• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Penelitian

Dalam dokumen TRI BAKTI OKTAVIANTI A (Halaman 32-38)

III. BAHAN DAN METODE

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian dirancang berdasarkan rancangan acak kelompok (RAK) faktor tunggal dengan tiga taraf perlakuan.

Model aditif linear menurut Steel dan Torrie (1984) adalah : Yij = µ + τi + βj + εij

Keterangan :

Yij = respon pengamatan µ = rataan umum

τi = pengaruh aditif perlakuan ke-i βj = pengaruh aditif ulangan ke-j εij = galat percobaan

Perlakuan dalam penelitian ini terdiri dari tiga perlakuan yaitu: 1. NPK

Penanaman ini diawali dengan penyemaian benih selama 20 hari, setelah itu benih yang telah tumbuh ditrasplantasikan ke petak percobaan dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm dan ditanam sebanyak 5 benih perlubang tanam. Penggenangan dilakukan secara kontinu dengan ketinggian sekitar ± 10 cm. Pemupukan dilakukan menggunakan pupuk an-organik dengan dosis urea 200 kg/ha dan KCl 100 kg/ha diberikan dalam 2 tahap yaitu saat tanam dan 4 minggu setelah tanam, dan SP-18 300 kg/ha diberikan dalam 1 tahap yaitu pada saat tanam.

2. NPK + 500 kg

Umur semaian, jarak tanam, jumlah benih yang ditanam serta penggenangan sama seperti perlakuan NPK. Pemberian dosis pupuk an-organik yang digunakan sama dengan perlakuan pertama, tetapi pada perlakuan ini ditambahkan AgriPower dengan dosis 500 kg/ha.

3. NPK + 1000 kg

Perlakuan sama dengan perlakuan pertama dan kedua. Pemberian dosis pupuk an-organik yang digunakan sama dengan perlakuan pertama dan kedua, yang berbeda dengan perlakuan ini ditambahkan AgriPower dengan dosis 1000 kg/ha.

Penelitian dirancang berdasarkan rancangan acak kelompok (RAK) faktor tunggal dengan tiga taraf perlakuan. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak empat kelompok sehingga terdapat 12 kombinasi percobaan untuk masing-masing lokasi sawah. Ukuran petak percobaan 5 m x 4 m.

Gambar 3. Tata letak petak percobaan di Tanah Latosol Atang Sendjaja

3.3.2 Penetapan Contoh Gas dan Pengukuran CH4 serta N2O

Pengambilan contoh gas dilakukan 5 kali selama pertumbuhan tanaman yaitu 0, 2, 4, 6 , dan 8 MST. Pengambilan gas dilakukan pada pagi sampai siang hari antara pukul 07.30-12.00 WIB dengan metode sungkup tertutup yang dipasang di lahan pertanaman. Sungkup dipasang diantara dua petak percobaan padi dan diantara 2 petak percobaan dipasang titian bambu setinggi ± 50 cm untuk mengambil contoh gas.

Setiap kali pengukuran, diambil contoh gas dari sungkup sebanyak 35 ml. Pengambilan contoh gas dilakukan empat kali dengan selang waktu 5, 15, 25, dan 35 menit setelah sungkup ditutup, setelah itu ketinggian efektif sungkup dicatat, suhu dibaca dari termometer dan kipas angin dijalankan. Pengambilan contoh gas diambil dengan menggunakan alat suntik (syringe) 50 ml kemudian dimampatkan menjadi 35 ml ke dalam vial yang sudah divakumkan dan diberi tanda sebelumnya, setelah disuntikan ke dalam tabung/vial, bekas suntikan dioles dengan cat kuku. Total contoh gas sebanyak = 5 kali pengambilan x 12 (satuan percobaan) x 4 (waktu pengambilan) = 240 contoh untuk masing-masing lokasi percobaan, sehingga jumlah total contoh gas sebanyak 480 contoh untuk 2 lokasi percobaan.

Penetapan konsentrasi CH4 dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Tanah IPB dengan alat gas khromatografi merk Shimadzu seri 17A. Penetapan dilakukan pada suhu kolom 60ºC, suhu injektor 100oC, suhu detektor 100oC, kecepatan aliran gas 47 ml menit-1, gas pembawa adalah Helium. Prosedur pengukuran gas di laboratorium menggunakan sampel gas yang telah didapat dari lapangan kemudian diinjeksikan kedalam mesin analisis GC dengan menggunakan syringe (alat suntik) khusus dengan volume 10 µl. Data yang ditampilkan di alat tersebut berupa peak area. Penghitungan konsentrasi standar sebagai deret standar yaitu peak area dikalikan dengan kurva standar.

Penetapan konsentrasi N2O dilakukan dengan mengirim contoh gas ke Balai Penelitian Lingkungan Pertanian, Jakenan, Pati, Jawa Tengah. Penetapan konsentrasi N2O menggunakan alat gas khromatografi merk Shimadzu seri 14A. Penetapan dilakukan pada suhu kolom 100OC, suhu injektor 150OC, dan suhu detektor 320OC. Penetapan konsentrasi N2O hanya dilakukan 2 kali ulangan untuk

setiap perlakuan sehingga setiap pengambilan contoh gas hanya akan diuji 6 contoh gas untuk masing-masing lokasi sawah.

Penetapan fluks CH4 dan N2O ditetapkan menurut Hou et al., (2000): F = dc/dt H (mg m-2

jam-1) Dimana:

F = Fluks (mg m -2 jam -1)

 = Kerapatan udara (molekul cm -3)

(bobot molekul/volume molekul) x 273 / (273 + T)

dc/dt = Perubahan konsentrasi metana antar waktu dari (ppm menit -1) dikonversi ke (ppm jam-1)

H = Tinggi efektif sungkup (m)

T = Rata-rata suhu dalam sungkup (oC)

Nilai fluk metana (F) dapat bersifat positif yang berarti terjadi pelepasan metan ke atmosfer maupun bersifat negatif yang terjadi serapan metan oleh tanah. 3.3.3 Penetapan Data Eh dan pH

Pengambilan data Eh dan pH dilakukan setiap minggu. Pengukuran Eh dengan ORP meter RM-20P merk TOA DKK dan pengukuran pH dengan menggunakan alat ukur pH meter HM-20P merk TOA DKK. Pengambilan data dilakukan secara duplo (dua ulangan) setiap satuan petak percobaan dengan pengambilan data pada kedalaman 5 cm. Sebelum memasukan alat Eh dan pH meter, tanah dilubangi dahulu dengan kayu ukuran diameter yang sama dengan alat dan pada kedalaman 5 cm juga, hal ini dilakukan untuk menjaga keamanan dari alat supaya tidak rusak.

3.3.4 Penetapan Data Agronomis

Tinggi tanaman dan jumlah batang per rumpun dilakukan pengukuran setiap minggu dengan menggunakan alat bantu meteran untuk mengukur tinggi tanaman. Jumlah tanaman yang diambil data dari setiap petak percobaan berjumlah 5 contoh tanaman secara acak. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengatupkan seluruh daun keatas sehingga terlihat daun yang paling tinggi kemudian diukur dari pangkal batang hingga ujung daun. Perhitungan

jumlah batang per rumpun dilakukan dengan menghitung jumlah batang total tiap tanaman contoh.

3.3.5 Penetapan Komponen Hasil

Pengamatan pasca panen yang berasal dari 5 tanaman contoh, antara lain : 1. Panjang malai (cm) diukur dari pangkal malai sampai ujung malai.

2. Jumlah batang produktif per rumpun diperoleh dengan menghitung jumlah batang yang menghasilkan malai pada tiap rumpun.

3. Jumlah gabah per malai (butir) dilakukan dengan menghitung jumlah total gabah dari tiap malai.

4. Jumlah gabah isi (butir) dilakukan dengan menghitung jumlah gabah isi dari tiap malai.

5. Jumlah gabah hampa (butir) dilakukan dengan menghitung jumlah gabah hampa dari tiap malai.

6. Bobot seribu butir gabah (gram) diperoleh dengan menimbang bobot seribu butir gabah isi.

Adapun parameter yang diamati berdasarkan hasil panen yang dilakukan dengan membuat ubinan seluas 2.5 m x 2.5 m tiap petak percobaan adalah :

1. Bobot gabah kering panen ubinan (kg) diperoleh pada saat panen dengan menghitung bobot gabah kering panen ubinan.

2. Bobot gabah kering giling ubinan (kg) diperoleh dengan menghitung bobot gabah kering panen ubinan yang telah dijemur dan siap untuk digiling. Kedua parameter tersebut dikonversi menjadi ton/ha.

3.3.6 Analisis Tanah dan Tanaman

Analisis tanah dan tanaman digunakan untuk mengetahui kondisi kesuburan tanah. Analisis tanah dilakukan sebanyak dua kali selama masa tanam, yaitu pada saat sebelum tanam, dan dua minggu setelah tanam. Pengambilan tanah di lapang dilakukan secara komposit yaitu pada empat titik yang berbeda dengan kedalaman 0-20 cm, hal ini dilakukan agar tanah yang didapatkan homogen dalam satu petakan percobaan. Sedangkan, analisis tanaman dilakukan satu kali yaitu pada saat panen guna mengetahui kandungan apa saja yang diserap oleh tanaman selama musim tanam.

3.3.7 Analisis Data

Untuk mengevaluasi pengaruh perlakuan dilakukan uji ANOVA dan untuk menguji perbedaan antar perlakuan dilakukan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) dengan selang kepercayaan 5%.

Dalam dokumen TRI BAKTI OKTAVIANTI A (Halaman 32-38)

Dokumen terkait