• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium dan lapangan. Kegiatan identifikasi serangga, preparasi polen, dan identifikasi polen dilakukan di laboratorium yang ada lingkungan Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kegiatan di lapangan meliputi pengumpulan polen dan penga-matan aktivitas penerbangan teuweul keluar-masuk sarang. Pengapenga-matan di lapangan dilakukan di halaman Asrama Putri (A1) TPB (06°33’20’’S dan 106°43’ 48’’E dengan ketinggian tempat 343 m dpl), yaitu tempat peletakkan stup lebah. Penelitian berlangsung sejak November 2014 hingga Oktober 2015.

Persiapan Penelitian

Identifikasi T. laeviceps

Teuweul yang diidentifikasi adalah kasta pekerja. Koloni teuweul yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Desa Cibeber 1, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (48°678’999’’E dan 927°48’ 69’’N

dengan ketinggian tempat 342 m dpl). Sampel dikoleksi dengan menggunakan botol plastik yang diletakkan di depan pintu masuk stup, kemudian stup dipukul perlahan-lahan untuk memancing beberapa individu keluar. Setelah terkumpul, ke dalam botol plastik sampel serangga ditambahkan 10 tetes alkohol 70%. Sampel diidentifikasi dengan menggunakan kunci identifikasi dari Sakagami et al. (1990) sampai tingkat spesies. Sampel difoto dengan menggunakan program dino-lite digitalmicroscope yang dihubungkan dengan mikroskop stereo dan compound.

Pembuatan Naungan dan Stup (Kotak Sarang)

Naungan dibuat mengacu pada penelitian Putra (2013), namun dilakukan modifikasi pada ukuran dan bahan yang digunakan. Atap naungan terbuat dari bonet, sehingga dapat melindungi stup dari air hujan dan panas. Kerangka nau-ngan terbuat dari kayu dan bagian alas yang digunakan untuk menempatkan stup terbuat dari bambu. Ukuran naungan 65.5 cm x 47.5 cm x 100 cm dan atap naungan 86 cm x 79.5 cm (Gambar 6). Jumlah naungan yang digunakan sebanyak 3 buah dan setiap naungan diisi 2 buah stup. Jarak antara naungan sekitar 4 m.

Stup terbuat dari papan tripleks dengan ketebalan 1 cm. Ukuran stup dibuat berdasarkan penelitian Heard (1988). Stup yang digunakan berukuran 28 cm x 21 cm x 11 cm. Pada bagian depan stup diberi lubang dengan diameter 0.5 cm sebagai pintu masuk (Gambar 7a). Bagian atas stup ditutup dengan menggunakan plastik mika trasparan yang berukuran 33 cm x 21 cm, kemudian pada bagian atas plastik diberi kaca trasparan berukuran 35 cm x 19 cm, dan pada bagian atas kaca diberi papan tripleks yang tipis berukuran 26 cm x 19 cm sebagai pelindung koloni dari paparan cahaya (Gambar 7b).

11

Gambar 6 Model naungan penempatan stup T. laeviceps

Gambar 7 Model stup T. laeviceps, a) ukuran, b) lapisan-lapisan penutup stup.

Pemindahan Koloni ke Stup Baru

Koloni teuweul yang digunakan sebanyak 6 koloni (stup). Koloni diadap-tasikan di lingkungan baru selama 1 minggu. Koloni dari stup lama dipindahkan ke stup baru pada pagi hari antara pukul 06.00-09.00 WIB karena koloni belum melakukan aktivitas yang terlalu tinggi. Ratu dicari dan dipindahkan terlebih dahulu ke stup baru dengan hati-hati, kemudian stup baru ditutup dengan kaca untuk sementara waktu. Pada pintu masuk stup baru diolesi dengan propolis yang berasal dari stup lama. Hal ini bertujuan agar pekerja dapat segera mendeteksi keberadaan stup baru. Sel anakan, pot penyimpanan makanan, dan propolis dari stup lama dipindahkan ke stup baru. Stup lama yang telah kosong dijauhkan dari stup baru agar koloni tidak kembali lagi ke stup lama.

Koloni-koloni yang telah dipindahkan ke stup baru diadaptasikan selama 1 minggu. Setelah proses adaptasi, koloni dipindahkan ke lingkungan baru. Sebelum memindahkan stup baru, dilakukan pemindahan naungan terlebih dahulu. Proses pemindahan koloni-koloni ke lingkungan baru dilakukan pada saat malam hari

ɸ 0.5 cm 28 cm 11 cm 21 cm (a) Plastik mika Kaca Papan tripleks (b) 65.5 cm 47.5 cm 31.5 cm 40.5 cm 28 cm 86 cm 79.5 cm

12

dan pintu masuk ditutup dengan perekat, selanjutnya koloni-koloni tersebut diadaptasikan lagi selama 1 minggu.

Pembuatan Kerucut Transparan

Guna mempermudah pengamatan aktivitas teuweulyang keluar-masuk stup, maka digunakan kerucut transparan yang telah dimodifikasi berdasarkan metode dari penelitian Eltz (2001). Kerucut transparan terbuat dari bahan plastik mika berukuran 14 cm x 13 cm yang dibentuk menyerupai kerucut, kemudian dire-katkan di depan pintu masuk stup dengan menggunakan selotip. Bagian depan lebih panjang dibandingkan bagian belakang (Gambar 8). Bagian depan diberi 1 lubang sebagai lubang keluar-masuk pekerja dan bagian belakang mengarah ke bagian pintu masuk stup. Lubang tersebut berdiameter 0.5 cm dan diberi propolis yang berasal dari dalam stup. Hal yang perlu diperhatikan adalah tidak ada celah/lubang lain yang dijadikan jalan keluar-masuk selain lubang yang ada pada kerucut transparan. Setelah pemasangan kerucut transparan, koloni diadaptasikan selama 1 minggu sebelum pengamatan.

Gambar 8 Kerucut transparan, anak panah menunjukkan arah keluar pekerja dari stup (Eltz 2001).

Pelaksanaan Penelitian

Pengamatan Pengumpulan Polen

Serangga pekerja yang membawa polen pada bagian tungkai belakang ditangkap dengan menggunakan jaring serangga. Penangkapan serangga pekerja dari masing-masing koloni dilakukan pada pagi hari dimulai pukul 07.00-09.00 WIB, siang hari dimulai pukul 11.00-13.00 WIB, dan sore hari dimulai pukul 15.00-17.00 WIB.

Pada setiap periode waktu pengamatan, dilakukan penangkapan serangga pada setiap koloni selama 10 menit dengan interval waktu 10 menit dan pengulangan dilakukan sebanyak 2 kali. Polen dari tungkai belakang serangga diambil dan dimasukkan ke dalam tabung eppendorf, kemudian disimpan di tempat kering untuk diamati lebih lanjut. Sampel polen dari bunga-bunga yang berada pada jarak maksimal 50 m dari penempatan koloni, juga dikumpulkan.

Preparasi Polen

Preparasi polen yang dibawa oleh pekerja dilakukan dengan metode ace-tolysis berdasarkan penelitian Delaplane et al. (2013), namun dilakukan

modi-Bagian depan Bagian belakang

13 fikasi pada beberapa tahapan. Ke dalam tabung eppendorf yang berisi polen di-tambahkan larutan asam asetat glasial sebanyak 0.1 ml. Setelah didiamkan selama 10 menit, eppendorf disentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit, kemudian supernatan dibuang. Selanjutnya, ke dalam eppendorf ditambahkan larutan acetolysis yang merupakan campuran asam asetat glasial dan asam sulfur dengan perbandingan 9:1, sebanyak 0.1 ml.

Polen yang telah diberi larutan acetolysis, dipanaskan di dalam panci berisi 2500 ml air sampai air mendidih dan ditunggu selama 5 menit, kemudian didi-nginkan selama 5 menit. Selanjutnya, larutan disentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit, kemudian supernatan dibuang. Ke dalam eppendorf

ditambahkan akuades sebanyak 0.1 ml, kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit dan supernatan dibuang. Pencucian dengan akuades diulangi sekali lagi, kemudian ditambahkan glycerin 0.1 ml dan polen siap untuk dibuat preparat. Pada gelas objek ditambahkan setetes campuran polen dan gly-cerin, kemudian ditutup dengan gelas penutup dan dikeringkan selama 1 minggu. Setelah itu, bagian tepi gelas penutup diberi cat kuku transparan agar tidak terjadi penguapan media.

Identifikasi Polen

Pengambilan gambar preparat polen dilakukan dengan menggunakan program dino-lite digital microscope yang dihubungkan dengan mikroskop

compound. Sampel polen yang berasal dari tungkai belakang serangga diiden-tifikasi dengan menggunakan kunci idendiiden-tifikasi Rull (2003), kemudian dico-cokkan dengan koleksi polen dari Erdtman (1972), Willard et al. (2004), dan APSA (2007). Identifikasi sampel polen dilakukan sampai tingkat spesies. Jika ada sampel polen yang mempunyai banyak tipe dalam satu famili, tetapi belum dapat diidentifikasi sampai tingkat genus/spesies, maka tiap-tiap morfotipe diberikan sebuah kode, seperti Rubiaceae Anonim 1, Rubiaceae Anonim 2, dan sebagainya. Karakteristik polen yang diidentifikasi yaitu bentuk polen jika dilihat dari sisi ekuator atau polar. Selain itu, polen dari tungkai serangga dicocokkan juga dengan preparat polen yang telah dibuat berdasarkan sampel polen yang dikumpulkan dari bunga-bunga pada jarak maksimal 50 m dari Asrama Putri.

Pengamatan Aktivitas Penerbangan

Pengamatan aktivitas penerbangan dilakukan terhadap enam koloni. Pengamatan ini dilakukan pada hari yang berbeda dengan pengamatan pengumpulan polen. Pengamatan dilakukan antara pukul 06.00-17.55 WIB. Waktu pengamatan dibagi menjadi tiga periode, yaitu pagi hari dimulai pukul 06.00-09.55 WIB, siang hari dimulai pukul 10.00-13.55 WIB, dan sore hari dimulai pukul 14.00-17.55 WIB. Pada setiap periode, setiap koloni diamati secara bergantian selama 5 menit dengan interval 5 menit, setelah pengamatan pada koloni sebelumnya. Satu naungan berisi 2 koloni. Pengamatan dilakukan 2 kali seminggu selama 3 bulan.

Jumlah pekerja yang masuk, membawa polen dan resin, serta yang keluar dan membuang sampah melalui lubang stup, dihitung dengan menggunakan

handcounter. Pekerja yang masuk ke stup akan masuk ke lubang kerucut trans-paran terlebih dahulu, kemudian masuk ke lubang stup. Pekerja yang masuk sam-bil membawa polen atau resin dapat dilihat dari tungkai belakang. Jika pekerja

14

membawa polen, maka tungkai belakang akan berwarna kuning/jingga/putih tidak mengkilap, sedangkan pekerja yang membawa resin, maka tungkai belakang akan berwarna putih/cokelat mengkilap.

Pekerja yang keluar dari stup akan keluar dari lubang stup terlebih dahulu, kemudian keluar melalui lubang kerucut transparan. Pekerja yang keluar sambil membuang sampah dapat dilihat dari mandibel. Faktor cuaca seperti suhu udara, kelembapan udara, dan intensitas cahaya di luar sarang diukur setiap jam per pengamatan koloni dengan menggunakan termohigrometer (TFA Dostmann 30.5002) dan luxmeter (Lutron LX-107).

Analisis Data

Koloni 1, 3, dan 4 memiliki pot makanan dan sel anakan yang cukup banyak. Koloni 2 dan 5 hanya mempunyai sedikit pot makanan tanpa ada sel anakan, sedangkan koloni 6 mempunyai sedikit pot makanan dan sel anakan. Demi keperluan analisis data, koloni 1, 3, dan 4 dikelompokkan sebagai koloni kuat dan koloni 2, 5, dan 6 dikelompokkan sebagai koloni lemah. Oleh karena data aktivitas penerbangan tidak mengikuti sebaran normal (uji Kolmogorov-Smirnov, p < 0.05), maka untuk memeriksa perbedaan banyaknya penerbangan antara koloni kuat dan lemah digunakan uji Mann-Whitney, sedangkan untuk membandingkan perbedaan aktivitas penerbangan harian digunakan uji Kruskal Wallis. Koefisien korelasi Spearman (rs) digunakan untuk menduga hubungan antara berbagai unsur cuaca (suhu udara, kelembapan udara, dan intensitas cahaya) dengan aktivitas penerbangan teuweul. Penilaian korelasi berdasarkan koefisien korelasi menurut Fowler et al. (1998), yaitu sangat lemah (0.00-0.19), lemah (0.20-0.39), sedang (0.40-0.69), kuat (0.70-0.90), dan sangat kuat (0.90-1.00). Seluruh analisis data tersebut menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS 22 untuk Windows.

Akrofase diperiksa dengan uji Rayleigh dan perbandingan akrofase aktivitas terbang teuweul antara koloni kuat dan koloni lemah digunakan uji Watson-Williams (Zar 2010). Kedua analisis tersebut dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Oriana 4.02 untuk Windows yang dapat diunduh pada situs www.kovcomp. co.uk.

HASIL

Jenis Polen yang Dibawa Koloni T. laeviceps

Sampel polen yang diidentifikasi berasal dari 3 koloni. Pengamatan pe-ngumpulan polen dilakukan sebanyak 2 kali. Pada saat pengamatan pepe-ngumpulan polen dari masing-masing koloni, hanya koloni 4 yang tidak melakukan aktivitas pengumpulan polen pada hari ke-1 dan ke-2. Selain itu, ada 2 koloni yang tidak melakukan aktivitas pengumpulan polen pada hari ke-2, yaitu koloni 2 dan koloni 6, sehingga aktivitas pengumpulan polen dari kedua koloni tersebut tidak dapat dimasukkan ke dalam data pengamatan.

Pada saat proses pengamatan sampel polen, ditemukan polen-polen minori-tas dan mayoriminori-tas per sampel preparat. Identifikasi sampel polen hanya dilakukan pada polen-polen mayoritas saja. Jumlah pekerja teuweul yang membawa polen dari masing-masing koloni dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah T. laeviceps pembawa polen (ekor) Jenis tanaman (Famili – Spesies) Koloni

1 3 5 Apocynaceae Tabernaemontana orientalis 12 Asteraceae Tridax procumbens 3 Cyperaceae Anonim 1 2 Euphorbiaceae Euphorbia hirta E. milii Anonim 1 6 7 8 10 Myrtaceae Anonim 1 9 Phyllanthaceae Anonim 1 9 Polygonaceae Anonim 1 2 Rubiaceae Hedyotis auricularia Anonim 1 Anonim 2 4 14 14 1 1 9 Verbenaceae Lantana camara 1 Total pekerja 59 44 9

Pekerja yang banyak membawa polen berasal dari koloni 1 dan 3 (koloni kuat). Koloni 1, 3, dan 5 masing-masing mengambil 8, 8, dan 1 jenis polen. Ko-loni 1 mengambil polen dari 5 famili tumbuhan, yaitu Cyperaceae, Euphorbia-ceae, MyrtaEuphorbia-ceae, PhyllanthaEuphorbia-ceae, dan Rubiaceae. Koloni 3 mengambil polen dari 6 famili tumbuhan, yaitu Apocynaceae, Asteraceae, Euphorbiaceae, Polygona-ceae, RubiaPolygona-ceae, dan VerbecenaPolygona-ceae, sedangkan koloni 5 (koloni lemah)

me-16

ngambil polen dari 1 famili tumbuhan, yaitu Rubiaceae. Polen yang paling banyak dibawa oleh teuweul berasal dari Famili Rubiaceae. Jenis dan tipe morfologi po-len yang dibawa oleh teuweul dapat ditunjukkan pada Gambar 9.

Gambar 9 Jenis dan tipe morfologi polen pada korbikula T. laeviceps, E (ekuator), P (polar), a) T. orientalis (4-colporate), b) T. procumbens (4-colporate), c) Cyperaceae Anonim 1 (monocolpate/monosulcate), d) E. hirta

(3-colporate), e) E. milii colporate), f) Euphorbiaceae Anonim 1 (3-colporate), g) Myrtaceae Anonim 1 (parasyncolpate), h) Phyllanthaceae Anonim 1 (trichotomosulcate), i) Polygonaceae Anonim 1 (zonocol-porate), j) H. auricularia (zonocolporate), k) Rubiaceae Anonim 1 (4-colporate), l) Rubiaceae Anonim 2 (3-(4-colporate), m) L. camara (3-4-colporate). a P b B P c E d e f i E k K P E P l m K E P g h P E P j

17 Ada 4 jenis tumbuhan yang sebagian besar berada di dekat sarang, yaitu

Tridax procumbens (sangga langit), Euphorbia hirta (patikan kebo), E. milii

(mahkota duri), dan Hedyotis auricularia (remek watu). Tabernaemontana orientalis (jembirit) dan Lantana camara (tembelekan) tumbuh beberapa meter dari sarang, sedangkan jenis polen lainnya tidak cocok dengan sampel polen yang diambil dari bunga-bunga pada jarak maksimal 50 m dari penempatan koloni. Kondisi ini menandakan bahwa teuweul dapat mencari polen pada jarak lebih dari 50 m.

Aktivitas Penerbangan T. laeviceps

Pola Aktivitas Penerbangan Harian

Kondisi kedua kelompok koloni teuweul di dalam stup, berbeda. Koloni kuat mempunyai jumlah pekerja, sel anakan, dan pot makanan lebih banyak dibandingkan dengan koloni lemah (Gambar 10).

Gambar 10 Kondisi koloni-koloni T. laeviceps di dalam stup, a) koloni 1, b) koloni 3, c) koloni 4, d) koloni 2, e) koloni 5, f) koloni 6. Kolo- ni kuat (a, b, c), koloni lemah (d, e, f).

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

18

Gambar 10a, 10b, dan 10c menunjukkan kondisi stup koloni kuat yang di-penuhi oleh sel anakan, pot makanan, dan propolis. Hal berbeda ditunjukkan oleh Gambar 10d dan 10e yang memperlihatkan kondisi stup yang hanya terdiri atas pot makanan saja, sedangkan Gambar 10f menunjukkan kondisi koloni 6 yang mempunyai pot makanan dan sedikit sel anakan. Berdasarkan hal tersebut, maka koloni 1, 3, dan 4 digolongkan sebagai koloni kuat, sedangkan 3 koloni lainnya digolongkan ke dalam koloni lemah. Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney U, per-bedaan ukuran koloni menyebabkan perper-bedaan aktivitas penerbangan teuweul (p < 0.001; Tabel 2). Selain itu, aktivitas penerbangan harian menunjukkan bahwa banyaknya teuweul yang keluar-masuk sarang, membawa polen dan resin, serta membuang sampah, baik pada koloni kuat maupun koloni lemah berbeda sangat nyata (uji Kruskal Wallis, p < 0.001) antara jam-jam pengamatan (Tabel 3).

Tabel 2 Perbedaan status koloni terhadap aktivitas penerbangan harian

T. laeviceps berdasarkan uji Mann-Whitney U

Peubah U p Keluar sarang 99539.5 < 0.001 Masuk sarang 96090.5 < 0.001 Membawa polen 131095.5 < 0.001 Membawa resin 168721.0 < 0.001 Membuang sampah 201069.0 < 0.001

Tabel 3 Perbedaan waktu terhadap aktivitas penerbangan harian T. laeviceps antara koloni kuat dan koloni lemah berdasarkan uji Kruskal Wallis

Peubah Koloni kuat Koloni lemah

χ 2 p χ 2 p Keluar sarang 391.147 < 0.001 306.399 < 0.001 Masuk sarang 381.575 < 0.001 286.657 < 0.001 Membawa polen 90.554 < 0.001 85.107 < 0.001 Membawa resin 120.716 < 0.001 64.891 < 0.001 Membuang sampah 158.933 < 0.001 48.022 < 0.001

Gambar 11a menunjukkan aktivitas penerbangan keluar sarang dari koloni kuat dan koloni lemah. Puncak aktivitas penerbangan keluar sarang dari koloni kuat terjadi pada pukul 11.00 WIB (67.88 ekor pekerja), sedangkan puncak aktivitas penerbangan keluar sarang dari koloni lemah terjadi pada pukul 10.00 WIB (24.29 ekor pekerja). Kedua koloni sama-sama memulai aktivitas pada pukul 06.00 WIB dengan jumlah pekerja 4.86 ekor dari koloni kuat dan 0.74 ekor dari koloni lemah.

Berdasarkan Gambar 11b, koloni kuat lebih banyak beraktivitas masuk ke sarang dibandingkan dengan koloni lemah. Puncak aktivitas masuk ke sarang dari koloni kuat terjadi pada pukul 12.00 WIB (61.79 ekor), sedangkan pukul 10.00 WIB merupakan puncak aktivitas masuk ke sarang dari koloni lemah (20.53 ekor). Gambar 11 juga menunjukkan bahwa pekerja teuweul dari kedua koloni aktif terbang keluar-masuk sarang mulai pukul 06.00-17.55 WIB. Jumlah pekerja yang masuk ke sarang pada waktu pengamatan pertama, baik koloni kuat (12.24 ekor) maupun koloni lemah (0.42 ekor) lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah pekerja yang keluar sarang.

19

Gambar 11 Rata-rata dan galat baku aktivitas penerbangan T. laeviceps keluar dan masuk sarang pada koloni kuat dan koloni lemah berdasarkan waktu harian, a) keluar sarang, b) masuk sarang.

Aktivitas membawa polen ke sarang, juga menunjukkan perbedaan antara kedua koloni (Gambar 12a). Pada koloni kuat, puncak aktivitas penerbangan membawa polen terjadi pada pukul 10.00 WIB (5.94 ekor), kemudian tiap 2 jam berikutnya, aktivitas tersebut hampir mendekati konstan dan menurun pada pukul 17.00 WIB. Pada koloni lemah, aktivitas penerbangan membawa polen yang mendekati konstan ditunjukkan mulai pukul 11.00 WIB, kemudian selang 2 jam berikutnya, aktivitas tersebut menurun dan hampir mendekati konstan dengan aktivitas selanjutnya. Pada pukul 15.00 WIB terjadi penurunan dan meningkat lagi pada pukul 16.00. Puncak aktivitas penerbangan membawa polen dari koloni lemah terjadi pada pukul 09.00 WIB (1.58 ekor).

Selain membawa polen, aktivitas yang dilakukan oleh pekerja teuweul pada saat masuk ke sarang yaitu membawa resin. Jumlah pekerja yang membawa resin lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pekerja yang membawa polen. Puncak aktivitas penerbangan membawa resin dari koloni kuat dan koloni lemah terjadi pada pukul 12.00 WIB dan pukul 11.00 WIB dengan jumlah pekerja masing-masing sebanyak 2.83 ekor dan 0.44 ekor (Gambar 12b). Aktivitas membawa resin lebih berfluktuasi dibandingkan dengan aktivitas membawa polen yang dilakukan oleh pekerja teuweul dari koloni kuat dan jumlah pekerja yang membawa resin dari koloni kuat lebih banyak dibandingkan dengan koloni lemah.

Aktivitas teuweul keluar-masuk sarang berhubungan dengan pencarian pa-kan berupa polen dan nektar yang berasal dari bunga. Selain itu, teuweul juga mencari resin dari tumbuhan sebagai bahan pembuatan sarang. Setiap individu mempunyai tugas masing-masing, yaitu ada yang mencari polen, ada yang menca-

0 10 20 30 40 50 60 70 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Waktu pengamatan (WIB)

Ju m la h p ek er ja ( ek o r) (b) 0 10 20 30 40 50 60 70 80 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Ju m la h p ek er ja ( ek o r) (a) Koloni kuat Koloni lemah

20

Gambar 12 Rata-rata dan galat baku aktivitas penerbangan T. laeviceps membawa polen dan resin pada koloni kuat dan koloni lemah berdasarkan waktu harian, a) membawa polen, b) membawa resin.

ri nektar, dan ada yang mencari resin. Setiap pekerja teuweul hanya membawa 1 jenis sumber pakan (polen atau nektar) atau resin pada saat masuk ke sarang. Satu ekor pekerja hanya membawa 1 jenis polen atau 1 jenis resin yang berasal dari 1 jenis tumbuhan. Hal ini dapat dilihat dari kondisi kedua korbikula pekerja yang membawa polen atau resin dengan warna yang sama (Gambar 13).

Gambar 13 Imago T. laeviceps membawa polen dan resin, a) polen berwarna kuning, b) polen berwarna oranye, c) resin berwarna transparan, d) resin berwarna putih, P = polen, R = resin.

Koloni kuat Koloni lemah 0 1 2 3 4 5 6 7 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Ju m la h p ek er ja ( ek o r) (a) 0 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Waktu pengamatan (WIB)

Ju m la h p ek er ja ( ek o r) (b) P P R R (a) (b) (c) (d)

21 Aktivitas lain yang dilakukan oleh pekerja teuweul yaitu membuang sampah. Gambar 14 menunjukkan pola aktivitas penerbangan teuweul membuang sampah dari kedua kelompok koloni. Pola dari aktivitas ini berbeda dengan aktivitas penerbangan lainnya karena jumlah pekerja teuweul yang terbang keluar dengan membawa sampah pada bagian mandibelnya, lebih menunjukkan fluktuasi, baik pada koloni kuat maupun koloni lemah.

Gambar 14 Rata-rata dan galat baku aktivitas penerbangan T. laeviceps membuang sampah pada koloni kuat dan koloni lemah berdasarkan waktu harian

Puncak aktivitas penerbangan membuang sampah yang dilakukan oleh kedua koloni tersebut terjadi pada waktu yang sama, yaitu pukul 09.00 WIB dengan jumlah pekerja 3.52 ekor (koloni kuat) dan 1.23 ekor (koloni lemah). Jenis sampah yang dibuang berupa imago muda yang sudah mati, sisa makanan, dan sisa pembuatan sarang yang sudah tidak terpakai (Gambar 15).

Gambar 15 Jenis-jenis sampah, a) bangkai imago muda, b) sisa makanan, c) sisa pembuatan sarang.

Jika aktivitas penerbangan kedua koloni teuweul dibedakan berdasarkan pagi, siang, dan sore hari, maka akan terlihat seperti Gambar 16. Secara keseluruhan, aktivitas penerbangan kedua koloni tersebut lebih banyak terjadi saat siang hari (pukul 10.00-13.55 WIB). Jumlah pekerja dari koloni kuat yang beraktivitas lebih banyak dibandingkan dengan koloni lemah. Pada koloni kuat (Tabel 4), semua aktivitas penerbangan saat pagi, siang, dan sore hari berbeda nyata (uji Wilcoxon Sign, p < 0.05), kecuali aktivitas membuang sampah, perbedaan secara nyata hanya terjadi saat pagi-siang hari. Jumlah teuweul yang

0 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Waktu pengamatan (WIB)

Ju m la h p ek er ja ( ek o r) Koloni kuat Koloni lemah (b) (c) (a)

22

membuang sampah lebih banyak terjadi saat pagi hari (1.93 ekor), sedangkan saat siang hari, jumlahnya menurun menjadi 1.38 ekor (Gambar 16a).

Gambar 16 Rata-rata dan galat baku aktivitas penerbangan T. laeviceps pada koloni kuat dan koloni lemah saat pagi, siang, dan sore hari, a) koloni kuat, b) koloni lemah.

Berdasarkan uji Wilcoxon Sign pada koloni lemah (Tabel 4), aktivitas penerbangan teuweul yang keluar sarang tidak berbeda nyata antara pagi dan sore hari (p > 0.05), sedangkan aktivitas penerbangan masuk ke sarang menunjukkan perbedaan secara nyata saat pagi, siang, dan sore hari. Aktivitas penerbangan membawa polen masuk ke sarang, juga tidak berbeda nyata antara pagi dan siang hari (uji Wilcoxon Sign, p > 0.05; Tabel 4). Puncak aktivitas membuang sampah terjadi pada siang hari (0.67 ekor; Gambar 16b), tetapi jumlah ini tidak berbeda nyata berdasarkan uji Wilcoxon Sign (p > 0.05).

Tabel 4 Perbedaan aktivitas penerbangan harian T. laeviceps antara koloni kuat dan koloni lemah saat pagi, siang, dan sore hari berdasarkan uji Wilcoxon Sign

Aktivitas penerbangan

Waktu pengamatan

Pagi-siang hari Pagi-sore hari Siang-sore hari

Z p Z p Z p Koloni kuat Keluar sarang -12.480a < 0.001 -6.746a < 0.001 -10.077b < 0.001 Masuk sarang -13.369a < 0.001 -9.480a < 0.001 -7.251b < 0.001 Membawa polen -6.216a < 0.001 -2.059a 0.039 -3.518b < 0.001 Membawa resin -3.192a 0.001 -2.098b 0.036 -5.529b < 0.001 Membuang sampah -2.347a 0.019 -1.602a 0.109 -1.162b 0.245 Koloni lemah Keluar sarang -10.354a < 0.001 -1.894a 0.058 -10.981b < 0.001 Masuk sarang -10.586a < 0.001 -3.041a 0.002 -10.094b < 0.001 Membawa polen -0.363a 0.717 -4.116a < 0.001 -4.681a < 0.001 Membawa resin -2.379a 0.017 -2.730b 0.006 -4.945b < 0.001 Membuang sampah -0.338a 0.735 -1.288a 0.198 -0.442a 0.658 Keterangan: a = berdasarkan ranking negatif dan b = berdasarkan ranking positif

(a) (b)

Waktu pengamatan

Keluar Masuk Polen Resin Sampah

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Pagi Siang Sore

Jum la h pe ke rj a (e kor) 0 5 10 15 20 25 30

23 Gambar 17 menyajikan persentase jumlah teuweul dari koloni kuat dan koloni lemah yang beraktivitas. Teuweul yang tidak membawa polen atau resin pada korbikulanya, kemungkinan membawa materi lain seperti nektar atau air. Selisih persentase antara aktivitas penerbangan teuweul dari koloni kuat dan koloni lemah tidak terlalu banyak. Selisih persentase terbesar antara kedua

Dokumen terkait