• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini akan menggunakan tiga rangkaian metode yaitu dimulai dengan metode pengumpulan data, metode analisis data, dan metode penyajian data. Ketiga metode ini akan dijelaskan pada poin berikut.

1.8.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dengan teknik kuesioner yaitu Tes Melengkapi Wacana (TMW) atau biasa juga disebut Discourse Completion Task (DCT). TMW ini pertama kali diperkenalkan oleh Blum-Kulka (1982) dalam kajiannya mengenai strategi permintaan dan permintaan maaf. Pada dasarnya teknik ini sudah umum digunakan dalam penelitian pragmatik antarbahasa untuk menggali informasi mengenai tuturan-tuturan yang dihasilkan oleh partisipan penelitian. TMW sering digunakan dalam penelitian tindak tutur berskala besar the Cross-Cultural Speech Act Realization Patterns Project (CCSARP). TMW ini didistribusikan kepada 30 responden yang sebagian besar merupakan mahasiswa yang terbagi kedalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah 15 penutur bahasa Indonesia yang

mempelajari bahasa Inggris pada tahap lanjutan. Pemilihan responden dilakukan dengan mempertimbangkan kriteria tertentu, seperti responden setidaknya harus memiliki nilai TOEFL (Test of English As A Foreign Language) setara ITP minimal 500. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa mereka yang memiliki skor tersebut telah menguasai bahasa Inggris dengan baik terutama dalam hal berkomunikasi. Selain itu, partisipan penutur bahasa Indonesia yang terlibat dalam penelitian ini juga dipastikan belum pernah tinggal dan menetap di Negara berbahasa Inggris untuk jangka waktu yang lama, sehingga diasumsikan responden ini masih memegang teguh kebudayaan Indonesia.

Selanjutnya, kelompok responden kedua adalah 15 penutur bahasa Inggris asli yang dalam penelitian ini melibatkan orang Australia. Responden yang berpartisipasi antara lain mahasiswa yang tergabung dalam ACICIS (Australian Consortium for ‘In Country’ Indonesian Studies) di Yogyakarta dan beberapa mahasiswa Australia yang mengikuti perkuliahan di INCULS (Indonesian Language and Culture Learning Services), Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Beberapa responden juga dijaring secara online melalui aplikasi

https://docs.google.com/forms. Responden diminta untuk mengisi kuisioner

senatural mungkin seolah-olah mereka memang berada dalam situasi yang diberikan tersebut. Wacana atau situasi yang diberikan dalam TMW disusun sedemikian rupa dengan mempertimbangkan dua faktor sosial yaitu, dominasi (power) dan jarak sosial (social distance or familiarities) yang merupakan variabel yang penting dalam menentukan bentuk tindak tutur (Brown dan Levinson, 1987; Blum-Kulka, dkk, 1989).

Tabel 1. Variasi Sosial yang Diterapkan dalam TMW

Jarak sosial (social

distance)

Lawan tutur (hearer) Dominasi lawan tutur terhadap penutur (sosial power) A. Kelompok tidak familiar Profesor Orang asing Adik kelas Lebih tinggi Setara Lebih Rendah B. Kelompok Familiar Profesor Teman Dekat Teman Sekamar Lebih tinggi Setara Lebih Rendah

Variabel jarak dibedakan menjadi nilai biner, yaitu penutur yang sudah saling mengenal/familiar diberi tanda (-jarak) atau tidak saling mengenal/tidak familiar dengan tanda (+jarak). Veriabel dominasi dibedakan menjadi tiga nilai yaitu lawan tutur memiliki status yang lebih rendah (-dominasi), penutur memiliki status yang sama (=dominasi) dan lawan tutur memiliki status yang lebih tinggi (+dominasi). Kombinasi dari dua variable sosial ini menghasilkan enam situasi yang berbeda yaitu : (+jarak dan +dominasi), (+jarak dan –dominasi), (=jarak dan +dominasi), (=jarak dan +dominasi), (-jarak dan +dominasi), dan (-jarak dan – dominasi). Untuk memperoleh berbagai variasi data, setiap kombinasi situasi direalisasikan menjadi dua situasi sehingga jumlah situasi yang disertakan dalam TMW berjumlah 12 situasi.

Situasi dalam TMW didesain sesuai dengan kehidupan di lingkungan kampus dan kehidupan sebagai mahasiswa karena semua responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah mahasiswa. Kategori permintaan dalam kuisioner dibedakan menjadi dua, yaitu permintaan atas informasi dan permintaan untuk melakukan sebuah aksi atau tindakan. Permintaan untuk melakukan suatu aksi

dapat dikategorikan lagi menjadi permintaan terhadap barang, permintaan tolong dan sebagainya. Berikut adalah tabel rancangan situasi yang digunakan dalam TMW.

Tabel 2. Rancangan Situasi dalam TMW

No. Situasi Deskripsi Situasi

1. Situasi 1. Orang asing (=D, +J)

Anda meminta informasi mengenai arah ke Malioboro pada orang asing yang anda temui di jalan.

2. Situasi 2. Teman Dekat (=D, -J)

Anda meminta teman Anda untuk menemani Anda menemui professor.

3. Situasi 3. Adik Kelas (-D, +J)

Anda meminta jadwal kuliah adik kelas yang diajar oleh professor X untuk memastikan jadwal professor X tidak berbenturan dengan jadwal konsultasi anda pada beliau

4. Situasi 4.

Profesor (+D, +J)

Anda meminta penambahan waktu untuk pengumpulan tugas kepada professor yang mengampu mata kuliah

5. Situasi 5. Teman Sekamar (-D, -J)

Anda meminta teman sekamar untuk melaksanakan piket kebersihan sesuai jadwalnya

6. Situasi 6. Profesor (+D, -J)

Anda meminta professor yang anda kenal dengan baik untuk memberikan surat rekomendasi beasiswa 7. Situasi 7.

Orang asing (=D, +J)

Anda meminta orang asing untuk tidak terus menawarkan barang dagangannya pada anda dan memintanya pergi.

8. Situasi 8. Teman dekat (=D, -J)

Anda meminta teman dekat anda untuk membayarkan anda makan karena dompet anda tertinggal di kos

9. Situasi 9. Adik Kelas (-D, +J)

Anda meminta catatan kuliah adik kelas karena minggu lalu anda tidak hadir kuliah

10. Situasi 10. Profesor (+D, +J)

Anda meminta izin kepada professor untuk dapat mengikuti kuliah beliau yang sudah memenuhi kuota 11. Situasi 11.

Teman sekamar (-D, -J)

Anda meminta teman sekamar untuk menerima paket kiriman anda dari kurir pos karena seharian anda tidak ada di kos.

12. Situasi 12. Professor (+D, -J)

Anda meminta ujian susulan kepada professor anda yang anda kenal dengan baik karena jadwal ujian bertepatan dengan jadwal anda menjadi pembicara di sebuah seminar internasional.

Data mengenai faktor-fakor yang menyebabkan perbedaan bentuk tuturan antara penutur asli bahasa Inggris Australia dan bahasa Indonesia akan diperoleh melalui wawancara, pengamatan, dan studi pustaka.

1.8.2 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Hal ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara mendalam bentuk-bentuk lingual dan strategi permintaan oleh PBI dan PBIA. Metode kualitatif yang digunakan adalah metode padan pragmatis. Metode padan pragmatis digunakan untuk mengkaji dan menentukan identitas satuan lingual tertentu dengan memakai alat penentu di luar bahasa dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan (Kesuma, 2000:49). Dalam hal ini bahasa Inggris digunakan untuk melihat bagaimana kemampuan pragmatik khususnya strategi permintaan PBI dan membandingkannya dengan bentuk permintaan penutur asli PBIA. Data berupa tuturan meminta oleh kedua kelompok tutur akan diklasifikasikan berdasarkan (1) Bentuk tutur yang terdiri dari struktur tutur (tindakan pokok dan tindakan pendukung) dan variasi tutur (ragam formal dan informal), dan (2) strategi tutur (modus kalimat, cara dan tipe tuturan). Dalam pengklasifikasian strategi tutur, akan ditentukan menurut klasifikasi Blum-Kulka, et al (1987) dan Brown & Levinson (1987). Setelah mengklasifikasikan data, langkah selanjutnya adalah melihat

perbedaan bentuk tutur dan strategi tutur kedua kelompok responden (PBI dan PBIA) dan mencari faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan dan akan dihubungkan dengan dimensi budaya kedua kelompok responden penelitian.

1.8.3 Metode Penyajian Data

Hasil penelitian yang akan disajikan dalam penelitian ini akan dilakukan secara formal dan informal. Secara formal, hasil analisis data disajikan dengan menggunakan bagan, tabel dan simbol-simbol tertentu sedangkan secara informal hasil analisis data disajikan secara deskriptif dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami.

Dokumen terkait