• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1 Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian dilakukan di BMT Dana Insani yang berlokasi di kabupaten Gunung Kidul propinsi Yogyakarta. Periode penelitian dilakukan pada bulan September-Oktober 2008. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan berbagai pertimbangan diantaranya adalah sejak berdirinya BMT tersebut mengalami pertumbuhan yang melaju dengan pesat sehingga telah mampu membuka beberapa kantor cabang pembantu untuk memudahkan pelayanan kepada nasabahnya.

4.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan metode wawancara. Dalam hal ini, informasi yang diperoleh langsung dari responden atau informan dengan cara tatap muka serta berbincang-bincang dan alat yang digunakan untuk mengumpulkan informasi adalah berupa kuisioner yang akan diberikan kepada responden yang merupakan anggota dari BMT tersebut yang telah mendapatkan pembiayaan. Kuisioner yang diberikan terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai identitas responden, kuisioner bagian kedua berisi pertanyaan-pertanyaan tentang karakteristik keragaan usaha dan juga faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan pembiayaan, dan kuisioner bagian tiga berisi tentang penilaian efektivitas penyaluran pembiayaan beserta dampak dari pembiayaan itu sendiri terhadap nasabah. Kuisioner bagian tiga terdiri dari 20 pertanyaan yang

43 didistribusikan masing-masing secara merata kepada responden, yang isinya menyangkut tahap pembiayaan yang meliputi pengajuan pembiayaan, penyaluran pembiayaan, pemanfaatan/penggunaan dana pembiayaan, pengembalian pembiayaan dan dampak pembiayaan terhadap nasabah.

Pengumpulan data tersebut dimaksudkan untuk menganalisis kegiatan pembiayaan dari BMT tersebut untuk menilai apakah sudah efektif atau belum. Penilaian ini berdasarkan persepsi para responden yang dengan ini adalah nasabah dari BMT itu sendiri dengan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pembiayaan di BMT dan dari faktor-faktor tersebut akan diketahui faktor-faktor mana yang sudah baik dan juga faktor-faktor mana yang perlu diperbaiki lagi.

4.3 Penentuan Data dan Sumber Data

Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder, sedangkan sifatnya adalah data kualitatif dan kuantitatif yang berkaitan dengan penelitian ini. Data primer didapatkan dari wawancara kepada pihak pengelola BMT dan penyebaran kuisioner kepada para responden. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai arsip dan administrasi BMT yang mendukung penelitian ini serta berbagai pustaka dan literatur-literatur yang juga mendukung untuk penulisan tugas akhir ini.

4.4 Metode Penentuan Responden

Pengambilan sampel dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Jumlah dari sampel yang diambil adalah 30 orang. Pengambilan sampel secara

44 sengaja ini dengan mempertimbangkan kemudahan dan juga keterwakilan dari seluruh nasabah BMT tersebut.

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantitatif. Sebelum diolah dan dianalisa, data terlebih dahulu dikelompokkan berdasarkan faktor-faktor penduga yang mempengaruhi pengambilan pembiayaan dan penilaian efektivitas pembiayaan. Kemudian melakukan skoring terhadap data agar data bisa digolongkan dan dikelompokkan dalam beberapa kategori jawaban. Cara penentuan total skor tiap katagori adalah:

Total Skor = Jumlah responden × Nilai skor tiap kategori

Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk uraian, gambar dan tabel. Pengolahan data dan analisis data untuk menjawab tujuan penelitian dilakukan dengan dua metode, yaitu:

a. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui apakah pembiayaan yang dilakukan pihak BMT telah efektif dalam pengelolaannya serta dampak yang ditimbulkan terhadap nasabah, baik dalam peningkatan usaha, pendapatan, penambahan jumlah asset, modal usaha, peningkatan kesejahteraan, serta pemenuhan kebutuhan hidup juga tanggungan keluarga. Analisis dilakukan dengan melakukan perbandingan kondisi sebelum pembiayaan dengan sesudah pembiayaan.

Data kualitatif yang diperoleh dari kuisioner diukur dengan skala Likert. Pemilihan penggunaan skala Likert dikarenakan skala ini dapat mengukur sikap

45 masyarakat terhadap masalah yang sedang diteliti. Jenjang skor yang digunakan yaitu tiga, ini mempertimbangkan karakteristik dari polpulasi nasabah yang memiliki kemungkinan berpendidikan rendah sehingga dapat membedakan pendapatnya dengan lebih tajam. Sedangkan skor yang diberikan ada tiga, yaitu skor tiga untuk responden yang menjawab meningkat, dua untuk yang menjawab tetap, dan satu untuk responden yang menjawab menurun.

Penilaian tanggapan responden terhadap tahapan-tahapan pembiayaan pada BMT serta dampaknya akan dibagi kepada empat kategori yaitu efektif, cukup efektif, kurang efektif dan tidak efektif. Pembagian skor penilaian digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan pada pengelolaan pembiayaannya dan juga dampak terhadap nasabah. Total skor untuk setiap prosedur adalah antara 120-360. Skor ini diperoleh dari pengalian skor terendah dan tertinggi dengan jumlah pertanyaan dalam setiap prosedur dan juga jumlah responden. Selang diperoleh dari selisih total skor tertinggi yang mungkin dibagi jumlah kategori jawaban kemudian dikurangi satu (Hidayat, 2004).

Selang = � � − � � � �

�� �

− 1

Kemudian diperoleh selang untuk setiap penilaian adalah 59. Kemudian dari selang tersebut akan diperoleh pengelompokan kategori beserta nilai skornya, yaitu:

1. Tidak efektif bila total skor antara 120-179 2. Kurang efektif bila total skor antara 180-239 3. Cukup efektif bila total skor antara 240-299 4. Efektif bila total skor antara 300-360

46 Setelah data diolah dan kemudian didapatkan skor-skor untuk penilaian, kemudian skor penilaian tersebut diinterpretasikan sehingga diketahui tahapan-tahapan pembiayaan serta dampaknya terhadap nasabah yang memiliki penilaian efektif, cukup efektif, kurang efektif dan tidak efektif. Dari penilaian tersebut bisa diberikan alternatif-alternatif untuk memperbaiki hal-hal yang masih dianggap kurang di BMT tersebut.

b. Analisis Kuantitatif

Data kuantitatif yang diperoleh dari responden penelitian kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode statistik guna memberikan dasar bertolak untuk menjelaskan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi jumlah pengambilan pembiayaan syariah oleh nasabah.

Analisis yang dilakukan menggunakan persamaan regresi linier berganda. Persamaan regresi linier berganda digunakan untuk menguji keterkaitan antara variabel bebas dan tidak bebas di dalam model yang kemudian akan diuraikan secara deskriptif. Penelitian ini dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan pembiayaan pada BMT dilakukan dengan melalui pendekatan fungsi permintaan dimana pembiayaan dipandang sebagai barang ekonomi (Hidayat, 2004).

Fungsinya dapat ditulis dalam bentuk matematis sebagai berikut:

Yi=f(X1, X2, X3,..., Xn)

Dimana Yi diasumsikan sebagai jumlah pembiayaan yang diambil nasabah, sedangkan X1, X2, X3,..., Xn adalah faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pengambilan pembiayaan. Penelitian ini dalam mengestimasi fungsi permintaan tersebut menggunakan model Cobb-Douglas. Model ini cocok

47 untuk mengestimasi fungsi produksi dan fungsi permintaan karena persamaan tersebut adalah fungsi paling logis dari fungsi permintaan dan bentuk aljabar fungsi ini dapat ditransformasikan menjadi sebuah hubungan linear dengan menggunakan logaritma sehingga dapat diestimasi dengan metode OLS (Hidayat, 2004). Model ini dapat ditulis dengan notasi Yule dengan cara sebagai berikut (Guzarati, 1978):

Yi = aX1b1X2b2...e

Persamaan ini dapat dinyatakan dengan lebih mudah dalam bentuk logaritma sebagai berikut:

lnYi = ao + b1 lnX1 + b2 lnX2 + bk lnXk + e

dimana : Y = peubah tidak bebas (dependent) X = peubah bebas (independent) b = koefisien persamaan

a0 = intercept

e = galat (peubah pengganggu)

Dalam penelitian ini faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pengambilan pembiayaan adalah sebagai berikut:

18. Jumlah karyawan adalah jumlah anggota pekerja usaha tersebut. Faktor diduga ini berimplikasi terhadap anggaran pembiayaan usaha.

19. Pengalaman usaha adalah lama seseorang dalam menjalankan usahanya tersebut. Semakin lama memiliki pengalaman usaha maka akan lebih memiliki kemampuan untuk memperhitungkan jumlah kebutuhan pembiayaan dalam menjalankan usahanya tersebut. Sehingga dapat memanfaatkan pembiayaan yang diberikan.

48 20. Penerimaan usaha perbulan adalah besar pemasukan yang diperoleh dari usaha tersebut setiap bulannya. Adalah suatu indikator dalam menilai kemampuan untuk membayar angsuran dari pembiayaan.

21. Skala usaha adalah besar kecilnya usaha yang dijalankan. Diukur dengan besar modal yang digunakan untuk menjalankan usaha tersebut. Semakin besar modal yang digunakan untuk menjalankan usah tersebut, maka semakin besar pula skala usaha tersebut.

22. Pengalaman pengambilan pembiayaan, adalah frekuensi nasabah dalam melakukan permohonan pembiayaan. Semakin tinggi frekuensi melakukan pinjaman maka akan semakin menimbulkan kepercayaan pihak BMT kepada nasabah.

23. Jangka waktu realisasi pembiyaan adalah rentang waktu pencairan pembiayaan dari awal permohonan sampai pemberian pembiayaan.

24. Jangka waktu angsuran, selang waktu yang diberikan oleh lembaga keuangan untuk mengangsur pengembalian pembiayaan. Semakin lama waktu yang diberikan oleh BMT untuk mengangsur maka akan memberikan keleluasaan nasabah dalam mengembalikan pembiayaan

25. Sektor usaha responden dibagi menjadi dua kategori yaitu sektor pertanian dan non sektor pertanian. Sektor pertanian yang dimaksud adalah sektor pertanian dalam arti luas, termasuk peternakan, kehutanan, dan perikanan.

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka faktor-faktor yang diduga mempengaruhi jumlah pengambilan pembiayaan secara matematis dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut:

49 lnYi = a0 + b1 lnJK + b2 lnPU + b3 lnPRU + b4 lnSU + b5 lnPPM + b6 lnJWR

+ b7 lnJW + cD + ei Dugaan nilai parameter:

b2, b3, b4, b6 > 0 dan b1, b5, b7, c> 0 Dimana:

lnYi = Jumlah pembiayaan yang diambil (Rp) lnJK = Jumlah karyawan (orang)

lnPU = Pengalaman usaha (tahun) lnPRU = Penerimaan usaha (Rp/bulan)

lnSU = Skala usaha dengan besar modal (Rp) lnPPM = Pengalaman pengambilan pembiayaan (kali) lnJWR = Jangka waktu realisasi (hari)

lnJW = Jangka waktu angsuran (bulan) D = Sektor usaha responden (dummy)

= 1, jika sektor pertanian = 0, jika non sektor pertanian e = galat (disturbance term) a0 = intercept

Untuk menentukan faktor yang berpengaruh nyata atau tidak berpengaruh nyata digunakan uji, sebagai berikut:

1. Pengujian serentak seluruh parameter dugaan (uji-F)

Statistik uji:

F

hitung = /( −1) �/( −1)

50 Dimana:

SSR = jumlah kuadrat regresi SSE = jumlah kuadrat residual

k = banyaknya parameter dugaan termasuk intercept

n = jumlah sampel Hipotesa:

H0 :seluruh variabel bebas dalam model tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas

H1 : ada sedikitnya satu variabel bebas dalam model berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas

Kriteria uji:

H0 ditolak apabila : Fhitung > Ftabel, derajat bebas tertentu H0 diterima apabila : Fhitung < Ftabel, derajat bebas tertentu 2. Pengujian parameter dugaan (uji-t)

Statistik uji:

t

hitung = � ( �)

Dimana:

bi = parameter dugaan

S(bi) = standar deviasi parameter bi

Hipotesa:

H0 :masing-masing variabel bebas dalam model tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas

H1 : masing-masing variabel bebas dalam model berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas

51 Kriteria uji:

H0 ditolak apabila : thitung > ttabel, derajat bebas tertentu H1 diterima apabila : thitung < ttabel, derajat bebas tertentu

3. Pengujian terhadap adanya masalah multikolinear, autokorelasi, dan heterokedastisitas.

Pengujian dilakukan multikolinear dengan melihat nilai Value Inflation Factor (VIF) yang diperoleh dari setiap variabel bebas yang diperoleh. Kemudian autokorelasi diuji dengan menggunakan uji Durbin-Watson yang dianalisa menggunakan software Minitab versi 14, dan heterokedastisitas diuji dengan menggunakan White Heteroskedasticity yaitu dengan cara melihat nilai probabilitas obs*R-squared-nya yang dianalisa dengan menggunakan software E-Views versi 4. Apabila nilai probabilitasnya lebih besar daripada taraf nyata yang digunakan dalam analisis maka hasil estimasi tersebut lolos dari adanya masalah heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika nilai probabilitasnya lebih kecil daripada taraf nyata yang digunakan maka hasil estimasi tersebut mempunyai masalah dengan heteroskedastisitas.

4. Pengujian kebaikan suatu model.

Pengujian dilakukan dengan melihat besarnya nilai koefisien determinasi (R2) yang bertujuan untuk mengetahui berapa jauh keragaman besarnya pembiayaan dapat diterangkan oleh variabel penjelas yang dipilih. Koefisien determinasi dirumuskan sebagai berikut:

2 = = 1−∑��

2

52 Dimana:

∑ei2

= Jumlah kuadrat unsur sisa (galat)

∑yi2

= Jumlah kuadrat total

Semakin besar nilai dari R2 berarti model yang dijelaskan akan semakin

baik dan eror yang ditimbulkan akan semakin kecil. Untuk taraf uji (α) yang

digunakan adalah 1 persen, 10 persen dan 15 persen.

4.6 Defenisi Operasional

1. Pembiayaan syariah adalah pola pembiayaan yang berdasarkan syariat Islam yang bebas bunga dan bebas dari riba.

2. Jumlah pembiayaan yang diambil nasabah adalah merupakan besarnya realisasi pembiyaan yang diberikan pihak BMT kepada nasabah (dalam satuan rupiah)

3. Jumlah tanggungan keluarga merupakan besarnya jiwa yang ditanggung oleh nasabah, baik anggota keluarga sendiri maupun anggota keluarga lain (orang) 4. Pengalaman usaha adalah lamanya nasabah dalam menjalankan usaha baik

sebelum maupun sesudah mendapat pembiayaan (tahun)

5. Penerimaan usaha keluarga adalah pendapatan yang diperoleh nasabah dari seluruh kegiatan usaha yang dijalankan dalam memanfaatkan pembiayaan dikurangi modal yang digunakan (Rp/bulan)

6. Skala usaha adalah ukuran besar atau kecilnya usaha yang dijalankan. Skala usaha diukur dengan modal yang digunakan pada usaha tersebut (rupiah) 7. Pengalaman pengambilan pembiayaan, adalah frekuensi nasabah dalam

53 8. Jangka waktu realisasi pembiyaan adalah rentang waktu pencairan

pembiayaan dari awal permohonan sampai pemberian pembiayaan.

9. Jangka waktu angsuran adalah selang waktu yang diberikan pihak BMT kepada nasabah untuk mengangsur dan melunasi pinjamannya yang lamanya telah disepakati bersama antara pihak BMT dan pihak nasabah (bulan)

10. Sektor usaha responden dibagi menjadi dua kategori yaitu sektor pertanian dan non sektor pertanian.

11. Tahap pengajuan pembiayaan adalah permohonan dari nasabah untuk mendapatkan pembiayaan dari BMT Dana Insani.

12. Tahap penyaluran pembiayaan adalah pencairan dana pembiayaan dari pihak BMT kepada nasabah yang besarnya disesuaikan dengan kesepakatan kedua belah pihak.

13. Tahap pengelolaan pembiayaan adalah kemampuan nasabah dalam memanfaatkan pembiayaan yang diberikan BMT.

14. Tahap pengembalian adalah kemampuan nasabah dalam mengangsur sejumlah pembiyaan yang dipinjamnya dari BMT. Pengembalian pinjaman ini dibatasi oleh jangka waktu angsuran yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

15. Dampak pembiayaan yang diberikan oleh BMT dilihat dari kondisi usaha, peningkatan pendapatan, peningkatan kesejahteraan, dan pemilikan asset.

Dokumen terkait