Ke-4, h.137

(51)

Kompetensi dasar meliputi menjelaskan pengertian proses penciptaan manusia, membiasakan diri berakhlak terpuji terhadap ulama dan ulil amri, membiasakan diri menghindari berakhlak tercela terhadap Allah, siswa beriman kepada hari akhir, siswa memahami hal-hal yang berhubungan dengan hari akir, terbiasa berakhlak terpuji sesama manusia, terbiasa menghindari akhlak tercela terhadap sesama.

3. Tujuan dan Ruang Lingkup Pembelajaran Akidah Akhlak a. Tujuan pembelajaran Akidah Akhlak

Tujuan adalah rumusan keinginan yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Pendidikan agama islam (akidah akhlak) merupakan salah satu bagian dari kurikulum pendidikan yang bertujuan untuk:

1) Agar peserta didik memahami, meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman, bertakwa kepada Allah dan berakhlak mulia.

2) Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan, pengetahuan, penghayatan, pengalaman, pembiasaan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam (akhlak), sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah swt.

3) Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi, menjaga

(52)

keharmonisan secara personal dan sosial, serta mengembangkan agama dalam komunitas masyarakat.

4) Untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk.

Secara substansial mata pelajaran akidah akhlak memiliki konstribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktekkan akidahnya, dalam bentuk pembiasaan untuk melakukan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari.

Al-Akhlak al-karimah ini sangat penting untuk dipraktekkan dan dibiasakan oleh peserta didik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan berbangsa, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negatif dari era globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa dan negara Indonesia.

b. Ruang lingkup pembelajaran Akidah Akhlak Ruang lingkup pembelajaran ini meliputi:

1) Aspek akidah terdiri atas proses penciptaan manusia, mengetahui dan memahami iman kepada hari akhir, mengetahui dan memahami hal- hal yang berhubungan dengan hari akhir.

2) Aspek akhlak terdiri atas mengetahui dan memahami akhlak terpuji bagi Allah, mengetahui dan memahami akhlak terhadap ulama dan ulil amri, mengetahui dan memahami akhlak mazmumah terhadap Allah,

Gambar

Tabel 1: Data siswa MTsP Koto Baru Tahun Ajaran 2017/2018

Referensi

Dokumen terkait

Pada variabel sikap menunjukan bahwa santriwan dan santriwati memiliki pola tidur yang berbeda-beda setiap pribadi masing-masing, mayoritas santri kelas XI MA

Model yang diusulkan pada penelitian tentang prediksi penyakit diabetes adalah dengan menerapkan Support Vector Machine dan Support Vector Machine berbasis berbasis

Agar konstruksi jalan dapat melayani arus lalulintas sesuai dengan umur rencana, maka perlu diadakan perencanaan perkerasan yang baik, karena dengan begitu konstruksi

Sehubungan dengan hal tersebut tujuan penulisan artikel adalah untuk menghitung daya tampung beban pencemaran Sungai Batang Binguang terhadap parameter.. Total

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik gejala serangan BBTV intensitas serangan pada tanaman pisang pada lahan dengan pola tanam, sanitasi dan

\DQJ µKDWFKLQJ¶ FHSDW MDP EODVWRVLV \DQJ µKDWFKLQJ¶ ODPEDW MDP GDQ EODVWRVLV \DQJ JDJDO µKDWFKLQJ¶ 0DVLQJ -masing kelompok dikultur sampai membentuk monolayer selama 10 hari,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi oligo kitosan ke tanaman dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, lingkar batang, panjang tongkol, bobot

Pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Peternakan Jurusan Produksi Ternak Universitas Hasanuddin melalui seleksi berkas prestasi. Selama menjadi