• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Pemberian Tugas (Resitasi)

Pemberian tugas atau resitasi; berasal dari bahasa Inggris to cite yang artinya mengutip (re=kembali), yaitu siswa mengutip atau mengambil sendiri bagian-bagian pelajaran itu dari buku-buku tertentu, lalu belajar sendiri dan berlatih

Kangmartho.com Page 25 hingga sampai siap sebagaimana mestinya. Metode ini populer dengan bentuk PR (Pekerjaan Rumah). Sebetulnya bukan hanya itu/bukan hanya di rumah

Dengan kata lain metode resitasi dimaksudkan; yaitu guru menyajikan bahan pelajaran dengan cara memberikan tugas kepada siswa, untuk dikerjakan dengan penuh rasa tanggung jawab dan kesadaran. Dalam pelaksanaannya metode resitasi bukan saja hanya dilakukan oleh siswa dirumah, akan tetapi pemberian tugas (resitasi) dapat dikerjakan/dilaksanakan di sekolah/halaman sekolah, perpustakaan, laoratorium, di masjid, di langgar/mushalla dan lain tempat. Tergantung jenis tugas yang diberikan. Setiap tugas-tugas murid harus diberi nilai/dikoreksi, dan dicatat perkembangan prestasi murid-murid.

Dalam pendidikan agama, melalui metode pemberian tugas ini dapat diterapkan terutama materi pelajaran yang bersifat praktis. Misalnya memberikan tugas menerjemahkan literatur-literatur yang berbahasa asing (Arab, Inggris), membuat paper, kliping, resume dan lain-lain yang ada hubungannya dengan pelajaran agama.

Langkah-langkah pemberian tugas (resitasi) yang perli diperhatikan :

1. Merumuskan tujuan secara operasinal/spesifik mengenai target yang akan dicapai

2. Memperkirakan apakah tujuan yang telah dirumuskan itu dapat dicapai dalam batas-batas waktu, tenaga serta sarana yang tersedia

3. Dapat mendorong siswa secara aktif dan kreatif untuk mempelajari dan mempraktekan pelajaran yang telah diberikan

4. Agar siswa mempunyai pengetahuan yang integral/terpadu Kebaikan metode pemberian tugas (resitasi)

1. Hasil pelajaran lebih tahan lama dan membekas dalam ingatan siswa 2. Siswa belajar dan mengembangkan inisiatif dan sikap mandiri 3. Memberikan kebiasaan untuk disiplin dan giat belajar

4. Dapat mempraktekkan hasil teori/konsep dalam kehidupan yang nyata/ masyarakat

Kangmartho.com Page 26

Kekurangan metode pemberian tugas (resita si) :

1. Siswa dapat melakukan penipuan terhadap tugas yang diberikan hanya dikerjakan oleh orang lain, atau menjiplak karya orang lain

2. Bila tugas diberikan terlalu banyak diberikan, siswa dapat mengalami kejenuhan/kesukaran, dan hal ini dapat berakibat ketenangan batin siswa merasa terganggu

3. Sukar memberikan tugas yang dapat memenuhi sifat perbedaan individuy dan minat dari masing-masing siswa

4. Pemberian tugas cenderung memakan waktu dan tenaga serta biaya yang cukup berarti

Saran-saran pelaksanaannya :

Oleh karena metode pemberian tugas (resitasi) ini tidak lepas dari kekurangan dan kelemahannya, maka kiranya perlu guru memperhatikan saran-saran pelaksanaannya sebagai berikut :

1. Merencanakan resitasi secara matang

2. Tugas yang diberikan hendaklah didasarkan atas minat dan kemampuan anak didik

3. Tugas yang diberikan berkaitan dengan materi pelajaran yang telah diberikan 4. Jenis tugas yang diberikan kepada siswa itu hendaknya telah dimengerti betul

oleh siswa, agar tugas dapat dilaksanakan secara baik

5. Jika tugas yang diberikan itu bersifat tugas kelompok maka pembagian tugas (materi tugas) harus diarahkan, termasuk batas waktu penyelesaiannya

6. Guru dapat membantu penyediaan alat dan sarana yang diperlukan dalam pemberian tuhas

7. Setiap hasil kerja PR murid-murid harus dikoreksi dengan teliti, diberi nilai dan kertasnya dikembalikan, untukmemberi rangsangan/dorongan

8. Perkembangan nilai prestasi murid-murid perlu dicatat pada buku catatan nilai guru agar diketahui grafik belajar mereka

Kangmartho.com Page 27 9. Metode Sistem Regu (Team Teaching)

Sistem regu adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dimana dua orang atau lebih bekerja sama untuk mengajar suatu kelompok (group) siswa/kelas tertentu

Kadang-kadang ada unit pelajaran yang tidak dapat disampaikan oleh seorang guru secara keseluruhan. Akan tetapi justru memerlukan bantuan dan kerja sama dari pihak guru lain. Misalnya ; pada pendidikan agama mengenai pelajaran fiqh. Hal mana kemungkinan seseorang guru tidak dapat menguasai bagian-bagian fiqh yang mencakup : Fiqh munakahat, fiqh jinayat, fiqh mu’amalat, termasuk fiqh mawaris dan lain-lain sebagainya, yang tercakup dalam materi ilmu fiqh. Maka cara yang ditempuh adalah dengan jalan/cara sistem beregu. Artinya dua orang guru atau lebih bekerja sama untuk mengajarkan unit-unit materi pelajaran yang terkandung dalam pelajaran fiqh tersebut.

Atau misal lain satu tim sejarah, masing-masing menyajikan sejarah Umum, sejarah Islam, sejarah Indonesia, sejarah pendidikan dan lain-lain. Semua guru tersebut bekerja sama dan saling berkomunikasi mengenai pelajaran sejarah untuk diajarkan

Sesuai dengan sifatnya metode sistem regu (team teaching) dilaksanakan dengan tujuan membantu siswa agar lebih lancar dalam proses belajarnya, dan meningkatkan kerja sama antar guru dalam memikirkan dan mengembangkan mata pelajaran tertentu

Dalam Islam sangat dianjurkan setiap muslim, untuk saling memberi dan saling nasihat-menasehati dalam menuju arah kebaikan dan kebenaran. Sebagaimana tercermin dalam firman Allah yang berbunyi :

Kangmartho.com Page 28

Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan na sihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasehati supaya menetapi

kesabaran (Al „Ashr : 3).

Sistem regu (Team : teaching) tepat digunakan apabila :

1. Jumlah siswa terlalu besar, sehingga pembagian tugas belajar kurang merata dan penangkapan siswa kurang sempurna

2. Pelajaran yang disampaikan mencakup unit yang luas, sehingga hanya dimungkinkan melalui metode sistem regu pengajaran dapat berjalan secara efektif

3. Pelajaran yang diberikan dimaksudkan agar pengertian dan pemahaman siswa lebih luas dan mendalam

4. Kerja sama dan komunikasi antar regu bidang studi tersebut dapat memungkinkan terlaksana

5. Fasilitas dan sarana untuk itu cukup tersedia Kelebihan metode sistem regu

1. Melalui metode sistem regu (team teaching) ini banyak menguntungkan, karena interaksi mengajar akan lebih lancar

2. Penguasaan dan pemahaman siswa terhadap pelajaran yang diberikan dapat mendalam. Karena masing-masing guru bidang studi dapat memberikan / kajian yang berbeda-beda sesuai dengan spesialisasi mereka masing-masing 3. Unsur kerja sama antar siswa dan guru masing-masing bidang studi sangat

menonjol, sehingga dimungkinkan adanya kerja sama yang harmonis, yang justru sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar

4. Tugas mengajar guru sedikit lebih ringan, sehingga cukup waktu untuk merencanakan persiapan mengajar yang lebih baik

5. Pelajaran yang diberikan oleh guru, melalui metode sistem regu ini dipertanggungjawabkan, karena unit pelajaran ditangani oleh beberapa orang guru

Kangmartho.com Page 29

Kekurangan metode sistem regu terletak pada :

1. Pelajaran menjadi tidak sistematis, apabila masing-masing berjalan sendiri-sendiri, dan tidak adanya koordinasi yang baik. Hal ini dapat berakibat membingungkan dan menyulitkan bagi siswa

2. Bagi guru yang kurang disiplin, bila mendapatkan giliran bebas tugas, kemungkinan waktu tersebut hanya digunakan untuk beristirahat daripada membuat rencna pelajaran yang baik

3. Kemungkinan bagi pementukan (team teaching) hanya sekedar memperbincangkan faktor ekonomis dan administrasi pengajaran yang justru hal yang pokok

4. Apabila tidak tercipta hubungan yang harmonis dan kerja sama yang kompak antar guru bidang studi, maka kemungkinan akan berakibat fatal bagi tercapainya tujuan pengajaran

5. Kecenderungan sistem pengajaran modern menghendaki adanya pemisahan yang tugas spesialisasi dari masing-masing mata pelajaran

Saran-saran pelaksanaan metode sistem regu :

1. Komunikasi dan koordinasi antar regu bidang studi harus terbina dengan baik. Sebab hal ini merupakan kunci utama keberhasilan metode sistem regu

2. Pembagian tugas diusahakan sedemikian rupa dan tidak terjadi tumpang tindih dari masing-masing guru bidang studi

3. Dalam pelaksanaannya perlu mempertimbangkan segi sarana dan fasilitas yang tersedia

Metode sistem regu (team teaching) selain dapat diterapkan di lembaga-lembaga pendidikan formal, juga dapat dietrapkan di lembaga-lembaga non formal. Misalnnya pada lembaga pendidikan pondok pesantren, pengajian-pengajian, kursus-kursus dan lain sebagainya.

Kangmartho.com Page 30 10.Metode Insersi (Sisipan)

Metode lampiran (insersi), merupakan metode yang baru diperkenalkan belakangan ini. Sehingga metode ini belum begitu dikenal dan populer, tetapi telah sering terlaksana dalam berbagai media dan berdaya guna.

Metode lampiran (insersi), yaitu cara menyajjikan bahan/materi pelajaran dengan cara; inti sari ajaran-ajaran Islam atau jiwa agama/emosi religius diselipkan/disisipkan di dalam mata pelajaran umum (ilmu-ilmu yang bersifat sekuler).

Sifat penyisipan jiwa agama ke dalam mata pelajaran umum, seperti bidang studi hukum, ilmu sosial, ilmu pasti, ilmu sjarah dan bidang-bidang ilmu-ilmu lainnya itu hendaknya disajikan secara halus, sehingga hampir tidak terasa/kentara, bahwa sesungguhnya siswa/mahasiswa telah mendapat suntikan atau santapan rohaniah (agama).

Pelaksanaan pengajaran melalui metode insersi atau lampiran ini dilihat dari segi waktu pelaksanaannya, tidaklah terlalu memakan banyak waktu, sebab disaat berlangsungnya atau berakhirnya pelajaran umum lalu dihubungkan sebentar (2 atau 3 menit), dengan hal-hal yang mengandung nilai agama, baik dengan melalui prolog, melalui cerita mini maupun dengan melalui penguatan dalil logika, yang dapat menggugah semangat dan perhatian siswa/mahasiswa.

Namun yang penting disini, sebagaimana guru dapat merencanakan persiapan mengajar sebaik-baiknya, sebab disini tujuan pokok adalah mengajarkan pelajaran umum. Sedangkan pelajaran agama hanya bersifat sisipan/selipan saja. Guru umum dalam menyajikan pelajaran umum menyisipkan nilai agama disaat ia mengajar umum itu.

Kebaikan metode lampiran/insersi :

1. Dalam pelaksanaannya, melalui metode ini, tidak banyak memakan waktu. Sebab dengancara menyisipkan secara halus terhadap jiwa agama dalam vak umum, guru hanya memerlukan waktu berkisar, 2 sampai 3 menit saja.

2. Siswa dengan tanpa disadari, telah mendapatkan pengetahuan dan pengalaman berupa agama berupa santapan rohaniah

Kangmartho.com Page 31 3. Merupakan selingan yang bermanfaat, dan bernilai ibadah.

4. Tidak memerlukan saran/peralatan yang memadai Keluhan metode ini :

1. Penyajian pelajaran agama tidak mendalam, karena materi pelajaran agama hanya diberikan sambil lalu

2. Dapat mengaburkan persepsi anak didik terhadap agama, bila guru tidak pandai membawa murid/siswa kepad pengertian yang jelas. Sebab guru tidak memiliki jiwa agama dan pengetahuan yang cukup. Semestinya sang guru memiliki jiwa agama/motivasi keagamaan yang kuat.

3. Memerlukan kemahiran dan kejelian dalam membaca situasi kelas, jangan sampai kentara, namun mengena.

4. Memerlukan perencanaan yang matang. Hal ini merupakan tantangan bagi guru-guru umum, agar dapat memberi napas agama pada tugas-tugas mengajar mereka.

Saran-saran pelaksanaannya :

1. Sebelum pelajaran disajikan di sekolah, ada dua hal yang perlu diwujudkan oleh seorang guru, yaitu :

a. Persiapan mengajar yang matang setiap kali pertemuan

b. Perencanaan yang serasi mengenai situasi dan kondisi kelas dengan materi pelajaran pokok / umum

2. Menyajikan bahan pelajaran agama tersebut disesuaikan dengan taraf perkembangan dan pemikiran anak didik/mahasiswa

3. Memerlukan keseungguhan dan penghayatan jiwa agama yang tinggi dari guru yang memegang mata pelajaran umum

Dalam sejarah, metode lampiran/insersi ini telah dipakai sejak zaman Yunani Kuno. Demikian dalam abad pertengahan Immanuel Kant dan Haigel, telah memanfaatkan cara ini dalam mengembangkan misi agama Kristen.

Kangmartho.com Page 32 11.Metode Menyelubung (Wrapping)

Metode membungkus (wrapping method) maksudnya ialah : cara menyajikan bahan/materi pelajaran agama atau hikmah keimanan dan sebagainya, sengaja dibungkus atau diselubungi dengan bentuk-bentuk lain, misalnya kisah cerita atau dengan ilmu-ilmu lain seperti sejarah, ilmu-ilmu skuler yakni vak umum yang ada disekolah atau diperguruan tinggi. Yakni nilai norma agama diselubungu vak umum.

Jadi, untuk menyampaikan pelajaran agam, sengaja dicari materi pelajaran lain bidang umum sebagai pembungkusnya sehingga agama disajikan terselubung dalam pelajaran umum itu. Hal ini dilakukan karena di lembaga sekolah umum tertentu sangat sulit dimasuki pelajaran agama. Maka seorang guru/dosen agama, hanya dapat menempuh dengan cara seperti ini.

Misalnya guru hanya mengajar tentang sejarah Diponegoro, sejarah Perang Salib, dan lain-lainnya. akan tetapi di dalamnya sengaja dihadirkan jiwa keimanan, keutamaan-keutamaan agama serta fungsi kemahakuasaan Tuhan, yang disajikan secara menarik. Sehingga lama-kelamaan secara berangusr-angsur rasa cinta gama dan rasa memilikinya mulai tumbuh dan meresap pada jiwa mereka.

Berbeda dengan inversi atau lampiran, metode membungkus (wrapping), untuk menyampaikan pelajaran agama selalu memulai dengan vak umum yang berfungsi sebagai pembawanya. Dan yang pokok adalah agamanya, sedangkan vak umum (pelajaran umum) hanya sebagai kulitnya.

Pada metode lampiran/inversi, unsur agama/jiwa agama hanya ditumpangkan dalam pelajaran vak umum. Dan tugas pokok sang guru adalah di bidang vak umum tersebut. Walhasil perbedaan kedua metode tersebut (metode lampiran/insersi dengan metode membungkus/wrapping), adalah terletak pada mata pelajarannya.

Kebaikan metode membungkus/wrapping :

1. Mealui metode membungkus/wrapping, ini berarti guru dituntut disamping menguasai vak agama, sebaga itugas pokkoknya, juga harus menguasai vak umum. Hal ini memungkinkan wawasan guru menjadi luas dan integral.

Kangmartho.com Page 33 2. Pengetahuan siswa menjadi luas, sebagai konsekuensi dari point pertama

diatas

3. Bila guru trampil dan simpatik dalam menyajikan materi pelajaran, dengan sendirinya citra agama dan guru agama yang tadinya dianggap remeh/rendah akan menjadi disenangi/dicintai, bahkan ada keinginan untuk memperdalam ajaran-ajaran agama tersebut.

Kekurangan metode membungkus/wrapping :

Sebagaimana halnya metode lampiran/insersi, maka metode membungkus / wrapping memiliki unsur kelemahan yang cukup mendasar, yaitu :

1. Penyajian materi agama biasanya tidak jelas, bahkan tersamar dengan vak umum yang merupakan sandaran / pembungkusnya

2. Kebanyakan guru agama Islam/dosen agama, lemah dalam menguasai pelajaran vak umum. Akibatnya kesulitan dalam meramu / menyajikan pelajaran agama itu kedalam vak umum.

3. Memerlukan perencanaan yang matang. Disini setiap saat akan mengajar guru/dosen agama, bukan saja harus menyiapkan dan menguasai pelajaran agama. Akan tetapi juga harus menyiapkan dan menguasai pelajaran vak umum. Dan unu berarti tugas guru / dosen agama menjadi tidak ringan.

4. Tidak semua pelajaran agama reliabel dengan pelajaran vak umum. Saran-saran :

1. Sebaiknya guru agama meningkatkan pengetahuannya dan penguasaan pelajaran vak umum, agar dengan itu dapat memadukan kedua pelajaran (pelajaran agama dan umum) secara integral, dengan demikian pengetahuan menjadi utuh dan padu.

2. Pengalaman menunjukkan bahwa, banyak guru agama/dosen yang megajar di lembaga-lembaga pendidikan umum lemah dalam penguasaan metodologi pelajaran. Dan terkesan bahwa materi pelajaran agama yang disampaikan lebih menonjolkan segi-segi hukum agama Islam semata. Dan agama hanya lebih dipandang dari sudut syari’at. Akibatnya siswa/mahasiswa merasa takut untuk belajar agama. Dan acuh untuk mendekatinya. Dan lebih berbahaya lagi

Kangmartho.com Page 34 memandang remeh guru/dosen agama mereka. Maka dari itu, guru/dosen agama, disamping hendaknya menguasai pelajaran juga menguasai metodologi pengajaran.

3. Setiap akan memberikan materi pelajaran, guru hendaknya merencanakan materi pelajaran secara matang. Hilangkanlah sikap dan kebiasaan mengajar hanay untuk memenuhi panggilan kewajiban. Guru yang baik adalah ia senantiasa bermotivasi untuk mencari dan menemukan sesuatu yang terbaik untuk anak didiknya

4. Untuk disadari oleh guru/dosen agama, bahwa ia adalah sosok pribadi yang utuh dan bersih dihadapan anak didiknya. Dan menjadi cahaya panutan dalam semua sikap dan tingkah lakunya. Akan tetapi sesekali kepribadian tadi tercemar oleh pebuatan tercela dan nafsu yang rendah. Maka akibatnya lunturlah kepribadian kepribadian tersebut dan hilanglah roh kebaikan dalam dirinya. Maka dari itu, tunjukkanlah dan jagalah kepribadian itu secara baik.

Dokumen terkait