• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengelolaan Lingkungan Pabrik Kelapa Sawit Batu Ampar – Pt Smart Tbk Dalam Implementasi Indonesian Sustainable Palm Oil.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengelolaan Lingkungan Pabrik Kelapa Sawit Batu Ampar – Pt Smart Tbk Dalam Implementasi Indonesian Sustainable Palm Oil."

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

KELAPA SAWIT BATU AMPAR

PT SMART Tbk DALAM

IMPLEMENTASI

INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL

HENDRA SEPTIAWAN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Pengelolaan Lingkungan Pabrik Kelapa Sawit Batu Ampar – PT SMART Tbk Dalam Implementasi Indonesian Sustainable Palm Oil adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015

(4)

HENDRA SEPTIAWAN. Analisis Pengelolaan Lingkungan Pabrik Kelapa Sawit Batu Ampar – PT SMART Tbk Dalam Implementasi Indonesian Sustainable Palm Oil. Dibimbing oleh HARIYADI dan MACHMUD THOHARI.

Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) merupakan sistem usaha di bidang perkebunan kelapa sawit yang layak ekonomi, layak sosial, dan ramah lingkungan didasarkan pada peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia. ISPO terdiri dari 7 prinsip, 40 kriteria, dan 128 indikator yang harus dipenuhi sebagai persyaratan untuk penerapan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kinerja pengelolaan lingkungan PKS Batu Ampar, Kabupaten Kotabaru berdasarkan persyaratan ISPO dan merumuskan optimalisasi kinerja pengelolaan lingkungan PKS Batu Ampar untuk peningkatan berkelanjutan dalam implementasi persyaratan ISPO.

Pengolahan dan analisis data dilakukan secara deskriptif melalui evaluasi kinerja pengelolaan lingkungan berdasarkan persyaratan ISPO serta melakukan identifikasi dan analisis permasalahan pengelolaan lingkungan PKS Batu Ampar. Rumusan optimalisasi untuk perbaikan kinerja lingkungan disusun sesuai dengan persyaratan ISPO dengan menggunakan metode SWOT yaitu instrumen perencanaan strategis dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan, kelemahan, kesempatan eksternal dan ancaman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa PKS Batu Ampar – PT SMART Tbk dapat memenuhi 38 indikator ISPO terkait pengelolaan lingkungan. Pencapaian kinerja pengelolaan lingkungan PKS Batu Ampar tahun 2013 meliputi: pemanfaatan sumber energi terbaharukan yang menghasilkan energi sebesar 5.0664 juta KWh, penghematan solar sebesar 1 677 615.89 liter , penurunan emisi sebesar 70.63 Kg CO2/ton CPO, penghematan pupuk kimia senilai Rp5 750

080/ha/tahun.

Berdasarkan hasil analisis SWOT, beberapa strategi telah dirumuskan untuk mengoptimalkan kinerja pengelolaan lingkungan sehingga terus menerus dapat ditingkatkan. Prioritas strategi optimalisasi kinerja yang digunakan adalah strategi SO (strengths opportunities), yaitu: menyusun rencana pembangunan metan capturedi areal IPAL PKS Batu Ampar, menjalin kerjasama dengan pihak ketiga untuk pemanfaatan cangkang dan fiber kelapa sawit sebagai pakan ternak, mengembangkan inovasi pemanfaatan limbah padat bekerjasama dengan masyarakat sekitar.

(5)

HENDRA SEPTIAWAN. Analysis of Environmental Management Palm Oil Mill Batu Ampar - PT SMART Tbk In Implementation Indonesian Sustainable Palm Oil. Supervised by HARIYADI and MACHMUD THOHARI.

Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) is an enterprise system in the area of oil palm plantations are viable economically, socially viable and environmentally friendly based on the laws and regulations in force in Indonesia. ISPO consists of seven principles, 40 criteria and 128 indicators that must be met as a condition for the application of sustainable oil palm plantations. The purpose of this study is to analyze the environmental management performance palm oil mill Batu Ampar, Kotabaru regency based ISPO requirements and formulate the optimization of environmental performance management palm oil mill Batu Ampar to continuous improvement in the implementation of the ISPO requirements.

Data processing and analysis was descriptively through environmental management performance evaluation based on the ISPO requirements and also the identification and analysis of environmental management issues in palm oil mill Batu Ampar. Formulation optimization for improved environmental performance prepared in accordance with the ISPO requirements by using SWOT is a strategic planning instrument using the framework of the strengths, weaknesses, external opportunities and threats.

The results show that the palm oil mill Batu Ampar - PT SMART Tbk can meet 38 indicators related to environmental management ISPO. Achievement of environmental management performance palm oil mill Batu Ampar in 2013 include: the utilization of renewable energy sources that produce energy by 5.0664 million kWh, the savings amounted to 1 677 615.89 liters of diesel fuel, emission reduction of 70.63 kg CO2 / tonne of CPO, chemical fertilizers worth saving Rp5 750 080 / ha / year.

Based on the results of the SWOT analysis, several strategies have been formulated to optimize the environmental performance management that can continuously be improved. Priority performance optimization strategy used is SO strategy (strengths opportunities), namely: development plans in the area of wastewater methane capture Batu Ampar palm oil mill, establish a partnership with a third party for the use of shell and palm fiber as animal feed, develop innovative utilization of solid waste in cooperation with the surrounding community.

(6)

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

KELAPA SAWIT BATU AMPAR

PT SMART Tbk DALAM

IMPLEMENTASI

INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(8)

PadaUjian Tesis : Jum’at 21 November 2014 Pukul 08.00 WIB Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS

(9)

Ampar–PT SMART Tbk Dalam ImplementasiIndonesian Sustainable Palm Oil

Nama : Hendra Septiawan

NRP : P052110264

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Hariyadi, MS Ketua

Dr. Ir. Machmud Thohari, DEA Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian: 21 November 2014

(10)
(11)

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa

ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 sampai Juni 2014 ini ialah pengelolaan lingkungan dengan judul Analisis pengelolaan lingkungan pabrik kelapa sawit Batu Ampar – PT SMART Tbk dalam implementasi Indonesian Sustainable Palm Oil. Penelitian ini merupakan syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Hariyadi, MS dan Dr. Ir. Machmud Thohari, DEA selaku pembimbing serta semua pihak yang telah membantu dalam proses pengumpulan data sehingga saya berhasil menyelesaikan penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, istri serta seluruh keluarga, atas segala doa, kasih sayang, dan dukungannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bogor, Januari 2015

(12)

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 5

2 METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu 6

Bahan dan Alat 7

Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data 7

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 10

Evaluasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan 13

Implementasi AMDAL dan Izin Lingkungan 13

Pengendalian Pencemaran Air 17

Pengendalian Pencemaran Udara dan Emisi Gas Rumah Kaca 24

Pengelolaan Limbah Padat 30

Pengelolaan Limbah B3 33

Analisis SWOT Rumusan Optimalisasi Kinerja Pengelolaan lingkungan 35

Kajian Kritis Prinsip dan Kriteria ISPO 41

5 SIMPULAN DAN SARAN 42

DAFTAR PUSTAKA 43

LAMPIRAN 44

(13)

1. Jumlah Produksi CPO dan Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit

Indonesia Tahun 2008-2013 1

2. Data Produksi PKS Batu Ampar Tahun 2013 11

3. Hasil Evaluasi Sistem Perizinan dan Manajemen PKS Batu Ampar 13

4. Program Pemantauan Lingkungan PKS Batu Ampar 16

5. Hasil Evaluasi Implementasi AMDAL dan Izin Lingkungan 17

6. Limbah Cair PKS Batu Ampar Tahun 2013 20

7. Perbandingan Kebutuhan Pupuk di Areal LA Tahun 2013 21

8. Efisiensi Pupuk dari Pemanfaatan Limbah Cair Tahun 2013 21

9. Hasil Analisa Limbah Cair PKS Batu Ampar Juli 2013-Juni 2014 22

10. Hasil Evaluasi Kinerja Pengendalian Pencemaran Air 23

11. Hasil Uji Kebisingan PKS Batu Ampar Tahun 2013 25

12. Hasil Uji Getaran PKS Batu Ampar Tahun 2013 25

13. Hasil Uji Kebauan di Kolam IPAL Tahun 2013 25

14. Pengurangan Emisi dari Penghematan Solar Tahun 2013 27

15. Program Penghijauan PKS Batu Ampar Tahun 2013-2014 28

16. Hasil Uji Emisi Boiler dan Genset Tahun 2013-2014 29

17. Hasil Evaluasi Kinerja Pengendalian Pencemaran Udara 27

18. Pemanfaatan Janjangan Kosong dan Abu Boiler Tahun 2013 30

19. Perbandingan Kebutuhan Pupuk di Areal JJK Tahun 2013 31

20. Efisiensi Pupuk dari Pemanfaatan Janjangan Kosong Tahun 2013 31

21. Pemanfaatan Cangkang dan Fiber Tahun 2013 32

22. Pengelolaan Limbah B3 PKS Batu Ampar Periode Juli 2013-Juni 2014 33

23. Hasil Evaluasi Kinerja Pengelolaan Limbah B3 35

24. MatriksInternal Factor Analysis Summary (IFAS) 37 25. MatriksExternal Factor Analysis Summary (EFAS) 37

26. Matriks SWOT PKS Batu Ampar 38

(14)

1. Bagan Alir Kerangka Pemikiran Penelitian 4

2. Peta Lokasi Penelitian 6

3. Matriks Kuadran SWOT 8

4. Kondisi Patok HGB PT SMART Tbk 12

5. Skema IPAL PKS Batu Ampar 18

6. Nilai BOD outlet limbah cair PKS Batu Ampar Juli 2013-Juni 2014 24

7. Kondisi IPAL PKS Batu Ampar 26

8. Boiler PKS Batu Ampar 28

9. Pemanfaatan Janjangan Kosong 32

10. Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 PKS Batu Ampar 34

(15)

1. ChecklistPrinsip dan Kriteria ISPO 43 2. ChecklistHasil Evaluasi Kinerja Pngelolaan Lingkungan 56

3. LayoutPabrik Kelapa Sawit Batu Ampar 62

(16)

Latar Belakang

Kelapa sawit sebagai salah satu komoditas dari sektor perkebunan memiliki kelebihan dibandingkan minyak nabati lainnya bila dilihat dari segi produksi. Jumlah pangsa produksi minyak kelapa sawit mencapai 34 % di seluruh dunia, selain itu kelapa sawit memiliki luas lahan produksi yang lebih efisien dibandingkan sumber minyak nabati lainnya seperti kedelai, minyak lobak (rapeseed oil), minyak bunga matahari (sunflower oil), minyak jagung, minyak kapas, dan minyak kelapa. Hal ini disebabkan karena kelapa sawit merupakan tanaman tahunan yang berbuah sepanjang tahun.

Keunggulan lain kelapa sawit ialah dari sisi produktivitas yaitu mampu memproduksi Crude Palm Oil (CPO) 4 sampai 5 juta ton per hektar dengan biaya produksi yang tergolong lebih murah daripada tanaman pesaing lainnya. Hal ini menjadi dasar pertimbangan mengapa harga CPO memiliki harga yang lebih terjangkau bagi konsumen dunia dibandingkan dengan harga minyak nabati lainnya.

Perkembangan investasi dan bisnis industri kelapa sawit di Indonesia tumbuh dengan pesat dalam beberapa tahun terakhir. Pentingnya komiditi kelapa sawit terlihat dari permintaan produk industri kelapa sawit berupa CPO yang semakin meningkat sebagai sumber bahan minyak nabati untuk industri pangan, industri kimia, dan penyediaan untuk biofuel. Kelapa sawit memiliki berbagai turunan produk yang dapat dimanfaatkan oleh manusia, mulai dari mentega, minyak goreng, biskuit, hingga sebagai bahan industri tekstil, farmasi, kosmetika, sabun, deterjen dan beberapa jenis produk turunan lainnya. Ampasnya pun dapat dimanfaatkan sebagai pupuk, serta batang dan pelepahnya dapat dimanfaatkan sebagai papan partikel bahkan kertas.

Indonesia memiliki potensi pengembangan perkebunan kelapa sawit yang sangat besar karena memiliki cadangan lahan yang cukup luas, ketersediaan tenaga kerja, dan kesesuaian iklim. Jumlah produksi dan luas lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia terus mengalami peningkatan dalam 6 tahun terakhir, seperti tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah Produksi CPO dan Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia Tahun 2008-2013

Tahun Produksi (Ton) Luas (Ha)

2008 19 400 797 7 333 707

2009 21 390 326 7 949 389

2010 22 496 857 8 548 828

2011 23 995 937 9 102 296

2012 26 015 519 10 133 322

2013 26 895 450 10 586 467

(17)

Perkembangan bisnis kelapa sawit di Indonesia menemui berbagai tantangan yang harus dihadapi. Adanya tuduhan yang bersifat negatif dari beberapa lembaga lingkungan mancanegara yang menyebutkan bahwa industri kelapa sawit sebagai perusak lingkungan tentunya sangat merugikan dan akan mempengaruhi pengembangan industri ini.

Pemerintah maupun pengusaha kelapa sawit Indonesia mengindikasikan bahwa kampanye negatif mengenai industri kelapa sawit yang tidak ramah lingkungan sebagai salah satu bagian dari persaingan bisnis minyak nabati dunia. Hal ini tidak terlepas dari fakta yang menunjukkan bahwa Indonesia merupakan produsen CPO terbesar di dunia dengan jumlah produksi yang terus meningkat setiap tahunnya dan diperkirakan mampu memproduksi CPO sebesar 40 juta ton pada tahun 2020.

Menghadapi tuntutan pasar global dan persaingan bisnis minyak nabati dunia, pemerintah berupaya untuk terus mengembangkan industri kelapa sawit nasional dengan memperhatikan prinsip berkelanjutan. Salah satu kebijakan yang dihasilkan oleh pemerintah melalui Kementerian Pertanian yaitu mewajibkan perusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia untuk menerapkan ISPO. Ketentuan ini diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 19/Permentan/OT.140/3/ 2011, tentang pedoman perkebunan kelapa sawit berkelanjutan Indonesia yang ditetapkan tanggal 29 Maret 2011.

Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) merupakan sistem usaha di bidang perkebunan kelapa sawit yang layak ekonomi, layak sosial, dan ramah lingkungan didasarkan pada peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia. ISPO terdiri dari 7 prinsip, 40 kriteria, dan 128 indikator yang harus dipenuhi sebagai persyaratan untuk penerapan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan.

Tujuh prinsip dalam ISPO untuk Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia meliputi : 1) Sistem Perizinan dan Manajemen Perkebunan; 2) Penerapan Pedoman Teknis Budidaya dan Pengolahan Kelapa sawit; 3) Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan; 4) Tanggung Jawab Terhadap Pekerja; 5) Tanggung Jawab Sosial dan Komunitas; 6) Pemberdayaan Kegiatan Ekonomi Masyarakat; dan 7) Peningkatan Usaha Secara Berkelanjutan.

Sebelum adanya pedoman perkebunan kelapa sawit berkelanjutan Indonesia, para pihak pemangku kepentingan global industri kelapa sawit telah berinisiatif mendirikan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang memiliki tujuan untuk mendorong pertumbuhan dan penggunaan minyak sawit berkelanjutan melalui kerjasama didalam rantai penyedia (supply chain) dan membuka dialog antarastakeholder-nya untuk memenuhi permintaan pasar.

Berbeda dengan sertifikasi internasional RSPO yang bersifat voluntary, ISPO bersifatmandatory bagi perusahaan perkebunan kelapa sawit kelas I, kelas II, dan kelas III, sehingga ada sanksi berupa penurunan kelas kebun menjadi kelas IV bila perusahaan belum mengajukan permohonan untuk mendapatkan sertifikat ISPO sampai 31 Desember 2014.

(18)

Implementasi ISPO diharapkan mampu menghindari dan mengurangi dampak kerusakan lingkungan, emisi gas rumah kaca, hingga pemicu deforestasi. Oleh karena itu, pengelolaan industri kelapa sawit yang berkelanjutan khususnya pengelolaan lingkungan perlu mendapatkan perhatian serius karena merupakan isu global yang sensitif sehingga berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi industri kelapa sawit bila tidak dikelola dengan baik.

Penelitian ini dilaksanakan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Batu Ampar–PT SMART Tbk, yang secara administratif berlokasi di Desa Serongga, Kecamatan Kelumpang Hilir, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan. PKS Batu Ampar mulai beroperasi pada tahun 2000 dengan kapasitas olah 60 ton TBS/jam yang menghasilkan produk berupa CPO(crude palm oil)dan PK(palm kernel).

Pemilihan PKS Batu Ampar sebagai lokasi penelitian karena telah menerapkan sistem manajemen lingkungan ISO 14001 : 2004, rountable on sustainable palm oil (RSPO) dan international sustainability & carbon certification (ISCC) secara sukarela sebagai bentuk komitmen perusahaan terhadap pengelolaan lingkungan. Selain itu perusahaan juga memperoleh hasil penilaian peringkat kinerja perusahaan terhadap pengelolaan lingkungan (PROPER) dari Kementerian Lingkungan Hidup dengan predikat hijau, sehingga perlu dikaji lebih mendalam mengenai kinerja pengelolaan lingkungan PKS Batu Ampar dalam pemenuhan persyaratan dan implementasi Indonesian Sustainable Palm Oil serta potensi perusahaan untuk selalu melakukan perbaikan terus menerus dalam peningkatan kinerja lingkungan.

Hal ini sejalan dengan tujuan perusahaan untuk menjadi pemimpin dalam produksi minyak kelapa sawit berkelanjutan dengan mengadopsi praktik industri terbaik, pengelolaan lingkungan secara bertanggung jawab, dan memberdayakan masyarakat. Strategi keberlanjutan PT SMART Tbk adalah menerapkan praktik terbaik secara holistik dalam semua dimensi keberlanjutan (lingkungan, masyarakat, pasar, dan tempat kerja).

Dalam persyaratan ISPO, kriteria terkait pengelolaan lingkungan pabrik kelapa sawit sebagian besar tercantum pada prinsip 2 dan 3. Pengelolaan lingkungan tersebut diantaranya melaksanakan kewajiban terkait AMDAL dan perizinan lingkungan, konservasi terhadap sumber dan kualitas air, pengelolaan dan pemanfaatan limbah, pengendalian gangguan dari sumber yang tidak bergerak (kebisingan, getaran, kebauan), serta melakukan identifikasi sumber emisi gas rumah kaca. Disamping itu, sesuai prinsip 7 dalam persyaratan ISPO, perusahaan harus melakukan peningkatan usaha secara berkelanjutan, khususnya terkait kinerja pengelolaan lingkungan.

Untuk mengetahui kinerja pengelolaan lingkungan PKS Batu Ampar, dilakukan pengumpulan data dengan mengkaji pemenuhan dokumen terhadap persyaratan ISPO dan observasi implementasinya di lapangan. Selanjutnya akan dilakukan pengolahan dan analisis data dengan mengevaluasi kinerja pengelolaan lingkungan berdasarkan prosedur yang diterapkan oleh perusahan dan peraturan yang berlaku sesuai dengan persyaratan ISPO. Kemudian, akan dilakukan identifikasi dan analisa permasalahan pengelolaan lingkungan PKS Batu Ampar sebagai dasar dalam upaya perbaikan dan perumusan optimalisasi pengelolaan lingkungan sesuai dengan persyaratan dalam implementasi ISPO.

(19)

pengelolaan lingkungan pabrik kelapa sawit yang bersih, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini disajikan seperti pada Gambar 1.

(20)

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini diformulasikan sebagai berikut :

1) Bagaimana kinerja pengelolaan lingkungan PKS Batu Ampar berdasarkan persyaratan ISPO?

2) Bagaimana mengoptimalkan kinerja pengelolaan lingkungan PKS Batu Ampar untuk peningkatan berkelanjutan (continual improvement) dalam implementasi persyaratan ISPO?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah :

1) Menganalisis kinerja pengelolaan lingkungan PKS Batu Ampar berdasarkan persyaratan ISPO.

2) Merumuskan optimalisasi kinerja pengelolaan lingkungan PKS Batu Ampar untuk peningkatan berkelanjutan dalam implementasi persyaratan ISPO.

Manfaat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini akan memberikan manfaat bagi stakeholder/pemangku kepentingan sebagai berikut:

1) Memberikan informasi mengenai kondisi maupun kendala pengelolaan lingkungan pabrik kelapa sawit.

2) Memberikan panduan untuk memenuhi dan menerapkan standar ISPO khususnya dalam pengelolaan lingkungan pabrik kelapa sawit.

3) Sebagai masukan dan pedoman kepada perusahaan untuk meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan.

Ruang Lingkup Penelitian

Lingkup penelitian ini dibatasi pada analisis kinerja pengelolaan lingkungan sesuai prinsip dan kriteria indonesian sustainable palm oil di pabrik kelapa sawit Batu Ampar. Lingkup pengelolaan lingkungan tersebut meliputi kewajiban terkait AMDAL dan perizinan lingkungan, konservasi terhadap sumber dan kualitas air, pengendalian pencemaran udara dan emisi gas rumah kaca, pengelolaan limbah padat, dan pengelolaan limbah B3.

(21)

2 METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di pabrik kelapa sawit Batu Ampar – PT SMART Tbk, yang secara administratif berlokasi di Desa Serongga, Kecamatan Kelumpang Hilir, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan. PKS Batu Ampar mulai beroperasi pada tahun 2000 dengan kapasitas olah 60 ton TBS/jam yang akan menghasilkan produk berupa CPO (crude palm oil) dan PK (palm kernel).Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 20 bulan, dimulai pada bulan April 2013 sampai dengan November 2014. Kegiatan penelitian meliputi tahap penyusunan proposal penelitian, pengumpulan dan analisis data sampai dengan ujian tesis pascasarjana. Pengumpulan data dan observasi lapangan mengenai kondisi pengelolaan lingkungan PKS Batu dilakukan secara bertahap pada bulan Juni 2013 dan Maret 2014 dengan sumber data tahun 2013 dan 2014.

(22)

Bahan dan Alat

Bahan penelitian ini bersumber dari data yang dikumpulkan melalui departemen environment health & safety (EHS) PT SMART Tbk dan bagian operasional kegiatan pabrik kelapa sawit Batu Ampar yang dilengkapi dengan studi literatur dari berbagai sumber referensi.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kamera digital untuk dokumentasi, check list persyaratan Indonesian sustainability palm oil, dan komputer/laptop beserta perlengkapannya untuk analisis dan pengolahan data. Indikator terkait pengelolaan lingkungan dalam ISPO yang akan dievaluasi pada penelitian ini berjumlah 38 indikator yang terdiri dari 6 indikator pada prinsip 1, 18 indikator pada prinsip 2, 13 indikator pada prinsip 3 , dan 1 indikator pada prinsip 7.

Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik sebagai berikut :

1. Data Primer dikumpulkan melalui observasi lapangan yang dilakukan dengan cara pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala, peristiwa dan aspek-aspek yang diteliti di lokasi penelitian dan melakukan wawancara secara langsung dengan pihak yang berkompeten atau berwenang terkait masalah yang diteliti ;

2. Data sekunder dikumpulkan dengan mengkaji pemenuhan dokumen dan data rekaman hasil kegiatan pengelolaan serta pemantauan lingkungan. Pengumpulan data juga dilengkapi dokumentasi selama kegiatan penelitian dengan mengambil gambar/ foto-foto mengenai kondisi pengelolaan lingkungan perusahaan.

Selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis data secara deskriptif melalui evaluasi kinerja pengelolaan lingkungan berdasarkan persyaratan ISPO serta melakukan identifikasi dan analisis permasalahan pengelolaan lingkungan PKS Batu Ampar.

Rumusan optimalisasi untuk perbaikan kinerja lingkungan disusun sesuai dengan persyaratan ISPO dengan menggunakan metode SWOT (Strength, weaknesses, opportunities and threats) yaitu instrumen perencanaan strategis dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan, kelemahan, kesempatan eksternal dan ancaman. Menurut Rangkuti (2006), proses pembuatan analisis SWOT terdiri dari beberapa tahapan yaitu :

1. Tahap pengambilan data, yaitu evaluasi faktor internal dan eksternal. 2. Tahap analisis, yaitu pembuatan matriks internal eksternal SWOT 3. Tahap pengambilan keputusan.

Analisis terhadap faktor internal dan eksternal dapat dilakukan dengan mengunakan matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dengan merinci seluruh kekuatan dan kelemahan serta matriks EFE (External Factor Evaluation) untuk menampilkan seluruh peluang dan ancaman. Skala peringkat untuk matriks IFE : 1=sangat lemah, 2=lemah, 3=kuat, 4=sangat kuat. Sedangan untuk matriks EFE : 1=rendah, 2=sedang, 3=tinggi, 4=sangat tinggi (Rangkuti 2006).

(23)

diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya. Terdapat tiga tahap perhitungan yang dilakukan, yaitu:

1. Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) serta jumlah total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor SWOT. Skor adalah penilaian yang diberikan untuk kondisi atau keadaan yang sudah berjalan dalam organisasi atau perusahaan. Bobot merupakan persentase pentingnya suatu variabel atau indikator dalam sebuah organisasi atau perusahaan. Total bobot masing-masing analisa adalah 100 atau 1.Bobot dapat ditentukan oleh Top Manageratau kelompok manajer yang berdiskusi dalam penentuan bobotnya. 2. Melakukan pengurangan jumlah total faktor S dengan W (d) dan faktor O

dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y) menjadi nilai atau titik pada sumbu Y.

3. Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran SWOT. Contoh matriks kuadran SWOT disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Matriks Kuadran SWOT

Berikut adalah penjelasan mengenai matriks kudaran SWOT yang disajikan pada Gambar 2:

1. Kuadran I (positif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi strategi yang diberikan adalah progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.

2. Kuadran II (positif, negatif)

(24)

3. Kuadran III (negatif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah ubah strategi, artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.

4. Kuadran IV (negatif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah strategi bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk meenggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.

Setelah melakukan klasifikasi terhadap berbagai kemungkinan dari faktor internal dan eksternal, maka digunakan matriks SWOT untuk mempermudah dalam pengambilan keputusan. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan.

Matriks SWOT dapat menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategi yakni strategi SO(strengths opportunities), strategi WO(weakness opportunities), strategi ST (strengths threats), dan strategi WT (weakness threats). Penjelasan mengenai 4 strategi tersebut yaitu:

1. Strategi SO merupakan strategi yang menggunakan seluruh kekuatan untuk mengambil keuntungan dari adanya kesempatan dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi WO merupakan strategi yang didasarkan pada pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan dan mengatasi kelemahan.

3. Strategi ST adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari dan mengatasi ancaman.

4. Strategi WT ditetapkan berdasarkan kegiatan yang bersifat defensif dengan meminimalisir kelemahan dan menghindari ancaman.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Semakin meningkatnya kegiatan industri akan menimbulkan dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan sehingga memerlukan upaya pengendalian dan pengelolaan lingkungan. Menurut Hardjosoemantri (1993) kerusakan-kerusakan lingkungan yang terjadi akibat pembangunan harus diatasi dengan melakukan pengelolaan lingkungan.

Interaksi antara unsur-unsur dalam lingkungan hidup dapat menyebabkan masalah lingkungan bila tidak dikelola secara benar. Soemarwoto (1999) mengemukakan bahwa masalah lingkungan adalah perubahan dalam lingkungan hidup yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menyebabkan dampak negatif bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia.

(25)

yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum (Undang-Undang No. 32 Tahun 2009).

Pabrik kelapa sawit menghasilkan banyak produk samping dan air limbah dalam jumlah besar yang mungkin memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan jika tidak dikelola dengan benar. Pengelolaan lingkungan dengan pendekatan ekosistem industri untuk industri CPO dapat dilakukan melalui upaya penggunaan kembali(reuse)dan daur ulang(recycle)melalui pemanfaatan limbah padat dan cair serta manajemen energi yang tepat. Hal ini bertujuan untuk mencapai pembuangan polutan yang hampir nihil. Pendekatan seperti itu dapat berkontribusi dalam transformasi pabrik kelapa sawit menjadi kegiatan industri yang lebih ramah lingkungan. (Chavalparitet al.2006)

Kegiatan pengelolaan lingkungan tidak hanya dilakukan untuk memenuhi peraturan yang berlaku, namun diperlukan optimalisasi kinerja pengelolaan lingkungan untuk peningkatan secara terus menerus. Salah satu upaya yang dapat dilakukan ialah dengan penerapan inovasi yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan sesuai dengan persyaratan yang tercantum pada prinsip 7 indonesian sustainable palm oil yang menyebutkan bahwa pengelola perkebunan dan pabrik harus terus menerus meningkatkan kinerja (sosial, ekonomi dan lingkungan) dengan mengembangkan dan mengimplementasikan rencana aksi yang mendukung peningkatan produksi berkelanjutan.

Indikator yang harus dipenuhi ialah tersedianya rekaman hasil penerapan perbaikan/ peningkatan yang dilakukan. Dalam penelitian ini, hanya akan dibahas mengenai peningkatan kinerja pengelolaan lingkungan sesuai persyaratan ISPO yang sejalan dengan prinsip sistem manajemen lingkungan yang telah diterapkan PKS Batu Ampar.

Pabrik kelapa sawit Batu Ampar telah memenuhi indikator pada prinsip 7 yang ditunjukkan dengan adanya beberapa inovasi hasil kajian dari staff operasional pabrik yang telah direview dan setujui manajemen. Beberapa inovasi yang masih diimplementasikan diantaranya : Metode efektif penghematan penggunaan bahan kimia (CaCO3) dengan mengurangi operasioanal line claybath dari 2 line menjadi 1 line, Upaya penanganan larutan CaCO3 ex claybath dengan membangun kolam trap untuk memisahkan sisa padatan dengan larutan ex claybath.

Perusahaan juga memiliki laporan kemajuan penerapan inovasi tersebut. Pabrik kelapa sawit Batu Ampar melakukan perbaikan terus menerus dengan menyusun rencana aksi setiap temuan terkait pengeloloaan lingkungan (pengawasan Instansi LH, PROPER, RSPO, ISCC). Salah satu inovasi yang akan diterapkan tahun 2014 diantaranya pengerukan solid kolam IPAL dengan submersible pump untuk meningkatkan kinerja instalasi pengolahan air limbah. Beberapa rumusan optimalisasi kinerja pengelolaan lingkungan di PKS Batu Ampar yang mengacu pada persyaratan ISPO dan prinsip dalam sistem manajemen lingkungan akan diuraikan secara lebih rinci dalam subbab analisis SWOT rumusan optimalisasi kinerja pengelolaan lingkungan.

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

(26)

sejak Oktober tahun 2000 dan memiliki kapasitas olah 60 ton TBS/jam, dengan kapasitas maksimum mencapai 62.94 ton TBS/jam. Produk yang dihasilkan berupa CPO(crude palm oil)dan PK (palm kernel).

Pabrik kelapa sawit Batu Ampar memiliki komitmen terhadap pembangunan industri kelapa sawit berkelanjutan. Hal ini diwujudkan dengan menerapkan standar rountable on sustainable palm oil (RSPO) dan international sustainability & carbon certification (ISCC). Saat ini PKS Batu Ampar sedang dalam proses penilaian untuk mendapatkan sertifikatIndonesian sustainable palm oil (ISPO) dan telah memenuhi syarat untuk dinilai karena perkebunan Batu Ampar memiliki predikat kelas II dari hasil penilaian kelas kebun. Pelaksanaan audit ISPO oleh lembaga yang ditunjuk untuk proses sertifikasi di perkebunan dan PKS Batu Ampar direncanakan pada akhir tahun 2014. PKS Batu Ampar juga sudah menerapkan sistem manajemen lingkungan sejak tahun 2006 dan telah memperoleh sertifikat ISO 14001:2004 yang pertama pada tanggal 23 April 2007. Audit resertifikasi telah dilakukan tahun 2010 dan 2013 oleh lembaga sertifikasi eksternal.

Salah satu upaya dalam memenuhi peraturan perundang-undangan mengenai pengelolaan lingkungan, PKS Batu Ampar telah mengikuti penilaian peringkat kinerja perusahaan terhadap pengelolaan lingkungan (PROPER) dari Kementerian Lingkungan Hidup sejak tahun 2003. Pada periode 2011/2012 dan 2012/2013, PT SMART Tbk mendapatkan penghargaan dengan peringkat hijau, artinya perusahaan telah taat dalam kegiatan pengelolaan lingkungan bahkan memilki komitmen dan upaya pengelolaan lebih dari yang dipersyaratkan.

Komitmen perusahaan khususnya dalam bidang pengelolaan lingkungan dan perlindungan keanekaragaman hayati diwujudkan juga dalam kegiatan operasional perusahaan. Adapun beberapa tujuan yang diimplementasikan dalam program pengelolaan lingkungan selama tahun 2008-2013, antara lain : mengurangi oil losses untuk efisiensi pengolahan bahan baku TBS; meningkatkan efisiensi penggunaan air; menghemat pemakaian bahan bakar solar untuk diesel generator; menghindari tumpahan abu dust collector dan abu dust conveyor, tumpahan abu sisa pembakaran, serta buangan dari korek abu boiler masuk ke dalam parit buangan pabrik; meningkatkan efisiensi penggunaan untreated water; mencegah pencemaran air akibat resiko luapan kolam limbah, ceceran kolam limbah, dan kebocoran tanggul kolam limbah; menghemat pemakaian air bersih untuk pembuatan aquades, pendingin soxhlet, VFA test, dan pencucian gelas di laboratorium; mencegah resiko tumpahan limbah B3 dari TPS limbah B3; menghemat pemakaian bahan kimia, air, dan energi listrik di water treatment plant; mencegah terjadinya pencemaran ke badan air akibat air pencucian pabrik; dan mengurangi pencemaran udara (Green House Gas) akibat proses fermentasi kolam limbah.

(27)

Berdasarkan dokumen hak guna bangunan, jumlah patok batas HGB (patok Badan Pertanahan Nasional) PKS Batu Ampar berjumlah 10. Untuk memastikan kondisi patok terpelihara dan lengkap, perusahaan memiliki program dan realisasi pemeliharaan patok tanda batas yang dijadwalkan setiap 3 bulan sekali. Berdasarkan hasil pengecekan di lapangan, kondisi patok HGB nomor 3 dan 4 dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Kondisi Patok HGB PT SMART Tbk

Rekaman realisasi produksi PKS Batu Ampar menunjukkan bahwa perusahaan memiliki ketersediaan bahan baku yang memadai sehingga dapat menghasilkan produksi yang berkelanjutan sesuai dengan rencana dan ketentuan dalam izin perluasan. Rincian mengenai data bahan baku dan produksi PKS Batu Ampar selama tahun 2013 ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Data Produksi PKS Batu Ampar Tahun 2013

Bulan TBS (Ton) CPO (Ton) Kernel (Ton) Jam Operasi Kapasitas

(Ton/Jam)

Januari 29,832.97 6,897.35 1,545.36 507.69 58.76

Februari 22,891.56 5,198.89 1,245.90 367.64 62.27

Maret 23,087.23 5,201.46 1,312.88 361.52 63.86

April 23,401.11 5,240.40 1,361.32 433.10 54.03

Mei 20,920.52 4,650.18 1,126.99 358.75 58.32

Juni 20,832.45 4,694.86 1,173.66 329.32 63.26

Juli 18,963.93 4,072.63 1,036.18 292.60 64.81

Agustus 17,107.37 3,778.80 927.83 260.48 65.68

September 20,370.03 4,309.29 1,222.17 306.14 66.54

Oktober 27,718.42 6,406.64 1,644.24 412.72 67.16

November 28,484.78 6,415.25 1,731.53 431.54 66.01

Desember 25,755.11 5,720.97 1,519.10 377.24 68.27

Total 279,365.48 62,586.73 15,847.16 4,438.74 62.94

Sumber : diolah dari PKS Batu Ampar. (2013)

(28)

tercantum dalam izin perluasan yaitu 80 000 ton CPO/tahun dan 20 000 ton inti sawit/tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu memenuhi kebutuhan bahan baku untuk produksi yang berkelanjutan.

Tabel 3 akan menyajikan ringkasan hasil evaluasi mengenai sitem perizinan dan manajemen PKS Batu Ampar.

Tabel 3 Hasil Evaluasi Sistem Perizinan dan Manajemen PKS Batu Ampar

Indikator ISPO Kondisi PKS Batu Ampar

Kriteria 1.1

1. Telah memiliki Izin Lokasi dari pejabat yang berwenang kecuali kebun-kebun konversi hak barat (erfpahct);

Memiliki izin lokasi yang diterbitkan oleh Bupati Kotabaru untuk keperluan pabrik. SK Izin Lokasi No. 04 tahun 1999, tanggal 12 Juli dengan luas 30 ha

2. Telah memiliki perizinan yang sesuai seperti : IUP, IUP-B, IUP -P, SPUP, ITUP, Izin/ Persetujuan Prinsip;

Perkebunan PT Tapian Nadenggan memiliki IUP berdasarkan keputusuan Bupati Kotabaru Nomor 188.45/248/KUM/2011 yang ditetapkan tanggal 11 Oktober 2011

3. Telah memiliki hak atas

tanah/dalam proses, sertifikat yang sesuai, seperti : HGU, HGB, Hak Pakai (HP), atau konversi hak barat (erfpahct).

PKS Batu Ampar memiliki SK HGB No.03 thn. 2000 Luas 12.8170 ha dan HGB No.04 thn. 2000 Luas 14.1956 ha.

Kriteria 1.6

1. Telah memiliki dokumen yang

sah tentang bentuk badan

hukum berbentuk akta notaris yang disahkan oleh Menteri

Hukum dan Hak Asasi

Manusia

Akte pendirian perusahaan notaris Linda Herawati SH, No. 60 tangal 29 Juni 2001. Pengesahan Menteri Kehakiman : C - 03701. 01. 04. TH 2001

Kriteria 1.8

1. Rekaman rencana dan realisasi

pemanfaatan lahan (HGU,

HGB, HP, dll)

Memiliki SK HGB No.03 thn. 2000 Luas 12.8170 ha dan HGB No.04 thn. 2000 Luas 14.1956 ha. Realisasi luas areal pabrik sesuai HGB.

2. Rekaman rencana dan realisasi kapasitas pabrik kelapa sawit.

Kapasitas olah 60 ton TBS/jam, terdapat izin

perluasan No. 04/63.00/T/ KEHUTANAN/

INDUSTRI/2003 dengan rencana kapasitas

produksi terpasang untuk minyak sawit (CPO) 80 000 ton/tahun dan inti sawit 20 000 ton/tahun. Realisasi produksi CPO tahun 2013 sebesar 62 586.73 ton dan inti sawit 15 847.16 ton

Sumber : diolah dari PKS Batu Ampar. (2013)

Evaluasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan

Implementasi AMDAL dan Izin Lingkungan

(29)

AMDAL bagi pelaku usaha perkebunan kelapa sawit yang mengelola lahan > 3 000 ha, memiliki dokumen UKL/UPL bagi pelaku usaha perkebunan kelapa sawit yang mengelola lahan < 3 000 ha, tersedia rekaman terkait pelaksanaan penerapan hasil AMDAL,UKL/UPL termasuk laporan kepada instansi yang berwenang.

Hasil kajian pemenuhan dokumen menunukkan bahwa PT SMART Tbk telah memiliki dokumen AMDAL atas nama PT Inti Gerak Maju, yang terdiri dari 4 dokumen yaitu kerangka acuan analisis dampak lingkungan (KA-ANDAL), analisis dampak lingkungan (ANDAL), rencana pengelolaan lingkungan (RKL), dan rencana pemantauan lingkungan (RPL). Adanya perbedaan nama perusahaan dan perubahan penanggung jawab pengelolaan lingkungan dapat dijelaskan melalui surat persetujuan penggabungan perusahaan PT Tapian Nadenggan dan PT Inti Gerak Maju nomor 162/III/PMDN/2004 tanggal 25 November 2004 yang kemudian dalam pengelolaannya bekerja sama dengan PT SMART Tbk. Pernyataan penyerahan penanggung jawab pengelolaan lingkungan kepada PT SMART Tbk tertuang dalam surat kuasa Nomor 1066/SK/LGL/TN/X/2006 tanggal 13 Oktober 2006.

Pabrik kelapa sawit Batu Ampar telah melaksanakan kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan sesuai dokumen AMDAL. Kegiatan tersebut direncanakan secara matang dengan menyediakan dana yang memadai sesuai kebutuhan. Total anggaran biaya pengelolaan lingkungan yang dialokasikan pada tahun 2013 sebesar Rp216 387 120. Biaya tersebut sebagian besar digunakan untuk kegiatan pemantauan lingkungan meliputi pemantauan kualitas air dan udara, pengelolaan limbah B3, dan implementasi sistem manajemen lingkungan. Perusahaan juga mengalokasikan dana untuk mendukung kegiatan yang berkaitan dengan PROPER dan pameran/seminar lingkungan.

Berdasarkan dokumen RKL dan RPL PT. SMART Tbk, terdapat 5 (lima) isu penting yang harus dikelola dan dipantau oleh perusahaan khususnya PKS Batu Ampar sebagai penanggungjawab pengelolaan lingkungan, meliputi:

1. Penurunan kualitas air

2. Penururnan kualitas udara dan gangguan kebisingan 3. Pengelolaan limbah B3

4. Kesehatan masyarakat 5. Sosial kemasyarakatan

Beberapa contoh implementasi kegiatan pengelolaan lingkungan yang sudah rutin dilakukan perusahaan meliputi :

1. Kegiatan pengendalian pencemaran air.

PKS Batu Ampar mengelola limbah cair yang dihasilkan dari seluruh kegiatan operasioanal pabrik dan laboratorium agar tidak mencemari lingkungan. Upaya yang dilakukan ialah mengalirkan LCPKS ke IPAL untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organik di kebun sesuai ketentuan dalam izin land application, mengelola air eks utilitas dengan dialirkkan ke kolam sedimentasi dan kolam netralisir sebelum dibuang ke lingkungan, membuat saluran terpisah antara parit air hujan dengan parit air eks utilitas.

2. Kegiatan pengendalian pencemaran udara

(30)

3. Kegiatan pengelolaan limbah B3

Pabrik kelapa sawit Batu Ampar memilki tempat penyimpanan sementara limbah B3 yang berizin dan menjalin kerja sama dengan pengumpul berizin PT Maju Asri Jaya Utama untuk mengelola limbah B3. Perusahaan juga memastikan bahwa limbah yang diserahkan diterima oleh pihak pengolah atau pemanfaat limbah B3 dengan dilengkapi dokumen kerjasama dan perizinan yang lengkap dari instansi yang berwenang.

Secara lengkap, implementasi pelaksanaan AMDAL tersebut tercantum dalam laporan RKL-RPL yang telah disusun dan dilaporkan setiap 6 bulan sekali kepada instansi terkait. Perusahaan memiliki bukti tanda terima penyerahan laporan kepada BLH Kabupaten Kotabaru, BLHD Provinsi Kalsel, dan KLH Jakarta. Selain itu perusahaan juga menyampaikan laporan kepada instansi teknis seperti Dinas Perkebunan Kabupaten Kotabaru.

Ketentuan teknis sesuai dengan perizinan lingkungan telah dijalankan oleh perusahaan. Sesuai dengan izin pemanfaatan air limbah untuk aplikasi lahan, PKS Batu Ampar telah memasang titik penaatan pengambilan sampel outlet LCPKS dilengkapi dengan keterangan nomor izin dan titik koordinat. Untuk izin penyimpanan sementara limbah B3, perusahaan telah memenuhi semua persyaratan teknis dan kelengkapan sarana pendukung pada TPS limbah B3.

Kegiatan pemantauan lingkungan di PT SMART Tbk, seluruhnya dilakukan melalui kerjasama dengan pihak ketiga yaitu laboratorium lingkungan eksternal. Pengujian air limbah bulanan dilakukan di laboratorium Balai Pengembangan Teknologi dan Konstruksi Dinas Pekerjaan Umum Banjarmasin sebagai laboratorium rujukan Gubernur Kalimantan Selatan.

Pemantauan kualitas air tanah, emisi boiler, emisi genset, dan udara ambien tiap semester dilakukan oleh laboratorium Mutu Agung Lestari Samarinda yang sudah memiliki akreditasi untuk beberapa parameter pengujian, sedangkan untuk pengujian kualitas tanah setiap 1 tahun sekali, dianalisa oleh laboratorium tanah Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru sebagai laboratorium penelitian perguruan tinggi.

Prosedur dan proses pengambilan sampel, pengemasan, pengawetan, sampai pengiriman perlu diperhatikan agar memperoleh hasil uji yang akurat. Salah satu faktor pendukung untuk mendapatkan keakuratan hasil uji ialah melalui metode pengujian yang sesuai dan peralatan laboratorium yang memadai. Oleh karenanya, pemilihan laboratorium penguji wajib mempertimbangkan status akreditasi atau laboratorium rujukan Gubernur, sehingga hasil uji yang diperoleh dapat dipertangungjawabkan sebagai acuan untuk melakukan evaluasi kualitas lingkungan di perusahaan.

Implementasi AMDAL yang telah dilakukan oleh PT SMART Tbk sangat positif untuk keberlangsungan usaha dan menjaga kelestarian lingkungan. Menurut Djajadiningrat (2001), AMDAL bermanfaat untuk memprediksi dampak proyek terhadap lingkungan, mencari jalan untuk mengurangi dampak negatif dan membuat proyek tepat lingkungan, menyajikan hasil prediksi serta aletrnatif-alternatif bagi pembuat keputusan.

(31)

lingkungan adalah perbedaan antara kondisi lingkungan sebelum ada pembangunan dan yang diperkirakan akan ada setelah ada pembangunan.

Dampak kumulatif adalah perubahan lingkungan yang disebabkan oleh adanya kombinasi antara tindakan satu dengan lainnya yaitu tindakan manusia di masa lalu, sekarang, dan masa depan. Penilaian dampak kumulatif harus dilakukan baik di tingkat proyek tertentu maupun sebagai dasar perencanaan daerah sehingga Dapat memberikan gambaran yang lengkap tentang dampak lingkungan dari aktivitas manusia (Hacking dan Guthrie 2007).

Sejalan dengan perkembangannya, terdapat beberapa poin pengelolaan dan pemantauan lingkungan dalam RKL-RPL yang tidak sesuai dengan kondisi aktual di lapangan saat ini dan adanya perubahan peraturan sebagai dasar pemantauan lingkungan. PT SMART Tbk berinisiatif mengajukan permohonan persetujuan perubahan matriks RKL-RPL dan telah yang disetujui/disahkan oleh BLH Kabupaten Kotabaru pada tahun 2013. Program pemantauan lingkungan PKS Batu Ampar tercantum dalam Tabel 4.

Tabel 4 Program Pemantauan Lingkungan PKS Batu Ampar

Kegiatan Lokasi Periode

Limbah cair kelapa sawit Air tanah

Lahan LA dan kontrol Hulu dan Hilir

Areal pabrik dan perumahan Boiler

Genset Kendaraan

6 bulan sekali

Pemantauan jumlah LB3

(Logbook limbah B3) TPS Limbah B3 Pabrik

Rekap 3 bulan sekali

Sumber : diolah dari PKS Batu Ampar. (2013)

Selain wajib memiliki dokumen dan izin lingkungan, usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan oleh pemrakarsa wajib memiliki izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Untuk Industri perkebunan kelapa sawit, jenis izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang umumnya dimiliki adalah izin pemanfaatan air limbah pabrik kelapa sawit untuk aplikasi lahan dan izin penyimpanan sementara limbah B3.

(32)

Ringkasan hasil evaluasi kinerja implementasi AMDAL dan Izin lingkungan PKS Batu Ampar sesuai dengan persyaratan dalam Indonesian sustainable palm oildisajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5 Hasil Evaluasi Implementasi AMDAL dan Izin Lingkungan Indikator ISPO Kriteria 3.2 Kondisi PKS Batu Ampar

1. Memiliki dokumen AMDAL bagi pelaku usaha perkebunan kelapa sawit yang mengelola lahan > 3.000 ha.

Memiliki dokumen AMDAL atas nama PT

Inti Gerak Maju. Kerangka Acuan

ANDAL disahkan oleh Menteri Pertanian RI tanggal 5 Juni 1997 nomor 255/BA-5/VI/1997, sedangkan dokumen ANDAL, RKL, RPL disahkan dengan nomor 15/ANDAL/RKL-RPL/BA/IV/98 tanggal 30 April 1998.

2. Memiliki dokumen UKL/UPL bagi pelaku usaha perkebunan kelapa sawit yang mengelola lahan < 3.000 ha

Perusahaan tidak memiliki dokumen UKL-UPL karena memilki luas lahan >3000 ha.

3. Tersedia Rekaman terkait

pelaksanaan penerapan hasil

AMDAL,UKL/UPL termasuk laporan kepada instansi yang berwenang.

PT SMART Tbk telah menyusun laporan pelaksanaan AMDAL berupa laporan RKL-RPL yang disampaikan secara rutin setiap 6 bulan sekali kepada instansi terkait. Perusahaan memiliki bukti tanda terima penyerahan laporan kepada BLHD Kabupaten Kotabaru, BLHD Provinsi Kalsel, dan KLH Jakarta.

Sumber : diolah dari PKS Batu Ampar. (2013)

Pengendalian Pencemaran Air

Pengelola pabrik harus memastikan bahwa limbah pabrik kelapa sawit dikelola sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memanfaatkan limbah untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi dampak lingkungan, sesuai kriteria 2.2.4 dan 2.2.7 indonesian sustainable palm oil. Indikator yang menjadi acuan dalam implementasi ISPO diantaranya : tersedia instruksi kerja / SOP mengenai pengelolaan limbah cair dan SOP pemanfaatan limbah; rekaman mengenai pengukuran kualitas limbah cair dan rekaman pemanfaatan limbah cair; rekaman pelaporan pemantauan pengelolaan limbah kepada instansi yang berwenang terdokumentasi; tersedia surat izin pemanfaatan limbah cair untuk land application (LA) dari instansi terkait; dan kewajiban memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL).

Pencemaran air dapat menyebabkan kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu sehingga air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian pencemaran air untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air melalui upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air. (PP No. 82 Tahun 2001)

(33)

Salah satu upaya pengendalian pencemaran air PKS Batu Ampar ialah memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dengan sistem multi feeding yaitu sistem pengumpanan air limbah secara merata ke setiap kolam dengan volume dan jangka waktu yang telah ditentukan. Waktu pengumpanan diatur berdasarkan hasil analisa laboratorium pH dan alkalinity, kondisi fisik, serta level setiap kolam. Pengumpanan tersebut diatur dengan membuka setiap kran pada kolam dengan periode waktu tertentu. Waktu penyaluran ke bedland application dikebun disesuaikan dengan kondisi fisik setiap kolam, seperti ketinggian level kolam dan viskositas cairan underflow. Skema kolam IPAL PKS Batu Ampar dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Skema IPAL PKS Batu Ampar

(34)

Beberapa skema pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit yang paling umum digunakan saat ini dapat dilihat sesuai dengan urutan berikut: (a) kolam anaerobik/ fakultatif, (b) tangki pengolahan dan aerasi mekanis, (c) tangki pengolahan dan kolam fakultatif, (d) decanter dan kolam fakultatif, dan (e) pengolahan fisik, kimia, biologi.

Kewajiban memiliki IPAL tercantum dalam kriteria 3.1 ISPO. PKS Batu Ampar telah memiliki IPAL dengan skema berupa kolam anaerobik yang berjumlah 8 buah dengan kapasitas masing-masing kolam 10 000 m3. Kolam yang

difungsikan untuk pengolahan (aktif) berjumlah 6 buah, yaitu kolam 1,2,3,4,5, dan 6, sedangkan kolam 7 dan 8 merupakan kolam cadangan (tidak aktif).

Kolam anaerobik adalah sebuah sistem yang banyak digunakan untuk mengolah air limbah pabrik kelapa sawit. Sistem ini dapat mengolah padatan dalam jumlah yang tinggi dan merupakan sistem yang ekonomis. Kolam anaerob memiliki kelemahan tertentu seperti panjang waktu retensi hidrolik 45-60 hari, akumulasi padatan yang menghambat lumpur aktif, dan kebutuhan lahan yang luas (Hojjatet al.2009).

Waktu retensi limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) di IPAL PKS Batu Ampar ialah 60 hari. Air limbah dari kolam aktif yang telah memenuhi waktu retensi selanjutnya dialirkan menuju saluran pengumpul kedap air menuju ke bak outlet IPAL untuk kemudian dipompa ke flatbed di perkebunan Batu Ampar sebagai pupuk cair organik.

Mengacu pada kriteria ISPO, hasil evaluasi menunjukkan bahwa perusahaan telah memiliki prosedur maupun instruksi kerja terkait pengelolaan limbah khususnya untuk operasional IPAL dan pompaland application. Bak outlet IPAL dilengkapi papan titik penaatan pengambilan sampel yang mencantumkan nomor izin dan titik koordinat, LS : 03⁰ 11" 48.9' dan BT : 116⁰ 01" 26.9'. Selain itu terdapat papan monitoring debit harian LCPKS yang dipompa ke kebun. Data jumlah debit tersebut diperoleh dari alat pengukur debit/flowmeter yang dipasang pada pipa outlet air limbah.

Upaya pengendalian pencemaran air khususnya untuk industri perkebunan kelapa sawit dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satu diantaranya adalah dengan memanfaatkan air limbah pabrik kelapa sawit untuk diaplikasikan ke lahan perkebunan sebagai pupuk cair pengganti pupuk anorganik. Menurut Rahardjo (2009), dasar pelaksanaanland applicationatau aplikasi lahan ini adalah bahwa dalam limbah cair pabrik kelapa sawit mengandung unsur-unsur yang dapat menyuburkan tanah. Unsur-unsur tersebut adalah Nitrogen, Phospor, dan Kalium. Jumlah Nitrogen dan Kalium dalam limbah cair pabrik kelapa sawit sangat besar, sehingga dapat bertindak sebagai nutrisi untuk tumbuh-tumbuhan.

(35)

Bentuk implementasi dari penaaatan izin LA tersebut ditunjukkan perusahaan dengan melakukan pencatatan data debit dan pH harian LCPKS, menguji kualitas outlet LCPKS setiap bulan di outlet IPAL, menguji kualitas air tanah pada 3 lokasi sumur pantau setiap 6 bulan sekali, serta melakukan uji kualitas tanah di areal LA dan areal kontrol setiap satu tahun sekali.

Pengukuran limbah cair dilakukan pada minggu pertama setiap bulannya bekerja sama dengan salah satu laboratorium yang ditunjuk oleh Gubernur Kalimantan Selatan yaitu Balai Pengembangan Teknologi dan Konstruksi Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalsel. Data satu tahun terakhir (Juli 2013-Juni 2014) menunjukkan hasil analisa LCPKS telah memenuhi baku mutu berdasarkan persyaratan dalam izin LA sesuai Kepmen LH No. 28 dan 29 tahun 2003.

Perusahaan juga telah menyampaikan laporan LA setiap 6 bulan sekali dan laporan triwulan secara rutin kepada instansi terkait yaitu Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Kotabaru, BLHD Provinsi Kalsel, dan Kementerian LH Jakarta. Jumlah limbah yang dihasilkan PKS Batu Ampar pada tahun 2013 disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Limbah Cair PKS Batu Ampar Tahun 2013 Bulan TBS (Ton) Limbah Cair (m3) Rasio

Januari 29 833 13 930 0.47

Februari 22 892 9 758 0.43

Maret 23 087 9 836 0.43

April 23 401 10 528 0.45

Mei 20 921 9 358 0.45

Juni 20 832 9 269 0.44

Juli 18 964 8 939 0.47

Agustus 17 107 7 499 0.44

September 20 370 9 176 0.45

Oktober 27 718 12 114 0.44

November 28 485 12 325 0.43

Desember 25 755 10 124 0.39

Total 279 365 122 856 0.44

Data limbah cair yang dihasilkan PKS Batu Ampar pada Tabel 6, menunjukkan bahwa rasio limbah terhadap bahan baku sebesar 0.44 atau 44%. Seluruh limbah yang dihasilkan, digunakan untuk aplikasi pupuk cair di lahan perkebunan Batu Ampar dengan luas areal land application sebesar 279.14 ha sehingga masih sesuai dan tidak melebihi luasan dalam izin yaitu 320 ha.

Adapun persyaratan lokasi untuk pemanfaatan limbah cair untuk aplikasi lahan (land application) sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 29 tahun 2003 yaitu : dilakukan pada lahan selain lahan gambut, dilakukan pada lahan selain lahan dengan permeabilitas lebih besar 15 cm/jam, dilakukan pada lahan selain lahan dengan permeabilitas kurang dari 1.5 cm/jam, tidak boleh dilaksanakan pada lahan dengan kedalaman air tanah kurang dari 2 meter.

(36)

Tabel 7 Perbandingan Kebutuhan Pupuk di Areal LA Tahun 2013

Normal Areal

LA Normal Areal LA

Urea 1.19 0 37,963 45,176 45,175.97 3445

DAP 0.31 0 37,963 11,769 11,768.53 4416

RP 0.26 0 37,963 9,870 9,870.38 5487

TSP 0.23 0.23 37,963 8,731 8,731.49 1641

MOP 1.71 0.21 37,963 64,917 64,916.73 3999

Super Dolomite 0.22 0.38 37,963 8,352 8,351.86 720

Kieserite Powder 0.04 0.16 37,963 1,519 1,518.52 1899

Kieserite Granular 0.2 0 37,963 7,593 7,592.60 1815

HGFB / NB1/47 0.05 0.05 37,963 1,898 1,898.15 7673

Harga Pupuk Per

Kg

Jenis Pupuk

Rata-rata dosis per tahun (Kg / Pokok)

Jumlah Pokok

pada 279,14 ha

Kebutuhan pupuk (Kg)

Sumber : diolah dari PKS Batu Ampar. (2013)

Tabel 8 Efisiensi Pupuk dari Pemanfaatan Limbah Cair Tahun 2013

Efisiensi pupuk

Efisiensi pupuk

Normal Areal LA (Rp) (%)

Urea 1 115 078 - 1 115 078 100%

DAP 372 357 - 372 357 100%

RP 388 041 - 388 041 100%

TSP 102 661 102 661 - 0%

MOP 1 860 015 228 423 1 631 592 88%

Super Dolomite 43 085 74 419 -31 334 -73%

Kieserite Powder 20 661 82 644 -61 983 -300%

Kieserite Granular 98 736 - 98 736 100%

HGFB / NB1/47 104 353 104 353 - 0%

Total 4 104 986 592 500 3 512 486 85.57%

Jenis Pupuk

Biaya Pupuk per ha/tahun

Sumber : diolah dari PKS Batu Ampar. (2013)

Mengacu pada Tabel 8,dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan limbah cair PKS Batu Ampar untuk aplikasi lahan dapat menghemat penggunaan pupuk kimia pada tahun 2013 sebesar 85.57% atau setara dengan penghematan biaya pupuk sebesar Rp3 512 486/ha/tahun.

Sesuai kriteria 2.1.2 ISPO, PKS Batu Ampar telah memiliki rekaman pengelolaan air berupa hasil analisa kualitas air yang dibuang ke lingkungan (buangan dari kolam trap sedimentasi, kolam trap netralisir, kolam trap laboratorium, kolam trap drainase air hujan, dan kolam trap ex claybath) setiap 6 bulan sekali untuk memastikan air buangan tidak tercemar limbah. Hasil pengukuran tanggal 2 Juli 2013 menunjukkan bahwa kualitas air yang dibuang ke lingkungan tidak melebihi baku mutu sesuai Kepmen LH No. 51 Tahun 1995.

(37)

Selain itu, PKS Batu Ampar menggunakan sumber air untuk proses produksi dari waduk yang airnya berasal dari sungai Serongga dan tampungan air hujan. Disekitar waduk ditumbuhi tanaman penyangga dan telah dilakukan pengujian kualitas air baku secara rutin untuk memastikan tidak terjadi pencemaran sesuai standar baku mutu dalam Pergub Kalsel No. 5 tahun 2007.

Kondisi IPAL, kolam sedimentasi, dan bak netralisir cukup baik dan terawat. Kondisi saluran air limbah kedap air, terpisah antara saluran air hujan dengan saluran air eks utilitas. Hasil analisa kualitas air limbah yang akan diaplikasikan ke lahan perkebunan sebagai pupuk cair organik, perlu mendapatkan perhatian karena harus memenuhi ketentuan teknis sesuai izin land application. Baku mutu yang harus dipenuhi adalah nilai pH 6-9 dan nilai BOD < 5 000 mg/liter. Hasil analisa limbah cair PKS Batu Ampar periode Juli 2013-Juni 2014 disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Hasil Analisa Limbah Cair PKS Batu Ampar Juli 2013-Juni 2014

Juli Agust Sept Okt Nov Des

BODs mg/L 1 163 826 1 340 824 1 330 1 110 ≤ 5 000

COD mg/L 2 290 1 237 2 662 1 640 2 662 2 248

-pH - 7.17 7.15 7.15 7.26 7.25 7.29 6 - 9

Minyak dan

lemak mg/L 10 132 6 184 7 930 5 886 5 691 4 932

-Pb mg/L 0.007 0.006 0.008 0.006 0.007 0.005

-Cu mg/L 0.047 0.039 0.045 0.038 0.049 0.041

-Cd mg/L 0.006 0.005 0.006 0.005 0.006 0.005

-Zn mg/L 0.023 0.021 0.029 0.022 0.031 0.024

-Jan Feb Mar Apr Mei Juni

BODs mg/L 1 336 1 524 1 582 1 537 1 178 1 574 ≤ 5 000

COD mg/L 2 683 3 095 3 134 3 064 2 352 3 226

-pH - 7.28 7.27 7.24 7.32 7.14 7.37 6 - 9

Minyak dan

lemak mg/L 6 130 6 382 6 526 6 450 4 944 6 710

-Pb mg/L 0.009 0.006 0.008 0.008 0.006 0.008

-Cu mg/L 0.055 0.038 0.045 0.043 0.041 0.053

-Cd mg/L 0.007 0.006 0.005 0.006 0.005 0.005

-Zn mg/L 0.028 0.024 0.028 0.028 0.022 0.026

-Parameter Satuan

2013 Baku mutu

(Kepmen LH 29/2003)

Parameter Satuan 2014

Baku mutu (Kepmen LH

29/2003)

Sumber : diolah dari PKS Batu Ampar. (2014)

(38)

Tabel 10 Hasil Evaluasi Kinerja Pengendalian Pencemaran Air

Indikator ISPO Kondisi PKS Batu Ampar

Kriteria 2.1.2 1. Tersedia rekaman

pengelolaan air dan pemeliharaan sumber air;

Memiliki rekaman pengelolaan air berupa hasil analisa kualitas air yang dibuang ke lingkungan setiap 6 bulan sekali dan rekaman pemeliharaan sumber air berupa hasil analisa kualitas air waduk.

PT SMART Tbk telah memilki program pemantauan kualitas air permukaan (sungai serongga) untuk kebutuhan domestik karyawan/masyarakat.

3. Tersedia rekaman

penggunaan air untuk pabrik kelapa sawit.

Telah melakukan pencatatan jumlah penggunaan air untuk produksi tahun 2013 dengan total penggunaan 0.85 m3/ton TBS.

Kriteria 2.2.4

1. Tersedia instruksi kerja / SOP mengenai pengelolaan limbah (cair dan udara);

Memiliki SOP pengendalian limbah dengan nomor dokumen SOP/BAMM/LBH yang terbit tanggal 2 Februari 2013.

2. Rekaman mengenai

pengukuran kualitas limbah cair;

Tersedia rekaman pengukuran limbah cair yang dilakukan pada minggu pertama setiap bulan.

3. Rekaman pelaporan pemantauan pengelolaan limbah kepada instansi yang berwenang terdokumentasi;

Telah meyampaikan laporan pemantauan dan pengelolaan limbah kepada instansi terkait dilengkapi dengan bukti tanda terima penyerahan laporan

4. Tersedia surat izin

pembuangan air limbah dari instansi terkait.

Perusahaan tidak memiliki izin karena air limbah yang dihasilkan tidak dibuang ke lingkungan

Kriteria 2.2.7

1. Tersedia SOP pemanfaatan limbah.

Memiliki SOP Pengendalian limbah dengan nomor dokumen SOP/ BAMM/ LBH terbit tanggal 2 Februari 2013.

2. Tersedia surat izin pemanfaatan limbah cair untukLand Application(LA) dari instansi terkait.

PT SMART Tbk telah memiliki izin pemanfaatan limbah cair untukLand Application(LA) yang masih berlaku No. 188.45/395/KUM/2011 dari Bupati Kotabaru tanggal 29 November 2011 3. Tersedia Rekaman

pemanfaatan limbah padat dan cair.

Memiliki data pemanfaatan limbah cair untuk LA. Tersedia laporan harian dan bulananland

applicationdi perkebunan Batu Ampar PT Tapian Nadenggan yang berisi informasi mengenai debit limbah, rotasi, divisi/blok pengaliran, luas areal yang diaplikasi, dan keterangan tambahan.

Sumber : diolah dari PKS Batu Ampar. (2013)

(39)

rendah akan berpengaruh terhadap kandungan nutrisi dalam air limbah yang akan diaplikasikan sebagai pupuk cair. Tren nilai BOD tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Nilai BOD outlet limbah cair PKS Batu Ampar Juli 2013-Juni 2014

Pengendalian Pencemaran Udara dan Emisi Gas Rumah Kaca

Upaya pengendalian pencemaran udara harus menjadi perhatian dalam kegiatan operasional industri kelapa sawit untuk mengurangi dan mencegah timbulnya pencemaran udara. Kegiatan yang umumnya dilakukan ialah memantau kualitas udara dengan pengujian emisi boiler, emisi genset, dan kualitas udara ambien. Selain itu, perlu dilakukan upaya untuk mengidentifikasi dan mengurangi emisi gas rumah kaca.

Green House Gas (GHG)/ Gas Rumah Kaca (GRK) merupakan gas-gas yang dapat menimbulkan efek rumah kaca, yaitu CO2, CH4, N2O, HFC, PFC dan

SF6.Boedoyo (2008) mengemukakan bahwa sumber emisi gas rumah kaca terdiri

dari dau jenis yaitu emisi yang dihasilkan karena perbuatan manusia (man made source) dan dari sumber alam (natural source). Emisi oleh perbuatan manusia pada umumnya disebabkan karena pembakaran karbon yang terkandung pada energi fosil yaitu minyak bumi, gas bumi, maupun batubara yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia diberbagai sektor perekonomian.

Pengolahan tandan buah segar (TBS) di pabrik kelapa sawit menghasilkan limbah tandan kosong dan limbah cair yang berpotensi besar menghasilkan emisi gas metana (CH4) yang memicu terjadinya pemanasan global (global warming).

Jumlah gas metana yang dihasilkan dari limbah cair memiliki perbandingan yang linier dengan jumlah TBS olah (Febijanto 2009)

(40)

PT SMART Tbk telah melakukan kegiatan pemantauan kualitas udara dan memiliki hasil analisa emisi boiler, genset, kendaraan bermotor, dan udara ambien satu tahun terakhir yaitu semester 2 tahun 2013 dan semester 1 tahun 2014.. Perusahaan belum memiliki metan capture untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, khusunya gas metana (CH4) dari air limbah yang dihasilkan, namun program

pembanguanan biogas telah direncanakan untuk tahun 2016.

Hasil evaluasi kriteria 2.2.6 ISPO terkait penanganan gangguan dari sumber tidak bergerak, PKS Batu Ampar memiliki SOP Pengendalian emisi dan bising No. SOP/BAMM/EMS yang terbit tanggal 2 Februari 2013. Bentuk implementasiya, perusahaan sudah melakukan pengukuran tingkat kebisingan, getaran, dan kebauan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan telah dilaporkan kepada instansi terkait bersamaan dengan laporan RKL-RPL. Hasil pengukuran kebisingan, getaran, dan kebauan di PKS Batu Ampar pada tahun 2013 disajikan pada Tabel 11, 12, dan 13.

Tabel 11 Hasil Uji Kebisingan PKS Batu Ampar Tahun 2013

Lokasi Satuan Hasil Uji

Baku Mutu (Kepmen LH No. 48 Th 1996 Lampiran I)

Areal Pabrik (Industri) dB (A) 58.2 70

Areal Perumahan dB (A) 46.2 55

Sumber : diolah dari PKS Batu Ampar. (2013)

Tabel 12 Hasil Uji Getaran PKS Batu Ampar Tahun 2013

Lokasi Satuan Hasil Uji

Baku Mutu (Kepmen LH No. 49 Th

1996 Lampiran III)

Enginee Room mm/s 0.45 40

Stasiun Boiler mm/s 0.55 40

Stasiun Kernel mm/s 0.45 40

Sumber : diolah dari PKS Batu Ampar. (2013)

Tabel 13 Hasil Uji Kebauan di Kolam IPAL Tahun 2013

Parameter Satuan Hasil

Uji

Baku Mutu (Kepmen LH No. 50

Th 1996)

Ammoniak (NH3) mg/l 0.017 2

Hidrigen Sulfida (H2S) mg/l 0.0055 0.02

Sumber : diolah dari PKS Batu Ampar. (2013)

(41)

Perusahaan juga memiliki program pemeliharaan mesin dan peralatan produksi sebagai upaya penanganan gangguan dari sumber tidak bergerak yang tercantum dalam form preventive manintenance critical, lubrication, & grease machine serta cleaning equipment program.

Pabrik kelapa sawit Batu Ampar telah melakukan perhitungan emisi gas rumah kaca sesuai dengan SOP yang diperoleh dari data produksi bahan baku (TBS), data penggunaan listrik, data jumlah penggunaan cangkang dan fiber, data penggunaan solar, data jumlah produksi CPO dan PK, data volume LCPKS, serta data pengangkutan produk CPO (transportasi ke bulking) seperti jarak tempuh, total penggunaan diesel, berat muatan, dan jumlah transportasi. Hasil perhitungan Green House Gas (GHG) operasional pabrik adalah 433.71 Kg CO2/ton CPO,

sedangkan total GHG transport ke Tarjun Bulking sebesar 3.03 Kg CO2/ton CPO.

Sehingga total GHG PKS Batu Ampar tahun 2013 yaitu 436.74 Kg CO2/ton CPO.

Data mengenai sumber emisi terdapat dalam form perhitungan emisi GHG tahun 2013 yang terdiri dari : total emisi GHG Fosil (CO2 dari produksi energi,

konsumsi diesel, dan pengolahan LCPKS); total emisi GHG penggunaan bahan kimia (CO2 dari pengunaan NaOH, penggunaan Chelant, pengunaan fosfat,

penggunaan sulfit, penggunaan alum, penggunaan poly sulfonat, penggunaan Kopolimer Poliakrilamida Anionik, penggunaan HCl, peggunaan Sodium Karbonat, penggunaan CaCO3); total GHG Transport (CO2 dari penggunaan

diesel untuk transport CPO dan PK)

Data pendukung lain yang diperlukan yaitu rekapitulasi jumlah truk pengangkut CPO dan PK 2013 , statistik produksi dan ekstraksi 2013, data pemakaian bahan kimia untuk WTP 2013, data pemakaian Calsium Carbonat 2013, data volume effluent 2013, data pemakaian solar 2013, data penggunaan cangkang dan fiber untuk bahan bakar boiler 2013, data pemakaian KWH genset dan turbin 2013, rekapitulasi pemakaian dan distribusi air 2013, data nilai BOD dan COD LCPKS 2013.

Salah satu sumber emisi gas rumah kaca yang dominan untuk industri kelapa sawit adalah gas metan dari pengolahan limbah cair PKS. Total emisi dari limbah cair yang berpotensi untuk direduksi dan dimanfaatkan pada tahun 2013 sebesar 427.99 KgCO2per ton CPO dan merupakan penyumbang terbesar dari

total emisi gas rumah kaca di PKS Batu Ampar. Jumlah tersebut diperoleh berdasarkan perhitungan faktor emisi LCPKS sebesar 510 kgCO2e/ton CPO

dikalikan produksi CPO tahun 2013. Hasilnya dikalikan faktor alokasi untuk CPO yaitu 0.84 MJ/kg dan dibagi produksi CPO tahun 2013 sebesar 62 586.73 ton. Kondisi IPAL PKS Batu Ampar dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar

Gambar 1  Bagan Alir Kerangka Pemikiran Penelitian
Gambar 2  Peta Lokasi Penelitian
Tabel 2 Data Produksi PKS Batu Ampar Tahun 2013
Gambar 5 Skema IPAL PKS Batu Ampar
+7

Referensi

Dokumen terkait