• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa

Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive. Pemilihan lokasi

didapat dengan pertimbangan Kecamatan Ciawi memiliki tingkat produksi cabai terbesar dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Bogor (Lampiran 3). Selain itu masyarakat kecamatan ciawi telah menjadikan cabai sebagai komoditas unggulan yang ditanam secara rutin. Dimana hal ini didukung oleh kondisi geografis yang cocok untuk pertumbuhan cabai. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2015.

Metode Pengumpulan Data dan Penentuan Sampel

Penelitian ini menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data primer didapat dengan melakukan observasi langsung di daerah penelitian serta melakukan wawancara menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Metode yang digunakan adalah wawancara langsung kepada petani sebagai responden dengan menggunakan kuisioner sebagai alat bantu. Kegiatan wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi dan kegiatan yang dilakukan oleh para petani baik dari kegiatan budidaya sampai pada tahap pemasaran. Selain itu juga pengamatan langsung dilakukan pada petani yang sedang menanam cabai pada saat penelitian.

Data primer pada penelitian ini mencakup karakteristik responden, struktur biaya yang dikeluarkan, jumlah produksi, serta informasi lain yang dapat berguna bagi penelitian ini. Sedangkan data sekunder di dapat dari instansi-instansi terkait yakni Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Pusat Data dan Informasi Pertanian (Pusdatin), Kementerian Perdagangan serta hasil-hasil penelitian berupa publikasi-publikasi dan jurnal-jurnal pertanian. Selain itu, data sekunder juga didapat dari situs web internet, bulletin, literature- literatur serta sumber-sumber yang terkait dengan topik penelitian.

Metode Penarikan Contoh

Responden dalam penelitian ini adalah petani yang menanam cabai di Kecamatan Ciawi. Jenis cabai yang diteliti berdasarkan jenis cabai yang ditanam oleh petani yaitu cabai merah keriting. Penentuan petani responden dilakukan

menggunakan metode snowball sampling, hal ini dilakukan karena tidak terdapat

data jumlah petani baik di tingkat kecamatan maupun di tingkat desa. Jumlah responden yang diambil berjumlah 30 petani cabai merah keriting yang ada di Kecamatan Ciawi.

18

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif kemudian dilakukan pengolahan dan analisis data menggunakan metode statistik deskriptif. Analisis statistic deskritptif meliputi analisis pendapatan usahatani yang berdasarkan pada penerimaan dan biaya usahatani, sedangkan R/C rasio digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi usahatani tersebut. Untuk analisis kontribusi pendapatan akan dihitung besarannya dibandingkan dengan sumber pendapatan dari sektor lain. Selain itu, untuk mengetahui dampak fluktuasi harga maka dibuat dua skenario dalam penghitungan menggunakan data harga jual cabai yang terjadi pada petani. Skenario pertama yaitu perhitungan pendapatan menggunakan harga terendah dan skenario kedua menghitung pendapatan menggunakan harga tertinggi yang terjadi

di lapangan. Data yang diperoleh diolah dengan bantuan Microsoft office excel

dan kalkulator.

Analisis Keragaan Usahatani

Analisis keragaan usahatani dianalisis secara deskriptif dengan mengamati secara langsung proses usahatani mulai dari persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan hingga pemanenan. Analisis ini juga ditunjang dengan data-data primer yang diperoleh melalui proses wawancara langsung terhadap petani responden. Analisis keragaan usahatani digunakan untuk mengetahui secara detail kegiatan usahatani yang berlangsung mulai dari sarana produksi yang digunakan hingga teknik budidaya yang digunakan oleh masing-masing petani responden. Keragaan usahatani ini dapat memberi penjelasan tentang hasil produksi serta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani yang dijalankan.

Analisis Pendapatan Usahatani

Pendapatan merupakan balas jasa yang diterima oleh petani atas penggunaan faktor-faktor produksi seperti lahan, modal, dan tenaga kerja. Untuk menghitung pendapatan bersih usahatani maka harus dihitung terlebih dahulu penerimaan total kemudian dikurangkan dengan semua biaya yang telah dikeluarkan, baik biaya tunai maupun tidak tunai (Soekartawi 1984). Penerimaan

total usahatani (total farm revenue) merupakan nilai produk dari usahatani yaitu

harga produk dikalikan dengan total produksi periode tertentu. Total biaya atau pengeluaran adalah semua nilai faktor produksi yang dipergunakan untuk menghasilkan suatu produk dalam periode tertentu. Secara matematis tingkat pendapatan usahatani dapat ditulis sebagai berikut (Soekartawi 1986) :

TR = P x Q

TC = biaya tunai + biaya diperhitungkan

� atas biaya total = TR –TC

Keterangan :

TR : total penerimaan usahatani (Rp)

TC : total biaya usahatani (Rp)

P : harga output (Rp/Kg)

Q : jumlah output (Kg)

19

Biaya tunai digunakan untuk melihat seberapa besar likuiditas tunai yang dibutuhkan petani untuk menjalankan kegiatan usahataninya. Biaya tunai terdiri dari sarana produksi, tenaga kerja luar keluarga, dan pajak dan sewa lahan. Biaya tidak tunai digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani jika penyusutan, bibit sendiri dan nilai kerja keluarga diperhitungkan. Biaya yang diperhitungkan meliputi, penyusutan alat dan tenaga kerja dalam keluarga serta biaya bibit sendiri.

Biaya penyusutan alat-alat pertanian diperhitungkan dengan membagi selisih antara nilai pembelian dengan nilai sisa yang ditafsirkan dengan lamanya modal pakai. Metode yang digunakan ini adalah metode garis lurus. Metode ini digunakan karena jumlah penyusutan alat tiap tahunnya dianggap sama dan diasumsikan tidak laku bila tidak dijual. Rumus yang digunakan yaitu (Soekartawi 2006) :

Biaya penyusutan : � −�

Dengan :

Nb = nilai pembelian (Rp)

Ns = tafsiran nilai sisa (Rp)

N = jangka usia ekonomis (Tahun)

Selain menghitung pendapatan bersih, penelitian ini juga menghitung

imbalan atas modal (return to capital) dengan mengurangkan pendapatan bersih

dengan nilai kerja keluarga. Untuk keperluan ini, kerja keluarga dinilai menurut tingkat upah yang berlaku. Biasanya hasilnya dinyatakan dalam bentuk persen

terhadap nilai seluruh modal. Kemudian juga dihitung imbalan atas modal (return

to farm equity capital) dengan cara mengurangkan nilai kerja keluargadari penghasilan bersih usahatani. Ukuran ini pun umumnya dinyatakan dalam persen terhadap nilai modal petani.

= − � 100%

= −

Analisis Perbandingan Penerimaan dan Biaya (R/C-ratio)

Salah satu ukuran efisiensi penerimaan untuk tiap rupiah yang dikeluarkan (revenue cost ratio) adalah analisis R/C. Analisis R/C rasio dalam usahatani menunjukkan perbandingan antara nilai output terhadap nilai inputnya yang bertujuan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani yang dilaksanakan. Selain itu R/C rasio juga merupakan perbandingan antara penerimaan dengan pengeluaran usahatani.

Rasio R/C yang dihitung dalam analisis ini terdiri dari R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total. Rasio R/C atas biaya tunai dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya tunai dalam satu periode tertentu. Rasio R/C atas biaya total dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya total dalam satu periode tertentu. Rumus analisis

20

imbangan penerimaan dan biaya usahatani adalah sebagai berikut (Soekartawi 1986) :

R/C rasio atas biaya tunai = TR / biaya tunai R/C rasio atas biaya total = TR / TC

Keterangan :

TR : total penerimaan usahatani (Rp)

TC : total biaya usahatani (Rp)

Secara teoritis R/C menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar nilai R/C. Suatu usaha dapat dikatakan menguntungkan dan layak untuk diusahakan apabila nilai R/C rasio lebih besar dari satu (R/C > 1), makin tinggi nilai R/C menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh semakin lebih besar dari tiap unit biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh penerimaan tersebut. Namun apabila nilai R/C lebih kecil dari satu (R/C < 1), usaha ini tidak mendatangkan keuntungan sehingga tidak layak untuk diusahakan karena penerimaan yang diterima lebih kecil dari tiap unit yang dikeluarkan.

Analisis Kontribusi Pendapatan

Analisis kontribusi atau proporsi dilakukan dengan membandingkan pendapatan yang diperoleh dari usahatani cabai merah keriting dengan pendapatan yang diperoleh dari sumber lainnya yaitu pendapatan usahatani selain cabai dan pendapatan dari luar sektor pertanian dan dianalisis secara statistic deskriptif berupa penyajian tabel dan persentasenya (Bahua 2013). Analisis kontribusi ditentukan dengan menggunakan rumus dari Tan (1997), yaitu:

� = � 100%

Dimana: Y = Proporsi Pendapatan

A = Jumlah pendapatan usahatani cabai merah keriting B = Pendapatan rumahtangga petani

Indeks Diversifikasi

Indeks Diversifikasi merupakan indeks untuk mengukur keragaan diversifikasi dalam konteks perusahaan ataupun usahatani. Indeks diversifikasi pertanian dapat diukur dengan menggunakan ru,us Indeks Diversifikasi Simpson. Semakin besar nilai diversifikasi Simpson, maka semakin banyak jenis komoditi pertanian yang ditanam oleh petani. Artinya, kegiatan usahatani yang dilakukan semakin terdiversifikasi. Indeks Diversifikasi pertanian dapat dihitung menggunakan rumus berikut:

� = 1−( =1

21

Dimana,

Qi = Penerimaan masing-masing komoditi

N = Jenis komoditas

Dokumen terkait