• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan dilaksanakan di Desa Tapos I dan Desa Tapos II, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Kecamatan Tenjolaya berada pada kawasan Bogor bagian barat. Kecamatan Tenjolaya dipilih sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Tenjolaya dulunya merupakan bagian dari Kecamatan Ciampea yang merupakan lumbung padi bagi Kabupaten Bogor merupakan penyumbang padi dengan desa-desa penghasil padi terbanyak untuk tiap desa.

Pemilihan Desa Tapos I dan Desa Tapos II sebagai lokasi penelitian karena desa ini merupakan dua desa di Kecamatan Tenjolaya yang pertaniannya relatif maju namun masih terdapat petani yang relatif kurang maju. Dengan demikian, kondisi di desa ini diasumsikan dapat mewakili berbagai kondisi yang terjadi di lapang.

Desa Tapos I dan Tapos II dahulu merupakan bagian dari 19 desa di Kecamatan Ciampea yang merupakan kecamatan sentra padi terbesar di Kabupaten Bogor. Desa Tapos I dan Tapos II adalah desa penghasil padi terbesar diantara 19 desa-desa yang ada di Kecamatan Ciampea (Badan Pusat Statistik

Bogor, 2003a). Namun pada tahun 2004, pemerintah mencanangkan program

pemekaran daerah dan Kabupaten Bogor yang semula terdiri dari 35 Kecamatan, dimekarkan menjadi 40 Kecamatan. Kecamatan Ciampea di pecah menjadi dua kecamatan yakni menjadi Kecamatan Ciampea yang terdiri dari 13 desa dan

Kecamatan Tenjolaya yang terdiri dari 6 desa. Hingga penelitian ini dilaksanakan, Kecamatan Tenjolaya masih berumur 3 tahun sejak tahun 2004.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tapos I dan Desa Tapos II karena pada kedua desa ini ditemukan petani yang menggunakan sistem mina padi. Untuk itu, ingin dibandingkan pendapatannya dengan petani padi sawah yang tidak menggunakan sistem mina padi yang terdapat di dua desa ini.

Dahulu, dua desa ini merupakan satu desa yang dipecah yakni Desa Tapos yang dipecah menjadi Desa Tapos I dan Desa Tapos II. Diharapkan dengan menyatukan data kedua desa ini, faktor bias dapat dihindari. Penelitian lapangan dilaksanakan pada awal bulan Juli hingga awal bulan September 2007.

4.2. Teknik Pengambilan Contoh dan Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian dua tahap. Tahap pertama yaitu dalam pencarian data sekunder serta literatur dan tahap kedua yaitu pengambilan data primer melalui proses turun lapang, pengolahan dan analisis data perbandingan.

Unit-unit contoh dalam penelitian ini adalah petani padi sawah. Pemilihan

petani responden dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan menggunakan

sistem sampel stratifkasi sederhana (stratified sampling). Populasi petani dibagi

menjadi 2 populasi, yaitu berdasarkan sistem minapadi dan non minapadi. Kemudian dari masing-masing populasi tersebut diambil masing-masing 15 responden, sehingga total responden sebanyak 30 orang.

Data untuk penelitian ini dikumpulkan dari tingkat petani (tingkat primer) dan data sekunder, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung terhadap responden

(petani padi sawah) yang telah dipilih sebelumnya dengan menggunakan kuesioner.

Data primer yang dikumpulkan berupa data biaya yang meliputi biaya tunai dan biaya tidak tunai, produksi dan penerimaan dalam usahatani padi sawah dalam satu kali produksi, hasil produksi fisik dan nilai produksi dari usahatani padi serta data penggunaan input usahatani seperti benih, pupuk kimia dan pupuk kandang, obat pemberantas hama/pestisida dan tenaga kerja. Wawancara dilakukan pada seluruh responden secara satu-persatu, dan mengadakan pengamatan secara langsung keadaan usahatani yang dimiliki responden.

Sedangkan data sekunder digunakan untuk mendukung data primer. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi atau dinas serta media cetak yang berkaitan dengan masalah penelitian seperti Badan Pusat Statistik Jakarta, Badan Pusat Statistik Bogor, Kantor Kelurahan/Desa, Litbang, Kompas, Media Indonesia, informasi dan hasil penelitian serta tulisan yang berkaitan dengan penelitian.

4.3. Metode Analisis dan Pengolahan Data

Pengolahan dan analisis data disesuaikan dengan data yang tersedia dan tujuan yang hendak dicapai. Analisis yang dilakukan adalah analisis perbandingan biaya dan pendapatan (R/C rasio). Data yang diperoleh diolah dan disederhanakan

dengan bantuan kalkulator dan komputer dengan menggunakan Microsoft Excel

serta disajikan dalam bentuk tabulasi dan diuraikan secara deskriptif.

Penelitian ini membandingkan keadaan usahatani padi sawah menurut sistem mina padi dan sistem non mina padi dengan data usahatani pada musim

tanam pertama (Januari-April) 2007. Pada saat itu terjadi serangan hama secara serentak yang disebut hama merah yang menyerang areal sawah di Desa Tapos I dan Tapos II. Ciri-ciri tanaman yang terkena penyakit hama merah yakni daun padi menjadi berwarna merah, batang padi hijau kemerahan, penularannya cepat, disinyalir lewat air, menyerang serentak hanya untuk tanaman padi. Selain itu, dengan mempertimbangkan data yang di dapat lebih akurat karena petani lebih mengingat data yang baru saja terjadi, sehingga faktor bias dapat dihindari.

4.3.1. Analisis Biaya

Analisis ini digunakan untuk mengetahui biaya-biaya yang dikeluarkan dalam usahatani padi sawah berdasarkan sistem mina padi dan sistem non mina padi. Dalam analisis ini, biaya dibedakan jadi dua, yaitu Biaya Tunai dan Biaya Tidak Tunai.

Biaya Tunai meliputi biaya benih padi, benih ikan, pupuk kimia, pupuk kandang, pestisida kimia, sewa alat pertanian (semprotan yang disewa), tenaga kerja luar keluarga (sistem upahan dan bawon), tenaga kerja ternak, tenaga kerja mesin, biaya bagi hasil (sistem sakap), pajak lahan (petani milik) dan sewa lahan (sistem sewa).

Biaya Tidak Tunai meliputi biaya benih padi dan ikan yang dibuat sendiri, tenaga kerja ternak yang dimiliki sendiri dan tidak disewa di tempat lain, penyusutan alat pertanian, pupuk kandang, pakan ikan (dedak), penyusutan alat perikanan dan tenaga kerja dalam keluarga.

4.3.2. Analisis Pendapatan Usahatani

Analisis ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh sistem mina padi terhadap pendapatan usahatani padi sawah di Desa Tapos I dan Desa Tapos II, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Analisis pendapatan usahatani padi ini hanya dilakukan pada satu musim tanam, yaitu musim tanam pertama (Januari- April) 2007.

Pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran kotor usahatani, yang dapat dilihat dari persamaan dibawah ini:

P = TP - ( Bt + Btt )

Keterangan:

P = Pendapatan bersih usahatani (Rp)

TP = Total Penerimaan usahatani (Nilai Produksi) (Rp)

Bt = Biaya Tunai (Rp)

Btt = Biaya Tidak Tunai (Rp)

Penerimaan sering disebut pendapatan kotor usahatani (gross farm

income) dapat didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam waktu

tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Pendapatan kotor usahatani ini juga merupakan hasil kali jumlah fisik produk dengan harga jual di tingkat

petani. Pengeluaran total usahatani (total farm expenses) terdiri dari biaya tunai

4.3.3. Analisis Profitabilitas

Untuk mengukur efisiensi usahatani dan keberhasilan dari suatu usahatani,

dapat menggunakan analisis rasio pendapatan dan biaya (R/C rasio). Rasio

pendapatan dan biaya merupakan perbandingan antara total penerimaan yang diterima usahatani dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam proses produksi. Analisis pendapatan dibagi menjadi dua yakni analisis pendapatan atas biaya tunai

dan analisis pendapatan atas biaya total. Semakin besar nilai R/C rasio, yaitu

R/C≥1 maka semakin menguntungkan usahatani tersebut. Perhitungan R/C dapat

dirumuskan sebagai berikut:

TP

R/C = (atas biaya total)

BT

TP

R/C = (atas biaya tunai)

Bt

BT = Bt + Btt

Dimana:

TP = Total Penerimaan usahatani (Nilai Produksi) (Rp)

BT = Biaya Total (Rp)

Bt = Biaya Tunai (Rp)

Btt = Biaya Tidak Tunai (Rp)

4.4. Definisi Operasional

Untuk mengukur variabel-variabel yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, maka masing-masing variabel tersebut diberi batasan atau

dioperasionalisasikan, sehingga dapat diketahui dengan jelas indikator pengukurannya. Variabel-variabel yang dioperasionalisasikan tersebut adalah:

Responden adalah petani yang mengusahakan padi sawah, baik petani dengan sistem mina padi maupun sistem non mina padi.

Musim Tanam adalah periode atau waktu yang dihabiskan oleh petani mulai dari persiapan lahan, penanaman, penyiangan hingga proses pemanenan.

Usahatani Mina Padi adalah sistem usahatani dengan pemeliharaan ikan yang dilakukan bersama padi di sawah.

Usahatani non Mina Padi adalah sistem usahatani dengan memelihara padi di sawah tanpa memelihara ikan di sawah.

Modal adalah barang ekonomi berupa lahan, bangunan, alat-alat dan mesin, tanaman di lapangan, sarana produksi dan uang tunai yang digunakan untuk menghasilkan padi.

Tenaga Kerja adalah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi baik untuk persiapan bibit, pengolahan sawah, penanaman dan pemeliharaan, pemanenan dan pengangkutan. Tenaga kerja ini dibedakan manjadi tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga. Seluruh tenaga kerja disetarakan dengan Hari Orang Kerja (HOK) dengan lama kerja 6-8 jam kerja per hari. Tingkat upah berdasarkan pada tingkat

upah yang berlaku di daerah penelitian.

Produksi Total adalah hasil padi yang diperoleh dari luas tertentu, diukur dalam kilogram (Kg).

Biaya Tunai adalah besarnya nilai uang tunai yang dikeluarkan oleh petani untuk membeli benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja ternak, tenaga kerja mesin, sewa alat pertanian (semprotan), untuk biaya bagi hasil (sistem sakap), serta untuk membayar upah tenaga kerja luar keluarga, diukur dalam satuan rupiah.

Biaya Tidak Tunai adalah pengeluaran yang turut diperhitungkan sebagai biaya usahatani yang meliputi biaya benih yang dibuat sendiri, biaya penyusutan alat-alat pertanian dan perikanan, biaya sewa lahan untuk petani penyewa, pajak lahan dan upah tenaga kerja untuk keluarga berdasarkan tingkat upah yang berlaku di daerah penelitian, yang diukur dalam satuan rupiah.

Biaya Total merupakan penjumlahan dari biaya tunai dan biaya tidak tunai (biaya yang diperhitungkan) yang dikeluarkan dalam satu musim tanam. Besarnya biaya total diukur dalam satuan rupiah.

Penerimaan Usahatani merupakan nilai produksi yang diperoleh dari produk total dikalikan dengan harga jual di tingkat petani. Satuan yang dipakai adalah rupiah.

Pendapatan Usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan biaya usahatani.

Benih Padi adalah jumlah benih yang digunakan dalam usahatani dalam satu musim tanam dan diukur dalam satuan kilogram.

Benih ikan adalah jumlah benih ikan yang dipelihara di sawah bersama

dengan padi. Benih yang dipelihara dihitung dengan satuan ekor atau satuan takar gelas 200 ml.

Pakan ikan adalah jumlah pakan yang diberikan dalam proses produksi sistem mina padi seperti, dedak, pelet, dan sebagainya.

Pupuk kimia adalah jumlah pupuk anorganik yang digunakan dalam proses produksi usahatani padi sawah, seperti Urea, TSP, KCl, ZA, NPK dalam satu musim tanam dan diukur dalam satuan kilogram (Kg).

Pupuk Kandang ialah jumlah pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan.

Pupuk hijau atau hijauan muda adalah pupuk organik atau alami yang berasal dari tumbuhan hijau. Pupuk hijau umumnya berupa tanaman Leguminosa dan sering ditanam sebagai tanaman sela dan banyak mengandung N ( senyawa Nitrogen).

♣ Pestisida adalah jumlah pestisida yang digunakan dalam proses produksi dalam suatu musim tanam dan diukur dalam satuan liter.

Gedeng adalah satuan luas tanah berdasarkan kelas tanah yang terdapat di

desa penelitian. Tanah Kelas 1 memiliki luas 1000m2/Gedeng dengan ciri-

ciri memiliki tingkat kesuburan yang tinggi, permukaan yang rata, tidak berbatu, dan memiliki tekstur tanah yang seimbang. Tanah Kelas 2 memiliki

luas 1250m2/Gedeng dengan ciri-ciri memiliki tingkat kesuburan tanah

sedang, permukaan rata namun berbatu atau sebaliknya berundak-undak namun tak berbatu dan memiliki tekstur sedang. Tanah Kelas 3 memiliki

luas 1250m2/Gedeng dengan ciri-ciri memiliki tingkat kesuburan tanah

sedang, permukaan tanah berundak-undak atau terasering, lahan berbatu dan

tekstur tanah sedang. Tanah Kelas 4 memiliki luas 1250m2/Gedeng dengan

terasering, lahan berbatu, tekstur tanah sedang. Tanah Kelas 5 memiliki luas

1250m2/Gedeng dengan ciri-ciri memiliki tingkat kesuburan sangat rendah,

permukaan tanah terasering, lahan berbatu, tekstur tanah sedang hingga agak liat. Ketentuan diatas hanya berlaku di desa dan kecamatan penelitian.

♣ Kelas Tanah adalah penggolongan atau klasifikasi tanah berdasarkan kontur, tingkat kesuburan tanah dan kondisi tanah (berbatu atau tidaknya lahan).

Pola Tanam adalah pola pergiliran tanaman yang di tanam oleh petani diatas lahan yang sama dalam satu tahun pada umumnya (sejak tahun-tahun sebelumnya).

♣ Kamalir atau caren saluran yang dibuat di bagian paling dalam petakan sawah. Sering juga disebut parit sawah.

Dokumen terkait