• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di pabrik kelapa sawit Batu Ampar – PT SMART Tbk, yang secara administratif berlokasi di Desa Serongga, Kecamatan Kelumpang Hilir, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan. PKS Batu Ampar mulai beroperasi pada tahun 2000 dengan kapasitas olah 60 ton TBS/jam yang akan menghasilkan produk berupa CPO (crude palm oil) dan PK (palm kernel).Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 20 bulan, dimulai pada bulan April 2013 sampai dengan November 2014. Kegiatan penelitian meliputi tahap penyusunan proposal penelitian, pengumpulan dan analisis data sampai dengan ujian tesis pascasarjana. Pengumpulan data dan observasi lapangan mengenai kondisi pengelolaan lingkungan PKS Batu dilakukan secara bertahap pada bulan Juni 2013 dan Maret 2014 dengan sumber data tahun 2013 dan 2014.

Lokasi Penelitian

Bahan dan Alat

Bahan penelitian ini bersumber dari data yang dikumpulkan melalui departemen environment health & safety (EHS) PT SMART Tbk dan bagian operasional kegiatan pabrik kelapa sawit Batu Ampar yang dilengkapi dengan studi literatur dari berbagai sumber referensi.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kamera digital untuk dokumentasi, check list persyaratan Indonesian sustainability palm oil, dan komputer/laptop beserta perlengkapannya untuk analisis dan pengolahan data. Indikator terkait pengelolaan lingkungan dalam ISPO yang akan dievaluasi pada penelitian ini berjumlah 38 indikator yang terdiri dari 6 indikator pada prinsip 1, 18 indikator pada prinsip 2, 13 indikator pada prinsip 3 , dan 1 indikator pada prinsip 7.

Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik sebagai berikut :

1. Data Primer dikumpulkan melalui observasi lapangan yang dilakukan dengan cara pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala, peristiwa dan aspek-aspek yang diteliti di lokasi penelitian dan melakukan wawancara secara langsung dengan pihak yang berkompeten atau berwenang terkait masalah yang diteliti ;

2. Data sekunder dikumpulkan dengan mengkaji pemenuhan dokumen dan data rekaman hasil kegiatan pengelolaan serta pemantauan lingkungan. Pengumpulan data juga dilengkapi dokumentasi selama kegiatan penelitian dengan mengambil gambar/ foto-foto mengenai kondisi pengelolaan lingkungan perusahaan.

Selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis data secara deskriptif melalui evaluasi kinerja pengelolaan lingkungan berdasarkan persyaratan ISPO serta melakukan identifikasi dan analisis permasalahan pengelolaan lingkungan PKS Batu Ampar.

Rumusan optimalisasi untuk perbaikan kinerja lingkungan disusun sesuai dengan persyaratan ISPO dengan menggunakan metode SWOT (Strength, weaknesses, opportunities and threats) yaitu instrumen perencanaan strategis dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan, kelemahan, kesempatan eksternal dan ancaman. Menurut Rangkuti (2006), proses pembuatan analisis SWOT terdiri dari beberapa tahapan yaitu :

1. Tahap pengambilan data, yaitu evaluasi faktor internal dan eksternal. 2. Tahap analisis, yaitu pembuatan matriks internal eksternal SWOT 3. Tahap pengambilan keputusan.

Analisis terhadap faktor internal dan eksternal dapat dilakukan dengan mengunakan matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dengan merinci seluruh kekuatan dan kelemahan serta matriks EFE (External Factor Evaluation) untuk menampilkan seluruh peluang dan ancaman. Skala peringkat untuk matriks IFE : 1=sangat lemah, 2=lemah, 3=kuat, 4=sangat kuat. Sedangan untuk matriks EFE : 1=rendah, 2=sedang, 3=tinggi, 4=sangat tinggi (Rangkuti 2006).

Data yang telah diperoleh dianalisis secara kuantitaif melalui perhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce and Robinson (1998) agar

diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya. Terdapat tiga tahap perhitungan yang dilakukan, yaitu:

1. Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) serta jumlah total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor SWOT. Skor adalah penilaian yang diberikan untuk kondisi atau keadaan yang sudah berjalan dalam organisasi atau perusahaan. Bobot merupakan persentase pentingnya suatu variabel atau indikator dalam sebuah organisasi atau perusahaan. Total bobot masing-masing analisa adalah 100 atau 1.Bobot dapat ditentukan oleh Top Manageratau kelompok manajer yang berdiskusi dalam penentuan bobotnya. 2. Melakukan pengurangan jumlah total faktor S dengan W (d) dan faktor O

dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y) menjadi nilai atau titik pada sumbu Y.

3. Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran SWOT. Contoh matriks kuadran SWOT disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Matriks Kuadran SWOT

Berikut adalah penjelasan mengenai matriks kudaran SWOT yang disajikan pada Gambar 2:

1. Kuadran I (positif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi strategi yang diberikan adalah progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.

2. Kuadran II (positif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah diversifikasi strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenanya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.

3. Kuadran III (negatif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah ubah strategi, artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.

4. Kuadran IV (negatif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah strategi bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk meenggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.

Setelah melakukan klasifikasi terhadap berbagai kemungkinan dari faktor internal dan eksternal, maka digunakan matriks SWOT untuk mempermudah dalam pengambilan keputusan. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan.

Matriks SWOT dapat menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategi yakni strategi SO(strengths opportunities), strategi WO(weakness opportunities), strategi ST (strengths threats), dan strategi WT (weakness threats). Penjelasan mengenai 4 strategi tersebut yaitu:

1. Strategi SO merupakan strategi yang menggunakan seluruh kekuatan untuk mengambil keuntungan dari adanya kesempatan dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi WO merupakan strategi yang didasarkan pada pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan dan mengatasi kelemahan.

3. Strategi ST adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari dan mengatasi ancaman.

4. Strategi WT ditetapkan berdasarkan kegiatan yang bersifat defensif dengan meminimalisir kelemahan dan menghindari ancaman.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Semakin meningkatnya kegiatan industri akan menimbulkan dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan sehingga memerlukan upaya pengendalian dan pengelolaan lingkungan. Menurut Hardjosoemantri (1993) kerusakan-kerusakan lingkungan yang terjadi akibat pembangunan harus diatasi dengan melakukan pengelolaan lingkungan.

Interaksi antara unsur-unsur dalam lingkungan hidup dapat menyebabkan masalah lingkungan bila tidak dikelola secara benar. Soemarwoto (1999) mengemukakan bahwa masalah lingkungan adalah perubahan dalam lingkungan hidup yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menyebabkan dampak negatif bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia.

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup merupakan upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup

yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum (Undang-Undang No. 32 Tahun 2009).

Pabrik kelapa sawit menghasilkan banyak produk samping dan air limbah dalam jumlah besar yang mungkin memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan jika tidak dikelola dengan benar. Pengelolaan lingkungan dengan pendekatan ekosistem industri untuk industri CPO dapat dilakukan melalui upaya penggunaan kembali(reuse)dan daur ulang(recycle)melalui pemanfaatan limbah padat dan cair serta manajemen energi yang tepat. Hal ini bertujuan untuk mencapai pembuangan polutan yang hampir nihil. Pendekatan seperti itu dapat berkontribusi dalam transformasi pabrik kelapa sawit menjadi kegiatan industri yang lebih ramah lingkungan. (Chavalparitet al.2006)

Kegiatan pengelolaan lingkungan tidak hanya dilakukan untuk memenuhi peraturan yang berlaku, namun diperlukan optimalisasi kinerja pengelolaan lingkungan untuk peningkatan secara terus menerus. Salah satu upaya yang dapat dilakukan ialah dengan penerapan inovasi yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan sesuai dengan persyaratan yang tercantum pada prinsip 7 indonesian sustainable palm oil yang menyebutkan bahwa pengelola perkebunan dan pabrik harus terus menerus meningkatkan kinerja (sosial, ekonomi dan lingkungan) dengan mengembangkan dan mengimplementasikan rencana aksi yang mendukung peningkatan produksi berkelanjutan.

Indikator yang harus dipenuhi ialah tersedianya rekaman hasil penerapan perbaikan/ peningkatan yang dilakukan. Dalam penelitian ini, hanya akan dibahas mengenai peningkatan kinerja pengelolaan lingkungan sesuai persyaratan ISPO yang sejalan dengan prinsip sistem manajemen lingkungan yang telah diterapkan PKS Batu Ampar.

Pabrik kelapa sawit Batu Ampar telah memenuhi indikator pada prinsip 7 yang ditunjukkan dengan adanya beberapa inovasi hasil kajian dari staff operasional pabrik yang telah direview dan setujui manajemen. Beberapa inovasi yang masih diimplementasikan diantaranya : Metode efektif penghematan penggunaan bahan kimia (CaCO3) dengan mengurangi operasioanal line claybath dari 2 line menjadi 1 line, Upaya penanganan larutan CaCO3 ex claybath dengan membangun kolam trap untuk memisahkan sisa padatan dengan larutan ex claybath.

Perusahaan juga memiliki laporan kemajuan penerapan inovasi tersebut. Pabrik kelapa sawit Batu Ampar melakukan perbaikan terus menerus dengan menyusun rencana aksi setiap temuan terkait pengeloloaan lingkungan (pengawasan Instansi LH, PROPER, RSPO, ISCC). Salah satu inovasi yang akan diterapkan tahun 2014 diantaranya pengerukan solid kolam IPAL dengan submersible pump untuk meningkatkan kinerja instalasi pengolahan air limbah. Beberapa rumusan optimalisasi kinerja pengelolaan lingkungan di PKS Batu Ampar yang mengacu pada persyaratan ISPO dan prinsip dalam sistem manajemen lingkungan akan diuraikan secara lebih rinci dalam subbab analisis SWOT rumusan optimalisasi kinerja pengelolaan lingkungan.

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

PKS Batu Ampar berlokasi di Desa Serongga, Kecamatan Kelumpang Hilir, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Pabrik ini mulai beroperasi

sejak Oktober tahun 2000 dan memiliki kapasitas olah 60 ton TBS/jam, dengan kapasitas maksimum mencapai 62.94 ton TBS/jam. Produk yang dihasilkan berupa CPO(crude palm oil)dan PK (palm kernel).

Pabrik kelapa sawit Batu Ampar memiliki komitmen terhadap pembangunan industri kelapa sawit berkelanjutan. Hal ini diwujudkan dengan menerapkan standar rountable on sustainable palm oil (RSPO) dan international sustainability & carbon certification (ISCC). Saat ini PKS Batu Ampar sedang dalam proses penilaian untuk mendapatkan sertifikatIndonesian sustainable palm oil (ISPO) dan telah memenuhi syarat untuk dinilai karena perkebunan Batu Ampar memiliki predikat kelas II dari hasil penilaian kelas kebun. Pelaksanaan audit ISPO oleh lembaga yang ditunjuk untuk proses sertifikasi di perkebunan dan PKS Batu Ampar direncanakan pada akhir tahun 2014. PKS Batu Ampar juga sudah menerapkan sistem manajemen lingkungan sejak tahun 2006 dan telah memperoleh sertifikat ISO 14001:2004 yang pertama pada tanggal 23 April 2007. Audit resertifikasi telah dilakukan tahun 2010 dan 2013 oleh lembaga sertifikasi eksternal.

Salah satu upaya dalam memenuhi peraturan perundang-undangan mengenai pengelolaan lingkungan, PKS Batu Ampar telah mengikuti penilaian peringkat kinerja perusahaan terhadap pengelolaan lingkungan (PROPER) dari Kementerian Lingkungan Hidup sejak tahun 2003. Pada periode 2011/2012 dan 2012/2013, PT SMART Tbk mendapatkan penghargaan dengan peringkat hijau, artinya perusahaan telah taat dalam kegiatan pengelolaan lingkungan bahkan memilki komitmen dan upaya pengelolaan lebih dari yang dipersyaratkan.

Komitmen perusahaan khususnya dalam bidang pengelolaan lingkungan dan perlindungan keanekaragaman hayati diwujudkan juga dalam kegiatan operasional perusahaan. Adapun beberapa tujuan yang diimplementasikan dalam program pengelolaan lingkungan selama tahun 2008-2013, antara lain : mengurangi oil losses untuk efisiensi pengolahan bahan baku TBS; meningkatkan efisiensi penggunaan air; menghemat pemakaian bahan bakar solar untuk diesel generator; menghindari tumpahan abu dust collector dan abu dust conveyor, tumpahan abu sisa pembakaran, serta buangan dari korek abu boiler masuk ke dalam parit buangan pabrik; meningkatkan efisiensi penggunaan untreated water; mencegah pencemaran air akibat resiko luapan kolam limbah, ceceran kolam limbah, dan kebocoran tanggul kolam limbah; menghemat pemakaian air bersih untuk pembuatan aquades, pendingin soxhlet, VFA test, dan pencucian gelas di laboratorium; mencegah resiko tumpahan limbah B3 dari TPS limbah B3; menghemat pemakaian bahan kimia, air, dan energi listrik di water treatment plant; mencegah terjadinya pencemaran ke badan air akibat air pencucian pabrik; dan mengurangi pencemaran udara (Green House Gas) akibat proses fermentasi kolam limbah.

Pemenuhan persyaratan indonesian sustainable palm oil tidak lepas dari kelengkapan dokumen legalitas perusahaan terkait sistem perizinan dan manajemen perkebunan. Adapun ketentuan yang tercantum dalam kriteria 1.1 ISPO yaitu pengelola perkebunan harus memperoleh perizinan serta sertifikat tanah, kriteria 1.6 yaitu perkebunan kelapa sawit yang dikelola harus mempunyai bentuk badan hukum yang jelas sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan kriteria 1.8 yaitu rekaman rencana dan realisasi pemanfaatan lahan serta kapasitas pabrik.

Berdasarkan dokumen hak guna bangunan, jumlah patok batas HGB (patok Badan Pertanahan Nasional) PKS Batu Ampar berjumlah 10. Untuk memastikan kondisi patok terpelihara dan lengkap, perusahaan memiliki program dan realisasi pemeliharaan patok tanda batas yang dijadwalkan setiap 3 bulan sekali. Berdasarkan hasil pengecekan di lapangan, kondisi patok HGB nomor 3 dan 4 dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Kondisi Patok HGB PT SMART Tbk

Rekaman realisasi produksi PKS Batu Ampar menunjukkan bahwa perusahaan memiliki ketersediaan bahan baku yang memadai sehingga dapat menghasilkan produksi yang berkelanjutan sesuai dengan rencana dan ketentuan dalam izin perluasan. Rincian mengenai data bahan baku dan produksi PKS Batu Ampar selama tahun 2013 ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Data Produksi PKS Batu Ampar Tahun 2013

Bulan TBS (Ton) CPO (Ton) Kernel (Ton) Jam Operasi Kapasitas

(Ton/Jam) Januari 29,832.97 6,897.35 1,545.36 507.69 58.76 Februari 22,891.56 5,198.89 1,245.90 367.64 62.27 Maret 23,087.23 5,201.46 1,312.88 361.52 63.86 April 23,401.11 5,240.40 1,361.32 433.10 54.03 Mei 20,920.52 4,650.18 1,126.99 358.75 58.32 Juni 20,832.45 4,694.86 1,173.66 329.32 63.26 Juli 18,963.93 4,072.63 1,036.18 292.60 64.81 Agustus 17,107.37 3,778.80 927.83 260.48 65.68 September 20,370.03 4,309.29 1,222.17 306.14 66.54 Oktober 27,718.42 6,406.64 1,644.24 412.72 67.16 November 28,484.78 6,415.25 1,731.53 431.54 66.01 Desember 25,755.11 5,720.97 1,519.10 377.24 68.27 Total 279,365.48 62,586.73 15,847.16 4,438.74 62.94

Sumber : diolah dari PKS Batu Ampar. (2013)

Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil rata-rata pencapaian produksi PKS Batu Ampar pada tahun 2013 yaitu 62.94 ton TBS/Jam dengan jumlah produksi CPO sebesar 62 586.73 ton dan inti sawit sebesar 15 847.16 ton. Realisasi produksi ini masih sesuai dan tidak melebihi rencana kapasitas produksi terpasang yang

tercantum dalam izin perluasan yaitu 80 000 ton CPO/tahun dan 20 000 ton inti sawit/tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu memenuhi kebutuhan bahan baku untuk produksi yang berkelanjutan.

Tabel 3 akan menyajikan ringkasan hasil evaluasi mengenai sitem perizinan dan manajemen PKS Batu Ampar.

Tabel 3 Hasil Evaluasi Sistem Perizinan dan Manajemen PKS Batu Ampar

Indikator ISPO Kondisi PKS Batu Ampar

Kriteria 1.1

1. Telah memiliki Izin Lokasi dari pejabat yang berwenang kecuali kebun-kebun konversi hak barat (erfpahct);

Memiliki izin lokasi yang diterbitkan oleh Bupati Kotabaru untuk keperluan pabrik. SK Izin Lokasi No. 04 tahun 1999, tanggal 12 Juli dengan luas 30 ha

2. Telah memiliki perizinan yang sesuai seperti : IUP, IUP-B, IUP -P, SPUP, ITUP, Izin/ Persetujuan Prinsip;

Perkebunan PT Tapian Nadenggan memiliki IUP berdasarkan keputusuan Bupati Kotabaru Nomor 188.45/248/KUM/2011 yang ditetapkan tanggal 11 Oktober 2011

3. Telah memiliki hak atas

tanah/dalam proses, sertifikat yang sesuai, seperti : HGU, HGB, Hak Pakai (HP), atau konversi hak barat (erfpahct).

PKS Batu Ampar memiliki SK HGB No.03 thn. 2000 Luas 12.8170 ha dan HGB No.04 thn. 2000 Luas 14.1956 ha.

Kriteria 1.6

1. Telah memiliki dokumen yang

sah tentang bentuk badan

hukum berbentuk akta notaris yang disahkan oleh Menteri

Hukum dan Hak Asasi

Manusia

Akte pendirian perusahaan notaris Linda Herawati SH, No. 60 tangal 29 Juni 2001. Pengesahan Menteri Kehakiman : C - 03701. 01. 04. TH 2001

Kriteria 1.8

1. Rekaman rencana dan realisasi

pemanfaatan lahan (HGU,

HGB, HP, dll)

Memiliki SK HGB No.03 thn. 2000 Luas 12.8170 ha dan HGB No.04 thn. 2000 Luas 14.1956 ha. Realisasi luas areal pabrik sesuai HGB.

2. Rekaman rencana dan realisasi kapasitas pabrik kelapa sawit.

Kapasitas olah 60 ton TBS/jam, terdapat izin

perluasan No. 04/63.00/T/ KEHUTANAN/

INDUSTRI/2003 dengan rencana kapasitas

produksi terpasang untuk minyak sawit (CPO) 80 000 ton/tahun dan inti sawit 20 000 ton/tahun. Realisasi produksi CPO tahun 2013 sebesar 62 586.73 ton dan inti sawit 15 847.16 ton

Sumber : diolah dari PKS Batu Ampar. (2013)

Evaluasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Implementasi AMDAL dan Izin Lingkungan

Sesuai dengan kriteria 3.2 indonesian sustainable palm oil, pengelola perkebunan harus melaksanakan kewajibannya terkait analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL), upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan (UPL) sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Indikator pemenuhan bagi perusahaan, meliputi : memiliki dokumen

AMDAL bagi pelaku usaha perkebunan kelapa sawit yang mengelola lahan > 3 000 ha, memiliki dokumen UKL/UPL bagi pelaku usaha perkebunan kelapa sawit yang mengelola lahan < 3 000 ha, tersedia rekaman terkait pelaksanaan penerapan hasil AMDAL,UKL/UPL termasuk laporan kepada instansi yang berwenang.

Hasil kajian pemenuhan dokumen menunukkan bahwa PT SMART Tbk telah memiliki dokumen AMDAL atas nama PT Inti Gerak Maju, yang terdiri dari 4 dokumen yaitu kerangka acuan analisis dampak lingkungan (KA-ANDAL), analisis dampak lingkungan (ANDAL), rencana pengelolaan lingkungan (RKL), dan rencana pemantauan lingkungan (RPL). Adanya perbedaan nama perusahaan dan perubahan penanggung jawab pengelolaan lingkungan dapat dijelaskan melalui surat persetujuan penggabungan perusahaan PT Tapian Nadenggan dan PT Inti Gerak Maju nomor 162/III/PMDN/2004 tanggal 25 November 2004 yang kemudian dalam pengelolaannya bekerja sama dengan PT SMART Tbk. Pernyataan penyerahan penanggung jawab pengelolaan lingkungan kepada PT SMART Tbk tertuang dalam surat kuasa Nomor 1066/SK/LGL/TN/X/2006 tanggal 13 Oktober 2006.

Pabrik kelapa sawit Batu Ampar telah melaksanakan kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan sesuai dokumen AMDAL. Kegiatan tersebut direncanakan secara matang dengan menyediakan dana yang memadai sesuai kebutuhan. Total anggaran biaya pengelolaan lingkungan yang dialokasikan pada tahun 2013 sebesar Rp216 387 120. Biaya tersebut sebagian besar digunakan untuk kegiatan pemantauan lingkungan meliputi pemantauan kualitas air dan udara, pengelolaan limbah B3, dan implementasi sistem manajemen lingkungan. Perusahaan juga mengalokasikan dana untuk mendukung kegiatan yang berkaitan dengan PROPER dan pameran/seminar lingkungan.

Berdasarkan dokumen RKL dan RPL PT. SMART Tbk, terdapat 5 (lima) isu penting yang harus dikelola dan dipantau oleh perusahaan khususnya PKS Batu Ampar sebagai penanggungjawab pengelolaan lingkungan, meliputi:

1. Penurunan kualitas air

2. Penururnan kualitas udara dan gangguan kebisingan 3. Pengelolaan limbah B3

4. Kesehatan masyarakat 5. Sosial kemasyarakatan

Beberapa contoh implementasi kegiatan pengelolaan lingkungan yang sudah rutin dilakukan perusahaan meliputi :

1. Kegiatan pengendalian pencemaran air.

PKS Batu Ampar mengelola limbah cair yang dihasilkan dari seluruh kegiatan operasioanal pabrik dan laboratorium agar tidak mencemari lingkungan. Upaya yang dilakukan ialah mengalirkan LCPKS ke IPAL untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organik di kebun sesuai ketentuan dalam izin land application, mengelola air eks utilitas dengan dialirkkan ke kolam sedimentasi dan kolam netralisir sebelum dibuang ke lingkungan, membuat saluran terpisah antara parit air hujan dengan parit air eks utilitas.

2. Kegiatan pengendalian pencemaran udara

Perusahaan telah melakukan pengelolaan dengan memasang alat penangkap debu/dust collector pada boiler, mengurangi pemakain genset, dan menyusun program penghijauan untuk mengurangi emisi.

3. Kegiatan pengelolaan limbah B3

Pabrik kelapa sawit Batu Ampar memilki tempat penyimpanan sementara limbah B3 yang berizin dan menjalin kerja sama dengan pengumpul berizin PT Maju Asri Jaya Utama untuk mengelola limbah B3. Perusahaan juga memastikan bahwa limbah yang diserahkan diterima oleh pihak pengolah atau pemanfaat limbah B3 dengan dilengkapi dokumen kerjasama dan perizinan yang lengkap dari instansi yang berwenang.

Secara lengkap, implementasi pelaksanaan AMDAL tersebut tercantum dalam laporan RKL-RPL yang telah disusun dan dilaporkan setiap 6 bulan sekali kepada instansi terkait. Perusahaan memiliki bukti tanda terima penyerahan laporan kepada BLH Kabupaten Kotabaru, BLHD Provinsi Kalsel, dan KLH Jakarta. Selain itu perusahaan juga menyampaikan laporan kepada instansi teknis seperti Dinas Perkebunan Kabupaten Kotabaru.

Ketentuan teknis sesuai dengan perizinan lingkungan telah dijalankan oleh perusahaan. Sesuai dengan izin pemanfaatan air limbah untuk aplikasi lahan, PKS Batu Ampar telah memasang titik penaatan pengambilan sampel outlet LCPKS dilengkapi dengan keterangan nomor izin dan titik koordinat. Untuk izin penyimpanan sementara limbah B3, perusahaan telah memenuhi semua persyaratan teknis dan kelengkapan sarana pendukung pada TPS limbah B3.

Kegiatan pemantauan lingkungan di PT SMART Tbk, seluruhnya dilakukan melalui kerjasama dengan pihak ketiga yaitu laboratorium lingkungan eksternal. Pengujian air limbah bulanan dilakukan di laboratorium Balai Pengembangan Teknologi dan Konstruksi Dinas Pekerjaan Umum Banjarmasin sebagai laboratorium rujukan Gubernur Kalimantan Selatan.

Pemantauan kualitas air tanah, emisi boiler, emisi genset, dan udara ambien tiap semester dilakukan oleh laboratorium Mutu Agung Lestari Samarinda yang sudah memiliki akreditasi untuk beberapa parameter pengujian, sedangkan untuk pengujian kualitas tanah setiap 1 tahun sekali, dianalisa oleh laboratorium tanah Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru sebagai laboratorium penelitian perguruan tinggi.

Prosedur dan proses pengambilan sampel, pengemasan, pengawetan, sampai pengiriman perlu diperhatikan agar memperoleh hasil uji yang akurat. Salah satu faktor pendukung untuk mendapatkan keakuratan hasil uji ialah melalui metode pengujian yang sesuai dan peralatan laboratorium yang memadai. Oleh karenanya, pemilihan laboratorium penguji wajib mempertimbangkan status akreditasi atau laboratorium rujukan Gubernur, sehingga hasil uji yang diperoleh dapat dipertangungjawabkan sebagai acuan untuk melakukan evaluasi kualitas lingkungan di perusahaan.

Implementasi AMDAL yang telah dilakukan oleh PT SMART Tbk sangat positif untuk keberlangsungan usaha dan menjaga kelestarian lingkungan. Menurut Djajadiningrat (2001), AMDAL bermanfaat untuk memprediksi dampak proyek terhadap lingkungan, mencari jalan untuk mengurangi dampak negatif dan

Dokumen terkait