BAB III METODE PENELITIAN
3.6 Metode Pemeriksaan
3.4.2.2 Pemeriksaan Kadar Gula Darah
Bahan yang digunakan untuk pemeriksaan kadar gula darah adalah :
a. Sampel : serum 10 µL berasal dari 2 ml whole blood tanpa EDTA.
b. Reagensia :
i. Phosphatase buffer, pH 7,40 100 mmol/l.
ii. Phenol 10 mmol/l.
iii. 4‐Aminoantipyrine 0,3 mmol/l.
iv. Glucose oxidase 10000 U/l.
v. Peroxidase 700 U/l.
3.4.2.3 Pemeriksaan Fundus
Pada pemeriksaan fundus menggunakan oftalmoskopi digunakan
midriatikum merek midriatyl tetes mata 2 tetes pada setiap mata yang diperiksa.
3.5 Subyek Penelitian
Manusia, penderita DM tipe 2.
3.6 Metode Pemeriksaan
3.6.1 Pengukuran Berat Badan
Pengukuran berat badan menggunakan timbangan dilakukan sebagai
a. Pasien diminta membuka alas kaki, topi, mantel, menurunkan tas,
mengeluarkan benda‐benda logam seperti kunci dari baju/celana,
telepon seluler dan benda‐benda berat lainnya.
b. Posisi timbangan pada titik 0.
c. Pasien naik ke atas timbangan, pandangan lurus ke depan dan tidak
bergerak.
d. Peneliti mencatat berat badan pada kuesioner, apabila jarum timbangan
sudah tidak bergerak (diam).
e. Pasien turun dari timbangan, dan prosedur pemeriksaan kembali diulang
untuk pasien berikutnya.
3.6.2 Pengukuran Tinggi Badan
Pengukuran tinggi badan dilakukan menggunakan meteran badan dengan
tahapan sebagai berikut:
a. Pasien diminta melepaskan alas kaki (sandal/sepatu), topi (penutup
kepala).
b. Alat geser dipastikan berada di posisi atas kepala.
c. Pasien diminta berdiri tegak tepat di bawah alat geser.
d. Posisi kepala dan bahu bagian belakang, lengan, pantat dan tumit
menempel pada besi pengukur tinggi badan.
f. Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan menggerakkan alat geser
sampai menyentuh bagian atas kepala pasien sambil melihat angka yang
sejajar dengan tinggi kepala.
g. Peneliti mencatat tinggi badan pasien pada kuesioner.
h. Pasien turun dari tempat pengukuran, dan prosedur pengukuran diulang
kembali untuk pasien berikutnya.
3.6.3 Pengukuran Lingkar Pinggang
Pengukuran lingkar pinggang menggunakan meteran pita di dalam
ruangan yang tertutup melalui tahapan berikut :
a. Pertama‐tama kepada pasien dijelaskan tujuan pengukuran lingkar
pinggang dan tindakan apa saja yang akan dilakukan dalam pengukuran. b. Untuk pengukuran ini pasien diminta dengan cara yang santun untuk
membuka pakaian bagian atas atau menyingkapkan pakaian bagian atas
dan raba tulang rusuk terakhir pasien untuk menetapkan titik
pengukuran.
c. Titik batas tepi tulang rusuk paling bawah ditentukan.
d. Titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul ditentukan.
e. Titik tengah di antara diantara titik tulang rusuk terakhir dengan titik
ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul ditentukan dan titik tengah
f. Pasien berdiri tegak dan bernafas dengan normal (ekspirasi normal).
g. Pengukuran lingkar pinggang ditentukan, dimulai/diambil dari titik tengah
kemudian secara sejajar horizontal melingkari pinggang dan perut
kembali menuju titik tengah diawal pengukuran.
h. Apabila pasien mempunyai perut yang gendut ke bawah, pengukuran
mengambil bagian yang paling buncit lalu berakhir pada titik tengah
tersebut lagi.
i. Pita pengukur tidak boleh melipat dan ukur lingkar pinggang mendekati
angka 0,1 cm.
Hal‐hal yang perlu diperhatikan:
a. Pengukuran lingkar pinggang yang benar dilakukan dengan menempelkan
pita pengukur di atas kulit langsung. Pengukuran di atas pakaian sangat
tidak dibenarkan.
b. Apabila pasien tidak bersedia membuka/menyingkap pakaian bagian
atasnya, pengukuran dengan menggunakan pakaian yang sangat tipis
(kain nilon, silk dll) diperbolehkan dan beri catatan pada kuesioner.
c. Apabila pasien tetap menolak untuk diukur, pengukuran lingkar pinggang
tidak boleh dipaksakan dan pada kuesioner dilakukan pencatatan.
3.6.4 Pemeriksaan Tekanan Darah
Tekanan darah arteri adalah tekanan atau gaya lateral darah yang bekerja
pada dinding pembuluh darah. Tekanan ini berubah‐ubah sepanjang siklus
jantung. Tekanan tertinggi terjadi selama ejeksi jantung dan disebut tekanan
sistolik. Titik terendah dalam siklus ini disebut tekanan diastolik. Selisih angka
tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan nadi. Pengukuran tekanan darah
paling tepat bila diukur secara langsung dengan memakai jarum intra‐arteri.
Dalam praktek sehari‐hari digunakan cara tidak langsung dengan alat pengukur
tekanan darah dinamakan sfigmomanometer, terdiri dari kantong yang dapat
digembungkan yang terbungkus dalam manset yang tidak dapat mengembang,
pompa karet berbentuk bulat, manometer dimana tekanan darah dibaca, dan
lubang pengeluaran untuk mengempiskan sistem tersebut (Burnside, 1995).
Pemeriksaan tekanan darah dilakukan melalui tahapan berikut (Burnside,
1995):
a. Pengukuran dilakukan setelah penderita beristirahat selama 15 menit.
b. Tensimeter dan steteskop disiapkan.
c. Pengukuran dapat dilakukan dalam keadaan duduk dan berbaring.
d. Lengan dalam keadaan bebas dan relaks, dibebaskan dari tekanan oleh
karena pakaian.
e. Manset dipasang sedemikian rupa sehingga melingkari lengan atas secara
f. Lengan penderita ditempatkan sehingga siku dalam keadaan sedikit
ekstensi.
g. Arteri brakhialis dicari, biasanya terletak di sebelah medial tendo biseps.
h. Dengan satu jari arteri brakhialis diraba, manset dipompa dengan cepat
sampai kira‐kira 30 mmHg di atas tekanan ketika pulsasi arteri brakhialis
menghilang.
i. Tekanan manset diturunkan perlahan‐lahan sampai denyutan arteri
brakhialis teraba kembali, inilah tekanan sistolik palpatoir.
j. Steteskop diambil, kemudian dipasangkan corong bel steteskop pada
arteri brakhialis.
k. Manset dipompa kembali sampai ±30 mmHg diatas tekanan sistolik
palpatoir.
l. Kemudian secara perlahan tekanan manset diturunkan dengan laju
±3‐4 mmHg/detik. Diperhatikan saat denyutan arteri brakhialis terdengar.
Bunyi yang terdengar setelah manset dikempiskan disebut bunyi
Korotkoff. Hal ini digunakan untuk menentukan secara kasar tekanan
sistolik. Penurunan tekanan manset dilanjutkan sampai suara denyut
melemah dan kemudian menghilang. Bunyi yang pertama kali muncul
menunjukkan tekanan sistolik sedangkan bunyi yang terakhir sebelum
menghilang menunjukkan tekanan diastolik.
m.Apabila menggunakan tensimeter air raksa, diusahakan agar posisi
manometer vertikal dan pada waktu membaca hasilnya mata harus
n. Pengulangan pengukuran dilakukan beberapa menit setelah pengukuran
pertama.
3.6.5 Pengukuran Tajam Penglihatan
Metode pengukuran tajam penglihatan yang umum menggunakan alat
khusus berbentuk huruf. Yang paling sering digunakan adalah kartu uji Snellen
(Snellen chart).
Penderita menghadap kartu uji tersebut pada jarak 6 meter (20 kaki).
Mata kiri ditutup dengan sebuah penutup mata (okluder) dengan tanpa menekan
bola mata. Pasien diminta membaca huruf‐huruf pada deret paling besar pada
deret paling atas berturut‐turut ke deretan‐deretan di bawahnya. Jika mampu
membaca deretan huruf yang di pinggirnya ada angka kecil 20 atau 6, berarti
tajam penglihatannya adalah 20/20 atau 6/6. Ini dicatat dan dengan urutan kerja
yang sama dilakukan untuk mata kiri. Bila penderita mampu membaca huruf‐
huruf deretan paling atas tetapi tidak bisa membaca sampai deret 6/6 (20/20),
maka nilai yang tercantum di pinggir deretan huruf terkecil yang masih dapat
dibaca dicatat. Jika huruf yang paling besarpun tidak dapat dibacanya, penderita
disuruh maju sampai huruf terbesar dapat dibaca. Jarak ini dicatat sebagai jarak
kartu Snellen 12 meter (40 kaki) atau 60 meter (200 kaki). Tajam penglihatannya
menjadi X/12 (jika dipergunakan meter) atau X/40 (jika dipergunakan kaki).
Penderita yang berkaca mata untuk jauh, pengujiannya dilakukan 2 kali, yaitu
dengan atau tanpa kacamata. Hasilnya dicatat. Hasil pengujian dengan kaca mata
d.k.). Hasil pengujian tanpa kaca mata ditulis “noncorrectum” (disingkat n.c.)
atau “tanpa koreksi” (disingkat t.k.) (Vaughan et.al., 2000).
3.6.6 Pemeriksaan Tekanan Intra Okuler
Pemeriksaan tekanan intra okuler mengunakan tonometer komputer
merek Topcon CT 80 dengan cara pemeriksaan sebagai berikut (Lampiran 14):
a. Pasien dipersilahkan duduk di depan alat dengan pemeriksa berhadapan
dengan pasien.
b. Dagu dan kening pasien diletakkan pada tempatnya sehingga tinggi mata
sesuai dengan alat pemeriksaan.
c. Pasien dalam posisi yang nyaman, relaks, tidak tegang, dan tidak
menahan nafas.
d. Mesin diposisikan sesuai posisi pasien melalui knob oleh operator secara
manual sampai jarak alat dengan kornea ±8‐10 mm.
e. Titik fokus mata ditentukan dengan menuntun pasien untuk melihat
cahaya kuning‐hijau di dalam alat sambil operator melihat titik fokus
mata di layar monitor.
f. Setelah mata fokus pada titik yang ditentukan, operator akan menekan
knob pengukuran tekanan intra okuler melalui ejeksi udara pada mata
yang diperiksa. Secara otomatis tekanan intra okuler pada mata yang
diperiksa terukur.
3.6.7 Pemeriksaan Fundus Mata
Oftalmoskopi langsung memberi gambaran normal atau tidak terbalik
pada fundus okuli. Sebelum pemeriksaan, terlebih dahulu mata pasien ditetesi
dengan midriatikum sebanyak 2 tetes pada mata yang diperiksa untuk
melebarkan pupil sehingga fundus mata dapat diperiksa dengan oftalmoskopi.
Ditunggu ± 45‐60 menit kemudian dilakukan oftalmoskopi. Pemeriksaan
dilakukan di kamar gelap dengan pasien pada posisi duduk dan dokter berdiri di
sebelah mata yang diperiksa. Mata kanan pasien diperiksa dengan mata kanan
pemeriksa demikian pula sebaliknya. Jarak pemeriksaan antara kedua mata
pemeriksa dan pasien adalah 15 cm (Lampiran 12 dan 13). Setelah terlihat refleks
merah pada pupil maka oftalmoskop didekatkan hingga 2‐3 cm dari mata pasien.
Bila kelopak mata memperlihatkan tanda menutup maka kelopak tersebut
ditahan dengan tangan yang tidak memegang oftalmoskop. Untuk memperluas
lapangan penglihatan maka pasien disuruh melirik ke samping ataupun ke bawah
dan ke atas (Ilyas, 2008).
3.6.8 Foto Fundus
Foto fundus menggunakan fotograf fundus color merek Visucam NM/FA
dengan tahapan pemeriksaan sebagai berikut (Lampiran 15 dan 16):
a. Pasien dipersilahkan duduk di depan alat dengan pemeriksa berhadapan
b. Dagu dan kening pasien diletakkan pada tempatnya sehingga tinggi mata
sesuai dengan alat pemeriksaan.
c. Pasien dalam posisi yang nyaman, relaks, tidak tegang, dan tidak
menahan nafas.
d. Mesin diposisikan sesuai posisi pasien melalui knob oleh operator secara
manual sampai jarak alat dengan kornea ± 8‐10 mm.
e. Titik fokus mata ditentukan dengan menuntun pasien untuk melihat
cahaya kuning‐hijau di dalam alat sambil operator melihat titik fokus
mata di layar monitor.
f. Setelah mata fokus pada titik yang ditentukan, operator akan menekan
knob pengambilan foto fundus mata yang diperiksa. Secara otomatis foto
funfus terekam dan hasil foto dapat dicetak.