• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.1 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis variabel, yaitu sebagai berikut:

1. Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variable lainnya atau variabel yang terikat oleh variabel lainnya. Sedangkan menurut Ferdinand (2006) variabel dependen adalah variabel yang menjadi pusat perhatian penelitian. Dalam penelitian ini, variable dependen yang dipakai adalah kebijakan hutang yang diwakili

dengan debtequity ratio (DER).

2. Variabel Independen

Menurut Ferninand (2006, h.26), “variabel independen adalah

variable yang mempengaruhi variabel dependen, baik yang

pengaruhnya positif maupun yang pengaruhnya negatif”. Variabel ini sering juga disebut sebagai variable bebas. Dalam penelitian ini variabel independen diwakili oleh blockholder ownership, struktur aktiva, ukuran perusahaan, dan pertumbuhan perusahaan.

3.1.2 Definisi Operasional

1) Kebijakan Hutang

Kebijakan hutang perusahaan adalah tindakan manajemen perusahaan yang akan mendanai operasional perusahaan dengan

menggunakan modal yang berasal dari hutang. Proxy kebijakan

hutang pada penelitian ini diukur dengan debt to equity ratio (DER)

yang dirumuskan sebagai berikut (Moh’d et al 1998): DER = debt

Equity

2) Blockholder Ownership

Menurut Wiliandri (2011), variabel ini diberi simbol (BLOCK) yaitu proporsi saham yang dimiliki blockholder pada akhir tahun yang diukur dalam %. Variabel ini menggambarkan tingkat kepemilikan saham oleh blockholder dalam suatu perusahaan. Kepemilikan blockholder dirumuskan sebagai berikut: (Wiliandri 2011):

Jumlah saham blockholders Block =

Total keseluruhan saham perusahaan 3) Struktur Aktiva

Besar kecilnya perusahaan sangat berpengaruh terhadap

struktur modal, terutama berkaitan dengan kemampuan

memperoleh pinjaman. Perusahaan besar yang telah

terdiversifikasi, lebih mudah untuk memasuki pasar modal, menerima penilaian kredit yang lebih tinggi dari bank komersial

untuk hutang hutang yang diterbitkan dan membayar tingkat bunga yang lebih rendah pada hutangnya. Salah satu alasannya perusahaan lebih mudah menerima pinjaman adalah karena nilai aktiva yang dijadikan jaminan lebih besar dan tingkat kepercayaan bank juga lebih tinggi.

Salah satu persyaratan mengajukan pinjaman adalah adanya aktiva tetap berwujud yang dapat dijaminkan sehingga semakin besar nilai aktiva tetap berwujud yang dimiliki ada kecenderungan semakin besar pinjaman yang dapat diperoleh. Struktur aktiva (Assets Tangibility) dalam penelitian ini, menggunakan rasio aktiva tetap dibagi dengan total aktiva, sebagai proxy dari struktur aktiva. Rasio ini juga digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh (Syamsudin 1985 dalam Mardiana 2005). Secara matematis proxy dapat diformulasikan sebagai berikut:

Fixed assets

Struktur Aktiva = X 100 %

Total assets

4) Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan (Firm Size), dalam penelitian ini menggunakan nilai buku dari total asset, sebagai proxy Firm Size. Rasio ini juga digunakan dalam penelitian oleh Paramu (2006). Mengingat nilai aktiva perusahaan yang besar, maka dalam proses penghitungan, nilai total aktiva dihitung dalam jutaan rupiah serta

ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma natural (Ln). Secara matematis proxy dapat diformulasikan sebagai berikut:

Ukuran Perusahaan = Ln. Total Aktiva

5) Pertumbuhan Perusahaan

Tingkat pertumbuhan (Growth), dalam penelitian ini menggunakan persentase perubahan pada total aktiva dari tahun (t-1) terhadap tahun sekarang (t), sebagai proxy. Persentase tingkat pertumbuhan ini juga digunakan sebagai proxy Growth dalam penelitian yang dilakukan oleh Yeniatie dan Destriana (2010) Secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut:

Pertumbuhan Perusahaan = Total asset (t) – Total asset (t-1) X 100 % Total asset (t-1)

Dimana :

Total asset (t) = Nilai total asset pada tahun bersangkutan

Total asset (t-1) = Nilai total asset satu tahun sebelum tahun yang bersangkutan

Untuk mempermudah pembahasan, ringkasan mengenai definisi operasional variabel dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1

Tabel Definisi Operasional dan Variabel

Variabel Definisi Operasional Rumus Satuan

Kebijakan Hutang (DER) Perbandingan antara hutang jangka panjang (debt)

dengan total ekuitas

akhir tahun (equity)

DER = debt

Equity

Rasio

Blockholder Ownership

Ratio antara saham yang dimiliki oleh

BLOCK = jumlah saham yang dimiliki

(BLOCK) blockholder perusahaan terhadap jumlah saham beredar Blockholder total saham beredar

Struktur Aktiva Ratio antara Fixed

asset dengan total asset Struktur Aktiva= Fixed assets X100% Total assets Rasio Ukuran Perusahaan (Size) Hasil logaritma natural dari total aktiva

Size = Ln Total Aktiva Rasio

Pertumbuhan Perusahaan

Persentase Nilai

total asset pada

tahun bersangkutan dikurangi Nilai total

asset satu tahun

sebelum tahun yang bersangkutan dibagi Nilai total asset satu tahun sebelum tahun yang bersangkutan

Pertumbuhan=

Total asset (t) – Total asset (t-1)

X100% Total asset (t-1)

Rasio

3.2 Teknik Penentuan Sampel

Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti karena itu dipandang sebagai sebuah semesta penelitian (Ferdinand, 2006). Penelitian ini populasinya adalah seluruh perusahaan Food & Beverages yang terdaftar dan

dipublikasikan di BEI dan dimuat dalam Indonesia Capital Market

Directory (ICMD) selama periode penelitian. Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan Food & Beverages yang berjumlah 18 perusahaan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dan tidak biasa,

karena antara bidang usaha yang satu dengan yang lain memiliki regulasi dan kebijakan yang berbeda.

Sampel adalah subset dari populasi, terdiri dari beberapa anggota populasi (Ferdinand, 2006: 223). Dalam penelitian ini menggunakan

metode purposive sampling dengan tujuan agar diperoleh sampel yang

representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan dalam penelitian, yaitu:

a. Perusahaan sampel merupakan perusahaan Food & Beverages yang

telah listing dan terdaftar di BEI periode 2008-2011.

b. Perusahaan sampel memiliki data keuangan yang lengkap selama

periode amatan yaitu tahun 2008-2011.

c. Perusahan sampel memiliki proporsi kepemilikan saham oleh para

blockholder ownership selama periode 2008-2011.

d. Perusahaan memiliki kebijakan hutang yang tercantum dalam dalam

laporan keuangan (ada tingkat hutang yang dilakukan oleh perusahaan) dan tidak menyajikan laporan keuangannya dalam mata uang asing

Berdasarkan kriteria sampel maka diperoleh jumlah sampel yang memenuhi kriteria sebanyak 15 perusahaan yang disajikan dalam tabel 3.2 sebagai berikut:

Tabel 3.2

Daftar Per usahaan Sampel

No. Nama Perusahaan Kode perusahaan

1. PT Akasha WiraInternational ADES

3. PT Cahaya Kalbar CEKA

4. PT DavomasAbadi DAVO

5. PT Delta Djakarta DLTA

6. PT Fast Food Indonesia FAST

7. PT Indofood Sukses Makmur INDF

8. PT Mayora Indah MYOR

9. PT Prasidha Aneka Niaga PSDN

10. PT. Nipon Indosari Corpindo ROTI

11. PT Sekar Laut SKLT

12. PT Sinar Mas Agro Resources And Technology SMAR

13. PT Siantar Top STTP

14. PT Tunas Baru Lampung TBLA

15. PT Ultra Jaya Milk ULTJ

Total 15

Sumber : ICMD (Indonesia Capital Market Directory) 2008, 2009, 2010, 2011,

2012

3.3 Teknik Pengumpulan Data

3.3.1 J enis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder karena penggunaan data sekunder dalam penelitian sudah lazim digunakan dan data sekuder mudah diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan perusahaan Food & Beverages dalam sampel yang terdaftar dan dipublikasikan di BEI dan dimuat dalam ICMD tahun

2008-antara time series dan cross section data dan secara spesifik disebut panel data karena mengamati sampel dalam serial periode waktu (Gujarati, 1999).

3.3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari laporan keuangan masing-masing perusahaan Food & Beverages dalam sampel yang terdaftar dan dipublikasikan di BEI dan dimuat dalam ICMD tahun 2008-2011. Selain itu juga digunakan metode studi pustaka yang diperoleh dari buku, literatur, jurnal, terbitan-terbitan lainnya serta pencarian pada internet yang relevan dengan masalah yang diteliti.

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.4.1 Uji Asumsi Klasik 3.4.1.1 Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2006), uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah apabila keduanya mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat tabel histogram

dan penyebaran data (titik) pada sumber dari grafik normal probability

berdistribusi normal. Untuk megetahui apakah suatu data tersebut normal atau tidak secara statistik maka dilakukan uji statistic menurut Kolmogorov-Smirnov satu arah atau analisis grafis. Uji Kolmogorov- Smirnov dua arah menggunakan kepercayaan 5 persen. Dasar pengambilan keputusan normal atau tidaknya data yang akan diolah adalah sebgai berikut:

a. Apabila hasil signifikansi lebih besar (>) dari 0,05 maka data terdistribusi normal.

b. Apabila hasil signifikansi lebih kecil (<) dari 0,05 maka data tersebut tidak terdistribusi secara normal.

3.4.1.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variable independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Ortogonal yang dimaksud adalah variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2005:91).

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi adalah sebagai berikut (Ghozali, 2005:91):

a. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.

b. Menganalisis matriks korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variable independen terdapat nilai korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas.

c. Mengamati nilai tolerance dan VIF. Tolerance mengukur variabilitas

variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variable

independen lainnya. Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF

yang tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai

untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah apabila nilai

tolerance < 0,1 atau sama dengan nilai VIF > 10.

3.5.1.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi

linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi

korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi (Ghozali, 2005:95). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut

waktu (time series). Untuk mendeteksi gejala autokorelasi kita

hitung (d) dan nilai DW tabel (dl dan du). Hipotesis yang akan diuji adalah:

H0 : tidak ada autokorelasi (r = 0) HA : ada autokorelasi (r ≠ 0)

Menurut Ghozali (2005), pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Pengambilan Keputusan Autokor elasi

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi positif dan negative Tolak No decision Tolak No decision Tidak ditolak 0 < d < dl dl ≤ d ≤ du 4-dl < d < 4 4-du ≤ d ≤ 4-dl du < d < 4-du Sumber: Ghozali (2005) 3.4.1.4 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain (Ghozali, 2006). Jika variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika beda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas.

Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID), ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot antara ZPRED dan SRESID di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual. Dasar analisisnya adalah sebagai berikut :

1. Jika ada pola tertentu,seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik yang menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji Heterokedastisitas dapat juga dilakukan dengan menggunakan uji glejser yang mewajibkan tingkat signifikansi diatas 5% untuk menandakan bebas heterokedastisitas.

3.4.2 Analisis Regr esi Berganda

Secara umum, analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen, dengan tujuan untuk mengestimasi dan/atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Ghozali, 2005).

Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui signifikan tidaknya pengaruh variabel Blockholder ownership, struktur aktiva,

ukuran perusahaan dan dan pertumbuhan perusahaan terhadap variabel terikat kebijakan hutang.

Teknik estimasi variabel dependen yang melandasi analisis regresi

disebut pangkat kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Squares) (Ghozali,

2005). Model persamaan regresi berganda yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + ε Dimana: Y = kebijakan hutang X1 = blockholder ownership X2 = struktur aktiva X3 = ukuran perusahaan X4 = pertumbuhan perusahaan β1, β2, β3, β4 = koefisien regresi α = konstanta ε = e

3.4.3 Uji Koefisien Deter minasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2005:83). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen hampir memberikan

semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

Penggunaan koefisien determinasi (R2) memiliki kelemahan yakni

timbulnya bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap terjadi penambahan satu variabel independen, maka

R2 akan mengalami peningkatan pula tanpa memperdulikan variabel

tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen atau tidak. Oleh sebab itu, banyak peneliti menganjurkan untuk lebih

menggunakan nilai Adjusted R2 untuk mengevaluasi mana model regresi

terbaik. Nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model.

3.4.4 Uji Hipotesis

3.4.4.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variable independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2005).

Nilai F dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Augusty Ferdiand, 2006):

R2

F = k

(1-R2) (n-k-1)

Keterangan : R2 = R square n = jumlah sampel k = jumlah variabel

Selain itu pengujian juga dapat dilakukan melalui pengamatan signifikansi F pada tingkat α yang digunakan (penelitian ini menggunakan tingkat α sebesar 5%). Sehingga analisis ini didasarkan pada perbandingan antara nilai signifikan F dengan nilai signifikansi 0,05 dimana syarat-syaratnya adalah sebagai berikut:

a. Jika signifikansi F < 0,05 maka H0 ditolak, artinya semua variable independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variable dependen.

b. Jika signifikansi F > 0,05 maka H0 diterima, artinya semua variable independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

3.4.34.2 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statistika t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi

variable dependen (Ghozali, 2005:84). Pengujian dengan uji t atau t test

yaitu membandingkan antara t hitung dengan t tabel. Uji ini dilakukan dengan syarat sebagai berikut:

a. Jika t hitung < t tabel maka H0 diterima, artinya variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

b. Jika t hitung > t tabel maka H0 diolah, artinya variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Pengujian signifikan t juga dapat dilakukan melalui pengamatan signifikansi t pada tingkat α yang digunakan (penelitian ini menggunakan tingkat α sebesar 5%). Analisis didasarkan pada perbandingan antara nilai signifikansi t dengan nilai signifikansi 0,05 dimana syarat-syaratnya adalah:

a. Jika signifikansi t < 0,05 maka H0 ditolak, artinya variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

b. Jika signifikansi t > 0,05 maka H0 diterima, artinya variable independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Selain itu nilai t juga dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut (Augusty Ferdinand, 2006):

t = koefisien b

Dokumen terkait