• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan di Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor pada bulan Maret hingga bulan Mei 2016. Kecamatan ini dipilih dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Parung merupakan salah satu lokasi minapolitan yang memiliki laju produktivitas ikan hias tertinggi di Kabupaten Bogor. Selain itu, kecamatan ini dipilih karena meskipun luas lahan produksinya menurun, jumlah produksi ikan hias di kecamatan ini meningkat setiap tahunnya. Sehingga perlu diketahui faktor-faktor apa yang memengaruhi peningkatan produksi ikan hias dan gambaran pendapatan petani dari adanya penggunaan faktor-faktor produksi.

Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Jenis data primer yang dikumpulkan diantaranya adalah karakteristik responden, kegiatan budidaya ikan hias guppy, penggunaan faktor-faktor produksi pada ikan hias guppy, serta besarnya penerimaan dan biaya

Faktor produksi yang diduga: 1. Luas lahan

2. Pakan jenis kutu air 3. Pakan jenis cacing 4. Pakan jenis pelet 5. Obat-obatan 6. Tenaga kerja

7. Jenis tempat pemeliharaan (dummy) Produksi Ikan Hias Guppy Penerimaan Harga Output Harga Input Biaya Produksi  Pendapatan  R/C rasio  Return to capital Return to family labour

selama proses produksi ikan hias guppy di Kecamatan Parung. Jenis-jenis data primer tersebut bersumber dari para petani yang dijadikan sebagai responden dalam penelitian.

Jenis data sekunder yang dikumpulkan diantaranya adalah data produksi ikan hias di Indonesia dan Jawa Barat yang bersumber dari Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, data produksi ikan hias di Kabupaten Bogor dan Kecamatan Parung yang bersumber dari Dinas Peternakan dan Perikanan Pemerintah Kabupaten Bogor, konsep usahatani, fungsi produksi, struktur biaya usahatani, dan pendapatan usahatani yang bersumber dari buku-buku terkait, penelitian-penelitian terdahulu, serta gambaran umum lokasi penelitian-penelitian yang bersumber dari Pemerintah Kecamatan Parung.

Metode Penentuan Sampel

Unit analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah usaha budidaya ikan hias di Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor. Penentuan sampel penelitian dengan menggunakan kombinasi dari metode non probability, yaitu snowball sampling dan purposive sampling. Hal ini karena tidak adanya kerangka sampling (daftar nama petani) yang tersedia, baik dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor maupun Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) setempat.

Cara penggunaan metode ini diawali dengan metode snowball sampling, yaitu mencari informasi mengenai petani budidaya ikan hias jenis Guppy dari para penjual ikan hias di Pasar Ikan Hias Parung. Kemudian dari informasi petani yang didapat tersebut dicari lagi informasi mengenai petani-petani lainnya hingga mencapai jumlah responden yang diinginkan. Selanjutnya, untuk memilih petani yang akan dijadikan sebagai petani responden digunakan metode purposive sampling, yaitu dengan menentukan suatu kriteria dalam memilih petani. Petani yang dipilih sebagai responden adalah petani yang telah melakukan budidaya ikan hias Guppy selama satu tahun atau lebih dari itu. Hal ini karena petani tersebut telah konsisten dalam memproduksi ikan hias guppy. Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 40 petani. Hal ini untuk memenuhi aturan statistik secara umum.

Metode Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui survei langsung di lapangan dengan menggunakan kuisioner yang telah disiapkan, studi literatur atau pustaka, dan wawancara dengan responden. Survei lapang dimaksudkan untuk mengetahui secara langsung kondisi di lapangan. Sedangkan studi literatur atau pustaka dilakukan untuk memperoleh pendalaman informasi yang berkaitan dengan topik penelitian.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses lanjutan setelah dilakukan pengumpulan data. Analisis data ditujukan agar data yang telah dikumpulkan lebih bernilai dan dapat memberikan informasi yang diharapkan. Data yang telah diperoleh kemudian dipindahkan secara tertulis dan diolah dengan menggunakan alat analisis yang telah ditetapkan. Analisis faktor-faktor yang memengaruhi produksi ikan hias guppy di Kecamatan Parung dianalisis dengan menggunakan model Cobb-Douglas yang dibantu dengan software SPSS 16 dan Microsoft Excel. Untuk melihat gambaran pendapatan petani ikan hias guppy di Kecamatan Parung dilakukan dengan menggunakan analisis pendapatan, R/C rasio, return to capital, dan return to family labour.

Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Produksi Ikan Hias Guppy di Kecamatan Parung

Model yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi produksi ikan hias guppy di Kecamatan Parung adalah model Cobb-Douglas, dimana terdapat dua variabel, yaitu variabel Y sebagai peubah tak bebas (dependent variable) dalam hal ini adalah produksi ikan hias guppy, serta variabel X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7 sebagai peubah bebas (independent variable), yaitu faktor-faktor yang memengaruhi produksi ikan hias guppy. Persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas dapat dituliskan pada Persamaan (3).

Y = β0 X1β1 X2β2 X3β3 X4β4 X5β5 X6β6 X7β7 εε ...(3) Dalam menduga parameter pada persamaan fungsi Cobb-Douglas, maka data yang dikumpulkan melalui kuisioner harus diubah terlebih dahulu ke dalam bentuk double logaritme natural (In), sehingga bentuk persamaannya dirumuskan pada Persamaan (4).

Ln Y = Inβ0 + β1InX1 + β2InX2 + β3InX3 + β4InX4 + β5InX5 + β6InX6 +

Β7InX7 + ε ...(4) Keterangan:

Y = Produksi Ikan Hias Guppy (ekor/tahun) X1 = Luas lahan (m2/tahun)

X2 = Pakan jenis kutu air (kg/tahun) X3 = Pakan jenis cacing (L/tahun) X4 = Pakan jenis pelet (kg/tahun) X5 = Obat-obatan (kg/tahun) X6 = Tenaga kerja (HOK/tahun)

X7 = Jenis tempat pemeliharaan (dummy), dimana 0 adalah tempat pemeliharaan berjenis akuarium 1 adalah tempat pemeliharaan berjenis kolam

β0 = Konstanta

β1, β2, ..., β7 = Koefisien parameter dugaan X1, X2, ...., X7

Faktor-faktor produksi yang digunakan di atas diperoleh dari penelitian terdahulu dan perolehan informasi lainnya terkait faktor-faktor yang memengaruhi produksi ikan hias guppy. Jika koefisien-koefisien dari parameter dugaan fungsi produksi bertanda positif, artinya semakin banyak input yang digunakan dalam proses produksi maka akan memengaruhi kenaikan hasil produksi ikan hias guppy. Apabila terdapat koefisien dari parameter dugaan fungsi produksi bertanda negatif, artinya kebalikan dari yang bertanda positif, yaitu semakin banyak input yang digunakan dalam proses produksi maka akan memengaruhi penurunan hasil produksi ikan hias guppy.

Model fungsi produksi yang lebih banyak digunakan oleh para peneliti sebelumnya dalam menganalisis usahatani atau faktor-faktor yang memengaruhi produksi adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Hal ini karena perhitungan dan penjelasan dari fungsi ini dapat diaplikasikan ke dalam keadaan riil dalam usahatani dibandingkan dengan fungsi linear. Fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan fungsi produksi dalam bentuk perkalian. Sehingga apabila salah satu variabel bebas atau faktor produksi tidak ada, maka variabel terikatnya atau produksinya juga tidak ada. Contohnya adalah apabila tidak ada lahan, maka tidak akan ada ikan hias yang dapat dihasilkan (tidak ada produksi). Sedangkan apabila menggunakan fungsi produksi linear yang merupakan fungsi produksi dalam bentuk penjumlahan, jika salah satu variabel bebas atau faktor produksi tidak ada maka variabel terikatnya atau produksinya tetap ada. Sehingga hal ini tidak sesuai dengan keadaan riilnya.

Alasan lain menggunakan fungsi Cobb-Douglas adalah karena lebih mudah ditransfer ke dalam bentuk linear dibandingkan dengan fungsi lain. Selain itu, parameter-parameter dari fungsi produksi Cobb-Douglas dapat langsung digunakan sebagai elastisitas produksi untuk setiap faktor produksi.

Hipotesis

Suatu kegiatan penelitian perlu dilakukan suatu hipotesis ataupun kesimpulan sementara berkaitan dengan faktor-faktor yang memengaruhi produksi ikan hias guppy. Adapun hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:

1. Luas lahan (β1)

β1 > 0, artinya apabila semakin besar luas lahan yang digunakan, maka produksi ikan hias guppy akan semakin meningkat.

Lahan digunakan sebagai tempat pemeliharaan ikan hias guppy. Semakin besar luas lahan yang digunakan, maka populasi ikan hias guppy yang dapat dipelihara juga akan semakin banyak. Hal ini akan berpengaruh terhadap meningkatnya produksi ikan hias guppy. Besaran yang digunakan untuk luas lahan ini adalah meter persegi (m2). Sehingga pendugaannya adalah semakin besar luas lahan yang digunakan, maka hasil produksi ikan hias guppy semakin meningkat.

2. Pakan jenis kutu air (β2)

β2 > 0, artinya apabila semakin banyak pakan jenis kutu air yang diberikan, maka produksi ikan hias guppy akan semakin meningkat.

Pakan jenis kutu air digunakan untuk menambah nutrisi yang dibutuhkan oleh induk dan benih ikan hias guppy. Selain itu, pakan jenis kutu air ini

juga dapat berfungsi untuk mempercepat proses produksi telur. Sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap meningkatnya produksi ikan hias guppy. Besaran yang digunakan untuk pakan jenis kutu air ini adalah kilogram (kg). Pendugaannya adalah semakin banyak pakan jenis kutu air yang digunakan, maka hasil produksi ikan hias guppy semakin meningkat. 3. Pakan jenis cacing (β3)

β3 > 0, artinya apabila semakin banyak pakan jenis cacing yang diberikan, maka produksi ikan hias guppy akan semakin meningkat.

Pakan jenis cacing digunakan untuk mempercepat pertumbuhan dan perkembangan ikan hias guppy pada saat proses pembesaran ikan. Semakin banyak pakan jenis cacing yang diberikan kepada ikan hias guppy, maka ikan tersebut akan semakin cepat membesar. Hal ini akan berpengaruh terhadap meningkatnya produksi ikan hias guppy. Besaran yang digunakan untuk pakan jenis cacing ini adalah liter (L). Sehingga pendugaannya adalah semakin banyak pakan jenis cacing yang digunakan, maka hasil produksi ikan hias guppy semakin meningkat.

4. Pakan jenis pelet (β4)

β4 > 0, artinya apabila semakin banyak pakan jenis pelet yang diberikan, maka produksi ikan hias guppy akan semakin meningkat.

Pakan jenis pelet digunakan untuk menggantikan pakan kutu air dan cacing. Hal ini karena fungsi dalam pakan jenis pelet sudah mewakili fungsi dari pakan kutu air dan juga cacing. Besaran yang digunakan untuk pakan jenis pelet ini adalah kilogram (kg). Sehingga pendugaannya adalah semakin banyak pakan jenis pelet yang digunakan, maka hasil produksi ikan hias guppy semakin meningkat.

5. Obat-obatan (β5)

β5 < 0, artinya apabila semakin banyak obat-obatan yang diberikan, maka produksi ikan hias guppy akan semakin menurun.

Penggunaan obat-obatan yang berlebihan dapat menyebabkan keracunan pada ikan hias guppy. Apabila obat-obatan ini semakin banyak diberikan pada luasan lahan dan jumlah air yang masih sama, maka akan meracuni ikan yang hidup didalamnya. Besaran yang digunakan untuk obat-obatan ini adalah kilogram (kg). Sehingga pendugaannya adalah semakin banyak obat-obatan yang digunakan, maka hasil produksi ikan hias guppy semakin menurun.

6. Tenaga kerja (β6)

β6 > 0, artinya apabila semakin banyak jam tenaga kerja yang digunakan, maka produksi ikan hias guppy akan semakin meningkat.

Tenaga kerja merupakan faktor kunci dari produksi ikan hias guppy. Hal ini karena tenaga kerja berfungsi untuk mengatur dan mengontrol seluruh proses produksi ikan hias guppy. Besaran yang digunakan untuk tenaga kerja ini adalah jam kerja atau hari orang kerja (HOK). Sehingga pendugaannya adalah semakin banyak jam tenaga kerja yang digunakan, maka hasil produksi ikan hias guppy semakin meningkat.

7. Jenis tempat pemeliharaan atau dummy (β7)

Menganggap nilai 0 untuk tempat pemeliharaan berjenis akuarium dan nilai 1 untuk tempat pemeliharaan berjenis kolam, dimana petani yang menggunakan kolam sebagai tempat pemeliharaannya memiliki produksi

ikan hias guppy yang lebih tinggi dibandingkan dengan petani yang menggunakan akuarium sebagai tempat pemeliharaannya.

Jenis tempat pemeliharaan yang digunakan akan mempengaruhi tingkat produksi ikan hias guppy yang dihasilkan. Jenis tempat pemeliharaan yang digunakan petani responden ada 2, yaitu akuarium = 0 dan kolam = 1. Pendugaannya adalah tempat pemeliharaan berjenis kolam dapat menghasilkan produksi ikan hias guppy lebih tinggi jika dibandingkan dengan tempat pemeliharaan berjenis akuarium.

Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dipergunakan untuk melihat hasil dari model fungsi produksi yang didapat dari proses pengolahan data. Pengujian ini bertujuan untuk mengevaluasi apakah model yang digunakan sudah baik atau belum. Adapun pengujian yang dilakukan adalah dengan metode Ordinary Least Square (OLS).

Pengujian Asumsi OLS (Ordinary Least Square)

Dalam melakukan pendugaan model dilakukan dengan menggunakan metode OLS. Namun, sebelum dilakukan pengujian ini terlebih dahulu harus dilakukan uji asumsi-asumsi yang sesuai dengan OLS, yaitu pengujian multikolinearitas dan autokorelasi. Multikolinearitas merupakan kondisi yang terjadi di dalam analisis regresi, dimana terdapat hubungan linear antara variabel-variabel bebasnya. Terdapat beberapa penyebab terjadinya multikolinearitas, salah satunya adalah adanya kecenderungan variabel-variabel bebas yang bergerak secara bersamaan.

Adanya multikolinearitas menyebabkan ragam variabel menjadi sangat besar, sehingga koefisien regresi dugaan tidak stabil dan arah koefisien variabel menjadi tidak valid untuk diinterpretasikan. Selain itu, multikolinearitas menyebabkan hasil uji signifikansi koefisien model dugaan menjadi tidak valid. Terdapat beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinear dalam analisis regresi, salah satunya adalah dengan menggunakan kriteria Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai VIF > 10, maka terdapat masalah multikolinear di antara variabel bebasnya, sehingga harus diperbaiki dengan cara menambah observasi atau mengeluarkan variabel bebas yang berkorelasi kuat.

Autokorelasi adalah uji korelasi antara anggota serangkaian observasi. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan melihat nilai dari Durbin Watson (DW). Nilai DW ini kemudian dibandingkan dengan nilai tabel DW. Berikut ini adalah Tabel 5 mengenai identifikasi autokorelasi dengan nilai DW.

Tabel 5 Identifikasi autokorelasi dengan nilai DW

Nilai DW Hasil

Kurang dari 1.1754 Ada autokorelasi

1.1754 ≤ DW < 1.5838 Tanpa kesimpulan 1.5838 ≤ DW < 2.4162 Tidak ada autokorelasi 2.4162 ≤ DW < 2.8246 Tanpa kesimpulan

Pengujian Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) menunjukkan besarnya keragaman variabel tidak bebas (dependent variable) yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas (independent variable). Sedangkan sisa dari nilai koefisien determinasi (1 - R2) dijelaskan oleh independent variable di luar model. Nilai koefisien determinasi berkisar antara nol dan satu. Apabila nilai koefisien determinasi semakin mendekati satu, maka semakin besar keragaan mengenai dependent variable yang dapat dijelaskan oleh independent variable. Koefisien determinasi dapat dirumuskan pada Persamaan (5).

...(5) Keterangan: R2 = koefisien determinasi

SSR = jumlah kuadrat regresi SSE = jumlah kuadrat sisa SST = jumlah kuadrat total

Pengujian Parameter Model (Uji F)

Uji F digunakan untuk melihat apakah variabel bebas (independent variable) yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel tidak bebas (dependent variable). Uji statistik yang digunakan untuk Uji F dapat dirumuskan pada Persamaan (6).

( )

( ) ( ) ...(6) Keterangan: R2 = Koefisien determinasi

k = Jumlah variabel bebas n = Jumlah sampel

Kriteria uji:

F hitung > F-tabel (k-1, n-k) pada taraf nyata α maka tolak H0 F hitung < F-tabel (k-1, n-k) pada taraf nyata α maka terima H0

Apabila tidak dilakukan dengan menggunakan tabel, maka dapat dilihat berdasarkan nilai P dengan kriteria uji sebagai berikut:

P-value < α, maka tolak H0 P-value > α, maka terima H0

Apabila F hitung > F-tabel atau P-value < α, maka secara bersama-sama variabel bebas dalam proses produksi mempunyai pengaruh yang nyata terhadap produksi. Sedangkan F hitung < F-tabel atau P-value > α, maka secara bersama-sama variabel bebas dalam proses produksi tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi.

Pengujian Parameter Variabel (Uji t)

Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t digunakan untuk mengetahui apakah koefisien regresi dari masing-masing independent variable (X) yang digunakan berpengaruh nyata terhadap dependent variable (Y). Rumusan hipotesis fungsi produksi adalah sebagai berikut:

H0: βi = 0, artinya independent variable tidak berpengaruh nyata terhadap dependent variable.

H1: βi ≠ 0, artinya independent variable berpengaruh nyata terhadap dependent variable.

Uji statistik yang digunakan dalam uji t dapat dirumuskan pada Persamaan (7).

...(7) Keterangan:

βi = Koefisien regresi ke-i yang diduga Sβi = Standar deviasi dari βi

Kriteria uji:

T hitung > T tabel (α / 2; n– k), maka tolak H0, artinya ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. T hitung < T tabel (α / 2; n – k), maka terima H0, artinya tidak ada pengaruh

antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dimana :

n : Jumlah sampel k : Jumlah variabel

Analisis Pendapatan Produksi Ikan Hias Guppy di Kecamatan Parung Penerimaan Produksi Ikan Hias Guppy di Kecamatan Parung

Penerimaan diperoleh dari hasil perkalian antara total hasil produksi ikan hias guppy dan harga jual ikan per ekornya. Penerimaan produksi ikan hias guppy merupakan penerimaan petani sebelum dikurangi biaya-biaya produksi. Penerimaan terdiri atas penerimaan tunai, penerimaan diperhitungkan (tidak tunai), dan penerimaan total. Penerimaan tunai pada produksi ikan hias guppy diperoleh dari nilai uang yang diterima dari hasil penjualan produksi, yaitu ikan hias guppy. Penerimaan tidak tunai adalah produk hasil usaha yang tidak dijual secara tunai. Sedangkan penerimaan total adalah penjumlahan antara penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai.

Biaya Produksi Ikan Hias Guppy di Kecamatan Parung

Pengeluaran atau biaya usahatani adalah semua biaya operasional yang meliputi pengeluaran tunai, penyusutan benda fisik, serta nilai tenaga kerja yang tidak dibayar. Biaya total dalam produksi ikan hias guppy terdiri atas biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dibayar dengan uang, seperti biaya sarana-sarana produksi yang digunakan selama proses produksi ikan hias guppy berlangsung. Komponen biaya tunai seperti pakan, obat-obatan, dan listrik. Pada penelitian ini tidak ada biaya tenaga kerja luar keluarga karena selama proses produksi berlangsung petani responden hanya menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Sedangkan biaya diperhitungkan adalah biaya yang tidak dikeluarkan tetapi dihitung secara ekonomi. Komponen biaya yang

diperhitungkan seperti sewa lahan milik sendiri, pakan yang dicari sendiri, tenaga kerja dalam keluarga, dan penyusutan peralatan.

Perhitungan penyusutan peralatan menggunakan metode garis lurus, yaitu membagi selisih antara nilai pembelian dengan nilai sisa dan kemudian dibagi dengan umur manfaat barang tersebut. Terdapat asumsi bahwa nilai sisa bernilai nol (tidak ada) karena barang tersebut habis terpakai hingga umur manfaatnya berakhir. Biaya penyusutan dapat dirumuskan pada Persamaan (8).

...(8)

Pendapatan Produksi Ikan Hias Guppy di Kecamatan Parung

Analisis pendapatan terdiri atas penerimaan (tunai dan diperhitungkan), biaya (tunai dan diperhitungkan), pendapatan atas biaya total, serta pendapatan atas biaya tunai. Pendapatan atas biaya total, yaitu penerimaan total dikurangi dengan biaya total. Pendapatan atas biaya tunai, yaitu penerimaan total dikurangi dengan biaya tunai. Dalam analisis pendapatan ini juga dilakukan untuk menganalisis return to capital dan return to family labour. Return to capital dan return to family labour dianalisis untuk mengetahui imbalan yang didapatkan bagi faktor-faktor produksi yang digunakan. Berikut ini adalah rumus dalam analisis pendapatan:

A. Penerimaan total, yaitu nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik dijual (tunai) atau tidak dijual (diperhitungkan)

B. Pengeluaran total usahatani, yaitu nilai semua masukan yang habis dipakai (tidak termasuk tenaga kerja keluarga) tunai dan diperhitungkan

C. Pendapatan bersih usahatani, yaitu selisih antara penerimaan total usahatani dengan pengeluaran total usahatani. C = A – B

D. Imbalan kepada seluruh modal, yaitu selisih antara pendapatan bersih usahatani dan nilai kerja keluarga. D = C – Nilai tenaga kerja keluarga

E. Return to capital, yaitu perbandingan antara imbalan kepada seluruh modal dengan jumlah modal yang dikeluarkan petani. E = D / modal

F. Return to family labour, yaitu selisih antara total penerimaan dengan modal petani yang telah dikurangi biaya tenaga kerja keluarga. Kemudian hasil tersebut dibagi dengan total tenaga kerja keluarga. F = (A – (modal petani – biaya TKDK)) / total TK

R/C Rasio Produksi Ikan Hias Guppy di Kecamatan Parung

Analisis R/C rasio digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan relatif dari kegiatan produksi ikan hias guppy atau indeks efisiensi usaha yang dilakukan. Analisis ini terbagi menjadi dua macam, yaitu (1) R/C rasio atas biaya tunai yang diperoleh dari hasil pembagian antara total penerimaan dengan total biaya tunai, dan (2) R/C rasio atas biaya total yang diperoleh dari hasil pembagian antara total penerimaan dengan total biaya. Secara matematis R/C rasio atas biaya tunai dapat dirumuskan pada Persamaan (9), sedangkan R/C rasio atas biaya total dirumuskan pada Persamaan (10).

...(10) Kegiatan usahatani dikategorikan menguntungkan jika memiliki nilai R/C rasio lebih besar dari satu, artinya setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada tambahan biaya. Secara sederhana kegiatan usahatani tersebut menguntungkan. Sebaliknya, kegiatan usahatani dikategorikan tidak menguntungkan jika memiliki nilai R/C rasio lebih kecil dari satu, yang artinya untuk setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih kecil daripada tambahan biaya (kegiatan usahatani merugikan). Sedangkan untuk kegiatan usahatani yang memiliki nilai R/C rasio sama dengan satu berarti kegiatan usahatani berada pada keuntungan normal.

Dokumen terkait