• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODE

3.3 Metode Penelitian

Contoh tanah diambil dari kedalaman 0 sampai 20 cm secara komposit kemudian dikering udarakan dalam ruang berventilasi. Contoh tanah kemudian diayak menggunakan ayakan yang berukuran 2 mm. Tanah ditimbang setara 300 g bobot kering mutlak (BKM) dan dimasukkan ke dalam pot plastik. Silikat dalam bentuk Na2SiO3 setara dengan perlakuan dosis 0%, 1%, 2.5% dan 5% CaSiO3

(Kalsium Silikat) seperti yang telah dilakukan Hartono (2008b) dimasukan ke dalam pot plastik yang berisi tanah 300 g BKM dan kemudian dicampur secara merata. Perlakuan Silikat dalam bentuk Na2SiO3 setara dengan perlakuan dosis 0%, 1%, 2.5% dan 5% CaSiO3 (Kalsium Silikat) seperti yang telah dilakukan Hartono (2008b) selanjutnya ditulis S0, S1, S2.5 dan S5. Pot plastik yang berisi tanah dan perlakuan silikat diinkubasi selama satu bulan. Percobaan dilakukan dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga ulangan sehingga diperoleh 12 satuan percobaan. Selama masa inkubasi kadar air tanah dipertahankan sebesar 80% dari kapasitas lapang.

Analisis pendahuluan dilakukan untuk mengetahui sifat tanah awal. Analisis pendahuluan meliputi pH H2O 1:1 yang diukur dengan alat pH meter, C-organik yang diperoleh dengan metode Walkey dan Black, N-total diperoleh dengan menggunakan metode Kjeldahl dan P-tersedia diperoleh dari hasil ekstraksi dengan Bray 1, KTK dan basa-basa yang dapat ditukar diperoleh dari hasil ekstraksi dengan 1N NH4OAc pH 7, Al dan H yang dapat ditukar yang diperoleh hasil ekstraksi dengan 1N KCl. Kejenuhan basa (KB) diperoleh dengan menghitung nisbah total basa-basa dapat ditukar terhadap KTK tanah dan diekspresikan dalam persen.

Successive Resin Extraction. Diagram Alir percobaan successive resin extraction disajikan pada Gambar 2. Prosedur dilakukan dengan mengikuti metode yang telah diterapkan oleh Hartono (2008b). Dua buah resin strip yang telah dijenuhi dengan bikarbonat dimasukan ke dalam tabung sentrifus 50 mL yang telah diisi dengan 30 mL air destilata dan 0.5 g tanah berat kering udaraKemudian tabung sentrifus tersebut dikocok selama 16 jam. Setelah pengocokan resin strip diambil dan dibersihkan dengan air destilata. Tanah yang tersisa pada resin strip dan hilang dari tabung sentrifus akibat terbawa oleh resin

strip dikumpulkan pada cawan porselen, lalu di oven pada suhu 105o C dan ditimbang, Contoh tanah yang hilang tersebut dimasukkan kedalam perhitungan resin-P inorganik (resin-Pi). Resin strip yang telah dibersihkan ditaruh kedalam 50 mL tabung sentrifus yang telah berisi 20 mL 0.5 mol L-1 HCL dan dikocok selama 16 jam. Setelah selesai pengocokan resin-Pi ditetapkan. Setelah digunakan resin strip diangkat, dicuci dan diregenerasi dengan menjenuhi kembali resin strip dengan bikarbonat menggunakan larutan NaHCO3 0.5 M seperti yang telah dijelaskan oleh Saggar et al. (1990) dan Tiessen dan Moir (1993). Resin strip yang sudah diregenerasi digunakan lagi untuk penetapan resin-Pi berikutnya pada contoh tanah yang sama. Prosedur tersebut dilakukan berulang sehingga didapat sepuluh penetapan resin-Pi.

Fraksionasi P adalah analisis yang dilakukan untuk melihat distribusi fraksi-fraksi P anorganik pada Andisol Lembang. Fraksionasi awal merupakan langkah awal penetapan distribusi P pada fraksi-fraksi Andisol Lembang sebelum dilakukan inkubasi satu bulan Andisol Lembang dengan menggunakan perlakuan silikat dengan sumber CaSiO3 dalam bentuk Na2SiO3. Fraksionasi akhir adalah penetapan distribusi fraksi-fraksi Andisol Lembang setelah perlakuan silikat dengan CaSiO3 dalam bentuk Na2SiO3 dan sepuluh kali ekstraksi dengan metode successive resin extraction.

Gambar 2. Diagram Alir Percobaan Successive Resin Extraction yang Dilanjutkan dengan Fraksionasi P (Hartono, 2008b).

Fraksionasi P dilakukan dengan metode Tiessen dan Moir (1993). Fraksionasi P dilakukan diawal sebagai analisis pendahuluan untuk mengetahui distribusi fraksi-fraksi P sebelum perlakuan dan setelah percobaan successive resin extraction. fraksionasi P setelah percobaan successive resin extraction dilakukan untuk mengevaluasi perubahan distribusi dari fraksi-fraksi P inorganik pada contoh tanah perlakuan. Karakteristik dari fraksionasi P secara sikuensial dijelaskan sebagai berikut: (i) resin-Pi diinterpretasikan P yang sangat tersedia bagi tanaman, (ii) NaHCO3-Pi diinterpretasikan sebagai P yang juga berkaitan dengan P yang diambil oleh tanaman dan mikroba dan tererap pada permukaan mineral, (iii) NaOH-Pi diinterpretasikan sebagai P yang dierap secara Chemisorption oleh hidrus oksida Al dan Fe dan (iv) HCl-Pi dinterpretasikan sebagai P dalam bentuk Ca-P yang kelarutannya rendah.

Sampel tanah 0.5g

Sepuluh kali successive resin extraction Determinasi Pinorganik(Pi) : Sepuluh kali Resin-Pi

Determinasi Pinorganik (Pi): Resin-Pi Ditambakan 30 mL NaHCO3 0.5 M, kocok 16 jam

Ekstrak Bikarbonat l

Endapkan bahan organik dengan asam Penetapan Pi : NaHCO3

Ditambakan 30 mL NaOH0.1 M, kocok 16 jam

Ditambakan 30 mL 1M HCl, kocok 16 jam Ekstrak OH

Endapkan bahan organik dengan asam

Penetapan Pi : NaOH

3.4 Analisis Data

Data hasil successive resin extraction disimulasikan dengan menggunakan persamaan first order kinetic dengan piranti lunak Sigma Plot.

Resin-Pi = a ( 1 – e-k(jumlah ekstraksi)) Resin-Pi(inorganik) = konsentrasi resin Pi (mg kg-1)

a = resin-Pi maksimum yang dilepaskan (mg kg-1)

k = konstanta kecepatan pelepasan resin Pi (jumlah eksraksi-1) Analisis sidik ragam yang diikuti dengan uji Tukey dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh perlakuan silikat terhadap parameter-parameter persamaan first order kinetic.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sifat Fisikokimia Andisol Lembang

Data sifat fisikokimia tanah Andisol Lembang disajikan pada Tabel 1. Status hara dinilai berdasarkan kriteria yang dipublikasikan oleh Pusat Penelitian Tanah (1983).

Tabel 1. Sifat Fisikokimia Andisol Lembang.

Analisis Metode Hasil Status Hara

pH H20 pH meter 5.8 Masam

C-organik(%) Walkley & Black 6.06 Sangat Tinggi P-Bray I (mg kg-1) Bray I 80.8 Sangat Tinggi

P total (mg kg-1) Pengabuan basah 4783 Sangat Tinggi

N-total (%) Kjeldahl 0.44 Sedang

Ca (cmol kg-1 ) NH4OAc pH 7 2.64 Rendah Mg (cmol kg-1 ) NH4OAc pH 7 0.34 Rendah K (cmol kg-1 ) NH4OAc pH 7 0.10 Rendah Na (cmol kg-1 ) NH4OAc pH 7 0.21 Rendah KTK (cmol kg-1 ) NH4OAc pH 7 30.1 Tinggi

KB(%) NH4OAc pH 7 10.9 Rendah Al (cmol kg-1 ) KCl Tt H (cmol kg-1 ) KCl 0.37 Pasir (%) 23.3 Debu (%) 51.9 liat (%) 24.9 Tt: tidak terukur

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sifat Fisikokimia Andisol Lembang

Data sifat fisikokimia tanah Andisol Lembang disajikan pada Tabel 1. Status hara dinilai berdasarkan kriteria yang dipublikasikan oleh Pusat Penelitian Tanah (1983).

Tabel 1. Sifat Fisikokimia Andisol Lembang.

Analisis Metode Hasil Status Hara

pH H20 pH meter 5.8 Masam

C-organik(%) Walkley & Black 6.06 Sangat Tinggi P-Bray I (mg kg-1) Bray I 80.8 Sangat Tinggi

P total (mg kg-1) Pengabuan basah 4783 Sangat Tinggi

N-total (%) Kjeldahl 0.44 Sedang

Ca (cmol kg-1 ) NH4OAc pH 7 2.64 Rendah Mg (cmol kg-1 ) NH4OAc pH 7 0.34 Rendah K (cmol kg-1 ) NH4OAc pH 7 0.10 Rendah Na (cmol kg-1 ) NH4OAc pH 7 0.21 Rendah KTK (cmol kg-1 ) NH4OAc pH 7 30.1 Tinggi

KB(%) NH4OAc pH 7 10.9 Rendah Al (cmol kg-1 ) KCl Tt H (cmol kg-1 ) KCl 0.37 Pasir (%) 23.3 Debu (%) 51.9 liat (%) 24.9 Tt: tidak terukur

Berdasarkan data Tabel 1, Andisol Lembang termasuk tanah yang tergolong masam dengan nilai pH yang rendah yaitu sekitar 5.8. Kadar bahan organik pada tanah Andisol Lembang ini yaitu (6.06% x 1.74 = 10.54%) sangat tinggi di atas rata-rata nilai bahan organik pada umumnya yang tersedia pada tanah mineral, yang hanya ada sekitar 3 – 5 % (Harjowigeno, 1987). Tingginya C-organik pada kedalaman 0-20 cm merupakan tipikal Andisol pada umumnya karena C-organik diikat oleh mineral liat alofan sehingga dekomposisi lebih lambat (Wada dan Aomine, 1974). Status KTK pada tanah ini tergolong tinggi sedangkan KB berada pada kategori rendah hal ini menunjukan bahwa ketersediaan kation basa pada Andisol Lembang rendah. Tingginya KTK tanah disebabkan karena tingginya muatan bergantung pH pada Andisol. Pada penelitian ini penetapan KTK dilakukan dengan NH4OAc pH 7.

Berdasarkan analisis P-Bray 1 tingkat ketersediaan P pada tanah ini tergolong sangat tinggi, dengan nilai 81 mg kg-1 dan hasil analisis P total diperoleh nilai 4783 mg kg-1. Hal ini membuktikan bahwa P di Andisol Lembang sangat terakumulasi akibat dari pemupukan yang intensif yang berlangsung selama bertahun-tahun. Tingginya P total pada Andisol Lembang tersebut memungkinkan untuk dilakukan penambangan P yang tererap pada komplek erapan Andisol Lembang.

4.2. Fraksionasi P Sebelum Perlakuan Silikat.

Percobaan fraksionasi P ialah analisis yang dilakukan untuk melihat distribusi fraksi-fraksi P. Metode fraksionasi yang digunakan adalah metode Tiessen and Moir (1993). Dalam penelitian ini fraksi fraksi yang ditetapkan adalah fraksi inorganik di mana fraksi-fraksi tersebut adalah resin-Pi, NaHCO3-Pi, NaOH-Pi, dan HCl-Pi.

Fraksionasi sebelum diberi perlakuan silikat dilakukan untuk melihat distribusi P pada tiap-tiap fraksi pada Andisol Lembang sebelum diberi perlakuan silikat. Ekstraksi dengan resin dilakukan satu kali untuk melihat P inorganik yang tersedia bagi tanaman.

Hasil fraksionasi P inorganik disajikan pada Tabel 2. Nilai P untuk resin-Pi, NaHCO3-Pi, NaOH-Pi dan HCl-Pi berturut-turut adalah 98, 391, 968, dan 790 mg kg-1.

Tabel 2. Fraksionasi P Sebelum Perlakuan Silikat.

Resin-Pi NaHCO3-Pi NaOH-Pi HCl-Pi

………mg kg-1...

98 391 968 790

Nilai P inorganik (jumlah resin-Pi, NaHCO3-Pi dan HCl-Pi) adalah 2247 mg kg-1. Nilai tersebut lebih tinggi dari tanah Andisol yang berada di Diguillin dan Ralun Chilli yaitu 1758 dan 901 mg kg-1 (Escudey, 2004) dan juga tanah-tanah dataran tinggi lainnya (Hartono et al., 2006).

Dari hasil fraksionasi P Andisol Lembang P terakumulasi sebagian besar pada fraksi NaOH-Pi (Al-P dan Fe-P) dan HCl-Pi (Ca-P).

4.3. Percobaan Succesive Resin Extraction

jumlah kumulatif P yang dilepaskan dengan menggunakan metode successive resin extraction disajikan pada Gambar 3. Untuk mengetahui pola pelepasan P pada tiap perlakuan data disimulasikan dengan persamaan First Order Kinetic seperti di bawah ini.

1

a adalah resin-Pi maksimum yang dapat dilepaskan dan k adalah konstanta kecepatan pelepasan P. Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa perlakuan silikat meningkatkan pelepasan P. Semakin tinggi dosis silikat yang diberikan maka semakin tinggi pula nilai P yang dilepaskan. Total nilai resin-Pi kumulatif dari

sepuluh kali ekstraksi dengan perlakuan S0, S1, S2.5 dan S5 secara berturut turut adalah 268, 460, 701 dan 961 mg kg-1.

Gambar 3. Pola Pelepasan P dengan Menggunakan Successive Resin Extraction

Pada perlakuan S0 nilai pelepasan resin-Pi berubah menjadi lebih landai pada ekstraksi yang ke-7. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pelepasan P oleh silikat dengan perlakuan S0 menurun pada ekstraksi yang ke-7. Hal tersebut menggambarkan bahwa pada ekstarksi ke-7 P yang ditransformasikan oleh fraksi-fraksi P yang relative lebih kuat pada Andisol Lembang sudah berkurang signifikan. Hal yang berbeda terjadi pada perlakuan S5, pada perlakuan tersebut kurva mulai melandai pada ekstraksi yang ke-9.

Perbedaan kemampuan pelepasan ini menunjukkan bahwa silikat berhasil menggantikan posisi P pada erapan pada fraksi-fraksi Andisol Lembang melalui pertukaran ligan dan ion silikat dapat menurunkan energi ikatan oleh liat alofan dan mineral liat amorf lainnya sehingga nilai resin-Pi kumulatif meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi perlakuan silikat pada tanah Andisol Lembang. Parameter persamaan first order kinetic disajikan pada Tabel 3.

0 200 400 600 800 1000 1200 0 2 4 6 8 10 12 Nilai   kumulatif   Resin Pi (mg   P   kg 1) ekstraksi ke‐ 0 1 2.5 5 S0 S1 S2.5

Tabel 3. Parameter successive resin extraction.

Perlakuan

Silikat k (jumlah ekstraksi -1 ) a (mg P kg-1) R2 S0 0.442a 274a 0.999 S1 0.311ab 479a 0.999 S2.5 0.283bc 744b 0.998 S5 0.248bc 1 050c 0.999

Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata pada uji Tukey (P<0.05)

Perlakuan silikat secara statistik nyata meningkatkan nilai maksimum resin-Pi yang dapat dilepaskan dan perlakuan silikat nyata menurunkan konstanta kecepatan pelepasan resin-Pi dibandingkan tanpa perlakuan silikat. Dari persamaan first order kinetic didapat bahwa nilai resin-Pi maksimum yang dapat dilepaskan oleh perlakuan S0, S1, S2.5 dan S5 berturut-turut adalah 274, 479, 744 dan 1050 mg kg-1 dengan nilai konstanta k adalah 0.44, 0.31, 0.28 dan 0.25 jumlah ektraksi-1.

Peningkatan nilai resin maksimum mencapai nilai tertinggi pada perlakuan S5, dan nilai resin-S5 lebih tinggi 500 persen dari pada tanah yang tidak diberi perlakuan. Hal ini sejalan dengan penelitian Hartono (2007) bahwa silikat mampu mentransformasikan P yang diikat oleh hidrus oksida Al dan Fe menjadi resin-Pi yang secara biologi tersedia bagi tanaman. Hal ini membuktikan bahwa silikat dapat berkompetisi untuk menggantikan posisi P pada komplek erapan. Lee dan Kim (2007) melaporkan bahwa peningkatan perlakuan silikat mengurangi kekuatan erapan P pada tanah. Dengan berkurangnya energi ikatan erapan P maka P yang tererap dapat dilepaskan.

Pemberian silikat pada Andisol Lembang juga menyebabkan peningkatan pH pada tiap perlakuannya. Peningkatan pH tanah setelah perlakuan silikat pada Andisol Lembang menurunkan energi ikatan erapan P pada Andisol. Penurunan energi ikatan ini menyebabkan P lebih lebih mudah digantikan dengan silikat (Elsheikh, 2009).

Tabel 4. Nilai pH Setelah Perlakuan Silikat Perlakuan pH S0 6.5 S1 6.7 S2.5 6.7 S5 7.0

Dari hasil percobaan successive resin extraction didapatkan hasil bahwa dengan semakin meningkat dosis silikat maka semakin tinggi resin-Pi yang dapat dilepaskan.

4.4. Fraksionasi P Setelah Succesive Resin Extraction

Hasil fraksionasi Andisol Lembang setelah percobaan Succesive Resin Extraction disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Fraksionasi P setelah Percobaan Successive Resin Extraction.

fraksionasi P Setelah Ekstraksi

Perlakuan NaHCO3-Pi NaOH-Pi HCl-Pi ………..mg kg-1……….

S0 316 851 689

S1 238 758 583

S2.5 282 682 461

Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai NaHCO3-Pi, NaOH-Pi dan HCl-Pi

berkurang dibandingkan dengan fraksionasi sebelum diberi perlakuan silikat (Tabel 2). Hal ini menunjukan bahwa P yang dilepaskan sebagian besar berasal dari tiga fraksi tersebut. Pada perlakuan silikat, penurunan fraksi-fraksi tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan kontrol.

Dapat dilihat pada Tabel 5, fraksi NaOH-Pi merupakan fraksi yang masih memiliki sisa nilai resin-Pi yang paling besar diikuti oleh fraksi HCl-Pi lalu NaHCO3-Pi. Penurunan fraksionasi sebelum diberi perlakuan silikat dengan fraksionasi akhir tertinggi dapat dilihat pada fraksi NaOH-Pi dengan perlakuan S5

dimana penurunan mencapai 353 mg kg-1. Hal ini berbeda jauh dengan tanah yang tidak diberi perlakuan, tanah yang tidak diberi perlakuan mengalami penurunan nilai resin-Pi sebesar 117 mg kg-1 setelah dilakukan successive extraction sebanyak sepuluh kali. Namun secara keseluruhan penurunan nilai resin-Pi meningkat seiring dengan peningkatan perlakuan silikat. Dengan tingginya pengurangan nilai pada tiap fraksi menunjukkan bahwa silikat berhasil mendesak keluar fosfor dari jerapan fraksi-fraksi tersebut.

Tabel 6. Recovery Fraksi-fraksi P Inorganik Tiap Perlakuan Setelah Percobaan Successive Resin Extraction

Recovery P

Perlakuan NaHCO3-Pi NaOH-Pi HCl-Pi

resin-Pi Kumulatif Total ………..mg kg-1……… Fraksi awal 391 968 790 98 2247 S0 316 851 689 268 2124 S1 238 758 583 460 2040 S2.5 282 682 461 701 2127 S5 204 615 494 961 2274

Recovery P pada percobaan ini disajikan pada Tabel 6. Pada Tabel 6 total nilai fraksi P inorganik (jumlah nilai resin-Pi Kumulatif, NaHCO3, NaOH-Pi dan HCl-Pi) pada kontrol dan perlakuan silikat relatif tidak jauh berbeda, adanya perbedaan dalam total nilai fraksi P inorganik disebabkan oleh dinamika transformasi P. Nilai total fraksi P inorganik yang lebih kecil dibandingkan dengan fraksionasi sebelum diberi perlakuan silikat pada perlakuan S0, S1, dan S2.5

disebabkan oleh dinamika transformasi P menjadi bentuk fraksi lain yang dalam percobaan ini tidak ditetapkan. Hartono (2007) melaporkan bahwa perlakuan silikat dapat mentransformasi P inorganik menjadi P organik karena aktifitas organisme tanah. Sementara lebih besarnya total fraksi P inorganik pada perlakuan S5 dikarenakan kemungkinan sebagian P organik juga bertransformasi menjadi resin-Pi.

Persentase kontribusi fraksi NaHCO3-Pi, NaOH-Pi dan HCl-Pi terhadap kumulatif resin-Pi yang dilepaskan disajikan pada Tabel 7. Pada Tabel 7 fraksi NaOH-Pi dan HCl-Pi memberikan kontribusi yang jauh lebih besar dibandingkan dengan fraksi NaHCO3-Pi baik pada kontrol dan perlakuan silikat. Kedua fraksi NaOH dan HCl-Pi memberikan kontribusi sekitar 40 % dari total kumulatif resin-Pi yang dilepaskan. Hasil ini menunjukkan bahwa fraksi NaOH-Pi (Al-P dan Fe-P) dan HCl-Pi (Ca-P) merupakan fraksi yang menjadi sumber resin-Pi. Jika dalam larutan resin-Pi berkurang maka fraksi-fraksi P tersebut dapat melepaskan P menjadi resin-Pi.

Tabel 7. Persentase Kontribusi Fraksi NaHCO3-Pi, NaOH-Pi dan HCl-Pi Terhadap Total Kumulaif Resin-Pi

Perlakuan NaHCO3-Pi NaOH-Pi HCl-Pi

……….%...

S1 33 46 45

S2.5 16 41 47

S5 19 42 34

Tabel 7 menunjukkan kontribusi fraksi-fraksi dalam menyumbangkan P pada pelepasan erapan tanah. Fraksi tanah yang paling banyak menyumbangkan P pada perlakuan S0 adalah fraksi NaOH-Pi sebesar 44 persen dari total ekstraksi yang dihasilkan. Hal ini berlaku juga pada perlakuan S1 dan S5 masing-masing menyumbang 46 dan 42 persen dari total nilai resin-Pi yang diekstrak pada tiap perlakuan. Perlakuan S2.5 menunjukkan hasil yang berbeda, perlakuan ini mendapat sumbangan P terbesar yang berasal dari fraksi HCl-Pi sebesar 47 persen. Tetapi perbedaan kontribusi fraksi HCl-Pi dengan fraksi NaOH-Pi relatif tidak jauh berbeda. Pada perlakuan S2.5 kontribusi resin-Pi mengalami penurunan persentase hal ini diakibatkan karena kemungkinan P yang dilepaskan lebih banyak pada fraksi lain seperti fraksi HCl-Pi. Secara keseluruhan kontribusi fraksi HCl-Pi dan NaOH-Pi menyumbang masing-masing 41 dan 43 persen. Hal ini membuktikan bahwa fraksi NaOH-Pi dan HCl-Pi menjadi fraksi penyumbang sumber P pada ekstraksi resin-Pi Andisol Lembang.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Tanah Andisol Lembang merupakan tanah masam, dengan kadar C-organik tinggi, KTK tinggi dan KB rendah. Andisol Lembang memiliki ketersediaan P tersedia (P-Bray1) yang tinggi dengan nilai 80.8 mg kg-1 dan P total (pengabuan basah) yang sangat tinggi dengan nilai 4783 mg kg-1. Tingginya tingkat P tersebut juga dapat dilihat dari fraksionisasi awal yang memperlihatkan nilai P pada resin-Pi sebesar 98 mg kg-1 dan total fraksionisasi awal sebesar 2247 mg kg-1. Fraksionasi sebelum diberi perlakuan silikat pada Andisol Lembang menunjukkan bahwa P inorganik terakumulasi pada fraksi NaOH-Pi dan fraksi HCl-Pi.

P yang dapat dilepaskan setelah Percobaan successive resin extraction dengan perlakuan Silikat dalam bentuk Na2SiO3 (Natrium Silikat)setara dengan perlakuan dosis 0%, 1%, 2.5% dan 5% CaSiO3 (Kalsium Silikat) seperti yang telah dilakukan Hartono (2008b) berturut turut adalah 268, 460, 701 dan 961 mg kg-1. Dengan persamaan first order kinetic diperoleh nilai maksimum resin-Pi pada perlakuan 0%, 1%, 2.5% dan 5 % CaSiO3 dalam bentuk Na2SiO3 berturut-turut adalah 274, 479, 744 dan 1050 mg kg-1 dengan nilai konstanta k adalah 0.44, 0.31, 0.28 dan 0.25 jumlah ektraksi -1 .

Hasil fraksionisai setelah percobaan successive resin extraction menunjukkan bahwa NaOH-Pi (Al-P dan Fe-P) dan HCl-Pi (Ca-P) merupakan penyumbang terbesar terhadap nilai kumulatif resin-Pi. Kontribusi NaOH-Pi dan HCl-Pi berturut-turut adalah 43 % dan 41 %. Kontribusi tersebut menunjukkan bahwa fraksi NaOH-Pi dan HCl-Pi merupakan fraksi yang paling dominan dalam kontribusi pelepasan P. Penggunaan silikat 5% CaSiO3 dalam bentuk Na2SiO3

merupakan perlakuan yang dapat menambang P dengan nilai tertinggi pada Andisol Lembang.

Dari hasil penelitian ini disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai serapan P pada tanaman dengan perlakuan yang sama, serta pengujian terhadap penggunaan batuan yang banyak mengandung silikat seperti pumice untuk menambang P pada Andisol Lembang.

 

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, S., Sudadi, U. 2007. Kimia Tanah. Bagian Kimia dan Kesuburan Tanah DITSL IPB: Bogor.

Bohn, H.L., McNeal, B.L. dan O’connor, G.A. 1979. Soil Chemistry. A Wiley – Interscience Publication: New York.

Chang, S. C. dan Jackson, M. L. 1957. Fractionation of soil phosphorus. Soil Sci., 84: 133-134.

Elsheikh, M.A., N Matsue and T Henmi. 2009. The Effect of Si/Al ratio of allophane on competitive adsorption of phosphate and oxlate. Soil Sci., 4: 1-13.

Escudey M. 2004. Distribution of Phosphorus forms in Chilean soils and sewage sludge by chemical fractionation and. R-NMR. Plant Soil, 11: 333-350 FAO/UNESCO. 1987. “Soils of the World”, Food and Agriculture Organization

and United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization, Elsevier Science Publishing. Co. Inc. New York

Fiantis, D., E. Van Ranst, J. Shamsuddin, and I. Fauziah, and S. Zauyah. 2002. Influence of silicate application on P sorption and charge characteristics of Andisols from west Sumatra, Indonesia. Poster Presentation. 17th WCSS, 14-21 August, Thailand

Hardjowigeno S. 1987. Ilmu dan Tanah. AKAPRESS: Jakarta.

Hartono, A., S. Funakawa, dan T. Kosaki. 2006. Tranformation of added phosphorus to acid upland soil with different soil properties in Indonesia. Soil Sci. Plant Nutr., 52: 734-744.

Hartono, A. 2007. The Effect of calcium silicate on the selected chemical properties and transformation of inorganic and organic phosphourus in Andisol Lembang. Gakuryo XIII, 33: 1-9.

Hartono, A. 2008a. Releasing pattern of applied phosphorus and distribution change of phosphorus fractions in the acid upland soils with successive resin extraction: Jurn Tan Trop., 13 :87-94.

Hartono, A. 2008b. The Effect of calcium silicate on the phosphorus sorption characteristics of Andisols Lembang: Jurnal Tanah dan Lingkungan, 10 :14-19.

Headley, M. J., Stewart, J. W. B., and Chauhan, B. S. 1982. Change in inorganic and organic soil phosphourus fraction induced by cultivation practice and by laboratory incubation. Soil Sci. Soc Am. J., 46: 970-976.

Lee, Y.B and P.J. Kim. 2007. Reduction of phosphate adsorption by Ion competition with silicate in soil: Korean Journal of Environmental Agriculture, 26 :286-293.

Leiwakabessy, F.M. dan Sutandi A. 1988. Kesuburan tanah. Diktat Kuliah Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut pertanian Bogor.

Murphy, J. and J. P. Riley. 1962. A Modified single solution method for determination of phosphate in natural water: Anal Chim. Acta, 27: 31-36.

Prezz, P., 1970. The effect of silica on cane growth. Proceedings of the South African sugar technology association

Pusat Penelitian Tanah. 1983. Klasifikasi Kesesuaian lahan.

Roy W, Simonson. 1979. Origin of the name “Ando Soils”. Geoderma, 22: 333-335.

Sanders, W, M. H. dan Williams, E. G. 1955. Observation on determination of total organic phosphorus from soils. Fertil. Res., 24: 173-180.

Saggar, S., Hedley, M. J., and White, R. E. 1990. A simplified resin membrane technique for extracting phosphourus from soils. Fertil. Res., 24: 173-180.

Soepraptohardjo, M. 1975. Jenis Tanah yang Ditemukan di Indonesia. Pusat Penelitian Tanah. Bogor.

Tan, K.H. 1965. The Andosols in Indonesia: Soil Sci., 99:375-378.

Tan, K.H. 1982. Principles of Soil Chemistry. Marcel Dekker Inc: New York. Tan, K.H. 1984. Andosols. A Hutchinson Ross Bencmark Book: New York.

Tiessen, H and J.O. Moir. 1993. Characterization of Available P Sequential Extraction in Soil Sampling and Method Analysis. Ed MR Carter, pp. 75-86. Canadian Society of Soil Science Lewis Publisher. Boca Raton. Florida.

Tisdale, S.L. Nelson, J.D. Beoton. 1975. Soil Fertility and Fertilizers 4th ed. Macmilian Publ. co: New York.

Wada, K. 1959. Reaction of phosphate with allophone and hallosite: Soil Sci., 87: 325-330.

Wada, K., dan S. Aomine. 1973. Soil development on volcanic materials during the quaternary. Soil Sci,. 116:170-177.

Wada, K. 1989. Allophane and Imogilit. Ch. 21, p.1051-1087. In: JB Dixon and SB weed (ed), Minerals In Soil Environtment, 2nd Edition

William, J. D. H., Syers, J.K., dan Walker, T. W. 1967. Fractionation of soil inorganic phosphate by modification of Chang and Jackson’s procedure. Soil Sci. Soc. Am. Proc., 31: 736-739.

William, J. D. H. dan Walker, T. W. 1969. Fractionation of phosphate in a maturity sequence of New Zealand basaltic soil profiles. Soil Sci., 107: 22-30.

PENGARUH SILIKAT TERHADAP POLA PELEPASAN

Dokumen terkait