• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo, Institut Pertanian Bogor, Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2011.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah 640 setek kolesom (Gambar 1), arang sekam (2 ton/ha), pupuk kandang, guano (granul) dan abu sekam. Peralatan yang digunakan berupa bambu, timbangan, oven, penggaris, pisau, serta alat-alat pertanian.

Metode Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor. Perlakuan yang diberikan yaitu pemupukan dengan kombinasi pupuk kandang, guano, dan abu sekam (Tabel 1). Dosis perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga didapatkan 15 unit percobaan.

Perlakuan pembanding ditanam di luar rancangan percobaan, yaitu perlakuan anorganik dengan dosis 100 kg/ha urea, 120 kg/ha SP-36, dan 100 kg/ha KCl sehingga total percobaan sebanyak 18 unit percobaan. Berikut dosis perlakuan yang digunakan :

Tabel 1. Kombinasi Dosis Perlakuan

Perlakuan

Dosis Pupuk Kandang Sapi1

(ton/ha) Guano2 (kg/ha) Abu Sekam3 (ton/ha) 1 1.8 27.6 2.7 2 2.7 55.2 4.1 3 3.6 82.9 5.5 4 4.5 110.5 6.8 5 5.3 138.1 8.2 1

Kandungan N 1.29 %. 2Kandungan P2O5 26.07 %. 3Kandungan K2O 1.10 %.

Dosis perlakuan kombinasi pupuk organik diperoleh dengan cara mengkonversi dari dosis perlakuan pupuk anorganik. Pupuk kandang sapi menggantikan pupuk urea, pupuk guano menggantikan pupuk SP-36 sedangkan abu sekam menggantikan KCl. Berikut dosis perlakuan pupuk anorganik yang menjadi acuan penggunaan dosis kombinasi pupuk organik :

Tabel 2. Dosis Perlakuan Pupuk Anorganik (NPK)

Perlakuan Dosis

Urea1 (kg/ha) SP-362 (kg/ha) KCl3 (kg/ha)

1 50 40 50 2 75 80 75 3 100 120 100 4 125 160 125 5 150 200 150 1

Kandungan N 46 %. 2Kandungan P2O5 36 %. 3Kandungan K2O 60 %.

Model matematika yang digunakan untuk analisis statistik masing-masing percobaan dalam penelitian ini adalah :

Yij= µ + αi+ βj+ εij (i = 1, 2, 3, 4, 5 ; j = 1, 2, 3)

Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan perlakuan pupuk organik ke-i dan kelompok ke-j µ = Rataan umum

αi = Pengaruh perlakuan pemupukan organik ke-i βj = Pengaruh kelompok ke-j

εij = Pengaruh galat percobaan perlakuan pemupukan organik ke-i, dan kelompok ke-j

i = 1, 2, 3, 4, dan 5 untuk perlakuan pemupukan organik j = 1, 2, dan 3 sebagai kelompok/ulangan

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan pada pengaruh yang berbeda nyata, dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test

(DMRT) pada taraf kesalahan 5 % (Gomez and Gomez, 1995). Khusus untuk melihat perbandingan antara kontrol dengan ketiga perlakuan lainnya, setelah data dianalisis menggunakan sidik ragam, maka dilanjutkan dengan uji lanjut Dunnett.

Pelaksanaan Percobaan Persiapan Lahan

Lahan yang digunakan untuk penelitian, sebelumnya disiangi terlebih dahulu dari gulma-gulma yang tumbuh. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan adanya hama dan penyakit yang menyerang. Tanah digemburkan lalu dibuat petakan dengan ukuran 4 m x 4 m dengan jarak antar baris adalah 100 cm dan dalam baris adalah 50 cm mengacu pada Mualim et al. (2009), sehingga terdapat 32 tanaman/petak. Arang sekam yang digunakan sebanyak 2 ton/ha (3 kg/petak) diberikan dengan cara dilarik per baris tanam dilakukan 2 minggu sebelum tanaman dipindah ke lapang. Murbandono (1993) menjelaskan, bahwa arang sekam digunakan untuk meningkatkan suhu dan pH tanah, meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, dan mencegah pengaruh penyakit khususnya disebabkan oleh bakteri dan gulma.

Pemupukan

Perlakuan pupuk organik yang diberikan yaitu kombinasi pupuk kandang sapi, guano, dan abu sekam dengan dosis setelah dikonversi yang dapat dilihat di Tabel 1.

Penanaman

Penanaman setek kolesom dilakukan setelah dua minggu dari aplikasi abu sekam, guano dan pupuk kandang. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan waktu agar terjadi dekomposisi bahan organik. Sebelum ditanam, setek kolesom direndam dengan bakterisida yang mengandung bahan aktif streptomisin sulfat dengan konsentrasi 2 g/l air dan fungisida berbahan aktif mankozeb dengan konsentrasi 3 g/l air selama 10 detik. Perlakuan dilakukan sesuai dengan dosis yang telah ditentukan.

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman berupa penyiraman yang dilakukan pada saat diperlukan. Pengendalian penyakit dengan memberikan fungisida dan bakterisida diawal penanaman setek.

Pemanenan

Panen destruktif dilakukan pada umur 2, 4, dan 6 MST. Kolesom yang dipanen sebanyak 1 tanaman per perlakuan dengan cara mencabut seluruh tanaman secara hati-hati untuk menjaga keutuhan tanaman.

Pengamatan

Komponen-komponen pengamatan yang dilakukan dibagi menjadi komponen pertumbuhan dan produksi.

Komponen pertumbuhan terdiri atas: 1. Tinggi tanaman (cm)

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan setiap minggu, mulai dari 2 sampai 6 MST dengan cara mengukur tanaman dari bagian tanaman di atas tanah sampai ujung titik tumbuh tertinggi.

2. Jumlah cabang

Data jumlah cabang diperoleh dengan menghitung jumlah cabang yang tumbuh pada batang utama.

3. Lebar tajuk

Lebar tajuk diukur menggunakan meteran lalu mencatat angka yang ditunjukkan meteran sebagai diameter tajuk.

4. Rasio bobot tajuk/akar

Rasio bobot tajuk/akar didapatkan dari hasil pembagian bobot kering tajuk dengan bobot kering akar yang dilakukan pada 2, 4, dan 6 MST.

5. Rata-rata laju tumbuh relatif (Relative Growth Rate/LTR) yang diukur pada 2, 4, dan 6 MST.

LTR adalah peningkatan bobot kering dalam kurun waktu tertentu. Perhitungan LTR dilakukan dengan rumus berikut

��� =

� −� (g/hari)

Keterangan: W1 = bobot kering tanaman pada waktu t1

W2 = bobot kering tanaman pada t2

Pengukuran LTR dilakukan dengan mendestruksi atau mencabut satu tanaman di luar tanaman contoh per petak.

6. Rata-rata laju asimilasi bersih (Net Assimilation Rate/LAB).

LAB merupakan hasil bersih dari hasil asimilasi per satuan luas daun dan waktu. Laju rata-rata asimilasi bersih dihitung dengan rumus sebagai berikut

� = −

� − � (� / �� )

Keterangan: W1= bobot kering tanaman pada waktu t1

W2= bobot kering tanaman pada waktu t2

A1= luas daun total pada waktu t1

7. Bobot pucuk layak jual

Pucuk yang layak untuk dijual diukur sesuai kriteria pemanenan yaitu 15 cm dari ujung daun kolesom yang ditegakkan. Setelah itu ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik.

8. Bobot basah dan kering akar

Perhitungan bobot basah dan kering dilakukan pada umur 2, 4, dan 6 MST. Bobot basah ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik, sedangkan bobot kering ditimbang setelah akar dioven pada suhu 105oC selama 2 hari. 9. Bobot basah dan kering batang

Perhitungan bobot basah dan kering batang dilakukan pada umur 2, 4, dan 6 MST. Bobot basah ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik, sedangkan bobot kering ditimbang setelah batang dioven pada suhu 105oC selama 2 hari.

10.Bobot basah dan kering daun

Perhitungan bobot basah dan kering batang dilakukan pada umur 2, 4, dan 6 MST. Bobot basah ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik, sedangkan bobot kering ditimbang setelah daun dioven pada suhu 105oC selama 2 hari.

11.Bobot basah dan kering tajuk

Perhitungan bobot basah dan kering batang dilakukan pada umur 2, 4, dan 6 MST. Bobot basah ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik, sedangkan bobot kering ditimbang setelah tajuk dioven pada suhu 105oC selama 2 hari.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Konidisi Umum Penelitian

Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa pH H2O tanah termasuk

masam dengan nilai 4.6 dan pH KCl tergolong sangat masam dengan nilai 4.1. Rasio perbandingan C/N termasuk sedang yaitu 15. Kapasitas Tukar Kation (KTK) menunjukkan nilai rendah dengan nilai sebesar 8.97 Cmol(+)/kg. Kejenuhan basa yang terkandung pada tanah sebesar 57% sehingga tergolong tinggi. Tekstur tanah termasuk liat dengan komposisi pasir 19%, debu 13%, dan liat 68%.

Persiapan penelitian dan penelitian berlangsung dari bulan Februari sampai dengan pertengahan bulan Mei 2011. Selama penelitian berlangsung curah hujan sebesar 6.5 mm/hari sedangkan suhu rata-rata sebesar 25.8 oC dengan intensitas penyinaran sebesar 302 cal/cm2/menit (Gambar 2). Hal ini menunjukkan intensitas curah hujan yang cukup tinggi sehingga kelembaban pun tinggi dan menyebabkan tanaman mengalami serangan Psedoumonas sp.

Tindakan pencegahan serangan bakteri dengan melakukan perendaman stek batang dengan bakterisida yang mengandung bahan aktif streptomisin sulfat dengan konsentrasi 2 g/l air dan fungisida berbahan aktif mankozeb dengan konsentrasi 3 g/l air selama 10 detik. Bagian dalam batang tanaman yang mengalami serangan bakteri menunjukkan warna kemerah-merahan. Lambat laun akan mengalami kematian yang juga membuat bentuk daun menggulung ke dalam (Gambar 3). Pencegahan penyebaran penyakit pada tanaman dilakukan dengan cara membuang tanaman yang terkena penyakit.

24,5 25 25,5 26 26,5 1 2 3 4 5 6 7 8 Su h u R ata -r ata ( oC)

Minggu setelah tanam (MST)

0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0 16,0 18,0 1 2 3 4 5 6 7 8 C u rah h u jan ( m m /h ar i)

Minggu setelah tanam (MST)

0 50 100 150 200 250 300 350 400 1 2 3 4 5 6 7 8 In ten sitas P en y in ar an (ca l/c m 2/m e n it)

Minggu setelah tanam (MST) (a)

Gambar 2. (a) Suhu Rata-Rata, (b) Curah Hujan, dan (c) Intensitas Penyinaran

Selama Penelitian (b)

Gulma yang banyak ditemui di lapangan pada saat penelitian diantaranya

Cynodon dactylon dan Axonopus compresus. Penanggulangan gulma dilakukan dengan cara mencabut gulma yang tumbuh di area penanaman. Penyulaman dilakukan pada saat pembibitan langsung di lapang dengan cara mencabut tanaman yang mati dan menggantinya dengan tanaman kolesom yang ditanam di luar petak percobaan. Pembungaan awal terjadi pada umur 3 MST dan pembungaan 75% terjadi pada saat tanaman berumur 4 MST.

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam

Rekapitulasi Sidik Ragam dapat dilihat pada Tabel 3. Pupuk organik berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 3, 4 MST dan lebar tajuk pada 3 MST. Komponen produksi berpengaruh nyata diumur 6 MST terhadap bobot basah batang dan pucuk layak jual.

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Komponen Pertumbuhan dan Produksi

Peubah Umur (MST) Pemupukan Koefisien Keragaman (%)

Rasio Bobot Kering Tajuk/Akar 2 tn 28.67 1 4 tn 19.11 1 6 tn 24.75 Tinggi Tanaman 2 tn 11.61 3 tn 6.18 4 * 4.14 5 * 4.58 6 tn 6.41 Lebar Tajuk 2 tn 10.08 3 * 5.36 4 tn 7.66 5 tn 9.72 6 tn 10.08 Jumlah Cabang 2 tn 18.12 3 tn 15.18 4 tn 22.85 5 tn 20.41 6 tn 18.12

Laju Tumbuh Relatif 2-4 tn 27.05

1

4-6 tn 4.94 2

Laju Asimilasi Bersih 2-4 tn 33.91

1

4-6 tn 13.14 1

Bobot Basah Daun 2 tn 17.16 2

4 tn 34.77

6 tn 17.51 1

Bobot Basah Akar 2 tn 31.39

4 tn 33.98

6 tn 20.20

Bobot Basah Tajuk 2 tn 33.96

4 tn 18.19 1

6 tn 19.16 1

Bobot Basah Batang 2 tn 30.40

4 tn 20.01

6 * 23.23

Bobot Basah Pucuk Layak

Jual 2 tn 31.26

4 tn 21.47 1

Peubah Pengamatan Umur (MST) Pemupukan Koefisien Keragaman (%)

6 * 15.90

Bobot Kering Daun 2 tn 27.02

4 tn 20.23 1

6 tn 27.01

Bobot Kering Akar 2 tn 33.23

1

4 tn 24.35 1

6 tn 23.81

Bobot Kering Tajuk 2 tn 34.19

4 tn 18.80 1

6 tn 24.18

Bobot kering Batang 2 tn 21.27 1

4 tn 18.12 1

6 tn 13.08

Bobot kering Pucuk Layak Jual

2 tn 26.28

4 tn 30.15

6 tn 28.96

Keterangan: (tn) Tidak berbeda nyata; (1) hasil transformasi ; (2)hasil trasformasi �+ 0.5.

Pengaruh Pupuk Organik terhadap Komponen Pertumbuhan Kolesom Tinggi Tanaman

Perlakuan kombinasi pupuk organik berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan lebar tajuk, sedangkan pada peubah rasio bobot kering tajuk/akar, jumlah cabang, laju tumbuh relatif dan laju asimilasi bersih kombinasi pemupukan menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.

Secara keseluruhan tanaman kolesom mengalami peningkatan tinggi selama penelitian. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa tinggi tanaman menunjukkan beda nyata tertinggi pada umur 4 dan 5 MST. Perlakuan 5.3 ton/ha pupuk kandang sapi + 138.1 kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam memiliki nilai rata-rata nyata tertinggi berturut-turut sebesar 11.45, 11.95, 12.32, dan 10.85% dibandingkan dengan perlakuan lain selama pengamatan berlangsung kecuali pada umur 2 MST. Berdasarkan uji Dunnett pada umur 4 dan 5 MST perlakuan 5.3 ton/ha pupuk kandang sapi + 138.1 kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam tinggi tanaman menunjukkan nyata tertinggi sebesar 15.59 dan 18.03% dibanding kontrol. Hal ini karena tinggi tanaman meningkat dengan semakin banyaknya dosis pemupukan yang diberikan.

Tabel 4. Tinggi Tanaman Setiap Minggu Umur Perlakuan 1 2 3 4 5 Kontrol 2 MST 24.79 27.81 24.89 28.98 26.33 24.90 3 MST 31.41 35.07 33.67 35.50 37.71 34.53 4 MST 40.49c 43.09bc 43.14bc 44.60b 47.89a+ 41.43 5 MST 47.41b 48.93b 49.25b 49.81b 54.85a+ 46.47 6 MST 49.52 53.12a 53.17 56.57 58.73 50.67 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan

perbedaan yang nyata menurut DMRT 0.05; Huruf yang diikuti oleh tanda (+) menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada 5% berdasarkan uji Dunnett.

Jumlah Cabang

Jumlah cabang tertinggi ditunjukkan pada perlakuan 4.5 ton/ha pupuk kandang sapi + 110.5 kg/ha guano + 6.8 ton/ha abu sekam untuk setiap minggunya kecuali pada umur 4 MST mengalami penurunan. Umur 3 MST semua perlakuan yang mengalami penurunan kecuali perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam yang mengalami kenaikan dan menunjukkan nilai tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Walaupun secara statistik peubah jumlah cabang tanaman menunjukkan perbedaan yang tidak nyata.

Jumlah cabang mempengaruhi produksi daun, semakin banyak cabang maka semakin banyak daun yang diproduksi dan juga akan berpengaruh terhadap Laju Asimilasi Bersih (LAB) tanaman. Jumlah cabang tanaman mengalami peningkatan pada umur 4-5 MST. Akan tetapi terjadi penurunan dibeberapa perlakuan sebesar 5.38 % pada umur 2-3, 3-4, dan 5-6 MST. Penurunan jumlah cabang diduga karena adanya pembungaan dan pembentukan umbi yang terjadi pada tanaman, sehingga unsur hara yang terserap dialokasikan untuk pembentukan bunga dan umbi.

Tabel 5. Jumlah Cabang Tanaman Setiap Minggu Umur Tanaman Perlakuan 1 2 3 4 5 Kontrol 2 MST 6.33 5.00 6.67 7.33 6.33 5.67 3 MST 6.00 4.67 7.00 7.00 6.00 5.67 4 MST 5.67 5.33 6.00 6.33 5.33 5.67 5 MST 6.67 4.00 6.67 6.67 6.67 5.33 6 MST 6.33 5.00 6.67 7.33 6.33 5.00 Rata-Rata

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 0.05; Huruf yang diikuti oleh tanda (+) menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada 5% berdasarkan uji Dunnett.

Lebar Tajuk

Lebar tajuk tanaman mengalami pertumbuhan maksimal di minggu ke-5. Kombinasi pupuk organik memberikan pengaruh nyata terhadap lebar tajuk tanaman di umur 3 MST pada perlakuan 5.3 ton/ha pupuk kandang sapi + 138.1 kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Tanaman kolesom setelah umur 5 MST serentak mengalami penurunan lebar tajuk tanaman, hal ini dimungkinkan adanya perbahan tanaman yang diakibatkan oleh curah hujan yang tinggi (Lampiran 1).

Tabel 6. Lebar Tajuk Tanaman Setiap Minggu

Umur Tanaman Perlakuan

1 2 3 4 5 Kontrol

2 MST 30.15 30.69 34.12 31.87 34.14 32.59

3 MST 36.89b 40.67ab 43.57a 42.65a 44.03a 41.29

4 MST 50.44 52.64 54.75 52.76 57.53 58.29

5 MST 52.38 62.81 58.95 56.82 60.93 63.24

6 MST 30.15 30.69 34.12 31.87 34.14 63.32

Rata-Rata

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 0.05; Huruf yang diikuti oleh tanda (+) menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada 5% berdasarkan uji Dunnett.

Laju Asimilasi Bersih (LAB)

Pada penelitian ini tidak ada pengaruh nyata antara kombinasi pupuk organik yang diberikan terhadap LAB dan LTR. Akan tetapi LAB mengalami penurunan di minggu 4-6 MST (Gambar 4). Laju asimilasi bersih kontrol menunjukkan nilai paling tinggi di usia 2-4 MST. Hal ini diduga bahwa penyediaan unsur hara oleh pupuk anorganik lebih cepat tersedia. Pada minggu 4- 6 MST kombinasi pupuk organik menunjukkan peningkatan dan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Penyediaan hara pupuk organik lebih lambat (slow release) bagi tanaman karena melalui berbagai proses perubahan terlebih dahulu (Yuliarti, 2009).

Gambar 4. Laju Asimilasi Bersih (g/cm2/hari)

Laju Tumbuh Relatif (LTR)

LTR berfungsi untuk mengukur kemampuan tanaman menghasilkan bahan kering per satuan bahan kering awal (Sitompul dan Guritno, 1995). Pemberian kombinasi pupuk menunjukkan hasil LTR yang berbeda-beda sesuai dengan dosis yang diberikan (Gambar 4). Nilai LTR terendah dimiliki oleh perlakuan 1.8 ton/ha pupuk kandang sapi + 27.6 kg/ha guano + 2.7 ton/ha abu sekam diminggu 2-4 dan 4-6 MST. Penurunan nilai LTR terjadi pada semua perlakuan diminggu 4-6 MST.

0,34 1 0,58 0,36 0,33 0,32 0,58 0,7 0,72 0,33 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1 2 3 4 5 2-4 MST 4-6 MST Kontrol 4-6 MST Kontrol 2-4 MST

Memperkuat penelitian Susanti et al. (2008), pemberian kandungan hara yang berbeda pada tanaman menyebabkan perbedaan nilai LTR yang dihasilkan.

Gambar 4. Laju Tumbuh Relatif (g/hari)

Rasio Bobot Kering Tajuk/Akar

Pemberian perlakuan kombinasi pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap rasio bobot kering tajuk/akar. Namun dengan demikian pada beberapa perlakuan rasio bobot kering tajuk/akar mengalami kenaikan kecuali pada perlakuan 2.7 ton/ha pupuk kandang sapi + 55.2 kg/ha guano + 4.1 ton/ha abu sekam dan 4.5 ton/ha pupuk kandang sapi + 110.5 kg/ha guano + 6.8 ton/ha abu sekam.

Pada umur 4 MST rasio bobot kering tajuk/akar menunjukkan rasio tertinggi di perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam, hal ini menunjukkan bahwa penyerapan unsur hara optimum digunakan oleh tajuk dibandingkan penyerapan oleh akar. Tanaman yang mempunyai nisbah tajuk/akar yang tinggi dengan produksi biomassa total yang besar pada tanah yang subur secara tidak langsung menunjukkan bahwa akar yang relatif sedikit cukup untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang relatif besar dalam penyediaan air dan unsur hara (Sitompul dan Guritno, 1995).

0,05 0,09 0,08 0,07 0,07 0,02 0,02 0,04 0,04 0,03 0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 0,08 0,09 0,1 1 2 3 4 5 2-4 MST 4-6 MST Kontrol 4-6 MST Kontrol 2-4 MST

Tabel 7. Rasio Bobot Kering Tajuk/Akar pada 2, 4 dan 6 MST

Umur Tanaman Perlakuan

1 2 3 4 5 Kontrol

2 MST 11.35 17.98 14.76 14.46 11.84 13.75

4 MST 14.44 11.92 15.19 9.39 14.78 14.80

6 MST 20.52 18.35 15.89 16.88 16.89 21.99

Rata-Rata 15.44 16.08 15.28 13.58 14.50 16.85

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 0.05; Huruf yang diikuti oleh tanda (+) menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada 5% berdasarkan uji Dunnett.

Pengaruh Pupuk Organik terhadap Produksi Kolesom Bobot Pucuk Layak Jual

Tabel 8 menunjukkan bahwa bobot pucuk layak jual mengalami penambahan di setiap minggunya, kecuali perlakuan 1.8 ton/ha pupuk kandang sapi + 27.6 kg/ha guano + 2.7 ton/ha abu sekam, perlakuan 2.7 ton/ha pupuk kandang sapi + 55.2 kg/ha guano + 4.1 ton/ha abu sekam dan perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam yang mengalami penurunan bobot di minggu ke-6.

Perlakuan pemberian kombinasi pupuk pada perlakuan 5.3 ton/ha pupuk kandang sapi + 138.1 kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam di umur 6 MST berpengaruh nyata 34.55% lebih tinggi dibanding perlakuan kontrol dan 179.54% lebih tinggi dibandingkan dengan nilai terendah. Meskipun berdasarkan uji lanjut tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.

Tabel 8. Bobot Pucuk Layak Jual pada 2, 4, dan 6 MST Umur Tanaman Perlakuan 1 2 3 4 5 Kontrol 2 MST 69.46 52.74 56.30 69.56 87.47 52.52 4 MST 130.74 120.98 224.10 110.52 122.06 103.91 6 MST 70.38b 94.10b 108.34b 130.64ab 196.74a 146.22 Total 270.58 267.83 388.74 310.71 406.27 302.65

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 0.05; Huruf yang diikuti oleh tanda (+) menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada 5% berdasarkan uji Dunnett.

Bobot Basah dan Kering Batang

Produksi bobot basah batang (Tabel 9) di umur 6 MST pada perlakuan 4.5 ton/ha pupuk kandang sapi + 110.5 kg/ha guano + 6.8 ton/ha abu sekam memberikan hasil berpengaruh 73.86% lebih tinggi dibandingkan dengan nilai terendah yaitu perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam.

Uji lanjut terhadap produksi bobot basah; akar, daun, dan tajuk serta bobot kering; akar, batang, daun, dan tajuk menunjukkan hasil berpengaruh tidak nyata, namun pada beberapa peubah perlakuan 18.4 ton/ha pupuk kandang + 378 kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam menunjukkan hasil tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya.

Tabel 9. Bobot Basah dan Kering Batang pada 2, 4, dan 6 MST Umur

Tanaman

Perlakuan

1 2 3 4 5 Kontrol

………..………….. Bobot Basah Batang ………..

2 MST 25.58 22.19 18.41 22.43 30.28 23.51

4 MST 39.63 44.86 37.90 35.69 44.35 47.44

6 MST 26.75b 26.57b 25.52b 46.51a 45.84a 31.68

………..………….. Bobot Kering Batang ………..

2 MST 2.56 2.33 1.84 2.23 2.13 2.86

4 MST 6.33 4.37 3.98 4.13 5.51 4.04

6 MST 3.87 4.41 4.55 5.14 4.30 4.26

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 0.05; Huruf yang diikuti oleh tanda (+) menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada 5% berdasarkan uji Dunnett.

Bobot Basah dan Kering Akar

Produksi bobot basah akar bertambah pada umur 2 sampai 4 MST di setiap perlakuan kombinasi pupuk organik dan serentak mengalami penurunan di umur 6 MST. Hanya perlakuan 4.5 ton/ha pupuk kandang sapi + 110.5 kg/ha guano + 6.8 ton/ha abu sekam yang terus bertambah hingga 6 MST. Bobot kering akar yang dihasilkan tidak menunjukkan pola yang sama dengan bobot basah akar, karena kadar air yang dihasilkan dipengaruhi oleh jumlah pupuk yang diberikan.

Perlakuan 1.8 ton/ha pupuk kandang sapi + 27.6 kg/ha guano + 2.7 ton/ha abu sekam dan 2.7 ton/ha pupuk kandang sapi + 55.2 kg/ha guano + 4.1 ton/ha abu sekam mengalami penurunan bobot kering akar di umur 6 MST, sedangkan perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam, perlakuan 4.5 ton/ha pupuk kandang sapi + 110.5 kg/ha guano + 6.8 ton/ha abu sekam, perlakuan 5.3 ton/ha pupuk kandang sapi + 138.1 kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam mengalami kenaikan bobot kering akar berturut-turut 47.34, 12.19, dan 11.11 %.

Tabel 10. Bobot Basah dan Kering Akar pada 2, 4, dan 6 MST Umur

Tanaman

Perlakuan

1 2 3 4 5 Kontrol

………..………….. Bobot Basah Akar ………..

2 MST 2.56 2.33 1.84 2.23 2.44 2.54

4 MST 4.04 5.51 4.63 3.98 4.38 6.33

6 MST 3.87 4.41 4.04 5.14 4.28 4.26

………..………….. Bobot Kering Akar ………..

2 MST 0.85 0.60 0.51 0.65 0.88 0.63

4 MST 1.66 3.00 1.88 2.05 2.34 2.14

6 MST 1.63 1.94 2.77 2.30 2.60 2.11

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 0.05; Huruf yang diikuti oleh tanda (+) menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada 5% berdasarkan uji Dunnett.

Bobot Basah Daun dan Tajuk

Bobot basah daun dan tajuk mengalami kenaikan pada minggu ke-4 dan mengalami penurunan pada minggu ke-6. Hanya saja pada perlakuan 5.3 ton/ha pupuk kandang sapi + 138.1 kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam bobot basah dan dan tajuk terus bertambah dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Produksi total bobot basah daun tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan 5.3 ton/ha pupuk kandang sapi + 138.1 kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam, akan tetapi sebenarnya pada perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam memiliki nilai yang mendekati perlakuan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano

+ 5.5 ton/ha abu sekam untuk memproduksi bobot daun sudah dapat menggantikan pemberian pupuk anorganik pada kontrol.

Produksi total bobot basah tajuk juga menunjukkan hal yang serupa, bahkan dengan menggunakan perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam sudah dapat meningkatkan 6.98% produksi total bobot basah tajuk dibandingkan kontol.

Tabel 11. Bobot Basah Daun dan Tajuk pada 2, 4, dan 6 MST Umur

Tanaman

Perlakuan

1 2 3 4 5 Kontrol

………..………….. Bobot Basah Daun ………..

2 MST 38.42 34.00 48.98 78.70 37.11 40.12

4 MST 218.05 229.67 252.19 209.19 266.56 230.42

6 MST 124.91 140.42 166.26 208.89 296.99 205.61

Total 381.38b 404.10b 467.43b 496.78ab 600.66a 476.15

………..………….. Bobot Basah Tajuk ………..

2 MST 155.41 95.73 109.00 131.18 211.59 94.31

4 MST 460.30 520.80 547.90 464.90 596.50 515.10

6 MST 296.20 343.70 430.40 498.10 702.20 402.00

Total 911.80 960.30 1087.30 1094.20 1510.30 1011.40

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 0.05; Huruf yang diikuti oleh tanda (+) menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada 5% berdasarkan uji Dunnett.

Bobot Kering Daun dan Tajuk

Bobot kering yang dihasilkan umumnya mengalami peningkatan di minggu ke-4 dan ke-6. Hasil tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam yaitu sebesar

Dokumen terkait