• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sentra industri pengolahan kerupuk petis di Desa Sijeruk Kabupaten Kendal dan tepatnya pada Perusahaan Abadi. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa produk kerupuk petis merupakan salah satu produk yang sedang dipromosikan sebagai makanan khas Kabupaten Kendal dan wilayah industri pengolahan kerupuk petis merupakan salah satu wilayah binaan Kabupaten Kendal yang dijadikan sebagai sentra penghasil kerupuk petis serta pada Perusahaan Abadi ini merupakan perusahaan yang terbesar di lingkungan sentra industri pengolahan kerupuk petis karena telah memiliki pabrik sendiri yang sudah terpisah dengan rumah pemilik. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2015.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diambil di lokasi penelitian yaitu Perusahaan Kerupuk Petis yang berada di kawasan sentra industri pengolahan kerupuk petis Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Data sekunder diperoleh dari studi literatur, Perpustakaan Lembaga Sumberdaya Informasi (LSI) IPB, Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Perdagangan, Badan Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Manajemen, dan informasi dari media internet.

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data primer diperoleh melalui wawancara langsung, pengisian kuisioner dan observasi lapang. Sumber data primer terdiri dari beberapa responden yang relevan memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti. Responden yang diwawancarai antara lain pemilik 8 pemilik perusahaan kerupuk petis, 3 karyawan perusahaan, 2 warga sekitar perusahaan dan pihak terkait seperti Dinas Koperasi dan UMKM serta Dinas Perdagangan Kabupaten Kendal untuk mendapatkan sumber data sekunder.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif disajikan dalam bentuk deskriptif mengenai aspek-aspek non finansial pada usaha pengolahan kerupuk petis yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi dan budaya serta aspek lingkungan. Sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis aspek finansial yang meliputi data penjualan, biaya-biaya operasional dan investasi yang diolah dengan

21 memanfaatkan program komputer Microsoft excel 2010 dan disajikan dalam bentuk tabulasi untuk dapat mempermudah pemahaman.

Analisis Kelayakan Non Finansial

Aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek lingkungan yang akan digunakan dalam analisis kelayakan usaha pengolahan kerupuk petis di Perusahaan Kerupuk Petis Cap Abadi.

1. Aspek Pasar

Aspek pasar merupakan urutan pertama dalam studi kelayakan. Analisis aspek pasar dilakukan secara deskriptif meliputi analisis permintaan, penawaran, analisis pesaing, serta bauran pemasaran. Usaha pengolahan kerupuk petis dikatakan layak bila terdapat potensi pasar dan peluang pasar yang dapat diraih oleh pengrajin kerupuk petis serta terpenuhinya bauran pemasaran seperti produk, harga, promosi, dan distribusi. Potensi pasar dapat diprediksi dari analisis jumlah pelanggan kerupuk petis, wilayah pemasarannya, serta bagaimana saluran distribusi dari peroduk kerupuk petis. Analisis pesaing digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari usaha yang dimiliki pesaing dari usaha sejenis.

2. Aspek Teknis

Aspek teknis meliputi pengoprasian dalam pendirian usaha pengolahan kerupuk petis. Usaha tersebut dapat dikatakan layak dalam aspek teknis bila lokasi perusahaan mampu mendukung kegiatan usaha dalam memperoleh laba, luas produksi sudah optimal, lokasi usaha yang mendukung, layout perusahaan yang sesuai sehingga mampu memperlancar proses produksi, pemilihan teknologi sudah tepat seperti pada pembuatan adonan, penjemuran, pemotongan serta pengemasan.

3. Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek manajemen dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan manajemen pada usaha pengolahan kerupuk petis seperti struktur organisasi, pembagian tugas, dan wewenang karyawan. Aspek manajemen dalam usaha pengolahan kerupuk petis dapat dikatakan layak bila pengelolaan sumberdaya manusia yang terdapat pada usaha tersebut telah dikelola dengan baik, kegiatan dilakukan sesuai dengan waktu yang diperkirakan, serta kesiapan tenaga kerja dalam menjalankan usaha tersebut.

Pada aspek hukum sebuah usaha pengolahan kerupuk layak dilaksanakan bila telah memiliki izin persetujuan lingkungan dari pihak Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), atau pihak Desa, izin dari Dinas Koperasi dan UMKM, dan Dinas Perdagangan Kabupaten Kendal.

4. Aspek Sosial, Budaya, dan Ekonomi

Usaha pengolahan kerupuk petis Perusahaan Kerupuk Cap Abadi dikatakan layak pada aspek sosial dan ekonomi bila mampu meningkatkan kesempatan kerja

22

atau pengurangan pengangguran, pendapatan masyarakat sekitar, serta pendapatan asli daerah Kabupaten Kendal, pendapatan pajak, dan meningkatkan aktivitas ekonomi. Selain itu, pendirian usaha pengolahan kerupuk petis ini juga diharapkan tidak bertentangan dengan budaya lingkungan sekitar yang memberikan dampak yang merugikan misalnya penjaminan mutu produk halal karena masyarakat sekitar umumnya beragama islam.

5. Aspek Lingkungan

Aspek ini mempelajari bagaimana pengaruh dari lingkungan alam sekitar apakah dengan adanya pabrik usaha pengolahan kerupuk petis ini menciptakan lingkungan semakin baik atau semakin rusak, misalnya dengan pengelolaan limbah cair perusahaan yang kurang baik sehingga dapat mencemari lingkungan sekitar yang menghasilkan eksternalitas negatif terhadap masyarakat seperti menimbulkan bau kurang sedap.

Analisis Kelayakan Finansial

Kriteria investasi yang digunakan yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PP). Dalam analisis kuantitatif dikaji untuk memperoleh data tentang finansial dalam usaha petis tersebut. Namun sebelum membahas lebih lanjut, perlu diketahui bahwa seluruh biaya dan manfaat harus dinilai-kinikan (diskonto) karena adanya pengaruh waktu terhadap nilai uang atau semua biaya dan manfaat yang akan datang (time value of money) dimana sejumlah uang yang ada saat ini akan lebih disukai dari pada sejumlah uang yang sama di masa yang akan datang (Nurmalina

et al, 2010) sehingga untuk dapat dibandingkan maka perlu mengkonversi nilai uang dengan dengan menggunakan discount factor (DF) yang besarnya mengikuti rumus :

�� = 1 (1 +�)�

dimana :

i = Discount rate (DR)

t = Tahun saat biaya dikeluarkan atau manfaat diperoleh

Dalam menghitung DF perlu diketahui nilai discount rate (DR). Biasanya nilai DR ini didasarkan pada tingkat bunga deposito atau bunga pinjaman maka besarnya DR tergantung pada bunga deposito atau bunga pinjaman bank apabila perusahaan tersebut meminjam dana usaha bank yang dituju. Kriteria investasi yang dapat digunakan antara lain yaitu NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Period. Net Present Value (NPV)

NPV adalah keuntungan yang diperoleh dari hasil selisih penerimaan (benefit) dan pengeluaran (cost) selama umur proyek tersebut. Ukuran ini bertujuan untuk menghasilkan alternatidf yang dipilih karena adanya kendala biaya modal dimana usaha ini memberikan NPV biaya yang sama atau NPV

23 penerimaan yang kurang lebih sama setiap tahunnya (Umar, 2001). Menurut Nurmalina et al. (2014) dapat dirumuskan sebagai berikut :

���= ���− �� (1 +�)�

� �=1 dimana :

Bt = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t i = Tingkat suku bunga/Discount Rate

t = Tahun (1,2,…,10) n = Umur ekonomis proyek

Kelayakan investasi berdasarkan metode NPV terdapat tiga kriteria, yaitu jika NPV lebih besar dari nol berarti usaha layak untuk dilakukan. Sebaliknya, jika nilai NPV kurang dari nol berarti usaha tidak layak untuk dilaksanakan. Apabila NPV sama dengan nol maka usaha tersebut dalam keadaan normal (tidak untuk dan tidak rugi).

Net Benefeit-Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C merupakan rasio antara total nilai sekarang dari penerimaan bersih yang bersifat positif dengan total nilai sekarang dari penerimaan bersih yang bersifat negatif. Secara matematis, rumus yang digunakan adalah

����/�= ∑ ��−�� (1+�)� � �=1 ∑ ��−�� (1+�)� � �=1 Keterangan :

Bt = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t i = Tingkat suku bunga (discount rate) t = Tahun (1,2,…,10)

n = Jumlah Tahun

Kriteria kelayakan investasi berdasarkan metode Net B/C terdapat tiga kriteria, yaitu jika Net B/C lebih besar dari satu berarti usaha layak untuk dilakukan. Sebaliknya, jika nilai Net B/C kurang dari satu berarti usaha tidak layak untuk dilaksanakan. Apabila Net B/C sama dengan satu maka usaha tersebut dalam keadaan normal (tidak untuk dan tidak rugi).

Internal Rate of Return (IRR)

IRR mengukur tingkat keuntungan internal atas investasi yang telah ditanam. Menurut Nurmalina et al. (2014), IRR menunjukkan tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol dengan satuan persentase. Dengan Perhitungan dapat dilakukan dengan metoda interpolasi di antara tingkat DR yang

24

lebih rendah (NPV positif) dengan tingkat DR yang lebih tinggi (NPV negatif). Rumus IRR yang digunakan adalah

���= �1+ ���1

���1−���2 (�2− �1)

Keterangan:

i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV1 = NPV positif

NPV2 = NPV negatif

Kriteria kelayakan berdasarkan IRR : (DR = discount rate) IRR > DR berarti usaha kerupuk petis layak

IRR < DR berarti usaha kerupuk petis tidak layak Payback Period (PP)

Kriteria ini mengukur jangka waktu dari pengembalian yang diharapkan atas modal/investasi yang telah ditanam. Menurut Nurmalina et al. (2014) metode ini merupakan metode pelengkap penilaian investasi. Rumus yah digunakan dalam payback periods adalah

��������������= 1 ��

Keterangan:

I = Jumlah Modal Investasi

Ab = Manfaat bersih yang dapat diperoleh setiap tahunnya

Semakin kecil nilai payback period, maka semakin cepat pengembalian yang diharapkan maka pendirian usaha kerupuk petis.

Analisis Titik Impas (Break even Point)

Titik impas menggambarkan bahwa saat itu jumlah hasil penjualan sama dengan jumlah biaya untuk memperoleh hasil tersebut. Laba akan diperoleh perusahaan apabila produksi serta penjualannya melampaui titik impas sedangkan perusahaan merugi apabila penjualannya masih berada di bawah titik impas (Kuswadi 2006). Secara matematis, titik impas atau BEP dalam unit dapat dirumuskan sebagai berikut :

BEP����= TFC P-AVC Keterangan :

P = Harga jual produk per unit (Price) TFC = Biaya total tetap (Total Fixed Cost)

25 Asumsi Dasar

Beberapa asumsi yang digunakan dalam analisis finansial adalah sebagai berikut :

1. Umur bisnis yang digunakan adalah 10 tahun. Periode ini ditetapkan berdasarkan pada umur ekonomis dari investasi bangunan yang digunakan untuk produksi kerupuk petis.

2. Produk kerupuk yang dianalisis adalah kerupuk petis ikan dan kerupuk petis udang.

3. Proses persiapan pabrik dilakukan selama 4 bulan sehingga penerimaan tahun pertama (tahun 2015) baru diperoleh perusahaan pada bulan ke lima. 4. Seluruh modal yang digunakan adalah modal sendiri dan bukan dari

pinjaman bank.

5. Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito Bank BRI pada bulan Maret 2015 yaitu 7 persen. Pemilihan ini didasarkan atas bank yang terdekat dengan pengusaha adalah BRI.

6. Harga seluruh input dan output yang digunakan dalam analisis ini bersumber dari hasil wawancara dan survey lapang yang dilakukan selama penelitian di Perusahaan Abadi.

7. Dalam satu tahun diasumsikan terdiri dari 12 bulan dan satu bulan diasumsikan terdiri dari 26 hari kerja. Pada lebaran Idul Fitri dan Idul Adha total libur kerja 7 hari.

8. Penentuan harga menggunakan harga yang berlaku pada periode pengambilan data pada bulan Februari 2015

9. Produk yang dihasilkan perusahaan adalah kerupuk petis ikan dan kerupuk petis udang dengan ukuran kemasan 250 gram dan 5 kilogram.

10. Dalam analisis finansial dibuat tiga skenario. Skenario pertama merupakan kondisi perusahaan menghasilkan kerupuk petis udang dan kerupuk petis ikan dengan proporsi masing masing 50 persen. Skenario kedua merupakan kondisi dimana seluruh kapasitas produksi hanya digunakan untuk menghasilkan kerupuk petis udang. Skenario ketiga merupakan kondisi dimana seluruh kapasitas produksi hanya digunakan untuk menghasilkan kerupuk petis ikan.

11. Harga jual kerupuk petis udang setiap 5 kilogram sebesar Rp 62 000 sedangkan kerupuk petis ikan Rp 50 000.

12. Peningkatan harga tepung tapioka berdasarkan data empiris sebesar 7.46 persen yakni dari Rp 335 000 menjadi Rp 360 000 per 50 kilogram.

13. Penurunan produksi kerupuk petis baik kerupuk petis ikan dan kerupuk petis udang pada musim hujan sebesar 20 persen yaitu 100 kilogram dari 500 kilogram kerupuk yang dihasilkan

14. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus yakni :

����������= �������������������� − �������������������

������������������

15. Pajak pendapatan yang digunakan berdasarkan Undang-Undang No. 46 Tahun 2013 pasal 2 dan 3, yaitu sebesar 1 % (karena memiliki peredaran

26

bruto tidak melebihi Rp 4 800 000 000 dalam satu tahun pajak) dan berlaku tetap hingga akhir usaha .

Dokumen terkait